Anda di halaman 1dari 12

Persona, Jurnal Psikologi Indonesia

September 2012, Vol. 1, No. 2, hal 143-154

Perilaku Asertif, Harga Diri dan Kecenderungan Depresi


Rosa Imani Khan
Alumni Program Magister Psikologi
Pascasarjana Untag Surabaya

Abstract. This study aimed to find out correlations among assertive


behaviors and self-esteem with tendency to depression. The study was
conducted toward 119 adolescents, with ages 18 to 21 year (last adolescent).
Data were collected by scales of assertive behkavior, self-esteem and Beck
Depression Inventory (BDI) in indonesian version. Techniques for the data
analyses used statistical spearman rank correlation, SPSS for Windows
release 13. Results of the analysis found a negative correlation between
assertive behavior and tendency to depression. The more assertive behavior,
the less tendency to depression, and adversely. Other finding also showed a
negative correlation between self-esteem and tendency to depression. The
more sel-esteem, the less tendency to depression, and adversely.

Keywords: assertive behavior, self-esteem, depression

Intisari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara perilaku


asertif dan harga diri dengan tingkat kecenderungan depresi. Penelitian
dilakukan pada 119 remaja berusia 18-21 tahun (remaja akhir). Alat
pengumpul data berupa skala asertivitas, skala harga diri dan Beck
Depression Inventory (BDI) versi bahasa Indonesia. Analisis data dilakukan
dengan teknik statistik korelasi spearman rank, dengan bantuan program
statistik SPSS versi 13. for Windows. Hasil analisis data menunjukkan
bahwa terdapat korelasi negatif antara perilaku asertif dengan tingkat
kecenderungan depresi. Semakin tinggi perilaku asertif maka tingkat
kecenderungan depresi yang dimiliki akan semakin rendah, begitu pula
sebaliknya. Hasil yang lain juga menunjukkan bahwa terdapat korelasi
negatif antara harga diri dengan tingkat kecenderungan depresi. Semakin
tinggi harga diri maka tingkat kecenderungan depresi yang dimiliki akan
semakin rendah, begitu pula sebaliknya.

Kata kunci: perilaku asertif, harga diri, depresi.

Masa remaja merupakan periode tran- Masa remaja adalah masa perkem-
sisi antara masa anak-anak ke masa bangan yang paling krusial, karena di akhir
dewasa. Batasan usianya tidak ditentukan periodenya seorang remaja harus meng-
dengan jelas, tetapi kira-kira berawal dari hadapi sendiri kemanakah identitas egonya
usia 12 sampai akhir usia 21 tahun, yaitu akan dibentuk (Feist & Feist, dalam
saat pertumbuhan fisik hampir lengkap Cynthia, 2009). Hurlock (1994) mengata-
(Atkinson, 1987). kan bahwa dibandingkan dengan kelompok
Hal ini sejalan dengan yang dikemuka- anak dan orang tua, periode remaja
kan Monks dkk. (2006) bahwa masa merupakan periode yang paling berat.
remaja secara global berlangsung antara Masa ini merupakan masa yang penuh
umur 12 dan 21 tahun, dengan pembagian perubahan, baik anatomis, fisiologis,
12-15 tahun adalah masa remaja awal, 15- fungsi mosional dan intelektual serta
18 tahun adalah masa remaja pertengahan, hubungan sosial, sebelum mencapai titik
18-21 tahun adalah masa remaja akhir. kulminasinya pada usia dewasa.

