Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada dasarnya semua sektor industri diarahkan pada penggunaan teknologi yang minim
polusi dan hemat biaya operasional. Di Indonesia, perkembangan industri kimia berkembang
cukup pesat. Seiring perkembangan industri kimia di Indonesia, mengakibatkan kebutuhan
metanol (CH3) yang merupakan bahan baku serta bahan penunjang industri kimia mengalami
peningkatan. Namun Indonesia masih mengimpor bahan baku atau produk industri kimia dari
negara lain.
Kata methyl pada tahun 1840 diambil dari methylene, dan kemudian digunakan untuk
mendeskripsikan "metil alkohol". Nama ini kemudian disingkat menjadi "methanol" tahun
1892 oleh International Conference on Chemical Nomenclature. Suffiks [-yl] (indonesia {il})
yang digunakan dalam kimia organik untuk membentuk nama radikal-radikal, diambil dari
kata "methyl".
Pada tahun 1923, ahli kimia Jerman, Matthias Pier, yang bekerja untuk BASF
mengembangkan cara mengubah gas sintesis (syngas / campuran dari karbon dioksida and
hidrogen) menjadi metanol. Proses ini menggunakan katalis zinc chromate (seng kromat),
dan memerlukan kondisi ekstrem tekanan sekitar 30100 MPa (3001000 atm), dan
temperatur sekitar 400 C. Produksi metanol modern lebih effisien dengan menggunakan
katalis tembaga yang mampu beroperasi pada tekanan relatif lebih rendah.
Penggunaan metanol sebagai bahan bakar mulai mendapat perhatian ketika krisis
minyakbumi terjadi pada tahun 1970-an karena ia mudah tersedia dan murah. Masalah timbul
pada pengembangan awalnya untuk campuran metanol-bensin. Untuk menghasilkan harga
yang lebih murah, beberapa produsen cenderung mencampur metanol lebih banyak. Produsen
lainnya menggunakan teknik pencampuran dan penanganan yang tidak tepat. Akibatnya, hal
ini menurunkan mutu bahan bakar yang dihasilkan. Akan tetapi, metanol masih menarik utuk
digunakan sebagai bahan bakar bersih. Mobil-mobil dengan bahan bakar fleksibel yang
dikeluarkan oleh General Motors, Ford dan Chrysler dapat beroperasi dengan setiap
kombinasi etanol, metanol dan/atau bensin.

1.2. Spesifikasi Bahan Baku


Bahan baku yang digunakan dalam memroduksi methanol salah satunya yaitu batu bara.
Batubara merupakan batuan hidrokarbon padat yang terbentuk dari tumbuhan dalam
lingkungan bebas oksigen, serta pengaruh tekanan dan panas yang berlangsung sangat lama.
Sehingga batubara dapat dikatakan sebagai bahan bakar fosil. Unsur utama yang terkandung
dalam batubara adalah karbon, hidrogen, dan oksigen. Secara umum, batubara digolongkan
menjadi 5 tingkatan (berdasarkan urutan kualitasnya) yaitu antrasit, bituminus, lignit, peat
(gambut). Sedangkan penggolongan batubara berdasarkan nilai kalorinya dibagi menjadi 3
golongan, yaitu sebagai berikut :
Tabel 1.4.1 Golongan Batubara Berdasarkan Nilai Kalori

Golongan Nilai Kalor (kkal/kg) Jenis


Kualitas Tinggi 8300 Antrasit
Kualitas Menengah 7000 8000 Bituminus
Kualitas Rendah 6000 Sub Bituminus
1500 - 4500 Lignit
(Sukandarrumidi, 2005)

1.3. Spesifikasi Produk


Metanol, juga dikenal sebagai metil alkohol, wood alcohol atau spiritus, adalah senyawa
kimia dengan rumus kimiaCH3OH. Ia merupakan bentuk alkohol paling sederhana. Pada
"keadaan atmosfer" ia berbentuk cairan yang ringan, mudah menguap, tidak berwarna,
mudah terbakar, dan beracun dengan bau yang khas (berbau lebih ringan daripada etanol).
metanol digunakan sebagai bahan pendingin anti beku, pelarut, bahan bakar dan sebagai
bahan additif bagi etanol industri.
Metanol diproduksi secara alami oleh metabolisme anaerobik oleh bakteri. Hasil proses
tersebut adalah uap metanol (dalam jumlah kecil) di udara. Setelah beberapa hari, uap
metanol tersebut akan teroksidasi oleh oksigen dengan bantuan sinar matahari menjadi
karbon dioksida dan air.

