LAPORAN TUTORIAL SK 7 Od
LAPORAN TUTORIAL SK 7 Od
STEP 2
PROBLEM DEFINITION
1. Mengapa pasien mengeluhkan benjolan terus memebesar tetapi tidak
sakit ?
2. Mengapa tidak sakit tetapi gusinya berdarah ?
STEP 3
BRAIN STORMING
1 dan 2
Pasien mengeluhkan berdarah kemungkinan berhubungan dengan struktur dari
benjolan tersebut. Benjolan yang mudah berdarah umumnya terdiri dari jaringan
granulasi. Jaringan granulasi sendiri terdiri dari jaringan ikat, pembuluh darah dan
juga sebukan dari sel radang. Kemungkinan hal tersebutlah yang menyebabkan
benjolan tersebut mudah berdarah saat terkena sentuhan salah satu contohnya
adalah sikat gigi.
STEP 5
LEARNING OBJECTIVE
STEP 7
c. Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan Radiologi
Ada beberapa teknik radiologi yang dapat dilakukan untuk melihat
gambaran rongga mulut, tergantung pada jenis lesi yang ditemukan.
Contohnya adalah antero-posterior view, cephalometri, panoramic, x-ray
periapikal, occlusal foto. Untuk lesi jaringan lunak mulut, jenis
pemeriksaan radiologi yang sering diperlukan adalah occlusal foto.
- Pemeriksaan Mikrobiologi
Dua jenis pemeriksan mikrobiologi yang sering dilakukan untuk lesi
jaringan lunak mulut adalah: oral mycological smear dan oral
bacteriological smear.
Oral Mycological Smear
Oral mycological smear dilakukan untuk membuktikan adanya infeksi
jamur pada lesi yang ditemukan. Pemeriksaan ini diawali dengan
melakukan swab pada mukosa mulut yang dicurigai, dengan menggunakan
cotton swab. Kemudian dengan cotton swab dan spesimen yang didapat,
dilakukan streaking pada permukaan media Sabouraud Dextrose Agar
(SDA) dalam cawan petri. Setelah itu cawan petri tersebut dimasukkan ke
dalam inkubator selama 24 48 jam untuk membiakkan jamurnya.
Seseudah 48 jam akan tumbuh koloni jamur berwarna putih- kekuningan.
Ada beberapa spesies Candida yang dapat ditemukan pada manusia, yaitu
Candida albicans, Candida stellatoidea, Candida tropicalis, Candida
pseudotropicalis, Candida krusei, Candida parapsilosis, Candida
guilliermondii.
- Pemeriksaan biopsi
Biopsi eksisi
Biopsi eksisi adalah pengambilan jaringan yang dilakukan untuk
pemeriksaan histopatologi lebih lanjut. Biopsi dilakukan bila ditemukan
lesi yang mencurigakan atau bila diagnosis tetap belum dapat ditentukan.
Biasanya tindakan ini dilakukan pada lesi yang berdiri sendiri, dan
spesimen harus cukup besar (lebih dari 1 x 0,5 cm) untuk keperluan
pemeriksaan histopatologi. Cara ini dilakukan bila operator yakin bahwa
lesi tersebut jinak. Ada risiko terlepasnya sel ganas bila diagnosis kerja
berupa lesi jinak ternyata salah. Meskipun demikian, nilai klinis suatu
biopsi jauh lebih besar dibandingkan risiko tersebut. Biopsi eksisi dapat
membantu menentukan perawatan yang tepat bila diagnosis lesi jinak
ternyata benar. Untuk spesimen tersebut, perlu diperhatikan supaya
terhindar dari tekanan, robekan ataupun terbakar (Birnbaum dan Dunee,
2000).
Biopsi insisi
Biopsi insisi dilakukan untuk lesi yang besar atau bila diduga ada
keganasan. Cara ini memiliki risiko berupa terlepasnya sel ganas. Biopsi
insisi tidak dilakukan pada lesi pigmentasi ataupun vaskular, karena
melanoma sangat metastatik dan lesi vaskular akan menimbulkan
perdarahan berlebihan. Di dalam status pasien sebaiknya dicatat letak lesi,
ukurannya dan bentuknya. Pada biopsi insisi ini hanya sebagian kecil dari
lesi yang diambil beserta jaringan sehat di dekatnya. Pengambilan lesi
dapat dilakukan dengan menggunakan scalpel, menggunakan alat punch
(punch biopsy), menggunakan jarum suntik (needle biopsy), dan biopsi
aspirasi.
Punch biopsy
Pada punch biopsy ini instrumen operasi digunakan untuk mendorong
keluar sebagian jaringan yang dapat mewakili lesi. Oleh karena spesimen
yang dihasilkan seringkali rusak akibat prosedur ini, maka biopsi yang
menggunakan scalpel lebih disukai.
Needle biopsy
Teknik ini telah digunakan untuk biopsi pada lesi fibro-osseous yang
letaknya dalam. Spesimen yang dihasilkan kecil, sehingga tidak dapat
mewakili lesi yang terlibat dan dapat rusak akibat prosedur yang
digunakan, karena itu tidak banyak digunakan.
Biopsi aspirasi
Biopsi aspirasi digunakan untuk lesi berupa kista dan mengandung cairan.