143
Rosa Imani Khan

Cole (dalam Cynthia, 2009) menjelas- melakukan kegiatan yang biasanya menye-
kan bahwa perubahan dari anak-anak yang nangkan (Davison & Neale, 1994).
tergantung menjadi individu mandiri, Atkinson (1996) menjelaskan bahwa
menyebabkan remaja harus menyesuaikan depresi merupakan respon yang normal
diri dengan banyak hal, yaitu yang terhadap berbagai stres kehidupan. Depresi
berhubungan dengan kematangan emosi- dikatakan tidak normal bila depresi
onal, mengembangkan ketertarikan ter- tersebut melebihi proporsi dalam merespon
hadap lawan jenis, kematangan sosial, terhadap suatu kejadian dan terus berlanjut
kemandirian di luar rumah, kematangan melebihi batas dimana kebanyakan orang
mental, permulaan dari kemandirian secara sudah pulih kembali.
finansial, menggunakan waktu luang Perasaan depresi berupa perasaan sedih,
secara tepat atau yang disebut dengan kesal, lesu, dan tidak tertarik pada suatu
proper uses of leisure, cara memandang kegiatan apapun sekalipun kegiatan itu
kehidupan dan identifikasi diri sendiri. menyenangkan; dapat dipastikan dialami
Kondisi tersebut menunjukkan banyaknya oleh hampir setiap orang pada saat-saat
masalah yang dihadapi remaja, yang harus tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa
diatasi. Apabila terdapat banyak masalah depresi merupakan suatu konsepsi yang
yang tidak teratasi, sangat mungkin dapat dapat diterapkan pada suatu rentang
menyebabkan remaja menjadi merasa keadaan emosi, baik normal maupun
kecewa, tidak menghargai diri sendiri serta abnormal.
menganggap dirinya sebagai orang yang Depresi normal merupakan periode
gagal atau tidak mampu. Kondisi ini jika sementara dari kesedihan dan kelelahan
berkelanjutan akan dapat menyebabkan yang umum terjadi ketika merespon
depresi pada remaja. stressfull life events. Periode tersebut
Carr (dalam Aditomo & Retnowati, secara umum berlangsung tidak lebih dari
2004) mengatakan bahwa apabila ditinjau 7-10 hari. Bila keadaan depresi terus
dari perspektif perkembangan, depresi berlanjut lebih lama dan simptom ber-
memang mulai banyak muncul pada masa kembang menjadi lebih kompleks dan
remaja. Studi-studi epidemologis menun- berat, maka keadaan depresi telah sampai
jukkan bahwa angka prevalensi depresi pada tingkatan klinis. Depresi pada tingkat
untuk anak-anak adalah 2,5 persen dan klinis secara umum meliputi gangguan
meningkat menjadi 8,3 persen untuk tidur, gangguan makan, anergia, perasaan
remaja. Angka prevalensi ini akan mening- tak ada lagi yang dapat diharapkan dan
kat sampai 25 persen apabila depresi putus asa. Depresi pada tingkat yang lebih
ringan juga diperhitungkan (Stenber, dalam berat, dapat menimbulkan halusinasi,
Aditomo & Retnowati, 2004). delusi, keadaan psikotik, bahkan keinginan
Penelitian tentang depresi pada maha- untuk bunuh diri (Corsini, 1996).
siswa baru di Amerika Serikat menunjuk- Hasil penelitian yang dilakukan oleh
kan bahwa 70 persen di antaranya menun- Bromberger dan Matthews (dalam http://
jukkan gejala-gejala depresi (Aero & sabda.org, diunduh pada tanggal 15
Weiner, dalam Achmad, 1988). Selain itu, Agustus 2011) pada tahun 1996 menun-
penelitian pada mahasiswa Fakultas jukkan bahwa makin mampu seseorang
Kedokteran UGM menunjukkan bahwa mengekspresikan diri secara asertif, makin
rata-rata mengalami depresi sedang (R. kuat daya tahannya dalam menghadapi
Soegandhi dkk., dalam Achmad, 1988). stres, dan makin kecil kemungkinan untuk
Depresi merupakan suatu keadaan terserang depresi. Pengertian atau makna
emosi yang ditandai dengan kesedihan dan asertivitas menurut Rini (2001) adalah
penderitaan yang mendalam, perasaan suatu kemampuan untuk mengkomuni-
tidak berharga dan bersalah, menarik diri kasikan apa yang diinginkan, dirasakan,
dari orang lain, kehilangan selera makan, dan dipikirkan kepada orang lain namun
tidur, bahkan hasrat seksual atau ke- tetap menjaga dan menghargai hak-hak
hilangan minat dan kesenangan dalam serta perasaan pihak lain Orang-orang yang

144
Perilaku Asertif, Harga Diri dan Kecenderungan Depresi

tidak asertif biasanya pemalu, tertutup, dan kamar, hilangnya rasa percaya diri,
tidak dapat menyatakan keinginannya. semangat hidup, kreativitas, antusiasme,
Mereka selalu mengerjakan apa yang dan optimisme. Tidak mau bicara, tidak
disukai dan diperintahkan oleh orang lain berani berjumpa dengan orang-orang,
tanpa banyak bertanya dan tanpa mem- berpikir yang negatif tentang diri sendiri
perhatikan mana yang terbaik untuk dan tentang orang lain, hingga hidup terasa
dirinya sendiri. Orang yang tidak asertif sangat berat dan melihat masalah lebih
biasanya cemas dalam situasi sosial dan besar dari dirinya. Remaja jadi pesimis
mempunyai harga diri yang cenderung memandang hidupnya, seakan hilang
rendah (Devito, 1990). harapan, tidak ada yang bisa memahami
Masih mengenai depresi, orang-orang dirinya, dan sebagainya (http://piipiiodd.
yang mempunyai harga diri yang tinggi wordpress. com, diunduh pada tanggal 15
pada umumnya percaya pada kemampuan- Agustus 2011).
nya sendiri, realistis, optimis dan efektif Individu yang depresi tidak lagi merasa
dalam menghadapi masalah-masalahnya, bergairah menghadapi hidup dan akhirnya
sehingga jarang mengalami gangguan- perasaan hambar mewarnai pandangan
gangguan penyesuaian, apalagi gangguan- hidupnya. Individu ini mulai membatasi
gangguan psikologis seperti depresi pergaulan dengan orang lain dan ke-
(Coopersmith, 1967 dalam Achmad, 1988). hilangan semangat dalam melaksanakan
Depresi merupakan suatu gangguan tanggung jawab sehari-hari.
mental yang spesifik yang ditandai dengan Orang-orang yang asertif biasanya
adanya perasaan sedih, putus asa, ke- mampu mengadakan dan membina hu-
hilangan semangat, merasa bersalah, bungan yang akrab dan hangat dengan
lambat dalam berpikir, menurunnya moti- orang lain. Mereka mampu menyatakan
vasi untuk melakukan aktivitas, dan lain perasaan dan pikiran-pikirannya dengan
sebagainya. Depresi cenderung diderita tepat dan jujur tanpa memaksakan kepada
oleh remaja karena remaja cenderung orang lain. Mereka juga mampu menghar-
memperhatikan citra tubuhnya, rentan gai perasaan-perasaan dan pendapat-
mengalami peristiwa yang penuh stres, pendapat orang lain, sehingga dalam
mengalami tekanan dalam penyesuaian diri hubungan antar pribadinya, orang-orang
dalam berinteraksi dengan orang lain. yang asertif mampu bertukar pengalaman,
Hinton (1989) mengatakan bahwa masa pikiran dan perasaan dengan orang lain.
remaja merupakan masa perubahan hormo- Mereka lebih banyak menerima tanggapan
nal, perubahan tingkat dan pola hubungan positif dan merasa lebih dimengerti oleh
sosial sehingga remaja cenderung memper- orang lain. Hal ini membuat mereka jarang
sepsikan orang tua secara berbeda. Selain mengalami gangguan depresi, karena bila
itu, masa pertumbuhan remaja, jarang yang mereka memiliki masalah biasanya mereka
berlangsung dengan lancar. Banyak masa- dapat menyatakannya dengan tepat kepada
lah yang terjadi dan bisa makin serius orang lain, sehingga mereka mendapat
hingga menyebabkan depresi yang ber- banyak keuntungan seperti memperoleh
kepanjangan. Remaja yang mengalami solusi, mendapatkan dukungan sosial dan
depresi akan menjadi apatis dan menyalah- dapat menjelaskan beban mental akibat
kan dirinya sendiri sehingga merasa masalahnya itu (Achmad, 1988).
enggan untuk mencari pertolongan. Haye (dalam Cynthia, 2009) mengata-
Depresi dapat mengakibatkan dampak kan bahwa faktor penyebab depresi antara
yang merugikan bagi si penderita seperti lain adalah adanya tujuan-tujuan yang
terganggunya fungsi sosial, fungsi peker- tidak tercapai yang menyebabkan keke-
jaan, mengalami kesulitan untuk berkon- cewaan serta adanya kegagalan yang
sentrasi, mengalami ketidakberdayaan menyebabkan kurangnya penghargaan
yang dipelajari, bahkan hingga tindakan terhadap diri. Individu dengan harga diri
bunuh diri yang menyebabkan kemati- rendah cenderung memandang dirinya
an. Remaja hanya mengurung diri di

