Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada jaman sekarang ini, konsep bangunan ramah lingkungan atau green building
didorong menjadi tren dunia, terutama bagi pengembangan properti saat ini. Bangunan
ramah lingkungan ini mempunyai kontribusi menahan laju pemanasan global dengan
membenahi iklim mikro. Dalam pemanasan global, hal yang perlu diperhatikan adalah
dengan penghematan air dan energi serta penggunaan energi terbarukan.
Arsitektur ramah lingkungan, yang juga merupakan arsitektur hijau, mencakup
keselarasan antara manusia dan lingkungan alamnya. Arsitektur hijau mengandung juga
dimensi lain seperti waktu, lingkungan alam, sosio-kultural, ruang, serta teknik bangunan.
Hal ini menunjukkan bahwa arsitektur hijau bersifat kompleks, padat dan vital dibanding
dengan arsitektur pada umumnya. Sehingga mempelajari hal-hal yang terkait dalam
bidang arsitektur tentu sangat penting. Seperti mempelajari Ekologi dalam arsitektur.
Perhitungan ekologi perlu dipahami karena memerlukan rancangan suatu bangunan
yang dapat berkelanjutan dikemudian hari dan seminimal mungkin tidak merusak
lingkungan. Memperhitungkan desain ekologi yang mengedepankan konsep bangunan
yang ramah lingkungan dan penampilan alam dalam desain tersebut tentunya menjadi hal
yang sangat penting bagi para arsitek masa depan dan tidak lupa penggunaan bahan-bahan
yang mudah diperbaharui juga perlu diperhatikan.
Circle K Waturenggong adalah bangunan yang digunakan sebagai objek desain
yang mempertimbangkan mengenai perhitungan ekologi. Circle K Waturenggong terletak
di daerah Waturenggong, Circle K ini adalah salah satu cabang dari Circle K didaerah
Denpasar.

1.2 Rumusan Masalah


MK | Ekologi Arsitektur 1
1. Apa definisi perhitungan ekologi ?
2. Apa manfaat perhitungan ekologi ?
3. Bagaimana cara-cara mengaplikasikan perhitungan ekologi ?
4. Apakah desain bangunan Circle K menerapkan prinsip perhitungan ekologi ?

1.3 Tujuan

1. Memahami definisi perhitungan ekologi.


2. Memahami manfaat perhitungan ekologi.
3. Memahami cara-cara mengaplikasikan perhitungan ekologi.
4. Memahami penerapan prinsip perhitungan ekologi pada bangunan.

MK | Ekologi Arsitektur 2
BAB II
PERHITUNGAN EKOLOGI

2.1 Pengertian Perhitungan Ekologi

Desain yang dirancang dengan memperhatikan perhitungan lingkungan sekitar


sehingga setelah desain ini terwujud tidak menganggu keseimbangan ekosistem yang ada.
Desain yang dibuat harus dapat menjaga kelestarian lingkungan sekitar.
Perhitungan desain ekologi mencakup luas tanah yang tidak digunakan secara
maksimal, kilowatt-jam energi, air, jumlah tanah yang terkikis, dan semua dampak-dampak
lingkungan lainnya terhadap sebuah desain.
(Sumber : www. scribd.com)

2.2 Perhitungan - Perhitungan Ekologi

Keberlanjutan (sustainability) akan terjadi bila dapat menjadi penghitung-


penghitung ekologi yang lebih baik pada tataran tingkat komunitas .Perhitungan ekologi
secara hati-hati menyediakan ukuran dampak-dampak lingkungan secara akurat pada desain
sehingga memungkinkan dampak-dampak ini menjadi informasi penting pada proses desain.
Jika dampak-dampak lingkungan dipakai sebagai dasar untuk mencerminkan
harga-harga produk, produk-produk desain yang ramah lingkungan akan lebih mudah
dikembangkan kedepannya. Produksi yang ramah lingkungan (eco product) harus dijadikan
syarat dalam sistem penyaluran dan kebutuhan produk atau supply and demand .

( Sumber : Williams, Daniels E (2007). Sustainable Design: Ecology, Architecture, and Planning. Willey)

2.2.1 Pencahayaan
Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan
lingkungan yang aman dan nyaman dan berkaitan erat dengan produktivitas manusia.
Pencahayaan yang baik memungkinkan orang dapat melihat objek-objek yang
dikerjakannya secara jelas dan cepat. Menurut sumbernya, pencahayaan dapat dibagi
menjadi dua yaitu sistem pencahayaan alami dan sistem pencahayaan buatan.

