S2 2015 375009 Chapter1
S2 2015 375009 Chapter1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kronis yang paling sering dialami oleh anak usia sekolah. Prevalensi ADHD pada
anak secara umum sekitar 4-12% (median: 5,8%) dengan prevalensi laki-laki sekitar
9,2% dan perempuan sekitar 2,9% (4:1). Hasil survey di Amerika Serikat menemukan
prevalensi ADHD pada anak sekitar 8,8%. Prevalensi tersebut tidak berbeda jauh
dengan survei di Kanada (8,9%) dan Spanyol 10,3% (Andres et al., 1999).
ADHD yang bervariasi. Saputro (2009) mendapatkan prevalensi anak dengan ADHD
Penyebab ADHD masih belum diketahui dengan pasti. Faktor genetik diyakini
disfungsi ganglia basalis dimana hal tersebut diyakini berperan dalam patofisiologi
1
2
Feritin serum merupakan indikator simpanan besi di jaringan tubuh. Kadar feritin
serum yang rendah ditemukan lebih banyak pada anak dengan ADHD (84%)
dibandingkan anak tanpa ADHD (18%) (Konofal et al., 2004). Donfrancesco et al.
(2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa anak dengan ADHD memiliki kadar
feritin serum lebih rendah meskipun tidak signifikan (OR=0,78, CI 95% = 0,44-1,37,
p=0,392). Hal serupa juga ditemukan Juneja et al. (2010) dalam penelitiannya dimana
kadar feritin serum yang rendah (<12 ng/ml) ditemukan pada 92% dari 25 anak
ADHD di India dan tidak satu pun anak tanpa ADHD memiliki kadar feritin serum
yang rendah.
Rerata kadar feritin serum pada anak ADHD juga ditemukan lebih rendah
dibandingkan anak tanpa ADHD (Konofal et al., 2004; Juneja et al., 2010; Lahat et
al., 2011). Sebaliknya, penelitian Millichap et al. (2006) dan Donfrancesco et al.
(2013) menunjukkan kadar feritin serum pada anak ADHD tidak berbeda dengan
keparahan gejala dari ADHD seperti yang disebutkan Konofal et al. (2004) dan Oner
et al. (2008) dalam penelitiannya. Hal tersebut di atas bertolak belakang dengan
penelitian lainnya (Donfrancesco et al. (2013); Juneja et al. (2010); Millichap et al.
(2006); Lahat et al. (2011)). Cortese et al. (2009) dalam penelitiannya menemukan
hubungan yang signifikan antara kadar feritin serum dengan gangguan tidur pada
anak ADHD. Pemberian efek suplementasi besi pada anak ADHD >12 minggu
memperlihatkan adanya penurunan skor ADHD Rating Scale (Konofal et al., 2004)).
3
Penelitian mengenai kadar besi pada anak ADHD di Indonesia belum banyak
tersebut tidak mengkaji adanya hubungan defisiensi besi dengan ADHD. Seperti kita
ketahui peranan defisiensi besi dalam patofisiologi timbulnya gejala ADHD sampai
B. Rumusan Masalah
Prevalensi ADHD pada anak semakin meningkat. Berbagai studi yang berbasiskan
populasi dan rumah sakit telah dilakukan untuk mengidentifikasi faktor risiko
ADHD. Hubungan defisiensi besi sebagai salah satu faktor risiko terjadinya ADHD
C. Pertanyaan Penelitian
Apakah terdapat hubungan antara defisiensi besi dengan terjadinya ADHD pada
anak?
D. Tujuan Penelitian
4
Untuk mengkaji hubungan defisiensi besi dengan terjadinya ADHD pada anak.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi klinisi dalam
menjelaskan pada orang tua yang memiliki anak ADHD terhadap kemungkinan
2. Bagi keilmuan:
3. Bagi masyarakat:
maupun sosial.
F. Keaslian Penelitian
ADHD pada anak ADHD. Penelitian tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
5