Cara ini lebih disukai dibandingkan biopsi insisi pada lesi vaskular karena
adanya risiko terjadi perdarahan berlebihan. Aspirasi udara yang terjadi di
daerah molar rahang atas menunjukkan bahwa jarum berada di dalam sinus
maksilaris. Aspirasi darah menunjukkan adanya suatu hematoma,
hemangioma ataupun pembuluh darah. Aspirasi pus menunjukkan adanya
suatu abses atau kista yang terinfeksi (Birnbaum dan Dunne, 2000).
- Pemeriksaan Darah
Analisis dari darah dan serum biasanya menjadi komponen penting dalam
menunjang diagnosis dari penyakit mulut spesifik. Biasanya pemeriksaan
darah termasuk pemeriksaan darah lengkap, level vitamin B12, dll.
- Sitologi
Spesimen bisa secara cepat diintrepretasikan dan sampel minimal invasif.
Intrepretasi membutuhkan pengalaman yang cukup, namun bisa
menghasilkan informasi tentang kondisi yang terinfeksi atau tidak
terinfeksi pada rongga mulut.
LO 2. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan diagnosis dari kasus
di skenario.
Diagnosa pada kasus di skenario masih belum dapat ditegakkan secara pasti.
Hal ini dikarenakan kurangnya informasi yang dibutuhkan untuk menegakkan
diagnosa itu sendiri. Diagnosa yang ditegakkan saat ini hanyalah diagnosa
sementara, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan penunjang untuk mendapatkan
diagnosa akhir.
Beberapa lesi pada gingiva memiliki gejala klinis yang sama, namun dapat
dibedakan misalnya dengan hasil pemeriksaan HPA atau radiografi. Pada kasus di
skenario, gejala klinis yang diderita pasien berupa bendolan pada gusi rahang atas
sebelah kiri yang mudah berdarah, konsistensi kenyal, halus, tidak sakit, dan
membesar sejak 6 bulan lalu. Granuloma pyogenik dan epulis granulomatosa
adalah dua lesi gingiva yang memiliki gambaran mirip dengan kasus pada
skenario. Keduanya juga memiliki gambaran klinis yang hampir sama. Granuloma
pyogenik memiliki bentuk lesi yang bervariasi, seperti bola menyerupai tumor
dengan perlekatan penduculated sampai merata. Pembesaran mirip keloid dengan
dasar yang luas, berwarna merah terang atau ungu karena kaya akan vaskularisasi,
biasanya sangat rapuh atau sangat kenyal. Diameter lesi dapat mencapai 1-2 cm
dalam 4-7 hari. Permukaan umumnya berulcer dan mengeluarkan eksudat
purulen. Dapat bertahan tidak berubah bentuk selama bertahun tahun. Umumnya
ditemukan pada papilla interdental atau tepi gingival, dan lebih sering pada daerah
maksila daripada mandibula. Frekuensi kejadian lebih tinggi pada daerah anterior
daripada posterior, terutama bagian fasial dibanding lingual (Dwiretno dkk.,
2001). Epulis granulomatosa adalah dungkul yang terjadi dari suatu reaksi
jaringan yang granulomatik, karena iritasi kronis akibat sisa akar, tepi karies,
tumpatan yang overhanging, atau klamer yang tajam. Secara klinis, epulis
granulomatosa berupa dungkul bertangkai, warna kemerahan, mudah berdarah
dengan permukaan granuler, konsistensi lunak, nyeri tekan, kadang disertai
ulcerasi, lokasi tersering pada gingival, namun dapat juga terjadi pada seluruh
bagian rongga mulut, seperti bibir bawah, lidah, dan palatum.
Granuloma Piogenik
Granuloma piogenik (GP) merupakan tumor vaskuler proliferasi jinak pada kulit
dan membran mukosa yang sering mengikuti suatu trauma minor dan infeksi
(Calonje E, 2005).
Granuloma piogenik dapat terjadi pada semua umur dan merupakan salah satu
dari tumor-tumor vaskuler yang paling sering didapatkan pada bayi dan anak-
anak, juga dapat terjadi pada orang dewasa, terutama pada wanita hamil. Tidak
terdapat perbedaan antara pria dan wanita, walaupun ada laporan wanita lebih
sering timbul oleh karena fenomena tumor pada wanita hamil, serta dapat terjadi
pada semua ras. Tumor ini sering timbul soliter, tetapi bisa terjadi lesi-lesi satelit
yang multiple (North PE, 2005).
Gambaran klinis :
Dapat berupa papul atau nodul soliter berwarna merah terang dengan diameter 5
10 mm, tumbuh cepat dalam 13 minggu namun rapuh, terdapat koleret dan
skuama halus di sekitarnya, mudah berdarah dengan trauma ringan. Lesi sering
berulang dan lesi yang rekuren dapat memiliki satu atau beberapa lesi satelit
lainnya (Miller T, 2008)
Diagnosis GP dapat ditegakkan tanpa memerlukan pemeriksaan laboratorium
(Lichenstein R, 2008). Pada pemeriksaan histopatologis, GP memberikan
gambaran adanya proliferasi dari pembuluh-pembuluh darah kecil yang
menerobos epidermis dan membentuk tumor globular yang bertangkai (Calonje E,
2005).
- anamnesis
J.M Bruch and N.S Treister, Clinical Oral Medicine and Phatology.
Humana Press, a part of Springer Science + Business Media, LLC. 2010
Pierson JC, Tam CC. Pyogenic granuloma (lobular capillary hemangioma). 2006.
Miller T, Frieden IJ. Vascular tumors. 7th ed. New York: McGraw-Hill;
2008. p. 116472.