MK | Ekologi Arsitektur 3
Cara menghitung berapa lux cahaya yang masuk kedalam bangunan :

Perbandingan luas jendela / luas bangunan


Contoh :
2 : 9 = 0,22
0,22 x 1500 = 330 lux

(Sumber : Frick, Heinz (2007). Dasar-Dasar Arsitektur Ekologis. Semarang: Penerbit Kanisius)

2.2.2 Penghawaan

Berada di daerah beriklim tropis dengan suhu dan kelembaban rata-rata


harian tinggi serta kecepatan angin rendah menjadi alasan pentingnya kinerja yang
baik pada sistem penghawaan dan ventilasi bangunan. Kurangnya penghawaan akan
menyebabkan naiknya suhu dan kelembaban udara di dalam ruangan. Kelembaban
merupakan media yang menguntungkan untuk bakteri-bakteri patogen (bakteri-
bakteri penyebab penyakit). Menurut sumbernya, sistem penghawaan dapat
dibedakan menjadi dua yaitu sistem penghawaan alami dan sistem penghawaan
buatan.
(Sumber : Frick, Heinz (2007). Dasar-Dasar Arsitektur Ekologis. Semarang: Penerbit Kanisius)

2.2.3 Air bersih


Sumber air bersih dapat didapatkan melalui sumur bor ataupun melalui
PDAM. Untuk perhitungan penggunaan air bersih per- hari bisa diasumsikan bahwa
satu orang per-hari membutuhkan air sebanyak 100 liter kemudian dikalikan jumlah
orang yang berada didalam bangunan tersebut, maka didapatkan kebutuhan air bersih
didalam bangunan per- hari.

(Sumber : lorenskambuaya.blogspot.com/2014/04/cara-menghitung-kebutuhan-air-bersih.html)

2.2.4 Air limbah


MK | Ekologi Arsitektur 4
Permukiman menyediakan sistem pengolahan air dengan mendaur ulang
100 persen air buangan cucian, dan limbah dari kamar mandi dan kloset. Air daur
ulang bisa dipakai untuk mencuci kendaraan, membilas kloset, menyiram tanaman di
taman, lapangan olah raga, dan lain-lain sehingga tak ada air yang terbuang.

(Sumber : Frick, Heinz (2007). Dasar-Dasar Arsitektur Ekologis. Semarang: Penerbit Kanisius)

2.2.5 Sampah
Pengembangan didorong membangun tempat pemrosesan sampah dengan
prinsip zero waste melalui program 3R (reduce, reuse, recycle). Seluruh penghuni
diberdayakan mengurangi (reduce) pemakaian bahan-bahan sulit terurai yang bisa
menekan produksi sampah hingga 50 persen. Sampah anorganik seperti kertas, botol,
kaleng kayu, dan besi dipilah dan dipakai ulang (reuse). Sementara sampah organik
diolah menjadi pupuk.
(Sumber : Frick, Heinz (2007). Dasar-Dasar Arsitektur Ekologis. Semarang: Penerbit Kanisius)

2.2.6 Material bangunan

Penggunaan material bahan bangunan yang tepat berperan besar dalam


menghasilkan bangunan berkualitas yang ramah lingkungan
Material ramah lingkungan memiliki kriteria sebagai berikut :
a. Dalam proses pembuatannya tidak memproduksi zat-zat berbahaya bagi
lingkungan;
b. Dapat berhubungan langsung dengan alam, dalam arti makin dekat dengan
alam karena kesan alami dari material tersebut;
c. Bisa didapatkan dengan mudah dan dekat (tidak memerlukan ongkos atau
proses memindahkan yang besar, karena menghemat energi BBM untuk
memindahkan material tersebut ke lokasi pembangunan);
d. Bahan material yang dapat terurai dengan mudah secara alami;
Bangunan harus menggunakan bahan yang tepat, efisien, dan ramah
lingkungan.Bahan baku yang ramah lingkungan berperan penting dalam menjaga
kelestarian lingkungan bumi.

