Blok 27 - Jonathan Wiradinata - G6PD
Blok 27 - Jonathan Wiradinata - G6PD
Jonathan Wiradinata
102012134
Kelompok D6
Fakultas Kedokteran Kristen Krida Wacana
Jl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510
Jewehuang@yahoo.com
Pendahuluan
Penyakit genetik sering dimaksudkan oleh pasien atau kaum awam sebagai penyakit
turunan dari keluarganya dan menganggap itu merupakan suatu hal yang sangat serius, sangat
sulit untuk ditangani. Namun tidak semua orang mempunyai kelainan genetik akan
menurunkan kepada anak-anaknya karena ada yang bersifat dominan atau resesif. Gen
dominan adalah gen yang menutupi pengaruh gen resesif, sehingga sifat dominan dari gen akan
muncul. Sifat dominan ini sendiri dapat muncul jika dalam keadaan homozigot dominan
ataupun heterozigot. Jika dalam keadaan heterozigot, fenotipnya sering disebut sebagai normal
carrier (normal, namun membawa sifat-sifat tertentu). Sedangkan gen resesif adalah gen yang
ditutupi sifatnya oleh gen dominan. Sifat dari gen resesif ini sendiri baru muncul hanya dalam
keadaan homozigot resesif.
Sejumlah mutasi gen di kromosom sering kali bermanifestasi pada bagian tubuh yang
lain salah satunya pada perubahan metabolisme dalam sel, tidak terkecuali sel darah. Gangguan
dari protein pembentuk sel darah merah akibat mutasi gen antara lain defisiensi enzim Glucose-
6-Phosphate Dehydrogenase (G6PD), anemia sel sabit, dan sferositosis herediter. Gejala klinis
tidak selalu dapat terlihat sejak usia dini, akan tetapi sering kali kelainan terdeteksi karena suatu
zat eksogen mengganggu keseimbangan protein yang sudah rentan karena mutasi, sehingga
menyebabkan gejala klinis. Oleh karena itu dibutuhkan pemeriksaan yang lengkap dan
menggunakan teknologi untuk mendeteksi kelainan pada gen.
Tujuan dibuatnya makalah ini agar pembaca dapat memahami tentang penyakit genetik
yang cukup paling sering ditemukan dikalangan masyarakat, yaitu kekurangan enzim G6PD.
Pada praktiknya, enzim memiliki fungsi spesifik seperti mencerna makanan, membersihkan
darah, memperkuat sistem imun, menghilangkan karbondioksida dari paru-paru, memecah
racun dan sebagainya.
Inspeksi
Yang perlu diperhatikan adalah:
- Keadaan kulit. Perlu diperhatikan telapak tangan dan bantalan kuku. Pada kondisi
anemia, daerah tersebut akan menjadi pucat (pallor).1,2
- Kondisi konjungtiva dan sklera. Perlu diperiksa apakan skleranya berwarna kuning atau
konjungtiva pucat.
- Aktivitas anak yang diperiksa. Perlu diperhatikan apakah anak tersebut tampak lemas,
mengantuk, dan tidak bersemangat. Jika didapati kondisi tersebut, maka perlu
diperhatikan kemungkinan anak tersebut menderita anemia.1-3
Palpasi
Mengantisipasi hepatoslpenomegali baik akibat anemia hemolitik maupun penyakit lain,
maka perlu dilakukan pemeriksaan fisik hepar pada anak. Hal-hal yang dapat dilakukan adalah
- Palpasi hepar dilakukan dengan meletakkan tangan kiri dibelang penderita menyangga
costa ke-11/12 sejajar, minta penderita rileks. Hepar didorong ke depan, diraba dari
depan dengan tangan kanan (bimanual palpasi). Tangan kanan ditempatkan pada lateral
otot rektus kanan, jari di batas bawah hepar dan tekan lembut ke arah atas. 1,2
-
Pasien diminta bernafas dalam sehingga terasa sentuhan hepar bergerak ke bawah
(tangan dikendorkan agar hepar meluncur dibawah jari sehingga meraba permukaan
yang lunak tidak berbenjol, tepi tegas/tajam, tidak ada pembesaran).1,2
Perkusi
Perkusi berguna untuk mendapatkan orientasi keadaan abdomen secara keseluruhan,
menentukan besarnya hati, limpa, ada tidaknya asites, adanya massa padat atau massa berisi
cairan (kista), adanya udara yang meningkat dalam lambung dan usus, serta adanya udara bebas
Auskultasi
Auskultasi perlu dilakukan terutama pada bagian dada. Suara pernapasan dan suara
jantung perlu diperhatikan. Pada kondisi anemia berat, seringkali ditemukan murmur pada
bunyi jantung.3
Pemeriksaan Penunjang
Untuk memperoleh diagnosis kerja, selain hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik,
dibutuhkan pemeriksaan penunjang. Beberapa uji untuk mendeteksi defisiensi G6PD telah
tersedia. Setiap uji memiliki keunggulan dan kelemahan. Berikut ini adalah beberapa
pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah
1. Pemeriksaan darah lengkap dan darah tepi
Pemeriksaan darah lengkap yang diperiksa adalah jumlah eritrosit, leukosit,
kadar hemoglobin, hematokrit, retikulosit dan jumlah trombosit. Patokan nilai normal
dapat berbeda-beda tergantung alat yang dipakai di tiap-tiap laboratorium. Akan tetapi
nilai rujukan yang dapat digunakan secara universal untuk anak-anak adalah3-4 :
