Anda di halaman 1dari 13

Laporan Praktikum Fisiologi Manusia

HITUNG JENIS JENIS LEUKOSIT


(DIFFERENTIAL LEUCOCYT)

Oleh :

RINI ROSDIYANA
163112620120111

JURUSAN S1 BIOLOGI MEDIK


FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS NASIONAL JAKARTA
2016
Laporan Praktikum V
A. Judul : Percobaan Darah II
B. Tanggal : 28 Oktober 2016
C. Tujuan
a. Menghitung macam macam jenis leukosit
b. Menghitung masing masing jenis leukosit
c. Menentukan daya kerapuhan eritrosit (fragility globuler)
D. Tinjauan Pustaka
a. Pengertian Darah
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk
hidup (kecuali tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan
zat zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh,
mengangkut bahan bahan kimia hasil metabolisme, dan juga
sebagai bentuk pertahan tubuh terhadap virus dan bakteri.
Darah di dalam tubuh makhluk hidup (kecuali tumbuhan)
berperan dalam sistem sirkulasi. Sistem sirkulasi adalah
penghubung antara lingkungan dan lingkungan cairan internal
tubuh. Sistem sirkulasi ini berperan membawa zat zat makanan,
nutrien, dan gas ke semua sel, jaringan, organ, dan sistem organ,
serta membawa produk akhir metabolik keluar darinya.
b. Fungsi Darah
Dalam tubuh darah memiliki banyak fungsi, yaitu :
Bekerja sebagai sistem transpor dari tubuh, menghantarkan
semua bahan kimia, oksigen, dan zat makanan yang diperlukan
untuk tubuh agar fungsi normal dapat dijalankan, serta
menyingkirkan karbon dioksida dan hasil buangan lain.
Sel darah merah menghantarkan oksigen ke jaringan dan
menyingkirkan sebagian karbondioksida.
Sel darah putih menyediakan banyak bahan pelindung dan
karena gerakan fagositosis beberapa sel akan melindungi
tubuh dari serangan bakteri dan virus.
Plasma membagi protein yang diperlukan untuk pembentukan
jaringan : menyegarkan cairan jaringan karena melalui cairan
ini semua sel tubuh menerima makanannya. Dan merupakan
kendaraan untuk mengangkut bahan buangan ke berbagai
organ ekskretorik untuk di buang.
Hormon dan enzim diantarkan dari organ ke organ dengan
perantaraan darah.
Mengatur keseimbangan asam dan basa di dalam tubuh.
Ikut berperan dalam homeostasis menjaga keseimbangan
dalam tubuh serta mengatur stabilitas suhu tubuh.
Ada lima jenis leukosit yang dapat ditemukan dalam sirkulasi darah,
yang dibedakan berdasarkan ukuran, bentuk nukleus, dan ada tidaknya
granula sitoplasma. Sel yang memiliki granula sitoplasma disebut
granulosit, sel yang tidak memiliki granula sitoplasma disebut agranulosit.
Sel granulosit terdiri dari neutrofil, eosinofil dan basofil, sedangkan
yang termasuk sel agranulosit yaitu limfosit dan monosit. Dari kelima sel
darah putih tersebut, yang paling sering dijumpai setelah pewarnaan yaitu
sel netrofil. Pewarnaan yang dapat digunakan untuk membedakan jenis
jenis leukosit yaitu pewarnaan Wright dan pewarnaan Giemsa.
a. Sel-sel granulosit
1. Netrofil
Netrofil memiliki granula kecil berwarna merah muda dalam
sitoplasmanya. Nukelus memiliki 2 5 lobus yang dihubungkan
dengan kromatin tipis. Diameternya mencapai 10 - 15m.
Mencapai >60% dari jumlah sel darah putih. Netrofil sangat
fogositik dan sangat aktif. Sel sel ini sampai di jaringan
terinfeksi untuk menyerang dan menghancurkan bakteri, virus,
atau agen yang bisa menyebabkan cedera lainnya.
Gambar : A, Neutrofil batang, B neutrofil segmen
Sumber: Susilawati .2013

2. Eosinofil
Eosinofil memiliki granula sitoplasma yang kasar dan besar,
jika dilihat di bawah mikroskop berwarna oranye kemerahan. Sel
ini memiliki nukleus berlobus dua, dan berdiameter 10-15m.
Terdapat kurang lebih 1 3 % dari jumlah leukosit. Eosinofil
adalah fagositik lemah. Jumlahnya akan meningkat saat terjadi
alergi atau penyakit parasit, tetapi berkurang selama stress
berkepanjangan.
Sel ini berfungsi dalam detoksikasi histamin yang diproduksi
sel mast dan jaringan yang cedera saat inflamasi
berlangsung.mengandung peroksidase dan fosfatase Eosinofil
mengandung peroksidase dan fosfatase, yaitu enzim yang
mampu menguraikan protein. Enzim ini mungkin terlibat dalam
detoksikasi bakteri dan pemindahan kompleks antigen-antibodi,
tetapi belum diketahui secara pasti.