(Sumber : Frick, Heinz (2007). Dasar-Dasar Arsitektur Ekologis. Semarang: Penerbit Kanisius)

BAB III

MK | Ekologi Arsitektur 5
PERHITUNGAN EKOLOGI DENGAN PROYEK

3.1 Lokasi dan Fungsi

Gambar Circle K Waturenggong


(Sumber: Survey lapangan, 15 November 2014)

Circle K Waturenggong adalah salah satu minimarket yang paling laris dikunjungi
oleh setiap orang untuk membeli barang kebutuhan sehari-hari. Circle K Waturenggong
terletak di daerah Waturenggong, Circle K ini adalah salah satu cabang dari Circle K di
daerag Denpasar. Minimarket ini menjadi salah satu pilihan utama bagi masyarakat untuk
berbelanja barang kebutuhan, selain dengan barang-barang kebutuhan sehari-hari yang
lumayan lengkap, minimarket ini juga buka selama 24 jam, sehingga masyarakat bisa
berbelanja ke minimarket ini setiap saat tanpa kawatir akan tutup.

3.3 Perancangan

MK | Ekologi Arsitektur 6
Konsep
Bangunan ini mengambil konsep minimalis dengan tampilan bangunan kotak dan
bersih dari ornamen-ornamen.
Layout plan

Lay out
(Sumber: Survey lapangan, 16 November 2014)

Site Plan

Site plan
(Sumber: Survey lapangan, 16 November 2014)

Denah

MK | Ekologi Arsitektur 7
(Sumber: Survey lapangan, 16 November 2014)

Tampak

(Sumber: Survey lapangan, 16 November 2014)

Potongan

MK | Ekologi Arsitektur 8
(Sumber: Survey lapangan, 16 November 2014)

3.3 Perhitungan Ekologi


3.3.1 Pencahayaan

Pencahayaan pada objek studi menggunakan 2 sistem yaitu pencahayaan alami dan
pencahayaan buatan. Pada pencahayaan alami bisa dilihat pada gambar, yaitu
menggunakan kaca hampir disetiap dinding pada depan bangunan sehingga cahaya
matahari bisa masuk. Dengan digunakannya material kaca seperti ini maka pencahayaan
alami untuk di dalam bangunan bisa dimaksimalkan. Dalam upaya untuk penghematan
energi. Perhitungn untuk pencahayaan buatan:

Perbandingan luas jendela / luas bangunan

10,66 : 78 = 1,14

1,14 x 1500 = 1710 lux

Jadi pencahayaan buatan pada bangunan Circle K ini adalah 1710 lux.

Untuk malam hari bangunan ini menggunakan pencahayaan buatan dengan menggunakan
lampu, penggunaan banyaknya lampu pada bangunan menyebabkan banyaknya energi
listrik yang dipergunakan.

MK | Ekologi Arsitektur 9
Gambar: Circle K Waturenggong
(Sumber: Survey lapangan, 15 November 2014)

3.3.2 Penghawaan

Untuk penghawaan yang digunakan pada objek studi menggunakan penghawaan buatan,
itu dikarenakan hampir tidak ada bukaan seperti jendela dan ventilasi yang bisa menyalurkan
udara luar kedalam bangunan, maka pada bangunan ini memanfaatkan penghawaan buatan
yaitu menggunakan AC didalam bangunan.

Gambar: CK Waturenggong ( AC dalam bangunan )


(Sumber: Survey lapangan, 15 November 2014)

MK | Ekologi Arsitektur 10
3.3.3Air bersih

Pada bangunan Circle K ini sumber air bersih didapat dari PDAM yang dialirkan
kedalam area minimarket ini. Air dialirkan langsung menuju tempat-tempat yang
membutuhkan air seperti pada toilet.

Untuk penggunaan air bersih per- hari bisa diasumsikan bahwa satu orang per-hari
membutuhkan air sebanyak 100 liter. Sementara dalam sehari di minimarket ini terdapat 6
pekerja yang bekerja selama 24 jam dengan jadwal yang sudah ditentukan. Maka dalam 24
jam air yang dibutuhkan yaitu sebanyak 600 liter selama 1 hari atau 24jam.