1.4. Kegunaan Produk


Metanol dapat disebut sebagai metil alkohol, wood alkohol, atau spirtus. Metanol adalah
senyawa kimia yang memiliki rumus kimia CH3OH yang merupakan alkohol yang paling
sederhana. Berikut adalah beberapa bidang yang memanfaatkan metanol :
1. Bahan baku pembuatan formalin dan metil ester serta pelarut bahan kimia.
2. Campuran bahan anti beku pada air pendingin dan pembutan cairan pembersih.
3. Bahan baku pembuatan MTBE (Methyl Tertiary Butyl Ether), yaitu bahan adiktif bahan
bakar untuk memperbaiki proses pembakaran.
1. Metanol adalah bahan baku pembuatan dimetil eter, sebagai cairan aerosol dan dijadikan
bahan campuran untuk pembuatan LPG.
2. Metanol kini sedang dikembangkan sebagai fuel cell untuk laptop, bahkan kendaraan.

BAB II

RANCANGAN PROSES

2.1 Mekanisme Reaksi Pembentukan Methanol


Pembentukan methanol dapat dilakukan dengan berbagai macam proses yaitu
pirolisis kayu, oksidasi hidrokarbon dan gasifikasi
Pada pembuatan metanol, terdapat 2 tahapan, yaitu :
a. Tahap pertama
Mengkonversi bahan baku menjadi gas sintesis yang terdiri atas CO, CO2, H2O,
H2 . Biasanya dicapai oleh katalitik reforming gas umpan dan uap.
b. Tahap kedua
Sintesis katalitik metanol dari gas sintesis.

Dari beberapa proses yang tersedia, maka pemilihan proses yang dipandang cocok
dari segi ketersediaan bahan baku dalam mencukupi proses jangka panjang adalah
proses gasifikasi.

Proses gasifikasi batubara meliputi dua proses utama yaitu gasifikasi batubara dan
Sintesis Metanol.

2.1.1 Gasifikasi Batubara


Proses gasifikasi karbon padat dari batubara maupun biomassa terjadi proses
reaksi kimia yang menghasilkan karbon dan gas CO, CO2, H2, H2O dan N2
sebagai inert yag didapatkan dari reaksi reaksi berikut :
Reaksi gasifikasi

Reaksi gasifikasi
C + O2 CO Hf = -111 MJ/kmol ..........(2.1)
CO + O2 CO2 Hf = -283 MJ/kmol ..........(2.2)
H2 + O2 H2O Hf = -242 MJ/kmol ..........(2.3)
Reaksi Boidouard
C + CO2 <=> 2CO Hf = + 172 MJ/kmol ..........(2.4)
Water gas reaction
C + H2O <=> CO + H2 Hf = + 131 MJ/kmol ..........(2.5)
(Higman, 2008)

2.1.2 Sintesis Metanol

Reaksi utama yang terjadi adalah sebagai berikut :


CO + 2H2<=> CH3OH H298 = -904,1 kJ/kmol ..........(2.6)
CO2 + 3H2<=> CH3OH + H2 H298 = -492,4 kJ/kmol ..........(2.7)
(Mc Ketta, 1988)
2.2 Tinjauan Termodinamika

Tinjauan secara termodinamika digunakan untuk mengetahui sifat dan arah reaksi
yaitu ekotermis/endotermis dan reversibel/irreversibel. Berikut adalah data reaksi
utama (FBR) pembuatan metanol :
Reaksi 1 : CO(g) + 2H2(g) <=> CH3OH(g) ..........(2.6)
Reaksi 2 : CO2(g) + 3H2(g) <=> CH3OH(g) + H2O(g) ..........(2.7)
Harga dari Hof masing masing komponen pada suhu 298K dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 2.2 Harga Hof

Komponen Hof(298)
(kJ/mol)
CO -110,525
H2O -241,83
CO2 -393,509
H2 0
CH3OH -201

Maka,
Reaksi 1
HoR(298) = Hof(produk) - Hof(reaktan) (2.8)
= -90,475 kJ/mol
Karena harga HoR(298) bernilai negatif, maka reaksi bersifat eksotermis.
Reaksi 2
Dengan persamaan 2.9, didapat nilai HoR(298) = -93,321 kJ/mol
Karena harga HoR(298) bernilai negatif, maka reaksi bersifat eksotermis.

