Masa remaja merupakan periode tran- Masa remaja adalah masa perkem-
sisi antara masa anak-anak ke masa bangan yang paling krusial, karena di akhir
dewasa. Batasan usianya tidak ditentukan periodenya seorang remaja harus meng-
dengan jelas, tetapi kira-kira berawal dari hadapi sendiri kemanakah identitas egonya
usia 12 sampai akhir usia 21 tahun, yaitu akan dibentuk (Feist & Feist, dalam
saat pertumbuhan fisik hampir lengkap Cynthia, 2009). Hurlock (1994) mengata-
(Atkinson, 1987). kan bahwa dibandingkan dengan kelompok
Hal ini sejalan dengan yang dikemuka- anak dan orang tua, periode remaja
kan Monks dkk. (2006) bahwa masa merupakan periode yang paling berat.
remaja secara global berlangsung antara Masa ini merupakan masa yang penuh
umur 12 dan 21 tahun, dengan pembagian perubahan, baik anatomis, fisiologis,
12-15 tahun adalah masa remaja awal, 15- fungsi mosional dan intelektual serta
18 tahun adalah masa remaja pertengahan, hubungan sosial, sebelum mencapai titik
18-21 tahun adalah masa remaja akhir. kulminasinya pada usia dewasa.
143
Rosa Imani Khan
Cole (dalam Cynthia, 2009) menjelas- melakukan kegiatan yang biasanya menye-
kan bahwa perubahan dari anak-anak yang nangkan (Davison & Neale, 1994).
tergantung menjadi individu mandiri, Atkinson (1996) menjelaskan bahwa
menyebabkan remaja harus menyesuaikan depresi merupakan respon yang normal
diri dengan banyak hal, yaitu yang terhadap berbagai stres kehidupan. Depresi
berhubungan dengan kematangan emosi- dikatakan tidak normal bila depresi
onal, mengembangkan ketertarikan ter- tersebut melebihi proporsi dalam merespon
hadap lawan jenis, kematangan sosial, terhadap suatu kejadian dan terus berlanjut
kemandirian di luar rumah, kematangan melebihi batas dimana kebanyakan orang
mental, permulaan dari kemandirian secara sudah pulih kembali.
finansial, menggunakan waktu luang Perasaan depresi berupa perasaan sedih,
secara tepat atau yang disebut dengan kesal, lesu, dan tidak tertarik pada suatu
proper uses of leisure, cara memandang kegiatan apapun sekalipun kegiatan itu
kehidupan dan identifikasi diri sendiri. menyenangkan; dapat dipastikan dialami
Kondisi tersebut menunjukkan banyaknya oleh hampir setiap orang pada saat-saat
masalah yang dihadapi remaja, yang harus tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa
diatasi. Apabila terdapat banyak masalah depresi merupakan suatu konsepsi yang
yang tidak teratasi, sangat mungkin dapat dapat diterapkan pada suatu rentang
menyebabkan remaja menjadi merasa keadaan emosi, baik normal maupun
kecewa, tidak menghargai diri sendiri serta abnormal.
menganggap dirinya sebagai orang yang Depresi normal merupakan periode
gagal atau tidak mampu. Kondisi ini jika sementara dari kesedihan dan kelelahan
berkelanjutan akan dapat menyebabkan yang umum terjadi ketika merespon
depresi pada remaja. stressfull life events. Periode tersebut
Carr (dalam Aditomo & Retnowati, secara umum berlangsung tidak lebih dari
2004) mengatakan bahwa apabila ditinjau 7-10 hari. Bila keadaan depresi terus
dari perspektif perkembangan, depresi berlanjut lebih lama dan simptom ber-
memang mulai banyak muncul pada masa kembang menjadi lebih kompleks dan
remaja. Studi-studi epidemologis menun- berat, maka keadaan depresi telah sampai
jukkan bahwa angka prevalensi depresi pada tingkatan klinis. Depresi pada tingkat
untuk anak-anak adalah 2,5 persen dan klinis secara umum meliputi gangguan
meningkat menjadi 8,3 persen untuk tidur, gangguan makan, anergia, perasaan
remaja. Angka prevalensi ini akan mening- tak ada lagi yang dapat diharapkan dan
kat sampai 25 persen apabila depresi putus asa. Depresi pada tingkat yang lebih
ringan juga diperhitungkan (Stenber, dalam berat, dapat menimbulkan halusinasi,
Aditomo & Retnowati, 2004). delusi, keadaan psikotik, bahkan keinginan
Penelitian tentang depresi pada maha- untuk bunuh diri (Corsini, 1996).
siswa baru di Amerika Serikat menunjuk- Hasil penelitian yang dilakukan oleh
kan bahwa 70 persen di antaranya menun- Bromberger dan Matthews (dalam http://
jukkan gejala-gejala depresi (Aero & sabda.org, diunduh pada tanggal 15
Weiner, dalam Achmad, 1988). Selain itu, Agustus 2011) pada tahun 1996 menun-
penelitian pada mahasiswa Fakultas jukkan bahwa makin mampu seseorang
Kedokteran UGM menunjukkan bahwa mengekspresikan diri secara asertif, makin
rata-rata mengalami depresi sedang (R. kuat daya tahannya dalam menghadapi
Soegandhi dkk., dalam Achmad, 1988). stres, dan makin kecil kemungkinan untuk
Depresi merupakan suatu keadaan terserang depresi. Pengertian atau makna
emosi yang ditandai dengan kesedihan dan asertivitas menurut Rini (2001) adalah
penderitaan yang mendalam, perasaan suatu kemampuan untuk mengkomuni-
tidak berharga dan bersalah, menarik diri kasikan apa yang diinginkan, dirasakan,
dari orang lain, kehilangan selera makan, dan dipikirkan kepada orang lain namun
tidur, bahkan hasrat seksual atau ke- tetap menjaga dan menghargai hak-hak
hilangan minat dan kesenangan dalam serta perasaan pihak lain Orang-orang yang
144
Perilaku Asertif, Harga Diri dan Kecenderungan Depresi
tidak asertif biasanya pemalu, tertutup, dan kamar, hilangnya rasa percaya diri,
tidak dapat menyatakan keinginannya. semangat hidup, kreativitas, antusiasme,
Mereka selalu mengerjakan apa yang dan optimisme. Tidak mau bicara, tidak
disukai dan diperintahkan oleh orang lain berani berjumpa dengan orang-orang,
tanpa banyak bertanya dan tanpa mem- berpikir yang negatif tentang diri sendiri
perhatikan mana yang terbaik untuk dan tentang orang lain, hingga hidup terasa
dirinya sendiri. Orang yang tidak asertif sangat berat dan melihat masalah lebih
biasanya cemas dalam situasi sosial dan besar dari dirinya. Remaja jadi pesimis
mempunyai harga diri yang cenderung memandang hidupnya, seakan hilang
rendah (Devito, 1990). harapan, tidak ada yang bisa memahami
Masih mengenai depresi, orang-orang dirinya, dan sebagainya (http://piipiiodd.
yang mempunyai harga diri yang tinggi wordpress. com, diunduh pada tanggal 15
pada umumnya percaya pada kemampuan- Agustus 2011).
nya sendiri, realistis, optimis dan efektif Individu yang depresi tidak lagi merasa
dalam menghadapi masalah-masalahnya, bergairah menghadapi hidup dan akhirnya
sehingga jarang mengalami gangguan- perasaan hambar mewarnai pandangan
gangguan penyesuaian, apalagi gangguan- hidupnya. Individu ini mulai membatasi
gangguan psikologis seperti depresi pergaulan dengan orang lain dan ke-
(Coopersmith, 1967 dalam Achmad, 1988). hilangan semangat dalam melaksanakan
Depresi merupakan suatu gangguan tanggung jawab sehari-hari.
mental yang spesifik yang ditandai dengan Orang-orang yang asertif biasanya
adanya perasaan sedih, putus asa, ke- mampu mengadakan dan membina hu-
hilangan semangat, merasa bersalah, bungan yang akrab dan hangat dengan
lambat dalam berpikir, menurunnya moti- orang lain. Mereka mampu menyatakan
vasi untuk melakukan aktivitas, dan lain perasaan dan pikiran-pikirannya dengan
sebagainya. Depresi cenderung diderita tepat dan jujur tanpa memaksakan kepada
oleh remaja karena remaja cenderung orang lain. Mereka juga mampu menghar-
memperhatikan citra tubuhnya, rentan gai perasaan-perasaan dan pendapat-
mengalami peristiwa yang penuh stres, pendapat orang lain, sehingga dalam
mengalami tekanan dalam penyesuaian diri hubungan antar pribadinya, orang-orang
dalam berinteraksi dengan orang lain. yang asertif mampu bertukar pengalaman,
Hinton (1989) mengatakan bahwa masa pikiran dan perasaan dengan orang lain.