1. Hitung sel darah merah : 3,8 5,8 juta sel darah merah / L
2. Hitung sel darah putih : 4.000-10.000 sel/mikroliter.
3. Hemoglobin : 10-14,5 mg/dL.
4. Hematokrit : 31-43%.
5. Hitung trombosit : 150.000-450.000 trombosit/mikroliter.
6. Laju endap darah (LED): pria (0-10 mm/jam); wanita (0-20 mm/jam)
7. Hitung jenis leukosit : neutrofil (55-70%); eosinofil (1-3%); basofil (0-1%); limfosit
(20-40%); monosit (2-8%)
8. Hitung retikulosit : 0,5-2,5% dari hitung sel darah merah total
4. Test Sitokimia
Tes sitokimia yang menilai status G6PD eritrosit, dapat digunakan untuk deteksi
laki-laki defisiensi homozigot, perempuan defisiensi homozigot dan heterozigot. Tes
sitokimia mencakup methaemoglobin elution test dengan melabel eritrosit berdasarkan
jumlah relatif methemoglobinnya sesuai metode indirek dengan tes reduksi methe-
moglobin. Metode terbaru sitofluorometrik mendeteksi autofluoresens terinduksi
glutaraldehid dengan formazan yang menggunakan teknik flowsitometri.6
Working Diagnosis
X-Linked Inborn Error of Metabolism : Defisiensi G6PD
X-linked Inborn error metabolism atau dikenal sebagai kelainan metabolisme bawaan
kromosom X adalah kelainan pada tingkat gen yang berdampak pada defisiensi atau disfungsi
protein yang berperan sebagai enzim atau protein transport yang dibutuhkan dalam proses-
proses metabolisme dalam tubuh. Salah satunya yaitu defisiensi G6PD.
Glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD) merupakan enzim pengkatalisis reaksi
pertama fosfat dan memberikan efek reduksi pada semua sel dalam bentuk NADPH (bentuk
tereduksi nicotinamide adenine dinucleotide phosphate). Senyawa NADPH memungkinkan
sel-sel bertahan dari stres oksidatif yang dapat dipicu oleh beberapa bahan oksidan dan
menyediakan glutathione dalam bentuk tereduksi. Eritrosit tidak memiliki mitokondria
sehingga jalur pentosa fosfat merupakan satu-satunya sumber NADPH, sehingga pertahanan
terhadap kerusakan oksidatif tergantung pada G6PD.
Defisiensi G6PD merupakan salah satu kelainan enzimatik herediter yang paling sering
dari eritrosit manusia. Penelitian terbaru juga menyatakan bahwa aktivitas G6PD memainkan
peran penting dalam mengontrol pertumbuhan sel melalui produksi NADPH. Peran G6PD pada
metabolisme eritrosit untuk metabolisme glukosa untuk menghasilkan energi (ATP) yang
digunakan unutk kerja pompa ionic dalam rangka mempertahankan milieu ionic yang cocok
bagi eritrosit. Pembentukan ATP ini berlangsung melalui jalur Embden Meyerhof yang
melibatkan sejumlah enzim seperti glukosa fosfat isomerase dan piruvat kinase, sebagian kecil
glukosa mengalami metabolisme dalam eritrosit melalui jalur heksosa monofosfat dengan
bantuan enzim G6PD untuk menghasilkan glutation yang penting untuk melindungi
hemoglobin dan membran eritrosit dari oksidan. Defisiensi enzim piruvat kinase, glukosa
fosfat isomerase dan G6PD dapat mempermudah dan mempercepat hemolisis
2. Kelas II memiliki kurang dari 10% sisa aktivitas enzim, tetapi tanpa anemia hemolitik
kronik nonsferositik dan termasuk varian mediterania dan oriental barat.
3. Kelas III merupakan defisiensi G6PD sedang, sisa aktivitas enzim 10 60% dari normal
dan anemia hemolitik terjadi bila terpapar bahan oksidan atau infeksi
Varian kelas IV dan V secara biologis, genetic dan antropologis tidak didapat gejala klinik.