Gambar : Sel Eosinofil


Sumber: Susilawati .2013
3. Basofil
Mencapai kurang dari 1% jumlah leukosit. Basofil memiliki
sejumlah granula sitoplasma besar yang bentuknya tidak
beraturan dan akan berwarna kekuningan sampai hitam serta
memperlihatkan nukleus berbentuk S. Diameternya 10-15m.
Basofil memiliki fungsi menyerupai sel mast. Sel ini mengandung
histamin, mungkin untuk meningkatkan aliran darah ke jaringan
yang cedera, dan juga antikoagulan heparin untuk membantu
mencegah penggumpalan darah intravaskular.

Gambar : Sel Basofil


Sumber: Susilawati .2013

b. Sel-sel agranulosit
1. Limfosit
Limfosit mencapai 30% jumlah total leukosit dalam darah.
Sebagian besar limfosit dalam tubuh ditemukan di jaringan-
jaringan limfatik. Rentang hiduupnya dapat mencapai beberapa
tahun. Limfosit mengandung nukleus bulat berwarna biru gelap
yang dikelilingi lapisan tipis sitoplasma. Ukurannya bervariasi
ukuran terkecil 5-8m, dan ukuran terbesar 15m. Limfosit
berasal dari sel sel batang sumsum tulang merah, melanjutkan
differensiasi dan proliferasi dalam organ lain. Sel ini berfungsi
dalam reaksi imunologis.
Gambar : Limfosit
Sumber: Susilawati .2013

2. Monosit
Mencapai 3-8% jumlah total leukosit. Monosit adalah sel
darah terbesar, diameternya berukuran 12-18m. Nukleusnya
besar berbentuk seperti telur atau seperti ginjal, yang dikelilingi
sitoplasma berwarna keabuan pucat. Monosit sangat fagositik
dan sangat aktif. Sel ini siap bermigrasi melalui pembuluh darah.
Jika monosit telah meninggalkan aliran darah, maka sel ini
menjadi histiosit jaringan (makrofag tetap).

Gambar : Monosit
Sumber: Susilawati .2013
Nilai normal leukosit yang dapat dijadikan nilai rujuakn normal atau
tidaknya jumlah jenis leukosit dalam darah manusia dapat dilihat rasio
jumlahnya sebagai berikut :
Jenis Lekosit Nama Sel Jumlah
Leukosit
1 Granulosit Basofil 0-1 %
Eosinofil 1 -3 %
Neutrofil batang 2-6%
Neutrofil segmen 55 - 75 %
2 Agranulosit Limposit 20 - 25 %
Monosit 28%
Tabel : Rasio jumlah jenis sel leukosit
Sumber : Sumber: Susilawati .2013

Leukosit di dalam tubuh berfungsi untuk melindungi tubuh terhadap


invasi benda asing, termasuk bakteri dan virus. Aktivitas leukosit pada
umumnya berlangsung dalam jaringan dan bukan dalam aliran darah
Setelah diproduksi di sumsum tulang, leukosit dapat bertahan kurang
lebih satu hari dalam sirkulasi sebelum masuk ke jaringan. Sel ini tetap
dalam jaringan selama beberapa hari, beberapa minggu, atau beberapa
bulan tergantung jenis leukositnya. Leukosit memiliki sifat diapedesis,
yaitu kemampuan untuk menembus pori pori membran kapiler dan
masuk ke dalam jaringan. Leukosit bergerak sendiri dengan gerakan
amoeboid (gerakan seperti amoeba). Beberapa sel mampu bergerak tiga
kali panjang tubuhnya dalam satu menit. Kelainan kelainan pada sel
leukosit, yaitu leukositosis, leukopenia, limfositosis, agranulositosis,
mononukleosis infeksius, AIDS.
E. Alat dan Bahan
1. Alat
Lanset
Objek glass
Cover glass
Mikroskop
2. Bahan
Alkohol 96%
Alkohol 70%
Darah
Pewarnaan Giemsa

F. Cara Kerja
a. Hitung Macam macam Jenis Leukosit
1. Sediakan 2 kaca objek yang bersih dan bebas dari lemak,
teteskan satu tetes darah perifer pada salah satu bagian dekat
ujung kaca objek glass.
2. Tempatkan ujung kaca lain pada pinggiran tetesan darah, tarik
sedikit demi sedikit ke belakang hingga tetesan darah
menyebar.
3. Kemudian dorong ke depan tanpa menekan permukaan kaca
objek terlalu keras. Sesuaikan besarnya tetesan darah dengan
sudut kaca objek. Jika terlalu besar tetesannya maka sudut
antara dua objek diperkecil dan sebaliknya.
4. Sediaan harus mempunyai bagian yang tebal dan bagian yang
tipis.
5. Keringkan di udara, fiksasi dengan cairan metanol selama 10
menit lalu diwarnai dengan pewarnaan Giemsa atau Wright.
6. Pewarnaan Giemsa : sediaan yang telah difiksasi diberi larutan
Giemsa 10-15 tetes yang diencerkan dengan 10 mL buffer
dengan pH 6,4 atau diwarnai dengan larutan Giemsa yang
sudah tersedia. Biarkan kurang lebih 20 menit, lalu cuci pelan-
pelan dengan air mengalir, keringkan dan periksa di bawah
mikroskop dengan pembesaran kuat.
7. Pewarnaan Wright, sediaan yang telah difiksasi diberi larutan
Wright dengan cara seperti di atas, biarkan 1 2 menit.
Kemudian cuci dengan air mengalir perlahan-lahan sampai
bersih. Keringkan dan periksa di bawah mikroskop dengan
pembesaran kuat.
8. Identifikasi macam macam leukosit terutama dengan
memperhatikan ciri-ciri leukosit, bentuk inti, ada/tidaknya
granula, dan sebagainya.
b. Pemeriksaan Daya Kerapuhan Eritrosit
(Percobaan tidak dilakukan)