remaja merupakan masa perubahan hormo- Mereka lebih banyak menerima tanggapan
nal, perubahan tingkat dan pola hubungan positif dan merasa lebih dimengerti oleh
sosial sehingga remaja cenderung memper- orang lain. Hal ini membuat mereka jarang
sepsikan orang tua secara berbeda. Selain mengalami gangguan depresi, karena bila
itu, masa pertumbuhan remaja, jarang yang mereka memiliki masalah biasanya mereka
berlangsung dengan lancar. Banyak masa- dapat menyatakannya dengan tepat kepada
lah yang terjadi dan bisa makin serius orang lain, sehingga mereka mendapat
hingga menyebabkan depresi yang ber- banyak keuntungan seperti memperoleh
kepanjangan. Remaja yang mengalami solusi, mendapatkan dukungan sosial dan
depresi akan menjadi apatis dan menyalah- dapat menjelaskan beban mental akibat
kan dirinya sendiri sehingga merasa masalahnya itu (Achmad, 1988).
enggan untuk mencari pertolongan. Haye (dalam Cynthia, 2009) mengata-
Depresi dapat mengakibatkan dampak kan bahwa faktor penyebab depresi antara
yang merugikan bagi si penderita seperti lain adalah adanya tujuan-tujuan yang
terganggunya fungsi sosial, fungsi peker- tidak tercapai yang menyebabkan keke-
jaan, mengalami kesulitan untuk berkon- cewaan serta adanya kegagalan yang
sentrasi, mengalami ketidakberdayaan menyebabkan kurangnya penghargaan
yang dipelajari, bahkan hingga tindakan terhadap diri. Individu dengan harga diri
bunuh diri yang menyebabkan kemati- rendah cenderung memandang dirinya
an. Remaja hanya mengurung diri di
145
Rosa Imani Khan
secara negatif dan terfokus pada kele- Inventory (BDI). Beck dkk. (dalam Craig
mahan dirinya. & Dobson, 1995) menyebutkan bahwa
Berbeda dengan orang-orang yang skala ini pertama kali muncul pada tahun
mempunyai harga diri yang tinggi, pada 1961 dan disusun awalnya untuk mengukur
umumnya percaya pada kemampuannya intensitas depresi. Pada perkembangannya,
sendiri, realistis, optimis dan efektif dalam BDI ini digunakan sebagai alat penjaringan
menghadapi masalah-masalahnya, sehi- komunitas dan instrumen penelitian klinis.
ngga mereka jarang mengalami gangguan- Penggunaan BDI sebagai alat untuk
gangguan penyesuaian, apalagi gangguan- mengukur tingkat kecenderungan depresi
gangguan psikologis seperti depresi dalam penelitian ini didasarkan pada
(Coopersmith, dalam Achmad, 1988). pertimbangan bahwa BDI dapat digunakan
Pelham & Swan (dalam Aditomo & pada individu yang belum didiagnosa
Retnowati, 2004) menjelaskan bahwa klinis menderita depresi. Untuk menegak-
individu yang memiliki harga diri tinggi kan diagnosa klinis apakah seseorang
berarti memandang dirinya secara positif. mengalami depresi ataukah tidak diperlu-
Individu dengan harga diri tinggi sadar kan proses assessmen yang lebih menda-
akan kelebihan-kelebihan yang dimilikinya lam yang harus dilakukan oleh seorang
dan memandang kelebihan-kelebihan psikolog atau psikiater, seperti ditambah
tersebut lebih penting daripada kelemahan- dengan wawancara ataupun observasi
nya. (McDowell & Newell, 1996). Skor yang
Berdasarkan uraian di atas, diajukan didapat oleh subyek dalam penelitian ini,
hipotesis sebagai berikut : penulis hanya akan menyimpulkan menge-
1) Ada korelasi negatif antara perilaku nai tinggi-rendahnya kecenderungan su-
asertif dengan tingkat kecenderungan byek untuk dapat jatuh ke dalam kondisi
depresi depresi.
2) Ada korelasi negatif antara harga diri Skala ini memiliki 21 aitem yang men-
dengan tingkat kecenderungan depresi cerminkan kategori sikap dan simptom
depresi. Masing-masing aitem terdiri dari 4
Metode tingkat pernyataan yang diwakili oleh
angka 0, 1, 2 dan 3, jadi masing-masing
Subjek Penelitian : aitem dinilai intensitasnya dalam skala 0-3.