Tabel 1. Tabel obat-obat dan bahan kimia yang dapat menyebabkan hemolisis pada pasien defisiensi G6PD
doubtful
definite association possible association association
antimalaria primaquine chloroquine mepacrine
pamaquine quinine
sulfonamides sulfanilamide sulfamidine sulfadiazine
sulfacetamide sulfazalzine sulfafurazole
sulfapyridine
sulfamethoxazole
sulfones dapsone
nitrofurantoin nitrofurantoin
antipyretic or
analgetic acetanilide aspirin paracetamol
phenacetin
aminosalicyclic
other drugs nalidaxic acid ciprofloxaxin acid
niridazole chloramphenicol doxorubicin
methylthionium vitamin k analogues probenecid
phenazopyridine ascorbic acid dimercaprol
zo- trimoxazole mesalazine
other chemicals napthalene acalypha indica extract
a2,4,6- trinitrotoluone
Epidemiologi
Defisiensi G6PD diperkirakan diderita 400 juta orang di seluruh dunia. Prevalensi
tertinggi ditemukan di negara - negara Sub-Sahara Afrika terutama di daerah-daerah dengan
endemisitas malaria tinggi. Prevalensi tinggi ditemukan di Afrika, Mediterania, Asia Tenggara
dan Amerika Latin. Di Amerika Serikat, defisiensi G6PD terutama diderita keturunan Afrika
dan Mediterania. Di Indonesia,prevalensi defisiensi G6PD berkisar 2,7% hingga 14,2%.
Prevalensi defisiensi G6PD yang tinggi di daerah endemis malaria dikaitkan dengan resistensi
terhadap infeksi malaria.8
Patofisiologi
G6PD merupakan enzim yang dapat ditemukan pada semua sel di dalam tubuh. G6PD
mengkatalisasi langkah pertama jalur pentosa fosfat. Jalur ini menghasilkan nicotinamide
Gejala Klinik
Sebagian besar penderita defisiensi G6PD tidak bergejala dan tidak mengetahui
kondisinya. Anemia hemolitik akut pada pasien yang defisiensi G6PD biasanya dipicu oleh
fava beans, infeksi, zat kimia dan obat-obatan. Defisiensi G6PD pada bayi baru lahir timbul di
hari ke 2-5 sama seperti gejala kuning biasa. Bedanya, kuningnya turun dalam jangka waktu
agak lama. Seperti yang kita ketahui, enzim G6PD ini berperan pada perlindungan eritrosit dari
reaksi oksidatif. Karena kurangnya enzim ini, eritrosit jadi lebih mudah mengalami
Genetik Konseling
Konseling genetik merupakan proses komunikasi yang berkaitan dengan masalah-
masalah manusia yang berhubungan dengan kejadian atau resiko terjadinya kelainan genetik
dalam keluarga. Prinsip dasar dari konseling genetik adalah seorang konselor hendaknya
memberikan informasi kepada pasien yang mendatanginya, bukanlah nasehat. Secara universal
telah disepakati bahwa konseling genetik sifatnya jangan memaksa dan tidak mengarahkan
pasien terhadap tindakan khusus tertentu. Selain itu, konselor genetika hendaknya dapat
melakukan pendekatan yang sifatnya bukan mengajukan pendapat. Tujuan dari konseling
genetik adalah memberikan informasi dan support kepada keluarga yang memiliki risiko atau
sudah memiliki anggota keluarga dengan kelainan genetik. Proses ini melibatkan upaya
konselor dalam membantu sebuah keluarga untuk:
Memahami fakta medis, termasuk diagnosis.
Memahami bahwa adanya keterkaitan penyakit tersebut dengan pewarisan keturunan
dan risiko terjadinya penyakit berulang pada keluarga.
Memahami pilihan-pilihan dalam menangani penyakit.
XnY XnXp
Putih : Normal
Biru : Affected Male
Kuning : Carriers
Hijau : Affected Female (Pasien pada scenario)
Komplikasi
Defisiensi G6PD dapat menyebabkan kernikterus, palsi serebral dan kematian.
Defisiensi G6PD juga dapat menyebabkan krisis hemolisis pada anak dan usia dewasa bila
mengkonsumsi obat atau kacang fava. Frekuensi dan beratnya komplikasi ini sangat
dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik dan kecenderungan genetik.
Prognosis
Prognosis disini baik apabla pasien dapat menghidar dari faktor pencetus seperti obat-
obatan, infeksi, atau mengkonsumsi kacang fava
Daftar Pustaka
1. Welsby PD. Pemeriksaan fisik dan anamnesis klinis. Jakarta: EGC; 2009.h.77-89.
2. Bickley LS, Szilagyi PG. Bates buku ajar pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan.
Edisi ke-8. Jakarta: EGC; 2009.h.166-290.
3. Kliegman RM, et al. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-19. USA: Elsevier;
2011.h.1648-80.
4. Harmening DM. Clinical hematology and fundamentals of hemostasis. Edisi ke-5.
Philadelphia: FA Davis Company; 2009.h.265-6.
5. Fauci AS, et al. Harrisons principles of internal medicine. Edisi ke-18. USA: McGraw-
Hill Companies; 2011.h.872-86.
6. Peters AL, Noorden CJV. Glucose-6-phospate dehydrogenase deficiency and malaria:
cythochemical detection of heterozygous G6PD deficiency in women. Amsterdam; J
Histochem Cytochem; 2009.h.1003-11.