G. Hasil Percobaan
Di lampirkan

H. Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, hasil hitung jenis
leukosit yang diperoleh yaitu tidak ditemukan basofil, eosinofil 2%, netrofil
batang 5%, netrofil segmen 63%, limfosit 22%, dan monosit 8%. Jika
dibandingkan dengan nilai normal, jumlah hitung jenis leukosit di atas
masih dalam batas normal.
Jika hitung jenis jumlahnya kurang atau lebih dari normal (abnormal)
maka seseorang terinfeksi atau mengalami penyakit tertentu. Keadaan
patologis yang dapat ditemukan, yaitu :
1. Netrofil
Peningkatan jumlah netrofil (disebut netrofilia) dijumpai pada
infeksi akut (lokal dan sistemik), radang atau inflamasi (reumatoid
arthritis, gout, pneumonia), kerusakan jaringan (infark miokard akut,
luka bakar, cedera tabrakan, pembedahan), penyakit Hodgkin,
leukemia mielositik, hemolytic disease of newborn (HDN), kolesistitis
akut, apendisitis, pancreatitis akut, pengaruh obat (epinefrin, digitalis,
heparin, sulfonamide, litium, kortison, ACTH).
Penurunan jumlah netrofil (disebut netropenia) dijumpai pada
penyakit virus, leukemia (limfositik dan monositik), agranolositosis,
anemia defisiensi besi (ADB), anemia aplastik, pengaruh obat
(antibiotic, agen imunosupresif).
2. Eosinofil
Peningkatan jumlah eosinofil (disebur eosinofilia) dapat
dijumpai pada alergi, pernyakit parasitic, kanker (tulang, ovarium,
testis, otak), feblitis, tromboflebitis, asma, emfisema, penyakit ginjal
(gagal ginjal, sindrom nefrotik). Penurunan jumlah eosinofil dapat
dijumpai pada stress, luka bakar, syok, hiperfungsi adrenokortikal.

3. Basofil
Peningkatan jumlah basofil (disebut basofilia) dapat dijumpai
pada proses inflamasi, leukemia, tahap penyembuhan infeksi atau
inflamasi, anemia hemolitik didapat. Penurunan jumlah dapat
dijumpai pada stress, reaksi hipersensitivitas, kehamilan,
hipertiroidisme.

4. Limfosit
Peningkatan jumlah limfosit dijumpai pada leukemia limfositik,
infeksi virus (mononucleosis infeksiosa, hepatitis, parotitis, rubella,
pneumonia virus, myeloma multiple, hipofungsi adrenokortikal.
Penurunan jumlah limfosit dijumpai pada kanker, leukemia,
hiperfungsi adrenokortikal, agranulositosis, anemia aplastik, sklerosis
multiple, gagal ginjal, sindrom nefrotik, SLE.

5. Monosit
Peningkatan jumlah monosit (disebut monositosis) dapat
dijumpai pada : penyakit virus (mononucleosis infeksiosa, parotitis,
herpes zoster), penyakit parasitic (demam bintik Rocky Mountain,
toksoplasmosis, bruselosis), leukemia monositik, kanker, anemia (sel
sabit, hemolitik), SLE, arthritis rheumatoid, colitis ulseratif.
Penurunan jumlah monosit dapat dijumpai pada leukemia limfositik,
anemia aplastik.

I. Kesimpulan dan Saran


a. Kesimpulan
Ada beberapa macam jenis leukosit yang dibagi menjadi dua
kelompok yaitu granulosit (netrofil, eosinofil, dan basofil) dan
agranulosit (limfosit dan monosit).
Jumlah yang ditemukan dari hitung jenis leukosit yaitu tidak
ditemukan basofil, eosinofil 2%, netrofil batang 6%, netrofil
segmen 67%, limfosit 21%, dan monosit 4%.
b. Saran
Untuk hitung jenis leukosit objek glass harus bebas dari
lemak agar tidak terjadi bias saat pembacaan dilakukan di bawah
mikroskop.juga pada saat dilakukannya preparasi darah pada
objek glass harus di lakukan dengan teliti dan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Pearce, C. Evelyn. (2013). Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. PT.


Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Riswanto. (2009). Hitung Jenis Leukosit. Tersedia :


http://labkesehatan.blogspot.co.id/2009/11/hitung-jenis-lekosit.html.
Diakses tanggal : 2 November 2016

Sloane, E. (1994). Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Penerbit Buku


Kedokteran EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai