Anda di halaman 1dari 7

TERAPI KOMBINASI ANTIDIABETIKA ORAL

(METFORMIN DAN GLIBENKLAMID) UNTUK DIABETES


MELITUS TIPE 2

Tin Kumalasari H., S.Farm.


0820161170/B

PENDAHULUAN

Diabetes melitus, penyakit gula atau kencing manis adalah suatu gangguan kronis
yang khususnya menyangkut metabolisme karbohidrat (glukosa) di dalam tubuh.
Penyebabnya adalah kekurangan hormon insulin, yang berfungsi memanfaatkan
glukosa sebagai sumber energi dan mensintesa lemak. Akibatnya ialah glukosa
bertumpuk di dalam darah (hiperglikemia) dan akhirnya diekskresikan lewat
kemih tanpa digunakan (glycosuria). Karena itu produksi kemih sangat meningkat
dan pasien harus sering kencing (poliuria), merasa amat haus (polidipsia), berat
badan menurun dan berasa lelah. Di Indonesia, penderita diabetes diperkirakan 3
juta orang atau 1,5% dari 200 juta penduduk.

Ada dua jenis tipe diabetes, yakni diabetes melitus tipe 1 dan diabetes melitus tipe
2.

a. Diabetes Melitus Tipe 1

Diabetes melitus tipe 1 biasa disebut dengan IDDM (Insulin Dependent Diabetes
Melitus).

Gambaran Klinis : saat datang pasien umumnya kurus dan memiliki gejala-gejala
poliuria, polidipsia, penurunan berat badan, cepat lelah, dan terdapat infeksi
(abses, infeksi jamur, misalnya kandidiasis). Terapi untuk pasien yang menderita
diabetes melitus tipe 1 lazimnya memerlukan insulin dan tidak dianjurkan minum
antidiabetika oral.

b. Diabetes Melitus Tipe 2

Diabetes melitus tipe 2 biasa disebut dengan NIDDM (Non-Insulin Dependent


Diabetes Melitus).

Gambaran klinis : 80% kelebihan berat badan; 20% datang dengan komplikasi
(penyakit jantung iskemik, gagal ginjal, ulkus pada kaki). Pasien dapat juga
datang dengan poliuria dan polidipsia yang timbul perlahan-lahan. Pasien yang
menderita diabetes melitus tipe 2 tidak tergantung dari insulin dan dapat diobati
dengan antidibetika oral. Tipe NIDDM lazimnya mulai di atas 40 tahun dengan
insidensi lebih besar pada orang gemuk dan pada usia lanjut.
Dalam artikel ini akan dibahas mengenai sasaran, tujuan, dan strategi terapi serta
obat antidiabetika oral kombinasi metformin dan glinbenklamid untuk penderita
diabetes melitus tipe 2.

SASARAN TERAPI

Sasaran terapi untuk diabetes melitus tipe 2 adalah kadar glukosa darah,
komplikasi, dan pola hidup penderita diabetes melitus tipe 2. Terapi harus
meminimalkan gejala dan menghindari komplikasi, dan memungkinkan pasien
untuk hidup normal.

TUJUAN TERAPI

Tujuan terapi jangka pendek untuk penderita diabetes melitus tipe 2 adalah untuk
mengurangi tanda dan gejala yang muncul, seperti poliuria (banyak buang air
kecil), polidipsia (banyak minum), dan polifagia (banyak makan) dan untuk
menormalkan kadar glukosa darah. Kira-kira 80% dari semua pasien tipe-2 adalah
terlalu gemuk dengan kadar gula tinggi sampai 17-22 mmol/l, sehingga kadar gula
darah perlu dikontrol dengan nilai normal (4-7 mmol/l).

Tujuan terapi jangka panjang adalah memperlambat laju perkembangan


komplikasi mikrovaskular dan makrovaskular. Komplikasi mikrovaskular seperti
retinopati (penyakit mata), neuropati (kerusakan pada saraf), nefropati (kerusakan
ginjal). Komplikasi makrovaskular adalah seperti penyakit kaki, keadaan ini
merupakan akibat penyakit pembuluh darah perifer (kaki yang dingin dan nyeri),
dan peningkatan kecenderungan untuk terinfeksi, sehingga terbentuk ulkus,
gangren dan kaki charcot (kaki hangat/panas dengan kerusakan sendi).