145
Rosa Imani Khan

secara negatif dan terfokus pada kele- Inventory (BDI). Beck dkk. (dalam Craig
mahan dirinya. & Dobson, 1995) menyebutkan bahwa
Berbeda dengan orang-orang yang skala ini pertama kali muncul pada tahun
mempunyai harga diri yang tinggi, pada 1961 dan disusun awalnya untuk mengukur
umumnya percaya pada kemampuannya intensitas depresi. Pada perkembangannya,
sendiri, realistis, optimis dan efektif dalam BDI ini digunakan sebagai alat penjaringan
menghadapi masalah-masalahnya, sehi- komunitas dan instrumen penelitian klinis.
ngga mereka jarang mengalami gangguan- Penggunaan BDI sebagai alat untuk
gangguan penyesuaian, apalagi gangguan- mengukur tingkat kecenderungan depresi
gangguan psikologis seperti depresi dalam penelitian ini didasarkan pada
(Coopersmith, dalam Achmad, 1988). pertimbangan bahwa BDI dapat digunakan
Pelham & Swan (dalam Aditomo & pada individu yang belum didiagnosa
Retnowati, 2004) menjelaskan bahwa klinis menderita depresi. Untuk menegak-
individu yang memiliki harga diri tinggi kan diagnosa klinis apakah seseorang
berarti memandang dirinya secara positif. mengalami depresi ataukah tidak diperlu-
Individu dengan harga diri tinggi sadar kan proses assessmen yang lebih menda-
akan kelebihan-kelebihan yang dimilikinya lam yang harus dilakukan oleh seorang
dan memandang kelebihan-kelebihan psikolog atau psikiater, seperti ditambah
tersebut lebih penting daripada kelemahan- dengan wawancara ataupun observasi
nya. (McDowell & Newell, 1996). Skor yang
Berdasarkan uraian di atas, diajukan didapat oleh subyek dalam penelitian ini,
hipotesis sebagai berikut : penulis hanya akan menyimpulkan menge-
1) Ada korelasi negatif antara perilaku nai tinggi-rendahnya kecenderungan su-
asertif dengan tingkat kecenderungan byek untuk dapat jatuh ke dalam kondisi
depresi depresi.
2) Ada korelasi negatif antara harga diri Skala ini memiliki 21 aitem yang men-
dengan tingkat kecenderungan depresi cerminkan kategori sikap dan simptom
depresi. Masing-masing aitem terdiri dari 4
Metode tingkat pernyataan yang diwakili oleh
angka 0, 1, 2 dan 3, jadi masing-masing
Subjek Penelitian : aitem dinilai intensitasnya dalam skala 0-3.
Subjek dalam penelitian ini adalah Skor tiap aitem adalah angka pernyataan
119 remaja berusia 18-21 tahun (remaja paling tinggi yang dipilih oleh subyek
akhir). (subyek boleh memilih lebih dari 1
pernyataan).
Variabel Penelitian : Karena nilai tertinggi yang bisa diperoleh
1. Variabel Terikat : tingkat pada masing-masing item adalah 3, maka
kecenderungan depresi jumlah total tertinggi yang mungkin adalah
2. Variabel Bebas 1 : perilaku asertif 63 (yang berarti bahwa didapat nilai 3 pada
3. Variabel Bebas 2 : harga diri setiap item). Karena nilai terendah yang
bisa diperoleh pada masing-masing item
Alat Ukur : adalah 0, maka nilai total terendah yang
mungkin adalah 0 (yang berarti bahwa
Tingkat Kecenderungan Depresi. didapat nilai 0 pada setiap item). Berikut
Instrumen yang digunakan untuk mengu- klasifikasi interpretasi skor BDI yang
kur tingkat kecenderungan depresi dalam dikemukakan oleh Beck (dalam McDowell
penelitian ini adalah Beck Depression & Newell 1996):

146
Perilaku Asertif, Harga Diri dan Kecenderungan Depresi

Interpretasi Skor Beck Depression Inventory (BDI)