Subjek dalam penelitian ini adalah Skor tiap aitem adalah angka pernyataan
119 remaja berusia 18-21 tahun (remaja paling tinggi yang dipilih oleh subyek
akhir). (subyek boleh memilih lebih dari 1
pernyataan).
Variabel Penelitian : Karena nilai tertinggi yang bisa diperoleh
1. Variabel Terikat : tingkat pada masing-masing item adalah 3, maka
kecenderungan depresi jumlah total tertinggi yang mungkin adalah
2. Variabel Bebas 1 : perilaku asertif 63 (yang berarti bahwa didapat nilai 3 pada
3. Variabel Bebas 2 : harga diri setiap item). Karena nilai terendah yang
bisa diperoleh pada masing-masing item
Alat Ukur : adalah 0, maka nilai total terendah yang
mungkin adalah 0 (yang berarti bahwa
Tingkat Kecenderungan Depresi. didapat nilai 0 pada setiap item). Berikut
Instrumen yang digunakan untuk mengu- klasifikasi interpretasi skor BDI yang
kur tingkat kecenderungan depresi dalam dikemukakan oleh Beck (dalam McDowell
penelitian ini adalah Beck Depression & Newell 1996):
146
Perilaku Asertif, Harga Diri dan Kecenderungan Depresi
SKOR INTERPRETASI
< 10 Tidak ada depresi / depresi minimal
10-18 Depresi ringan hingga sedang
19-29 Depresi sedang hingga berat
30 Depresi berat
Robinson (1991, dalam Aditomo & sesuai), dan STS (sangat tidak sesuai).
Retnowati, 2004) mencatat bahwa validitas Koefisien korelasi terendah dari aitem
BDI berkisar antara 0,6-0,9. Achmad layak pakai adalah 0,258 dan koefisien
(dalam Aditomo & Retnowati, 2004) korelasi tertinggi dari aitem layak pakai
mencatat reliabilitas versi bahasa Indonesia adalah 0,715. Hasil estimasi reliabilitas
sebesar 0,775, sedangkan Prabandari skala harga diri menunjukkan koefisien
(dalam Aditomo & Retnowati, 2004) sebesar 0,941 yang berarti bahwa skala
menemukan angka reliabilitas yang lebih harga diri ini sangat reliabel.
besar, yakni 0,93.
Perilaku Asertif. Alat ukur yang Prosedur :
digunakan untuk mengukur perilaku asertif Teknik analisis data yang digunakan dalam
adalah kuesioner tertutup yang berbentuk penelitian ini adalah statistik nonpara-
skala likert. Skala ini memiliki aitem metrik berupa uji korelasi Spearman Rank,
favourable dan unfavourable. Respon yang mengingat hasil uji normalitas dalam
digunakan berjumlah lima, antara lain: SS penelitian ini menunjukkan bahwa sebaran
(sangat sesuai), S (sesuai), R (ragu-ragu), data yang diperoleh tidak normal. Uji
TS (tidak sesuai), dan STS (sangat tidak korelasi dengan Spearman Rank menggu-
sesuai). Koefisien korelasi terendah dari nakan bantuan program statistik SPSS 13.0
aitem layak pakai adalah 0,257 dan for windows.
koefisien korelasi tertinggi dari aitem layak
pakai adalah 0,844. Hasil estimasi Hasil
reliabilitas skala asertivitas menunjukkan
koefisien sebesar 0,871 yang berarti bahwa Uji Asumsi :
skala asertivitas ini sangat reliabel. Uji asumsi normalitas dilakukan dengan
Harga Diri. Alat ukur yang digunakan menggunakan teknik perhitungan Kolmo-
untuk mengukur harga diri adalah kuesio- gorov Smirnov Test melalui program SPSS
ner tertutup yang berbentuk skala likert. 13.0 for Windows. Ketentuan yang diguna-
Skala ini memiliki aitem favourable dan kan adalah sebaran data dikatakan normal
unfavourable. Respon yang digunakan jika signifikansi > 0,05 (Priyatno, 2008).
berjumlah lima, antara lain: SS (sangat Berikut adalah hasil perhitungannya:
sesuai), S (sesuai), R (ragu-ragu), TS (tidak
147
Rosa Imani Khan
ANOVA Table
Sum of Mean
Squares Df Square F Sig.
Tingkat_Kecenderu Between (Combined)
ngan_Depresi * Groups 977,360 26 37,591 10,077 ,000
Perilaku_Asertif
Linearity 657,722 1 657,722 176,315 ,000
Deviation
from 319,638 25 12,786 3,427 ,000
Linearity
Within Groups 343,194 92 3,730
Total 1320,555 118
Berdasarkan tabel anova di atas, diketahui bungan yang linear antara variabel perilaku
bahwa signifikansi yang dihasilkan sebesar asertif dan tingkat kecenderungan depresi.
