FAKULTAS EKONOMI
TUGAS
PEMERIKSAAN AKUNTANSI 2
AUDIT INTERN
Disusun oleh :
Kelas : 3EB18
ATA 2015/2016
AUDIT INTERN
Audit internal merupakan suatu penilaian atas keyakinan, independen, obyektif dan
aktivitas konsultasi yang dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan
operasi organisasi. Ini membantu organisasi mencapai tujuannya dengan membawa
pendekatan yang sistematis dan disiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas
proses manajemen risiko, pengendalian, dan tata kelola.
Menurut the International Standard for the Professional Practice of Internal Auditing,
peran yang dimainkan oleh auditor internal dibagi menjadi dua kategori utama; jasa assurance
dan jasa konsultansi. Jasa assurance merupakan penilaian obyektif auditor internal atas bukti
untuk memberikan pendapat atau kesimpulan independen mengenai proses, sistem atau
subyek masalah lain. Jenis dan lingkup penugasan assurance ditentukan oleh auditor internal.
Jasa konsultansi merupakan pemberian saran, dan umumnya dilakukan atas permintaan
khusus dari klien (para auditi). Dalam melaksanakan jasa konsultansi, auditor internal harus
tetap menjaga obyektivitasnya dan tidak memegang tanggung jawab manajemen.
Sesuai definisi dari the Institute of Internal Auditors (IIA), jasa assurance dan konsultasi
tersebut dimaksudkan untuk membantu organisasi mencapai tujuannya, dilakukan melalui
pendekatan sistematis dan teratur terhadap efektivitas pengelolaan risiko, pengendalian
dan proses tata kelola. Mengenai ketentuan yang mengatur peran inspektorat pemerintah
daerah yang cenderung hanya sebagai auditor dapat dipahami, karena yang menetapkan
aturan adalah penguasa yang cenderung membutuhkan umpan balik dalam bentuk hasil
pengawasan (assurance). Namun untuk meningkatkan nilai tambah dari inspektorat, kiranya
perlu pula dipertimbangkan pengembangan jasa auditor internal pada sisi lain (klien/auditi),
yaitu jasa konsultansi.
Pengembangan jasa konsultansi ini dimaksudkan agar auditor internal memberi manfaat
yang optimal bagi organisasi, sehingga kehadirannya benarbenar dirasakan sebagai
kebutuhan, tidak hanya oleh penguasa/pimpinan, tetapi juga oleh para auditi. Nilai tambah ini
diperlukan, mengingat posisi auditor internal yang hanya menjalankan fungsi staf, yang tidak
menghasilkan output yang memiliki nilai uang, tidak seperti Dirjen Pajak/Dinas Pendapatan
yang bertugas menagih pajak dan menghasilkan penerimaan uang bagi kas negara/daerah.
Disamping memberikan jasa audit (tepatnya assurance) dan jasa konsultansi, auditor
internal juga dapat berperan dalam berbagai hal lain yang memberikan nilai tambah bagi
organisasi:
Disamping itu, jika ada permasalahan yang perlu diperhatikan segera dapat
dikomunikasikan dengan pejabat terkait, termasuk dengan kepala daerah. Dalam hal tertentu,
bila independensi, kompetensi dan kecermatan profesional inspektorat daerah dalam
melaksanakan tugas dipandang memenuhi syarat, dimungkinkan hasil pengawasannya akan
dimanfaatkan oleh auditor eksternal, sebagai pendukung terhadap laporan audit yang akan
diterbitkannya. Dengan demikian, luas pemeriksaan oleh auditor eksternal dapat dikurangi
dan biaya auditnya dapat lebih efisien.
Pada tulisan sebelumnya dijelaskan bahwa Audit internal mempunyai tujuan untuk
memberi nilai tambah serta meningkatkan atau memperbaiki operasional perusahaan melalui
aktivitas consulting dan assurance. Sesuai dengan fungsinya Auditor Internal diminta untuk
dapat memberi nilai tambah kepada organisasi jika mampu menyediakan assurance yang
relevan dan objektif, melalui rekomendasi yang dapat memberi kontribusi kepada efektivitas
dan efisiensi proses tata kelola organisasi, manajemen risiko, dan pengendalian. Masing-
masing penjelasan dari lima fungsi audit internal tersebut adalah sebagai berikut :
Ada beberapa tantangan yang harus dihadapi Auditor Internal pada abad 21 antara lain
sebagai berikut:
Governance Expertise
Auditor Internal harus melaksanakan prinsip tata kelola perusahaan yang baik yaitu
Good Corporate Governance (GCG) serta tata pemerintahan yang baik yaitu Good
Goverment Governance (GGG). Auditor Internal harus memiliki pengetahuan yang
cukup tentang GCG & GGG.