SKOR INTERPRETASI
< 10 Tidak ada depresi / depresi minimal
10-18 Depresi ringan hingga sedang
19-29 Depresi sedang hingga berat
30 Depresi berat

Robinson (1991, dalam Aditomo & sesuai), dan STS (sangat tidak sesuai).
Retnowati, 2004) mencatat bahwa validitas Koefisien korelasi terendah dari aitem
BDI berkisar antara 0,6-0,9. Achmad layak pakai adalah 0,258 dan koefisien
(dalam Aditomo & Retnowati, 2004) korelasi tertinggi dari aitem layak pakai
mencatat reliabilitas versi bahasa Indonesia adalah 0,715. Hasil estimasi reliabilitas
sebesar 0,775, sedangkan Prabandari skala harga diri menunjukkan koefisien
(dalam Aditomo & Retnowati, 2004) sebesar 0,941 yang berarti bahwa skala
menemukan angka reliabilitas yang lebih harga diri ini sangat reliabel.
besar, yakni 0,93.
Perilaku Asertif. Alat ukur yang Prosedur :
digunakan untuk mengukur perilaku asertif Teknik analisis data yang digunakan dalam
adalah kuesioner tertutup yang berbentuk penelitian ini adalah statistik nonpara-
skala likert. Skala ini memiliki aitem metrik berupa uji korelasi Spearman Rank,
favourable dan unfavourable. Respon yang mengingat hasil uji normalitas dalam
digunakan berjumlah lima, antara lain: SS penelitian ini menunjukkan bahwa sebaran
(sangat sesuai), S (sesuai), R (ragu-ragu), data yang diperoleh tidak normal. Uji
TS (tidak sesuai), dan STS (sangat tidak korelasi dengan Spearman Rank menggu-
sesuai). Koefisien korelasi terendah dari nakan bantuan program statistik SPSS 13.0
aitem layak pakai adalah 0,257 dan for windows.
koefisien korelasi tertinggi dari aitem layak
pakai adalah 0,844. Hasil estimasi Hasil
reliabilitas skala asertivitas menunjukkan
koefisien sebesar 0,871 yang berarti bahwa Uji Asumsi :
skala asertivitas ini sangat reliabel. Uji asumsi normalitas dilakukan dengan
Harga Diri. Alat ukur yang digunakan menggunakan teknik perhitungan Kolmo-
untuk mengukur harga diri adalah kuesio- gorov Smirnov Test melalui program SPSS
ner tertutup yang berbentuk skala likert. 13.0 for Windows. Ketentuan yang diguna-
Skala ini memiliki aitem favourable dan kan adalah sebaran data dikatakan normal
unfavourable. Respon yang digunakan jika signifikansi > 0,05 (Priyatno, 2008).
berjumlah lima, antara lain: SS (sangat Berikut adalah hasil perhitungannya:
sesuai), S (sesuai), R (ragu-ragu), TS (tidak

Tabel 10. Tests of Normality


Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Tingkat
kecenderungan 0,212 119 0,000 0,902 119 0,000
depresi
Perilaku Asertif 0,073 119 0,174 0,975 119 0,025
Harga Diri 0,052 119 0,200* 0,979 119 0,065
*.This is a lower bound of the true significance

147
Rosa Imani Khan

a Lilliefors Significance Correction Uji linearitas dalam penelitian ini di-


lakukan dengan bantuan program SPSS
Berdasarkan perhitungan terhadap Beck
13.0 for Windows menggunakan Test for
Depression Inventory (BDI), skala aserti-
Linearity pada taraf 0,05. Dua variabel
vitas dan skala harga diri yang telah
dikatakan memiliki hubungan yang linear
dilakukan, diperoleh bahwa signifikansi
apabila memiliki signifikansi < 0,05
data tingkat kecenderungan depresi adalah
(Priyatno, 2008). Penulis menggunakan
0,000, dimana 0,000 < 0,05 sehingga dapat
teknik ini karena teknik ini lebih mudah
diambil kesimpulan bahwa sebaran untuk
dalam penggunaan dan interpretasinya.
data tingkat kecenderungan depresi pada
Berikut adalah hasil perhitungannya:
119 subyek penelitian adalah tidak normal.

ANOVA Table
Sum of Mean
Squares Df Square F Sig.
Tingkat_Kecenderu Between (Combined)
ngan_Depresi * Groups 977,360 26 37,591 10,077 ,000
Perilaku_Asertif
Linearity 657,722 1 657,722 176,315 ,000
Deviation
from 319,638 25 12,786 3,427 ,000
Linearity
Within Groups 343,194 92 3,730
Total 1320,555 118

Berdasarkan tabel anova di atas, diketahui bungan yang linear antara variabel perilaku
bahwa signifikansi yang dihasilkan sebesar asertif dan tingkat kecenderungan depresi.
0,000. Hal ini berarti terjadi suatu hu-

Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Tingkat_Kecenderu Between (Combined)
ngan_Depresi * Groups 1062,855 51 20,840 5,418 ,000
Harga_Diri
Linearity 610,897 1 610,897 158,829 ,000
Deviation from
451,957 50 9,039 2,350 ,001
Linearity
Within Groups 257,700 67 3,846
Total 1320,555 118

Berdasarkan tabel anova di atas, diketahui bungan yang linear antara variabel harga
bahwa signifikansi yang dihasilkan sebesar diri dan tingkat kecenderungan depresi.
0,000. Hal ini berarti terjadi suatu hu-