Untuk mencapai kedua tujuan ini adalah sangat penting mengusahakan regulasi
yang optimal. Regulasi yang optimal dimaksudkan bahwa sepanjang hari kadar
gula darah pada penderita diabetes sangat berfluktuasi, sehingga hendaknya kadar
gula darah dikendalikan dengan nilai normal (4-7 mmol/l). Kontrol glikemik yang
baik menghambat timbul dan berkembangnya semua penyakit mikrovaskular,
penyakit makrovaskular jarang terjadi pada pasien yang tekanan darahnya dapat
terkontrol dengan baik (<140/90 mmHg).

STRATEGI TERAPI

Nonfarmakologis

Strategi terapi nonfarmakologis untuk diabetes melitus tipe 2 adalah dengan diet,
gerak badan, dan mengubah pola hidup (misalnya dengan berhenti merokok, bagi
penderita yang merokok). Diet dilakukan terlebih pada pasien yang kelebihan
berat badan. Makanan juga dipilih secara bijaksana, terutama pembatasan lemak
total dan lemak jenuh untuk mencapai normalitas kadar glukosa darah, dan juga
hindari makan makanan yang banyak mengandung gula berlebih. Gerak badan
secara teratur dapat dilakukan, yaitu seperti jalan kaki, bersepeda, atau olahraga.
Berhenti untuk tidak merokok, karena nikotin dapat mempengaruhi secara buruk
penyerapan glukosa oleh sel.

Farmakologis

Pada saat ini terdapat 5 macam kelas obat hipoglikemik oral untuk pengobatan
DM tipe II, yaitu sulfonilurea, biguanid, meglitinid, -glukosidase inhibitor, dan
agonis receptor (thiazolidin atau glitazon). Obat hipoglikemik oral diindikasikan
untuk pengobatan pasien DM tipe II yang tidak mampu diobati dengan melakukan
diet dan aktivitas fisik. Biguanid dan thiazolidinedion dikategorikan sebagai
sensitizer insulin, dengan cara menurunkan resistensi insulin. Sulfonilurea dan
meglitinid dikategorikan sebagai insulin secretagogues karena kemampuannya
merangsang pelepasan insulin endogen.

Contoh :

Sulfonilurea : sulfonilurea generasi pertama (acetohexamid, clorproramid,


tolbutamid, talazamid) dan generasi kedua (glimepirid, gilipizie, dan
glibenklamid)

Meglitinid : nateglinid, repaglinid

Biguanid : metformin

Thiazolidinedion : pioglitazon dan resiglitazon

Alfa glukosidase inhibitor : acarbose dan miglitol.

Sulfonilurea dan biguanid tersedia paling lama dan secara tradisional merupakan
pilihan pengobatan awal untuk diabetes tipe 2.

OBAT PILIHAN

Antidiabetika Oral Kombinasi Metformin dan Glibenklamid

Kombinasi ini sangat cocok digunakan untuk penderita diabetes melitus tipe 2
pada pasien yang hiperglikemianya tidak bisa dikontrol dengan single terapi
(metformin atau glibenklamid saja), diet, dan olahraga. Di samping itu, kombinasi
ini saling memperkuat kerja masing-masing obat, sehingga regulasi gula darah
dapat terkontrol dengan lebih baik. Kombinasi ini memiliki efek samping yang
lebih sedikit, apabila dibandingkan dengan efek samping apabila menggunakan
monoterapi (metformin atau glibenklamid saja). Metformin dapat menekan
potensi glibenklamid dalam menaikkan berat badan pada pasien diabetes melitus
tipe 2, sehingga cocok untuk pasien diabetes melitus tipe 2 yang mengalami
kelebihan berat badan (80% dari semua pasien diabetes melitus tipe 2 adalah
terlalu gemuk dengan kadar gula tinggi sampai 17-22 mmol/l).

Nama Generik :

Metformin Hidroklorida

Indikasi : menekan nafsu makan, tidak meningkatkan berat badan, indikasi lain
penggunaannya dalam kombinasi dengan sulfonilurea adalah untuk pasien
diabetes melitus tipe 2 dengan hasil yang tidak memadai hanya dengan pemberian
terapi sulfonilurea.

Dosis : 3 kali sehari 500 mg, atau 2 kali sehari 850 mg, diminum yang diberikan
pada waktu makan. Bila perlu dosis dinaikkan dalam waktu 2 minggu sampai
maksimal 3 kali sehari 1g.