Gambar: Circle K Waturenggong ( toilet )


(Sumber: Survey lapangan, 15 November 2014)

MK | Ekologi Arsitektur 11
3.3.4 Air limbah

Air limbah adalah air buangan dari dalam bangunan, seperti dari dapur, toilet dan
washtafel. Untuk banguan pada objek air limbah hanya bersumber dari toilet dan air hujan. Air
limbah dapat dibagi menjadi dua yaitu air bekas dan air kotor.

a. Air bekas pada bangunan yaitu bersumber dari toilet yang selanjutnya akan disalurkan
ke bak peresapan.
b. Air kotor pada bangunan yaitu berumber dari toilet yaitu dari kotoran-kotoran manusia
yang selanjutnya air kotor tersebut akan ditampung pada septictank.

3.3.5 Sampah

Sistem sampah pada bangunan yaitu dengan menyediakan tempat sampah di dalam
ruangan yaitu pada kasir dan bak sampak di luar bangunan. Alur sampah pada objek ini yaitu
dimulai dari dalam bangunan, yaitu sampah-sampah ditampung di tempat sampah di dalam
bangunan dan selanjutnya akan di buang ke dalam bak sampah yg berada di luar bangunan,
setelah itu semua sampah tersebut akan diangkut oleh petugas kebersuhan dan langsung
dibuang ke TPA. Untuk sampah di objek ini, sampah tidak dibedakan antara sampah
plastic,kertas,botol dan sebagainya.

MK | Ekologi Arsitektur 12
Gambar: Circle K Waturenggong bagian depan
(Sumber: Survey lapangan, 15 November 2014)

3.3.6 Material bahan bangunan

Gambar: Circle K Waturenggong bagian depan


(Sumber: Survey lapangan, 15 November 2014)

Untuk material eksterior bangunan Circle K ini yaitu pada bagian depan hampir
semua dinding menggunakan kaca dan beton masiv dengan finishing cat putih, lantai di
bagian depan menggunakan lantai kramik warna putih dengan ukuran 40x40, dan pada

MK | Ekologi Arsitektur 13
bagian atas menggunakan dak yang dilapisi lapisan PVC sekaligus sebagai identitas
supermarket dan plafond menggunakan gypsum.

BAB IV
ANALISIS PERHITUNGAN EKOLOGI DENGAN PROYEK

4. 1 Pencahayaan

Pada prinsip-prinsip perhitungan, hal yang menjadi penekanan adalah bagaimana kita di
dalam mendesain agar dapat menghemat penggunaan energi, salah satu caranya yaitu dengan
menggunakan energi-energi alternatif alam. Seperti pada pencahayaan, agar dapat menjadi
bangunan yang ekologis, maka bidang-bidang massif pada bangunan seharusnya diminimalisir
dengan adanya material-material pengganti yang dapat menyalurkan cahaya matahari, misalnya
kaca. Dengan penggunaan kaca dapat memaksimalkan pencahayaan alami pada bangunan.

Pada objek studi Mini Market Circle K di Panjer, pencahayaan alami sudah dimanfaatkan
dengan baik, walaupun belum secara maksimal, namun terlihat sudah diusahakan terutama pada
sisi-sisi depan bangunan. Pada objek disediakan sebuah bukaan yang memiliki luasan 10.95
m2. Dan luasan lantai bangunan objek adalah 66 m2. Sedangkan untuk standard minimal
bukaan yang baik adalah 1/6 dari luasan lantai. Dari perhitungan itu didapat ( 1/6 x 66 = 11 m2)
jadi untuk memenuhi kebutuhan pencahayaan pada objek, dibutuhkan bukaan dengan luasan 11

MK | Ekologi Arsitektur 14
Bidang sisi depan
mini market
m2, sedangkan pada objek disediakan 10.95 m2. Jadi walaupun masih kurang lagi sedikit, tp
sudah cukup memenuhi standard

Gambar: Tampak depan CK Waturenggong


(Sumber: Survey lapangan, 15 November 2014)

Gambar: Tata cahaya buatan pada objek


(Sumber: Survey lapangan, 15 November 2014)

Untuk pencahayaan buatannya sendiri menggunakan beberapa buah lampu, yaitu lampu
neon, TL, dan beberapa lampu downlight untuk menerangi barang yang dijual dalam mini
MK | Ekologi Arsitektur 15
market ini. Terlihat sangat banyak menggunakan pencahayaan dikarenakan tuntutan fungsinya
untuk sebuah mini market yang notabene harus dapat terlihat dengan jelas pada saat malam
hari. Namun sangat boros pada penggunaan energi.