Secara garis besar ada tiga alternatif posisi atau kedudukan dari Internal Auditor
dalam struktur organisasi perusahaan yaitu:
Apabila posisi atau kedudukan internal auditor itu perlu digambarkan dalam skema maka
letak kedudukannya dalam struktur organisasi perusahaan adalah sebagai berikut
:
Keterangan :
Dalam gambar di atas dapat dilihat mengenai posisi atau kedudukan intern auditing.
Mana yang terbaik dari ketiga alternatif tersebut. Hal ini tergantung pada tujuan yang hendak
dicapai. Bila perusahaan sangat menekankan pada pengendalian keuangan saja, maka pola
penempatan pemeriksaan intern seperti pada alternatif ketiga yang paling cocok. Namun
kalau diingat betapa pentingnya peranan bagian pemeriksa intern sebagai alat untuk
memonitor performance manajemen dalam mengelola kegiatan serta sumbernya secara
efektif dan efisien, maka pola penempatan bagian pemeriksa intern sebagai star komisaris
paling tepat.
Jadi yang paling indeal bagian pemeriksa intern menerima perintah penugasan dari
pimpinan tertinggi yaitu Direktur Utama dan hasil laporan pemeriksaan diserahkan untuk
dianalisa direktur keuangan, dan hasil pengamatannya.
Kedudukan atau posisi internal auditor dalarn struktur organisasi perusahaan mempengaruhi
luasnya aktivitas fungsi yang dapat dijalankan dan dipengaruhi independensi dalam
melaksanakan fungsinya. Seperti telah dijelaskan sebelumnya semakin tinggi kedudukan
internal auditor dalam struktur organisasi perusahaan mempengaruhi luasnya aktivitas fungsi
yang dapatdijalankan dan mempengaruhi indenpendensi dalam melaksanakan fungsinya.
1. Menyusun dan melaksanakan rencara dan anggaran Aktivitas Audit Internal Tahunan
berdasarkan prioritas risiko sesuai dengan tujuan Perseroan.
2. Melakukan pemeriksaan dan penilaian atas efisiensi dan efektivitas di seluruh bidang
kegiatan Perseroan.
4. Memberikan saran perbaikan dan informasi yang objektif tentang kegiatan yang
diperiksa pada semua tIngkat manajemen, serta membuat laporan tertulis hasil audit
setiap bulan dan menyampaikan laporan tersebut kepada Direktur Utama dan Dewan
Komisaris dengan tembusan Komite Audit.
6. Bekerja sama dan berkomunikasi langsung dengan Komite Audit. Menyusun program
untuk mengevaluasi mutu kegiatan audit internal yang dilakukan.
6. Wewenang
7. Kemandirian Fungsional
9. Lain-lain
Dalam melakukan aktivitas audit internal, Unit Audit Internal menyusun prioritas objek audit
tahunan dalam rencana audit internal dan memfokuskan pada unit usaha yang memiliki
pengaruh signifikan terhadap laporan keuangan konsolidasi.
Profesi audit internal mengalami perkembangan cukup berarti pada awal abad 21, sejak
munculnya kasus Enron & Worldcom yang menghebohkan kalangan dunia usaha. Meskipun
reputasi audit internal sempat terpuruk oleh berbagai kasus kolapsnya beberapa perusahaan
tersebut yang melibatkan peran auditor, namun profesi auditor internal ternyata semakin hari
semakin dihargai dalam organisasi. Saat ini profesi auditor internal turut berperan dalam
implementasi Good Corporate Governance (GCG) di perusahaan maupun Good Government
Governance (GGG) di pemerintahan.
Kesesuaian dengan standar profesi, Hiro Tugiman (1997:29) berpendapat bahwa: para
pemeriksa internal harus mematuhi standar profesional dalam melakukan pemeriksaan.
Kode etik menetapkan standar profesi dan menetapkan dasar bagi pelaksanaanya. Kode etik
menghendaki standar yang tinggi bagi kejujuran, sikap objektif, ketekunan, dan loyalitas,
yang harus dipenuhi oleh internal auditor.
Pengetahuan dan kecakapan, Hiro tugiman (1977:30) berpendapat bahwa: para
pemeriksa internal harus memiliki pengetahuan, kecakapan, dan berbagai disiplin ilmu yang
penting dalam pelaksanaan pemeriksaan.