2.3 Tinjauan Kinetika


Informasi kinetika di gunakan untuk meramalkan secara rinci mekanisme suatu
reaksi yaitu langkah-langkah yang ditempuh pereaksi untuk menentukan hasil reaksi
tertentu sesuai yang diinginkan. Disamping itu kinetika juga memberikan informasi
untuk mengendalikan laju reaksi. Informasi semacam itu sangat berguna bagi para ahli
sintesis senyawa kimia, sehingga hasil sintesanya memuaskan.

Tabel 2.3 Harga G fo

Komponen G f(298)
o
(kJ/mol)
CO -137,168
H2O -228,59
CO2 -394,359
H2 0
CH3OH -162,5
Maka,
Reaksi 1
GoR(298) = Gof(produk) - Gof(reaktan) (2.9)
= -25,332 kJ/mol

Dari Van Ness (1997), persamaan (15.14)

Dari Van Ness (1997), persamaan (15.17)

Pada suhu 200oC (473K) besarnya konstanta kesetimbangan dapat dihitung sebagai
berikut

Harga konstanta kesetimbangan 2,7 x 104, maka reaksi berlangsung searah ke kanan
(irreversible).

Reaksi 2
Dengan persamaan 2.9, didapat nilai GoR(298) = -5,27 kJ/mol
Dengan persamaan 2.11, didapat nilai K = 3,76
Dengan persamaan 2.12, didapat nilai K = 3,63
Harga konstanta kesetimbangan 3,63, maka reaksi berlangsung searah ke kanan
(irreversible).

2.4 Kondisi Operasi

Reaksi utama yang menghasilkan produk metanol adalah reaksi fase gas, bersifat
eksotermis dan kondisi reaksinya isotermal dan non-adiabatis.

2.4.1
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kebutuhan styrene di Indonesia cenderung meningkat setiap tahun sesuai dengan
permintaan pasar. Akan tetapi permintaan yang tinggi tersebut tidak dapat dicukupi oleh produksi
dalam negeri sehingga indonesia harus mengimpor styrene. Dengan meningkatnya permintaan
styrene dipasar domestik. Diprediksikan untuk tahun selanjutnya permintaan akan cenderung
meningkat. Atas pertimbangan ini, industri etilbenzena sebagai bahan baku monomer styrene
mempunyai prospek yang cukup baik untuk dikembangkan di Indonesia. Langkah
pengembangan ini dapat memperluas lapangan pekerjaan dan meningkatkan kemandirian bangsa
sehingga memperkuat struktur ekonomi nasional.
Spesifikasi produk untuk pembuatan benzene yaitu terdiri dari 2 bahan, etena dan
benzene. Dimana dalam mekanisme reaksi pembentukan etil benzene terdiri dari penyiapan
bahan baku, proses pembentukan etil benzene dan pemurnian benzene.

3.2 Saran
1. Lebih banyak perusahaan yang menerapkan inovasi baru dalam pembuatan produk etilen
benzene.
2. Banyak variasi produk yang dihasilkan dari produk etilen benzene.
3. Pihak manapun yang akan membuat produk etilen benszena harus mengetahui reaksi-
reaksi , kondisi proses, konsep termodinamika dan kinetika supaya lebih efisien dan
efektif.
DAFTAR PUSTAKA

Nashrudin, Muhammad. 2015. Perancangan Pabrik Etilbenzena dari Etilena dan Benzena
dengan Proses Unocal/UOP. Diakses pada 17 September 2017.
Wardana, Irsyadia N. 2015. Perancangan Pabrik Etilbenzena dari Etilen dan Benzena dengan
Kapasitas 200.000 Ton/Tahun. Diakses pada 17 September 2017.
Wibawa. 2015. Desain Pabrik Ethylene dari Gas Alam di Teluk Bintuni Papua Barat. Diakses
dari http://www.ejurnal.its.ac.id/index.php/teknik/article/view/8375/2095 pada 17
September 2017.

Anda mungkin juga menyukai