Anda di halaman 1dari 8

Laporan Praktikum

Pengantar Laboratorium Medik

Nila Alief Rahmatika

P3.73.34.1.15.028

Titrasi Kompleksometri dan Standarisasi Na2S2O3

Dra. Angki Purwanti, Apt, M.Si

DIII Analis Kesehatan

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III


1. Judul
Titrasi Kompleksometri dan Standarisasi Na2S2O3

2. Waktu Pelaksanaan
Hari : Selasa
Tanggal : 15 Desember 2015
Tempat : Lab. Kimia I
Waktu : 08.30 s.d. 12.00

3. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana cara titrasi kompleksometri dengan baik dan
benar.
Untuk membuat kita semakin ahli dalam mentitrasi dengan baik.
Untuk mengetahui bagaimana cara standarisasi Na2S2O3 menggunakan baku
primernya.

4. Dasar Teori
Titrasi merupakan metode analisis kimia secara kuantitatif yang biasa
digunakan dalam laboratorium untuk menentukan konsentrasi dari reaktan. Karena
pengukuran volum memainkan peranan penting dalam titrasi, maka teknik ini juga
dikenali dengan analisis volumetrik.
Baku sekunder setelah pembuatannya harus distandarisasi. Standarisasi
dilakukan untuk mengetahui keadaan normalitas atau konsentrasi baku sekunder
dengan tepat. Baku sekunder harus distandarisasi dengan baku primer yang sesuai,
untuk standarisasi Na2 S2 O3 menggunakan KIO3 sebagai paku primernya. Sedangkan
untuk EDTA menggunakan CaCo3 sebagai baku primernya.

5. Alat dan Bahan


i) Alat : 13) Kertas timbang
1) Labu ukur 250 ml
2) Buret ii) Bahan :
3) Erlenmeyer tutup asam 1) Na2 S2 O3
4) Erlenmeyer 2) KIO3
5) Pipet volum 25 ml 3) EDTA
6) Pipet ukur 10 ml 4) CaCo3
7) Pipet pasteur 5) HCl 10%
6) NaOH 10%
8) Gelas ukur 100 ml
7) KI 10%
9) Beaker glass 1L
8) H2 SO4 4 N
10) Baeker glass 100 ml
9) BHN
11) Corong kaca 10) Amilum
12) Spatel 11) Aquadest
6. Langkah Kerja
i) Titrasi Kompleksometri
1) Membuat CaCo3 0,01 M:
(a) Timbang CaCo3 yang akan digunakan.
Perhitungan: gr = BM V M
= 100 0,01 0,25
= 0,25 gr
(b) Masukkan CaCo3 yang sudah ditimbang kedalam labu ukur 250 ml dengan
menggunakan corong kaca.
(c) Masukkan aquadest kedalam labu ukur tersebut, bersihkan sisi corong kaca
menggunakan aquadest.
(d) Teteskan 3 ml HCl 10% ke dalam labu ukur tersebut.
(e) Tambahkan aquadest lalu kocok sampai homogen selanjutnya tambah
kembali aquadest hingga tanda batas.
(f) Kocok kembali larutan kalsium karbonat, jika sudah homogen larutan
tersebut siap di gunakan.
2) Mengencerkan EDTA 0,1 M menjadi 0,01 M.
(a) Hitung jumlah EDTA yang harus diencerkan.
Perhitungan: 1 1 = 2 2
0,01 1000 = 0,1 2
10 = 0,12
2 = 100 ml
(b) Tuang 100 ml EDTA 0,1 M kedalam gelas ukur, lalu masukkan ke dalam
beaker glass 1 L
(c) Tambah aquadest hingga tanda 1 L pada beaker glass
(d) Masukkan ke dalam tabung yang sudah disediakan, lalu homogenkan EDTA
dengan cara mengocoknya.
3) Titrasi EDTA
(a) Masukkan 25,0 ml larutan kalsium karbonat kedalam erlenmeyer
menggunakan pipet volum.
(b) Masukkan aquadest sebanyak 25 ml ke dalam erlenmeyer tersebut.
(c) Tambahkan 5 ml NaOH 1 N ke delam larutan tersebut, tambahkan BHN lebih
kurang seujung spatel, homogenkan.
(d) Masukkan EDTA ke dalam buret hingga tanda 0.
(e) Putar keran buret sesuai dengan kebutuhan, amati larutan kalsium karbonat,
jika sudah berwarna biru langit hentikan titrasi dengan menutup keran buret.
(f) Amati angka yang tertera pada buret, angka tersebut menentukan banyak
EDTA yang digunakan, catat pada buku.
(g) Hitung hasil akhir Molaritas EDTA.

ii) Titrasi Natrium Tiosulfat.