Efek Samping : agak sering tejadi dan berupa gangguan lambung-usus, antara lain
anorexia (kehilangan nafsu makan), mual, muntah, keluhan abdominal, diare
terutama pada dosis di atas 1,5 g/hari. Efek tersebut berhubungan dengan dosis
dan cenderung terjadi pada awal terapi dan bersifat sementara.

Kontraindikasi : kontraindikasi pada pasien yang menderita penyakit ginjal,


alkoholisme, penyakit hati.

Perhatian : Berhubung kekurangan data mengenai keamanannya, maka metformin


tidak dianjurkan selama kehamilan dan laktasi. Sebagai gantinya selalu disuntik
dengan insulin.

Glibenklamid

Indikasi : digunakan untuk diabetes melitus tipe 2 dimana kadar gula darah tidak
dapat dikontrol hanya dengan diet saja.

Dosis : dosis awal 2,5 mg per hari atau kurang, rata-rata dosis pemeliharaan
adalah 5-10 mg/hari, dapat diberikan sebagai dosis tunggal. Tidak dianjurkan
memberikan dosis pemeliharaan lebih dari 20mg/hari.

Efek samping : hipoglikemia yang dapat terjadi secara terselubung dan


adakalanya tanpa gejala yang khas, agak terjadi gangguan lambung-usus (mual,
muntah, diare), sakit kepala, pusing, merasa tidak enak di mulut, gangguan kulit
alergis.
Kontraindikasi : pasien usia lanjut, gangguan hati dan ginjal, wanita hamil dan
menyusui.

Peringatan : dapat menimbulkan kenaikkan berat badan atau hipoglikemia.

Nama dagang di Indonesia :

Glucovance dari Merck

Bentuk Sediaan :

tablet (film coated)

Komposisi :

per tab 1,25mg/250mg mengandung glibenklamid 1,25 mg, metformin HCl 250
mg.

per tab 2,5mg/500mg mengandung glibenklamid 2,5 mg, metformin HCl 500 mg.

per tab 5mg/500mg mengandung glibenklamid 5 mg, metformin HCl 500 mg.

Indikasi : terapi tahap kedua untuk diabetes melitus tipe 2 yang tidak dapat
dikontrol dengan diet, olahraga, dan sulfonilurea atau metformin.

Kontraindikasi : gangguan fungsi ginjal, penyakit jantung kongestif, hipersensitif


terhadap metformin HCl atau glibenklamid atau sulfonilurea lain, asidosis
metabolik akut atau kronik, gangguan fungsi hati, intoksikasi akut alkohol,
alkoholisme, porfiria, laktasi.

Dosis awal : 1,25 mg/250 mg 1-2 kali per hari atau 2,5 mg/500 mg dua kali sehari
bersama makanan

Efek Samping : infeksi saluran nafas atas, diare, sakit kepala, mual, muntah, sakit
perut, pusing.

Resiko khusus : pregnancy risk factor B, tidak boleh digunakan pada wanita hamil
dan menyusui.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2000, Informasi Obat Nasional Indonesia 2000, 263-269, Departemen


Kesehatan RI: Jakarta.

Anonim, 2005, AHFS Drug Information, 3065-3068, American Society of Health


System Pharmacist Inc., USA.

Anonim, 2006, MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi, 255, Penerbit PT


Infomaster: Jakarta.

Katzung, B.G, 2002, Farmakologi Dasar dan Klinik, edisi 8, buku 2, 693-705,
Penerbit Salemba Medika : Jakarta.

Lacy, C.F., Amstrong, L.L., Goldman, M.P., Lance, L.L., 2006, Drug Information
Handbook, 14th Edition, 742-743, AphA, Lexi-Comp Inc, Hudson, Ohio.

Neal, M.J, 2006, At Glance Farmakologi Medis, ed.5, 78-79, Penerbit Erlangga:
Jakarta.

Tjay, T.H, Rahardja, K., 2002, Obat-obat Penting, ed. 5, 693-712, Penerbit PT
Elex Media Komputindo: Jakarta.
TUGAS COUMPOUNDING AND DISPENSING
KOMBINASI OBAT

TERAPI KOMBINASI ANTIDIABETIKA ORAL


(METFORMIN DAN GLIBENKLAMID) UNTUK DIABETES
MELITUS TIPE 2

Disusun oleh
Tin Kumalasari Hidayat.S.Farm.
0820161170

PROGRAM PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2008/2009

Anda mungkin juga menyukai