PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
sebagai obat tidur dalam dosis banyak, sebagai sedative dalam dosis kecil,
pendek.
banyak lagi.
kualitatif.
B. Maksud Percobaan
C. Tujuan Percobaan
beberapa metode pengujian, yaitu uji organoleptis, uji kelarutan, uji pemijaran,
D. Prinsip Percobaan
dari senyawa obat golongan Barbital dan Antibiotik dengan melakukan uji
spesifik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
a. Barbital
ester etil dari asam dietil malonat, adapunrumus umum dari barbiturat
adalah : R3N C = O
R1
R4C C
R2
NH C = O
Dimana : R1, R2, R3 dan R4 adalah subtitusi yang menentukan struktur dari
sebagai sedatif : dalam dosis yang sedikit, sebagai obat antikonvulsif dan
1. Sukar larut dalam air, kecuali garamnya (Na) bereaksi asam lemah.
2. Ada dalam dua bentuk : bentuk keto, tidak larut dalam air dan bentuk
(Mycek, 2001) :
anestesia
tetes kobalt (II) nitrat P dan 1 tetes amonium encer P, larutan berwarna
cara swikker. Sedangkan reaski umum pada barbital adalah reaksi parri,
zat + Co(NO3)2 dilarutkan dalam metanol + uap NH4OH : ungu. Dan reaksi
Hilangnya warna brom dan KmnO4 dalam suasana basa ataupun asam
Antibiotik banyak sakali digunakan dalam pengobatan penyakit. Namun hal ini
paling ampuh untuk mengobati penyakit. Cara yang lazim ini digunakan untuk
Telah diketahui bahwa sumber sumber dari obat dapat diperoleh dari
digunakan sebagai bahan baku obat oleh para nenek moyang kita, karena
Inggris dr. Alexander Flemming pada tahun 1928 (penisilin). Tetapi penemuan
ini baru diperkembangkan dan dipergunakan dalam terapi di tahun 1941 oleh
dr.Florey (Oxford). Kemudian banyak zat lain dengan khasita antibiotik diisolir
toksisnya hanya beberapa saja yang dapat digunakan sebagai obat (Jawelz ,
1995)
Masa perkembangan kemoterapi antimikroba sekarang dimulai pada
bahwa penisilin, yang ditemukan pada tahun 1929, dapat dibuat menjadi zat
sebagainya
seperti flora usus atau flora kulit.Antibiotika (L. anti = lawan, bios = hidup)
adalh zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang memiliki
toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Turunan zat tersebut yang dibuat
dapat pula oleh beberapa hewan dan tumbuhan tingkat tinggi. Disamping
itu berdasarkan antibiotika alam, dapat pula dibuat antibiotik baru secara
sintesis parsial yang sebagian mempunyai sifat yang lebih baik (Mutschler,
1991).
dalam tangki-tangki besar bersama zat-zat gizi khusus. Oksigen atau udara
B. Uraian Bahan
a. Barbital
Rumus bangun : H
O N O
H5C2 NH
O
Pemeriaan : Hablur atau serbuk hablur, putih tidak berbau,
b. Antibiotik
Rumus Bangun : OH C
C C CH2OH
H NHCOCHCl2
O2N
dalam eter p.
Indikasi : Antibiotikum
dianjurkan injeksi.
Sinonim : Eritromisina
Rumus bangun :
OH
(CH3)N CH3 CH3 CH3
C CH3
OH3 O
CH3 O
OH O
CO
CH2 CH3
CH3
OH
O OH C2HS
Pemerian : Serbuk untuk hablur, putih agak kekuningan,
agak hidroskopik
eter P.
Khasiat : Antibiotikum
A. Uji Organoleptis
b. Bentuk : ............
c. Warna : .............
d. Bau : ..............
e. Rasa : .............
f. pH larutan : ..............
B. Uji Kelarutan
a. H2O : .............
b. Asam : ..............
c. Basa : .............
d. Organik : ............
C. Uji Pemijaran
a. Waran : .............
- Warna : ...........
- Bau : ..............
- Kelarutan : ...........
D. Penentuan Unsur-Unsur
api kecil, kemudian dengan pemanasan yang lebih kuat. Jika ada
dalam tabung dengan api kecil mulai dalam bagian mulut tabung ke
bagian zat. Dipanaskan sampai pijar (merah) dan dalam keadaan pijar
dimasukkan dalam gelas piala yang berisi air dan disaring. Filtrat diambil
c. Pemeriksaan logam-logam
1.