Setiap internal auditor harus memiliki pengetahuan dan kecakapan sebagai berikut:
Keahlian internal auditor dalam menerapkan berbagai standar, prosedur, dan teknik
audit yang diperlukan dalam pelaksanaan audit. Keahlian berarti kemampuan dalam
menerapkan pengetahuan pada persoalan yang umumnya dihadapi dan menyelesaikan
persoalan tersebut tanpa perlu mempelajari kembali secara luas dan bantuan atau
asistensi yang berarti dari pihak lain.
Keahlian dalam prinsip-prinsip dan tehnik-tehnik akuntansi yang diperlukan oleh
auditor yang pekerjaannya secara luas berhubungan dengan berbagai catatan dan
laporan keuangan.
Memahami prinsip-prinsip manajemen yang diperlukan untuk mengenal dan
mengevaluasi dari penyimpangan atau deviasi dalam praktek usaha yang baik.
Pemahaman berarti kemampuan untuk menerapkan pengtahuan yang luas dalam
situasi yang umumnya dihadapi dan mampu melaksanakan tindakan yang diperlukan
untuk mendapatkan pemecahan atau solusi yang tepat.
Diperlukan pula pemahaman terhadap dasar dari berbagai pengetahuan, seperti
akuntansi, ekonomi, hukum, perdagangan, perpajakan, keuangan, metode-metode
kuantitatif, dan sistem informasi uang dikomputerisasi. Pemahaman disini berarti
kemampuan untuk mengetahui berbagai persoalan yang ada atau mungkin timbul, dan
untuk memecahkan lebih lanjut uang akan dilakukan atau bantuan yang akan
diperoleh.
Hubungan antar manusia dan komunikasi, Hiro Tugiman (1977:31) berpendapat bahwa:
para pemeriksa internal haruslah memiliki kemampuan untuk menghadapi orang lain dan
berkomunikasi secara efektif.
Para internal auditor haruslah memahami hubungan antar manusia dan
mengembangkan hubungan baik dengan pihak yang diperiksa.
Para internal auditor haruslah memiliki kecakapan dalam komunikasi lisan dan tulisan
sehingga mereka dapat secara jelas dan efektif menyampaikan berbagai hal seperti
tujuan audit, evaluasi, kesimpulan, dan rekomendasi.
Pendidikan berkelanjutan, Hiro Tugiman (1977:31) berpendapat bahwa: para pemeriksa
internal harus meningkatkan kemampuan teknisnya melalui pendidikan yang berkelanjutan.
Katalog kriteria berikut ini sering digunakan untuk menilai kualitas profesional suatu jabatan:
1) Pelayanan kepada publik.
2) Pelatihan khusus berjangka panjang.
3) Menaati kode etik.
4) Menjadi anggota asosiasi dan menghadiri pertemuan-pertemuan.
5) Publikasi Jurnal yang bertujuan untuk meningkatkan keahlian praktik.
6) Menguji pengetahuan para kandidat auditor bersertifikat.
7) Lisensi oleh negara atau sertifikat oleh dewan.
Dalam teori akuntansi dan organisasi, pengendalian intern atau kontrol intern didefinisikan
sebagai suatu proses, yang dipengaruhi oleh sumber daya manusia dan sistem teknologi
informasi, yang dirancang untuk membantu organisasi mencapai suatu tujuan atau objektif
tertentu. Pengendalian intern merupakan suatu cara untuk mengarahkan, mengawasi, dan
mengukur sumber daya suatu organisasi. Ia berperan penting untuk mencegah dan
mendeteksi penggelapan (fraud) dan melindungi sumber daya organisasi baik yang berwujud
(seperti mesin dan lahan) maupun tidak berwujud (seperti reputasi atau hak kekayaan
intelektual seperti merek dagang).
Adanya sistem akuntansi yang memadai, menjadikan akuntan perusahaan dapat menyediakan
informasi keuangan bagi setiap tingkatan manajemen, para pemilik atau
pemegang saham, kreditur dan para pemakai laporan keuangan (stakeholder) lain yang
dijadikan dasar pengambilan keputusan ekonomi. Sistem tersebut dapat digunakan oleh
manajemen untuk merencanakan dan mengendalikan operasi perusahaan. Lebih rinci lagi,
kebijakan dan prosedur yang digunakan secara langsung dimaksudkan untuk mencapai
sasaran dan menjamin atau menyediakan laporan keuangan yang tepat serta menjamin
ditaatinya atau dipatuhinya hukum dan peraturan, hal ini disebut Pengendalian Intern, atau
dengan kata lain bahwa pengendalian intern terdiri atas kebijakan dan prosedur yang
digunakan dalam operasi perusahaan untuk menyediakan informasi keuangan yang handal
serta menjamin dipatuhinya hukum dan peraturan yang berlaku.
