3518 - Pengantar Informasi Geografis Jurnal
3518 - Pengantar Informasi Geografis Jurnal
PENDAHULUAN
Ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan Informasi Geografis untuk
pengelolaan lingkungan :
Informasi Geografis akan menjadi inti dalam eksplorasi spasial yang membantu
pembelajaran terhadap pola dan proses lingkungan.
Manfaat khusus pada Bidang Lingkungan yaitu untuk Dinas Pengairan dan Perusahaan Air
Minum Daerah peta ini sangat menunjang dalam perencanaan dan penataa ketersediaan air tanah
dan mengontrol debit air tanah dan resapan agar kebutuhan air untuk minum dan
pertanian/perikanan dapat tercukupi dengan baik.
METODOLOGI
Lapangan panas bumi Blawan-Ijen berlokasi di Kecamatan Sempol pada koordinat 787,69
114322,9 dan 8734,3 1141535,29 . Luas area Kecamatan Sempol mencapai
217,20 km2. Secara geografis, Kecamatan Sempol terletak pada ketinggian antara 1.050 hingga
1.500 meter di atas permukaan laut.
Perancangan penelitian ini terbagi dalam tiga tahap. Tahap-tahap tersebut terdiri dari
pengumpulan data, pengolahan data serta hasil dan analisa. Tahap pertama yakni melakukan
digitasi kontur peta RBI Kecamatan Sempol skala 1 : 25.000 menjadi format vektor (.shp).
Kemudian dilakukan konversi format vektor ke raster dengan menggunakan tools 3D Analyst >>
Raster Interpolation >> Topo to Raster sehingga menghasilkan Raster DEM (Digital Elevation
Model). Peta Kelerengan dan Peta Ketinggian dibuat dengan mengolah DEM menggunakan 3D
Analyst tools sedangkan Peta Aliran Air dan Peta Batas Air dibuat dengan menggunakan
Hydrology Tools. Kemudian dilakukan Prediksi Daerah Rawan Erosi serta prediksi daerah rawan
banjir.
Zona Prioritas Pemantauan adalah pengklasifikasian area berdasarkan prioritas aman atau
tidaknya untuk digunakan sebagai lokasi kegiatan eksplorasi geothermal tahap lanjut dengan
berpedoman pada dokumen UKL-UPL serta Peraturan Menteri Lingkungan Hidup. Klasifikasi
kriteria dilakukan dengan metode analisis boolean intersect. Pada setiap peta yang dibuat, area
studi diklasifikasikan kedalam dua kelas, sesuai dan tidak sesuai.
Overlay yang dilakukan meliputi Peta Tutupan Lahan Daerah Eksplorasi Geothermal, Peta
Kelerengan, Peta Ketinggian, Peta Jenis Tanah, dan Data Curah Hujan dapat diketahui Peta
Daerah Rawan Erosi, kemudian dengan melakukan overlay Peta Aliran Air, Peta Batas Air dan
dengan bantuan data-data sekunder seperti data kejadian bencana data pengelolaan lingkungan.
Permodelan pemantauan lingkungan dibuat berdasarkan matriks pemantauan lingkungan dalam
dokumen UKL-UPL kegiatan eksplorasi geothermal di Kec. Sempol, Kab. Bondowoso dengan
memperhatikan Zona Prioritas Pemantauan.
PEMBAHASAN
Kondisi fisik wilayah sebagaimana yang telah diurakan di bab sebelumnya menjadikan
Kecamatan Sempol memiliki tingkat kerawanan yang cukup tinggi terhadap terjadinya bencana
alam. Daerah rawan bencana alam meliputi daerah rawan erosi dan daerah rawan banjir. Estimasi
daerah rawan bencana erosi dilakukan secara sederhana berdasarkan sistem klasifikasi
kemampuan lahan menurut Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 837/KPTS/1980.
Dalam upaya untuk meminimalisir dampak negatif dari kegiatan eksplorasi geothermal maka
dilakukan zonasi wilayah menjadi kategori aman dan tidak aman untuk kegiatan eksplorasi
tersebut. Kesesuaian area secara fisik didapatkan dengan mengintegrasikan hasil dari proses
buffering fitur-fitur yang berpengaruh secara fisik seperti jenis tutupan lahan hutan lindung, cagar
alam, kelerengan dan sungai. Kesesuaian area secara sosio-ekonomi didapatkan dengan
mengintegrasikan hasil dari proses buffering area pemukiman dan akses jalan. Sedangkan
kesesuaian area secara teknis didapatkan dengan mengoverlapkan layer geologisnya. Setelah itu
dioverlay-kan lagi dengan peta potensi bencana erosi dan banjir untuk mendapatkan klasifikasi
zona prioritas pemantauan.
Permodelan pemantauan dilakukan dengan membuat prediksi model fitur-fitur sumber dampak
sesuai dengan matriks pemantauan lingkungan. Fitur sumber dampak yang dibuat adalah meliputi
Pembuatan Area Pengeboran dan Cellar dan Kolam Pembuangan, Pembuatan Akses Jalan, dan
Pembuatan Jalur Pipa.
[1] Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2012
tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup.
[2] Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 24 tahun 2009
[3] Manuhua, Devi. 2007. Estimasi Penyebaran Potensi Erosi Melalui Pendekatan Sistem
Informasi Geografis (SIG) Pada Kawasan Hutan Wisata Gunung Meja Manokwari. Fakultas
Kehutanan Universitas Negeri Papua Manokwari
[4] Pramojanee. An Application of GIS for Mapping of Flood Hazard and Risk Area in Nakorn
Sri Thammarat Province, South of Thailand. South of Thailand : Prince of Songkla University.
[5] R. Jones and M. Barron. 2005. Site selection of Petroleum Pipelines: A GIS Approach to
Minimize Environmental Impacts and liabilities.
http://gis2.esri.com/library/userconf/proc99/proceed/papers/pap350/p350.htm, ESRI Library,
2005.php
[6] Yousefi, H. 2004. Application Of GIS In The Environtmental Impact Assessment Of Sabalan
Geothermal Field, NW-Iran. Iran, Teheran: Ministry of Energy. Iran Energy Efficiency
Organization
[7] Yuwono, Rudi. dkk. 2008. Memprakirakan Dampak Lingkungan Kualitas Udara. Jakarta :
Deputi Bidang Tata Lingkungan - Kementrian Negara Lingkungan Hidup