2.
3.
a. Ikatan rangkap
blanko
2. Dengan KmnO4
pemanasan.
b. Alkohol
c. Fenol
d. Aldehid
e. Keton
f. Karboksil
g. Amin
@ Alifatis
@ Aromatis
@ Sulfon
endapan putih
h. Inti Benzen
Golongan Barbital
1. Zat + Parri
2. Zat + Swikker
Golongan antibiotik
G. Pemeriksaan mikroskopik
BAB III
METODE KERJA
A. Alat
1. Batang pengaduk
2. Botol semprot
3. Pipet tetes
4. Plat tetes
5. Rak tabung
6. Sendok tanduk
7. Tabung reaksi
B. Bahan
a. Barbital
1. Aquadest
2. H2SO4
3. HCl
4. Luminal
5. Metanol
6. NaOH
7. Parri
b. Antibiotik
1. Aquadest
2. Dab-HCl
3. Diazo A
4. Diazo B
5. Erotromisin
6. FeCl3
7. Fehling A
8. Fehling B
9. H2SO4 Pekat
10. HCl
11. Klorampenikol
12. NaOH
C. Cara Kerja
a. Barbital
a. uji organoleptis
b. uji kelarutan
kedalam tabung II, NaOH sebagai basa kedalam tabung ke III dan
b. Antibiotik
a. Uji organoleptis
b. Uji kelarutan
kedalam tabung II, NaOH sebagai basa kedalam tabung ke III dan
H2SO4, dihomogenkan
HASIL PENGAMATAN
A. Data Pengamatan
a. Barbital
1. Uji organoleptis
b. Bentuk : Serbuk
c. Warna : Putih
d. Bau : Khas
e. Rasa : Pahit
2. Uji kelarutan
a. H2O : Larut
d. Organik (FeCL3) : -
3. Uji Pemijaran
d. Sisa pemijaran :
Warna : Cokeat
4.Penentuan Unsur-Unsur
api kecil, kemudian dengan pemanasan yang lebih kuat. Jika ada
b. Antibiotik
1. Uji organoleptis
b. Bentuk : Bubuk
2. Uji kelarutan
3. Uji Pemijaran
d. Sisa pemijaran :
Warna : Hitam
4.Penentuan Unsur-Unsur
api kecil, kemudian dengan pemanasan yang lebih kuat. Jika ada
Barbital adalah suatu senyawa yang berfungsi sebagai obat tidur dalam
dosis yang banyak dan sebagai sedative dalam dosis yang kecil. Golongan
b. Ada dalam 2 bentuk; bentuk keto tidak larut dalam air dan bentuk enol larut
di dalam air.
c. Bentuk keto larut dalam pelarut ; CHCL3 , eter, dan stil asetat.
lainnya.
c. Bau : Penisilin
dengan kode BERUANG dan DONT apakah termasuk senyawa obat golongan
pendahuluan, penentuan unsur, penentuan gugus fungsi, uji golongan dan uji
reaksi spesifik.
HCl, NaOH, NH4OH, Zwiker. Pada uji kelarutan kita menggunakan pereaksi
HCL sebagai pereaksi asam , NaOH sebagai pereaksi basa, dan metanol
warna biru muda. Maka sampel ini termasuk golongan barbital dari senyawa
menghasilkan warna putih keruh dan tidak berubah (arna tetap), pereaksi
zwiker menghasilkan warna biru terbetuk endapan, HCL berwarna putih keruh
dan NH4OH menghasilkan warna biru muda. Maka sampel ini termasuk
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil percobaan maka dapat kita simpulkan bahwa sampel dengan
Kloramphenicol.
B. Saran
Ditjen POM, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Depkes RI, Jakarta.
Ditjen POM, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Depkes RI, Jakarta.
Ganiswarna, 1995, Farmakologi dan Terapi, Edisi IV, UGM Press, Jakarta.
Mycek, 2001, Farmakologi Ulasan Bergambar, Edisi. II, PT. Widya Medika,
jakarta
Sasmita, D. P., 1979, Card System dan Reaksi Warna, SIE Kesejahteraan
HMF, ARS Praeparandi, Institut Teknologi Bandung, Bandung.