Pada tingkatan organisasi, tujuan pengendalian intern berkaitan dengan
keandalan laporan keuangan, umpan balik yang tepat waktu terhadap pencapaian tujuan-
tujuan operasional dan strategis, serta kepatuhan pada hukum dan regulasi. Pada tingkatan
transaksi spesifik, pengendalian intern merujuk pada aksi yang dilakukan untuk mencapai
suatu tujuan tertentu (mis. memastikan pembayaran terhadap pihak ketiga dilakukan terhadap
suatu layanan yang benar-benar dilakukan). Prosedur pengedalian intern mengurangi variasi
proses dan pada gilirannya memberikan hasil yang lebih dapat diperkirakan. Pengendalian
intern merupakan unsur kunci pada Foreign Corrupt Practices Act(FCPA)
tahun 1977 dan Sarbanes-Oxley tahun 2002 yang mengharuskan peningkatan pengendalian
intern pada perusahaan-perusahaan publik Amerika Serikat.
2. Pengendalian manajemen
mengendalikan terdiri dari pengendalian administratif dan pengendalian akuntansi
menekankan pada pengendalian terhadap mengamankan aktiva perusahaan dengan
melakukan pecatatan akuntansi memadai
meliputi akuntansi meningkatkan efektifitas dan efisiensi dan taat pd hukum yang
berlaku.
COSO memperkenalkan lima komponen pengendalian intern sebagai pembaharuan dari
pengendalian manajemen, pengendalian manajemen lebih menekankan terhadap prosedur,
sementara pengendalian intern lebih menekankan peran manusia/pelaku dibandingkan
serangkaian prosedur.
Penilaian Risiko (Risk Assesment)
Semua organisasi memiliki risiko, dalam kondisi apapun yang namanya risiko pasti ada
dalam suatu aktivitas, baik aktivitas yang berkaitan dengan bisnis (profit dan non profit)
maupun non bisnis. Suatu risiko yang telah di identifikasi dapat
di analisis dan evaluasi sehingga dapat di perkirakan intensitas dan tindakan yang dapat
meminimalkannya.
5. Pemantauan (Monitoring)
Pemantauan terhadap sistem pengendalian intern akan menemukan kekurangan serta
meningkatkan efektivitas pengendalian. Pengendalian intern dapat di monitor dengan baik
dengan cara penilaian khusus atau sejalan dengan usaha manajemen. Usaha pemantauan yang
terakhir dapat dilakukan dengan cara mengamati perilaku karyawan atau tanda-tanda
peringatan yang diberikan oleh sistem akuntansi.
Penilaian secara khusus biasanya dilakukan secara berkala saat terjadi perubahan pokok
dalam strategi manajemen senior, struktur korporasi atau kegiatan usaha. Pada perusahaan
besar, auditor internal adalah pihak yang bertanggung jawab atas pemantauan sistem
pengendalian intern. Auditor independen juga sering melakukan penilaian atas pengendalian
intern sebagai bagian dari audit atas laporan keuangan.
Holmes, Arthur W., Burns, David C., Auditing Norma danProsedur, Editor Marianus
Sinaga, PenerbitErlangga, Jakarta, 1988, hal 109-110
2003 Digitized by USU digital library
http://library.usu.ac.id/download/fe/akuntansi-manahan2.pdf
http://stptower.com/audit-internal/
http://www.akr.co.id/userfiles/AKR%20-%20Piagam%20Internal%20Audit%20-
%2013%20Agustus%202015.pdf
http://anhyfreedom.blogspot.com/2013/01/kualitas-profesional-suatu-jabatan.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Pengendalian_intern
https://id.wikipedia.org/wiki/Audit_internal
http://ourakuntansi.blogspot.co.id/2015/06/peran-dan-kontribusi-auditor-internal.html
http://www.auditinfo.org/2015/05/fungsi-internal-audit.html?m=0
http://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/5300/Bab%202.pdf?
sequence=9
https://books.google.co.id/books?
id=b3Fdd7SzGVYC&pg=PA11&lpg=PA11&dq=pengembangan+kualitas+para+pemeriksa+a
udit+internal&source=bl&ots=fKQI0zvWce&sig=PIjmXdw7fKFzbIlY7jjq4yHOXpo&hl=id
&sa=X&ved=0ahUKEwirsoeg4MvLAhUN1I4KHQrmAQY4FBDoAQgYMAA#v=onepage
&q=pengembangan%20kualitas%20para%20pemeriksa%20audit%20internal&f=false