4. 2 Penghawaan

Desain yang ekologis selanjutnya adalah dengan memaksimalkan potensi-potensi alam


yang ada disekitar site dengan karakteristik yang khusus. Objek studi ini berada di Bali,
Indonesia yang notabene merupakan daerah yang beriklim tropis, sehingga diupayakan, atau
bahkan harus memaksimalkan potensi iklim tropis, yaitu adanya angin yang melimpah. Angin
ini dapat dimanfaatkan untuk penghawaan alami pada bangunan. Sehingga dengan pemanfaatan
udara alami sekitar bisa menghemat energi juga dalam bangunan tersebut.

Pada objek studi Mini Market Circle K, untuk penghawaan alami tidak dimanfaatkan. Ini
terlihat pada penggunaan kaca mati untuk elemen samping bangunan. Jadi tidak ada space untuk
udara alami dari luar masuk kedalam ruangan.

Kaca mati kurang


memberikan
penghawaan alami di
dalam bangunan

Gambar: Penggunaan kaca mati pada CK


(Sumber: Survey lapangan, 15 November 2014)

Upaya pemanfaatan udara alami dalam bangunan harus juga didukung oleh udara yang
sehat dari luar bangunan, jika dilihat pada objek studi, bangunan terletak di depan sebuah jalan
yang dipadati oleh kendaraan yang berlalu lintas, sehingga udara yang dihasilkan juga tidak
sehat. Maka dari itu untuk memanfaatkan penghawaan alami, harus dapat dipastikan udara yang
akan digunakan adalah udara yang sehat. Karena udara yang tersedia tidak sehat, maka
hendaknya buat udara sehat sendiri dalam site, misalnya dengan penanaman vegetasi-vegetasi

MK | Ekologi Arsitektur 16
penghasil oksigen dalam site, agar kualitas udara yang dihasilkan lebih baik dari udara yang
berada diluar site.

Penambahan vegetasi di dalam site guna


menciptakan udara sejuk didalam site,
dan kedalam bangunan dengan
pemanfaatan penghawaan alami tadi.

Ini juga berarti dapat mengurangi biaya ataupun energi yang dibutuhkan untuk
mengoperasikan alat-alat penghawaan buatan yaitu AC. Sehingga bangunan ini menjadi lebih
ekologis, baik dari segi kesehatan udaranya maupun prinsip penghematan energi pada
bangunan.

Gambar: Penggunaan AC pada objek


(Sumber: Survey lapangan, 15 November 2014)

Penggunaan penghawaan buatan pada objek menggunakan AC split yang berjumlah 2 unit.
AC ini untuk mendukung kenyamanan pengunjung pada mini market ini dalam berbelanja,
MK | Ekologi Arsitektur 17
mengingat pada tempat ini tidak menggunakan penghawaan alami, sehingga mau tidak mau
harus menggunakan penghawaan buatan. Ini membuat bangunan ini menjadi tidak ekologis,
dari segi dampak negative yang timbul seperti Ozone dan lain-lannya. Begitu juga dampak pada
penggunaan energi listrik.

4. 3 Air bersih

Air bersih dari PDAM agar dapat dimanfaatkan secara bijak, karena pada keadaan
kemarau air menjadi sulit. Maka dari itu penggunaan air berlebih agar ditiadakan, misalnya
untuk pencucian alat-alat memasak, wastafel, penyiraman kloset, dll. Salah satu contoh
penghematan air adalah dengan menggunakan tisu toilet, dll. Sehingga penghematan air akan
berdampak pada penghematan biaya dan energi pada bangunan.

4. 4 Air limbah

Pengolahan air limbah pada site diupayakan agar dapat dimanfaatkan khususnya untuk air
limbah bekas, kamar kecil. Air bekas ini nantinya setelah diolah dapat dimanfaatkan untuk
berbagai keperluan dalam site, misalnya untuk penyiraman kebun, penyiraman kloset, dll.
Sehingga dapat menghemat penggunaan air bersih dari PDAM.