148
Perilaku Asertif, Harga Diri dan Kecenderungan Depresi

Hasil Uji Korelasi

Tingkat_Kecende
rungan_Depresi Perilaku_Asertif Harga_Diri
Spearman's Tingkat_Kece Correlation
rho nderungan_De Coefficient 1,000 -,678 -,699
presi
Sig. (2-
. ,000 ,000
tailed)
N 119 119 119
Perilaku_Asert Correlation
-,678 1,000 ,650
if Coefficient
Sig. (2-
,000 . ,000
tailed)
N 119 119 119
Harga_Diri Correlation
-,699 ,650 1,000
Coefficient
Sig. (2-
,000 ,000 .
tailed)
N 119 119 119

Berdasarkan perhitungan yang telah pula sebaliknya, semakin rendah harga diri
dilakukan, diperoleh angka korelasi antara maka tingkat kecenderungan depresi yang
variabel perilaku asertif dengan tingkat dimiliki akan semakin tinggi.
kecenderungan depresi sebesar -0,678
sedangkan angka probabilitas atau p Pembahasan
sebesar 0,000. Berdasarkan hasil perhi- Hasil penelitian ini secara umum telah
tungan tersebut, dapat dikatakan bahwa ada menjawab bahwa seluruh hipotesis yang
korelasi antara variabel perilaku asertif telah dirumuskan dalam penelitian ini
dengan tingkat kecenderungan depresi. diterima atau terbukti kebenarannya.
Tanda(negatif) pada angka korelasi Hipotesis pertama dalam penelitian ini
berarti bahwa kedua variabel memiliki adalah ada korelasi negatif antara perilaku
korelasi yang berlawanan, yakni semakin asertif dengan tingkat kecenderungan
tinggi perilaku asertif maka tingkat depresi.
kecenderungan depresi yang dimiliki akan Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
semakin rendah, begitu pula sebaliknya, yang dilakukan oleh Bromberger dan
semakin rendah perilaku asertif maka Matthews (dalam http://sabda.org, diunduh
tingkat kecenderungan depresi yang di- pada tanggal 15 Agustus 2011) pada tahun
miliki akan semakin tinggi. 1996 yang mengatakan bahwa semakin
Begitu pula dengan angka korelasi yang mampu individu mengekspresikan diri
diperoleh antara variabel harga diri dengan secara asertif, maka semakin kuat daya
tingkat kecenderungan depresi sebesar - tahannya dalam menghadapi stres dan
0,699 sedangkan angka probabilitas atau p semakin kecil kemungkinannya terserang
sebesar 0,000. Berdasarkan hasil perhi- depresi.
tungan tersebut, dapat dikatakan bahwa ada Depresi ibarat penyakit jantung koroner
korelasi antara variabel harga diri dengan dimana salah satu penyebab umumnya
tingkat kecenderungan depresi. Tanda adalah penyumbatan saluran darah ke
(negatif) pada angka korelasi berarti bahwa jantung itu sendiri. Ketidakmampuan
kedua variabel memiliki korelasi yang mengutarakan isi hati secara asertif dapat
berlawanan, yakni semakin tinggi harga menimbulkan "penyumbatan" emosional
diri maka tingkat kecenderungan depresi dalam batin individu. Kalau ini terjadi
yang dimiliki akan semakin rendah, begitu terus-menerus dan dalam kurun waktu

149
Rosa Imani Khan

yang berkepanjangan, maka rasa keter- subyek penelitian menunjukkan perilaku


tekanan (stressed) pun makin menumpuk. asertif yang tinggi, 47 orang atau 39,5%
Beban emosional yang menumpuk akan dari keseluruhan subyek penelitian menun-
menyumbat kemampuan untuk menjalan- jukkan perilaku asertif yang sedang, 28
kan fungsi sehari-hari dengan lapang dan orang atau 23,6% dari keseluruhan subyek
segar. penelitian menunjukkan perilaku asertif
Apabila kondisi tersebut berlangsung yang rendah, dan 4 orang atau 3,3% dari
terus menerus, maka akan membuka pintu keseluruhan subyek penelitian menunjuk-
terhadap depresi. Individu tidak lagi kan perilaku asertif yang sangat rendah.
merasa bergairah menghadapi hidup dan Hasil penelitian ini secara umum juga
akhirnya perasaan hambar mewarnai telah menjawab bahwa hipotesis kedua
pandangan hidupnya. Individu kemudian dalam penelitian ini yang berbunyi ada
mulai membatasi pergaulan dengan orang korelasi negatif antara harga diri dengan
lain dan kehilangan semangat memenuhi tingkat kecenderungan depresi diterima
tanggung jawab sehari-hari. atau terbukti kebenarannya.
Individu yang tidak asertif biasanya Haye (dalam Cynthia, 2009) mengata-
pemalu, tertutup, dan tidak dapat menyata- kan bahwa faktor penyebab dari depresi
kan keinginannya. Individu ini selalu antara lain adalah adanya tujuan-tujuan
mengerjakan apa yang disukai dan di- yang tidak tercapai yang menyebabkan
perintahkan orang lain tanpa banyak kekecewaan serta adanya kegagalan yang
bertanya dan tanpa memperhatikan mana menyebabkan kurangnya penghargaan
yang terbaik untuk dirinya sendiri. terhadap diri. Individu dengan harga diri
Individu ini biasanya juga cemas dalam rendah cenderung memandang dirinya
situasi sosial dan mempunyai harga diri secara negatif dan terfokus pada kele-
yang cenderung rendah (Devito, 1990). mahan dirinya.
Individu yang asertif biasanya mampu Hasil penelitian ini juga sejalan dengan
mengadakan dan membina hubungan yang penjelasan Coopersmith (dalam Achmad,
akrab dan hangat dengan orang lain, serta 1988) yang mengatakan bahwa orang-
mampu menyatakan perasaan dan pikiran- orang yang mempunyai harga diri yang
pikirannya dengan tepat dan jujur tanpa tinggi pada umumnya percaya pada
memaksakan kepada orang lain. Individu kemampuannya sendiri, realistis, optimis
ini juga mampu menghargai perasaan- dan efektif dalam menghadapi masalah-
perasaan dan pendapat-pendapat orang lain masalahnya, sehingga jarang mengalami
sehingga dalam hubungan antar pribadi- gangguan-gangguan penyesuaian, apalagi
nya, individu ini mampu bertukar penga- gangguan-gangguan psikologis seperti
laman, pikiran dan perasaan dengan orang depresi. Pelham & Swan (dalam Aditomo
lain, lebih banyak menerima tanggapan & Retnowati, 2004) juga menjelaskan
positif dan merasa lebih dimengerti oleh bahwa individu yang memiliki harga diri
orang lain. Kondisi ini membuat individu tinggi berarti memandang dirinya secara
ini jarang mengalami gangguan depresi, positif. Individu dengan harga diri tinggi
karena bila memiliki masalah biasanya sadar akan kelebihan-kelebihan yang
individu ini dapat menyatakannya dengan dimilikinya dan memandang kelebihan-
tepat kepada orang lain, sehingga men- kelebihan tersebut lebih penting daripada
dapat banyak keuntungan seperti mempe- kelemahannya.
roleh solusi, mendapatkan dukungan sosial Subyek penelitian dengan harga diri
dan dapat menjelaskan beban mental akibat yang rendah memiliki kecenderungan yang
masalahnya itu (Achmad, 1988). lebih tinggi untuk mengalami depresi. Bisa
Hasil pengolahan data dari penelitian ini dikatakan bahwa subyek yang memandang
menunjukkan bahwa 11 orang atau 9,2% dan menilai dirinya negatif lebih mungkin
dari keseluruhan subyek penelitian menun- mengalami depresi daripada subyek yang
jukkan perilaku asertif yang sangat tinggi, menghargai dirinya secara positif.
29 orang atau 24,4% dari keseluruhan