0,000. Hal ini berarti terjadi suatu hu-
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Tingkat_Kecenderu Between (Combined)
ngan_Depresi * Groups 1062,855 51 20,840 5,418 ,000
Harga_Diri
Linearity 610,897 1 610,897 158,829 ,000
Deviation from
451,957 50 9,039 2,350 ,001
Linearity
Within Groups 257,700 67 3,846
Total 1320,555 118
Berdasarkan tabel anova di atas, diketahui bungan yang linear antara variabel harga
bahwa signifikansi yang dihasilkan sebesar diri dan tingkat kecenderungan depresi.
0,000. Hal ini berarti terjadi suatu hu-
148
Perilaku Asertif, Harga Diri dan Kecenderungan Depresi
Tingkat_Kecende
rungan_Depresi Perilaku_Asertif Harga_Diri
Spearman's Tingkat_Kece Correlation
rho nderungan_De Coefficient 1,000 -,678 -,699
presi
Sig. (2-
. ,000 ,000
tailed)
N 119 119 119
Perilaku_Asert Correlation
-,678 1,000 ,650
if Coefficient
Sig. (2-
,000 . ,000
tailed)
N 119 119 119
Harga_Diri Correlation
-,699 ,650 1,000
Coefficient
Sig. (2-
,000 ,000 .
tailed)
N 119 119 119
Berdasarkan perhitungan yang telah pula sebaliknya, semakin rendah harga diri
dilakukan, diperoleh angka korelasi antara maka tingkat kecenderungan depresi yang
variabel perilaku asertif dengan tingkat dimiliki akan semakin tinggi.
kecenderungan depresi sebesar -0,678
sedangkan angka probabilitas atau p Pembahasan
sebesar 0,000. Berdasarkan hasil perhi- Hasil penelitian ini secara umum telah
tungan tersebut, dapat dikatakan bahwa ada menjawab bahwa seluruh hipotesis yang
korelasi antara variabel perilaku asertif telah dirumuskan dalam penelitian ini
dengan tingkat kecenderungan depresi. diterima atau terbukti kebenarannya.
Tanda(negatif) pada angka korelasi Hipotesis pertama dalam penelitian ini
berarti bahwa kedua variabel memiliki adalah ada korelasi negatif antara perilaku
korelasi yang berlawanan, yakni semakin asertif dengan tingkat kecenderungan
tinggi perilaku asertif maka tingkat depresi.
kecenderungan depresi yang dimiliki akan Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
semakin rendah, begitu pula sebaliknya, yang dilakukan oleh Bromberger dan
semakin rendah perilaku asertif maka Matthews (dalam http://sabda.org, diunduh
tingkat kecenderungan depresi yang di- pada tanggal 15 Agustus 2011) pada tahun
miliki akan semakin tinggi. 1996 yang mengatakan bahwa semakin
Begitu pula dengan angka korelasi yang mampu individu mengekspresikan diri
diperoleh antara variabel harga diri dengan secara asertif, maka semakin kuat daya
tingkat kecenderungan depresi sebesar - tahannya dalam menghadapi stres dan
0,699 sedangkan angka probabilitas atau p semakin kecil kemungkinannya terserang
sebesar 0,000. Berdasarkan hasil perhi- depresi.
tungan tersebut, dapat dikatakan bahwa ada Depresi ibarat penyakit jantung koroner
korelasi antara variabel harga diri dengan dimana salah satu penyebab umumnya
tingkat kecenderungan depresi. Tanda adalah penyumbatan saluran darah ke
(negatif) pada angka korelasi berarti bahwa jantung itu sendiri. Ketidakmampuan
kedua variabel memiliki korelasi yang mengutarakan isi hati secara asertif dapat
berlawanan, yakni semakin tinggi harga menimbulkan "penyumbatan" emosional
diri maka tingkat kecenderungan depresi dalam batin individu. Kalau ini terjadi
yang dimiliki akan semakin rendah, begitu terus-menerus dan dalam kurun waktu
149
Rosa Imani Khan
150
Perilaku Asertif, Harga Diri dan Kecenderungan Depresi
151
Rosa Imani Khan
152
Perilaku Asertif, Harga Diri dan Kecenderungan Depresi
153
Rosa Imani Khan
154