1) Pembuatan KIO3 dalam 250ml 0,025 N.
(a) Jadi, yang harus ditimbang adalah:
Perhitungan: g = BE x V x N
g = 35,67 x 0,25 x 0,025
g = 0,2229 g
(b) Timbang KIO3 0,2229 g menggunakan neraca analitik dengan bantuan kertas
timbang.
(c) Masukan KIO3 yang telah ditimbang tersebut ke dalam Labu Ukur 250ml
dengan bantuan corong kaca.
(d) Masukan aquadest ke dalam labu ukur tersebut sedikit, homogenkan dahulu.
Lalu, tambahkan kembali aquadest hingga mencapai garis batas.
2) Titrasi Na2 S2 O3
(a) Siapkan Erlenmeyer Tutup Asah
(b) Masukan baku primer KIO3 yang telah dibuat di Labu Ukur tadi sebanyak 25,0
ml menggunakan pipet volume ke Erlenmeyer Tutup Asam
(c) Tambahkan air suling 25ml dengan gelas ukur, homogenkan.
(d) Masukan 10 ml KI 10%, homogenkan.
(e) Tambahkan 2ml H2SO4 4N ke Erlenmeyer tersebut, homogenkan dan
langsung tutup. Simpan ditempat gelap.
(f) Tunggu selama 10menit.
(g) Letakkan erlenmeyer berisi larutan KIO3 yang sudah didiamkan 10 menit tadi
dibawah buret.
(h) Mulai penitrasian dengan membuka keran sesuai kebutuhan
(i) Bila larutan KIO3 sudah berubah warna jadi kuning seperti minyak goreng,
tutup keran buret.
(j) Masukan 3 tetes Amylum kedalam larutan tersebut.
(k) Titrasi kembali hingga larutan berubah warna menjadi bening.
(l) Amati angka yang tertera pada buret, angka tersebut menentukan banyak
Na2 S2 O3 yang digunakan, catat pada buku.
(m) Hitung hasil akhir Normalitas Na2 S2 O3 .
7. Hasil Praktikum
i) Titrasi Kompleksometri
Diketahu:
Hasil titrasi : 27,50 ml
Hasil penimbangan CaCo3:
o Kertas = 0,1549 g
o Kertas + Zat = 0,4040 g
o Kertas + Sisa = 0,1550 g
o Zat ` = 0,2490 g

0,2490 0,2490
M CaCo3 = = = = 0,0099 mg/l
0,25 100 25

M EDTA:
V1M1 = V2M2
25 x 0,0099 = 27,5 x M2
02481 = 27,5 x M2
0,2490
= 0,0090 M
27,5
Jadi, M EDTA yang sebenarnya adalah 0,0090 M.
ii) Titrasi Na2 S2 O3
Diketahu:
Hasil titrasi : 29,6 ml
Hasil penimbangan KIO3 :
o Kertas = 0,1552 g
o Kertas + Zat = 0,3782 g
o Kertas + Sisa = 0,1557 g
o Zat ` = 0,2225 g

0,2225 0,2225
M KIO3 = = = = 0,0240 mg/l
35,67 0,25 8,91

N Na2 S2 O3 :
V1N1 = V2N2
25,0 x 0,0240 = 29,6 x N2
0,6 = 29,6 x N2
0,6
= 0,0202 N
29,6
Jadi, N Na2 S2 O3 yang sebenarnya adalah 0,0202 N.
Hasil Titrasi CaCo3

Hasil titrasi KIO3 KIO3 sebelum ditetesi amilum


8. Kesimpulan
Standarisasi baku sekunder harus menggunakan baku primer sesuai dengan
pasangannya. Dan dari praktikum ini kita bisa menambah pengetahuan serta membuat
kita semakin mahir dalam menggunakan peralatan gelas. Hasil Molaritas EDTA yang
didapat adalah 0,0090 M sedangkan hasil Normalitas Na2 S2 O3 yang didapat adalah
0,0202 N.

Mengetahui,

Bekasi, Desember 2015

Mahasiswa Dosen

Nila Alief Rahmatika Dra. Angki Purwanti, Apt, M.Si

Anda mungkin juga menyukai