4. 5 Sampah

Sampah dalam site tidak dimanfaatkan lebih lanjut, dikumpulkan dan dibuang begitu saja
ke TPS. Untuk dapat mendesain bangunan yang ekologis dalam hal ini pengolahan sampah,
maka perlu adanya penerapan prinsip-prinsip 3R (reuse, reduce, recycle) pada bangunan.
Misalnya dengan pengurangan bahan-bahan yang tidak dapat terurai dengan cepat, seperti
plastik dan lain-lain. Untuk itu diperlukan adanya pengganti agar penggunaan plastic
diminimalisir, misalnya dengan penggunaan botol kaca, ini dapat digunakan kembali, jadi tidak
memerlukan pengolahan lebih lanjut, sehingga dapat menghemat biaya.

4. 6 Material bahan bangunan

Dalam pemilihan bahan bangunan yang ekologis harus memenuhi beberapa kriteria, baik
dari segi kekuatan, kesehatan, ekonomis, dll. Agar mendapatkan bahan-bahan yang memenuhi
kriteria tersebut harus melihat kondisi sekitar site tersebut. Dalam objek studi Circle K Panjer,

MK | Ekologi Arsitektur 18
penggunaan materialnya tidak terlalu menonjol, dimana material-material yang dipakai pada
elemen bawah yaitu keramik, elemen samping dinding massive dari batako dengan finishing
cat tembok, serta elemen atasnya menggunakan plafond gypsum serta bagian depan atas
menggunakan bahan PVC.

Dari bahan-bahan tersebut apabila dilihat dari sisi ekonomis memang terdapat nilai yang
baik, karena bahan-bahan tersebut dapat dijumpai dibeberapa tempat pada daerah Denpasar ini,
jadi biaya pengangkutan ke lapangan saat proyek pun tidak terlalu besar. Namun apabila dilihat
dari sisi tampilan yang mencirikan alam masih sangat kurang.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Penerapan desain yang menginformasikan perhitungan ekologi pada bangunan


Circle KWaturenggongmasih kurang mengingat sebagian besar aspek-aspek perhitungan
ekologisnya masih tidak terpenuhi walaupun ada beberapa yang sudah sesuai. Aspek-aspek
tersebut antara lain :

1. Pencahayaan
Dari standard minimal luas bukaan yang dianjurkan, bukaan pada objek sudah memenuhi
standard.
2. Penghawaan.
Kurang memenuhi standard karena penggunaan AC akibat tidak adanya bukaan yang
dapat memasukan udara alami ke dalam bangunan.
3. Air bersih.
Penggunaan air bersih pada objek tidak terlalu sering, karena hanya digunakan untuk
penyiraman toilet dan shower. Jadi penggunaan air bersih pada objek dapat ditekan agar
tidak boros.

MK | Ekologi Arsitektur 19
4. Air limbah.
Air limbah dialirkan ke septictank lalu ke peresapan, bukan ke saluran drainase sekitar
site, jadi tidak akan mencemari lingkungan sekitar.
5. Sampah.
Belum ekologis, karena hanya disediakan satu buah tempat sampah kecil di depan pintu
masuk.
6. Material bangunan.
Sudah cukup ekologis karena material-material yang digunakan bisa didapat dengan
mudah di sekitaran site, jadi biaya transportasi dan pemasangan tidak tinggi.

5.2 Saran

Pola pemikiran konsep desain sekarang seharusnya mengedepankan konsep desain


ekologis sehingga alam yang ada di sekitar tidak terganggu kehidupannya. Menjaga
keselarasan dengan alam dapat menjaga keharmonisan serta keindahan bumi ini.
Adapun saran-saran desain untuk bangunan ini adalah :
Memaksimalkan bukaan pada bangunan untuk menghemat energi listrik yang
digunakan untuk pencahayaan dan penghawaan buatan.
Menggunakan tanki air untuk menampung ketersediaan kebutuhan air.
Membuat tempat penampungan sampah yang ideal sesuai dengan jenis sampah organik
dan anorganik.

MK | Ekologi Arsitektur 20
DAFTAR PUSTAKA

Frick, Heinz (2007).Dasar-Dasar Arsitektur Ekologis. Semarang: Penerbit Kanisius


Williams, Daniels E (2007). Sustainable Design: Ecology, Architecture, and Planning. Willey
www. scribd.com
lorenskambuaya.blogspot.com/2014/04/cara-menghitung-kebutuhan-air-bersih.html

MK | Ekologi Arsitektur 21

Anda mungkin juga menyukai