150
Perilaku Asertif, Harga Diri dan Kecenderungan Depresi

Berdasarkan hasil pengolahan data, proper uses of leisure, cara memandang


didapat 10 orang atau 8,41% dari kehidupan dan identifikasi diri sendiri.
keseluruhan subyek penelitian menunjuk- Kondisi tersebut menunjukkan banyaknya
kan harga diri yang sangat tinggi, 32 orang masalah yang dihadapi remaja, yang harus
atau 26,89% dari keseluruhan subyek diatasi. Apabila terdapat banyak masalah
penelitian menunjukkan harga diri yang yang tidak teratasi, sangat mungkin dapat
tinggi, 44 orang atau 36,97% dari ke- menyebabkan remaja menjadi merasa
seluruhan subyek penelitian menunjukkan kecewa, tidak menghargai diri sendiri serta
harga diri yang sedang, 24 orang atau menganggap dirinya sebagai orang yang
20,17% dari keseluruhan subyek penelitian gagal atau tidak mampu. Kondisi ini jika
menunjukkan harga diri yang rendah, dan 9 berkelanjutan akan dapat menyebabkan
orang atau 7,56% dari keseluruhan subyek depresi pada remaja.
penelitian menunjukkan harga diri yang Subjek dalam penelitian ini adalah 119
sangat rendah. remaja yang berusia 18-21 tahun. Usia
Tampak pula dari hasil pengolahan tersebut dikategorikan sebagai masa remaja
data, didapat 62 orang subyek penelitian akhir (Monks, 1992). Hasil penelitian ini
atau 52% dari keseluruhan jumlah subyek menunjukkan bahwa subjek memiliki
penelitian memiliki tingkat kecenderungan tingkat kecenderungan depresi yang sangat
depresi yang dimiliki sangat rendah. rendah dan rendah. Tidak satupun subjek
Terdapat 57 orang atau 48% dari ke- memiliki tingkat kecenderungan depresi
seluruhan subyek penelitian memiliki yang tinggi dan sangat tinggi. Individu
tingkat kecenderungan depresinya rendah. yang tengah berada dalam masa remaja
Tidak terdapat atau 0% dari keseluruhan akhir menunjukkan peningkatan kestabilan
subyek penelitian memiliki tingkat dalam aspek-aspek fisik dan psikis. Pada
kecenderungan depresi yang tinggi dan masa remaja akhir terjadi keseimbangan
sangat tinggi. tubuh dan anggota badan, panjang dan
Masa remaja adalah masa perkem- besar yang berimbang. Demikian pula
bangan yang paling krusial, karena di akhir mengenai sikap dan cara pandang mereka.
periodenya seorang remaja harus mengha- Pada masa remaja awal, individu sangat
dapi sendiri kemanakah identitas egonya sering memandang dirinya lebih tinggi
akan dibentuk (Feist & Feist, dalam ataupun lebih rendah dari keadaan yang
Cynthia, 2009). Hurlock (1994) mengata- sesungguhnya. Kebanyakan yang terjadi
kan bahwa dibandingkan dengan kelompok dalam masa remaja awal adalah pandangan
anak dan orang tua, periode remaja yang negatif yaitu lebih rendah, lebih
merupakan periode yang paling berat. kurang, lebih jelek dari keadaan se-
Masa ini merupakan masa yang penuh sungguhnya. Hal yang demikian merupa-
perubahan, baik anatomis, fisiologis, kan refleksi dari rasa tidak puas individu
fungsi emosional dan intelektual serta terhadap apa yang dimiliki. Tetapi dalam
hubungan sosial, sebelum mencapai titik masa remaja akhir, keadaan semacam itu
kulminasinya pada usia dewasa. telah berkurang. Individu telah mulai
Cole (dalam Cynthia, 2009) menjelas- menilai dirinya sebagaimana adanya,
kan bahwa perubahan dari anak-anak yang menghargai miliknya, keluarganya, orang-
tergantung menjadi individu mandiri, orang lain seperti keadaan sesungguhnya.
menyebabkan remaja harus menyesuaikan Akibat positif dari keadaan remaja akhir
diri dengan banyak hal, yaitu yang seperti itu adalah timbulnya perasaan puas,
berhubungan dengan kematangan emosi- menjauhkan mereka dari rasa kecewa.
onal, mengembangkan ketertarikan terha- Perasaan puas itu merupakan sebagaian
dap lawan jenis, kematangan sosial, syarat penting tercapainya kebahagiaan
kemandirian di luar rumah, kematangan bagi remaja.
mental, permulaan dari kemandirian secara Sebenarnya bentuk-bentuk masalah
finansial, menggunakan waktu luang yang dihadapi individu pada masa remaja
secara tepat atau yang disebut dengan akhir relatif sama dengan masalah yang

151
Rosa Imani Khan

dihadapi pada masa remaja awal. Arikunto. (1989). Prosedur Penelitian,


Perbedaannya terletak pada cara individu Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Bina
menghadapi masalah yang dimaksud. Aksara.
Kalau pada masa remaja awal individu Atkinson, R.L., Atkinson R.E. & Hilgard,
sering memperlihatkan kemarahan-ke- E.R. (1996). Pengantar Psikologi Jilid
marahannya, sering sangat sedih dan 2 (edisi ke-8) Terjemahan Nurdjannah
kecewa, maka pada masa remaja akhir, hal & Agus Dharma. Jakarta: Erlangga.
yang demikian tidak lagi sering nampak. Azwar, Saifuddin. (2006). Penyusunan
Umumnya individu yang tengah memasuki Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka
masa remaja akhir mulai mampu Pelajar Offset.
menghadapi permasalahan-permasalahan- Azwar, Saifuddin. (2007). Penyusunan
nya dengan lebih tenang dan matang. Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka
Ketenangan dan kematangan dalam Pelajar Offset.
menghadapi kekecewaan-kekecewaan di- Bakrie, Iskandar.(2010). Ciri-ciri Penting
tunjang oleh adanya kemampuan berpikir Remaja Akhir. Diakses pada tanggal 22
logis dan realistis serta kemampuan untuk Desember 2011 dari http://www.tnol.
menguasai perasaan-perasaannya. Keadaan co.id/spiritual-psychology/3242-ciri-
yang realistis dalam menentukan sikap, ciri-penting-remaja-akhir.html?lang=
minat dan cita-cita mengakibatkan individu id&device=desktop
tidaklah terlalu kecewa dengan adanya Baron, R. A., & byrne, D. E. (1991). Social
kegagalan-kegagalan kecil yang dijumpai. Psychology: Understanding human
Usaha-usaha pemecahan masalah yang interaction (6th ed..) Needham Heigts:
dihadapi juga dapat dilakukan dengan Allyn & Bacon.
berdiskusi bersama teman-teman sebaya. Branden, N. (1994). The Six Pillars of Self-
Langkah-langkah pemecahan masalah Esteem: The Definitive Work on Self-
tersebut mengarahkan remaja akhir pada Esteem by The Leading Pioneer in The
tingkah laku yang lebih well adjusted, Field. New York: Bantam Books.
lebih dapat menyesuaikan diri dalam Brehm, S.S., Kassin, S. M. (1996). Social
banyak situasi lingkungan dan situasi Psychology (3rd ed.). Boston: Hough-
perasaan-perasaan sendiri. Akibatnya rasa ton Mifflin Company.
bahagia bagi remaja akhir menjadi Burns, David D. (1988). Terapi Kognitif
bertambah. Kebahagiaan akan semakin Pendekatan Baru Bagi Penanganan
kuat jika individu mendapat penghargaan Depresi Terjemahan Drs. Santosa.
dari orang dewasa, orang tua, guru dan Jakarta: Erlangga.
teman-teman mereka di sekolah, terhadap Burns. (1993). Konsep Diri: Teori,
diri dan usaha-usaha individu (www.tnol. Pengukuran, Perkembangan dan Peri-
co.id diunduh pada tanggal 22 Desember laku. Jakarta: Archan.
2011). Carson, R.C., Butcher, J.N. & Mineka, S.
(1996). Abnormal Psychology &
Daftar Pustaka Modern Life (10th ed.). New York:
Harper Collins College Publisher.
Achmad, Saleh. (1988). Hubungan antara Cervone, D. & Mischel, W. (eds.) (2002).
Perilaku Asertif, Stress, dan Self- Advances In Personality Science. New
Esteem dengan Depresi pada York: The Guilford Press.
Mahasiswa Baru. Jurnal Psikologi Corsini, R.J. (1984). Concise Encyclopedia
Tahun XVI No. 1, Juli 1988. Hal. 34- of Psychology, Volume 3. USA:John
37. Willey & Sons.
Aditomo, Anindito & Sofia Retnowati. Craig, G.J. (1996). Human Development
(2004). Perfeksionisme, Harga Diri, (7th ed.). USA: Prentice-Hall, Inc.
dan Kecenderungan Depresi pada Cynthia, Trida & Anita Zulkaida. (2009,
Remaja Akhir. Jurnal Psikologi Tahun Oktober). Kecenderungan Depresi pada
XXXI No. 1, Juni 2004. Hal. 1-15. Mahasiswa dan Perbedaan berdasarkan

152
Perilaku Asertif, Harga Diri dan Kecenderungan Depresi

Jenis Kelamin. Diakses pada tanggal 5 Bahasa: Budiyanto, F.X. Jakarta:


Agustus 2010 dari http: repository. Binarupa Aksara.
gunadarma.ac.id:8000/ichwan_s_penge McDowell, Ian dan Claire Newell. (1996).
mbangan_comp_1315.pdf Measuring Health, A Guide to Rating
Davis, M., Eshelman, E. R. & McKay, M. Scales and Questionnaires, 2nd ed.
(1995). Panduan Relaksasi & Reduksi New York: Oxford University Press,
Stres. Edisi ketiga. Alih Bahasa : Achir Inc
Yani S. Hamid & Budi Anna Keliat. Nazir, M. (1988). Metode Penelitian.
Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC Jakarta: Ghalia Indonesia.
Davison, G.C., & Neale, J.M. (1994). Nicolson, D., & Ayers, H. (2004).
Abnormal Psychology (6th ed.). New Adolescent Problems: A practical guide
York: John Willey & Sons. for parents, teachers, and counsellors
De Vito, J. A. (1998). Massages-Building (2nd ed.). London: david Fulton
Interpersonal Communication Skill. Publisher.
New York : Harper and Rav Papalia, D.E., Olds, S.W., & Fieldman,
Golub, Thelma. Goal-Directed Therapy: R.D. (2004). Human Development (9th
Assertiveness Training for Better ed.). New York: McGraw-Hill.
Relationships. (online). Diakses pada Piarizky. (2010). Analisis Kasus Depresi
tanggal 15 Agustus 2011 dari Remaja. Diakses pada tanggal 15
http://www.4therapy.com/consumer/life Agustus 2011 dari http://piipiiodd.
_topics/item.php?uniqueid=7219&categ wordpress.com/
oryid=251. Prastuti, E. (2001). Pengaruh Pendidikan
Gunadi, Paul.(1996). Wanita dan Depresi. Seks dan Pelatihan Asertivitas terhadap
Diakses pada tanggal 15 Agustus 2011 Sikap Remaja Mengenai Seks Pranikah.
dari http://sabda.org/c3i/wanita_dan_ Tesis. Yogyakarta: Universitas Gadjah
depresi_0 Mada.
Hadi, Sutrisno. (1991). Statistik II. Priyatno, Dwi. (2008). Mandiri Belajar
Yogyakarta: Andi Offset. SPSS untuk Analisis Data & Uji
Hanna, S.L. (2003). Person to Person: Statistik. Jakarta: Mediakom.
Positive Relationships Dont Just Richmond, V.P. & McCroskey, J.C.
Happen. Fourth Edition. New Jersey: (1995). Nonverbal Behavior in Inter-
Prentice Hall. personal Relations. Fifth Edition.
Herabadi, Astrid Gisela. (2007). Hubungan Boston: Pearson.
antara Kebiasaan Berpikir Negatif Rini, J. (2001). Asertivitas, (online).
tentang Tubuh dengan Body Esteem Diakses pada tanggal 15 Agustus 2011
dan Harga Diri. Diakses pada tanggal dari http://www/e-psikologi.com/
15 Agustus 2011 dari http://journal.ui. dewasa/assertif.htm.
ac.id/v2/index.php/humanities/article/vi Rini, Jacinta (2003). Asertivitas, (online).
ew/42 Diakses pada tanggal 15 Agustus 2011
Http://winnerstatistik.blogspot.com/2008/0 dari http://www.e-psikologi.com/
2/asumsi-distribusi-normal.html. dewasa/asertif.htm.
Diakses pada tanggal 10 Januari 2012. Santoso, Singgih. (2006). Menguasai
Hurlock, E. (1980). Psikologi Perkem- Statistik di Era Informasi dengan SPSS
bangan: Suatu Pendekatan Sepanjang 14. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Rentang Kehidupan. Edisi Kelima. Alih Santrock, J.W. (2002). Life-Span Develop-
Bahasa: Istiwidayanti & Soedjarwo. ment. California: Sage Publications, Inc.
Jakarta: Erlangga. Santrock, N. J. (ed). (2006). Encyclopedia
Kendal, P.C. & Norton-Ford, J.D. (1982). of Human Development. California:
Clinical Psychology. USA:John Willey Sage Publications, Inc.
& Sons. Silalahi, Gabriel Amin. (2003). Metodologi
Lloyd, S.R. (1990). Mengembangkan Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES.
Perilaku Asertif yang Positif. Alih

153
Rosa Imani Khan

Singarimbun dan Effendi. (1989). Metode Townend, A. (1991). Developing Asser-


Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES. tiveness. London: Routledge.
Sugiyono. (2005). Statistika untuk Peneliti- Widyarini, Esthi. (2005). Pengaruh
an. Bandung: CV Alfabeta. Karaoke terhadap Peningkatan
Supardi, Hardiyansyah. (2009). Remaja Perilaku Asertif Siswi Kelas 1 SMP
dan Penyaluran Depresi Mereka. Diak- Dhaniswara Surabaya. Skripsi.
ses pada tanggal 15 Agustus 2011 dari Surabaya: Universitas Airlangga.
http://www.wikimu.com/News/Display Winarsunu, Tulus. (2002). Statistik dalam
NewsRemaja.aspx?id=16067 Penelitian Psikologi dan Pendidikan.
Malang: UMM Press.

154

Anda mungkin juga menyukai