Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tegnologi telah

banyak beredar produk-produk Farmasi, baik itu makanan, minuman, alat-alat

kesehatan dan yang paling penting adalah obat-obatan. Ada beberapa

golongan obat-obatan yang telah beredar dimasyarakat misalnya golongan

barbital, antibiotik dan masih banyak golongan lainnya.

Golongan barbital adalah suatu senyawa obat yang biasa digunakan

sebagai obat tidur dalam dosis banyak, sebagai sedative dalam dosis kecil,

sebagai antikonvulsi dan paling banyak digunakan sebagai anastesi narcosa

pendek.

Golongan antibiotik adalah suatu senyawa yang dihasilkan oleh

mikroorganisme yang digunakan untuk menghambat atau bahkan membunuh

mikroorganisme lainnya. Adapun contoh-contoh antibiotik yang beredar di

masyarakat adalah misalnya, ampicillin, amoxcicillin, klorampenikol dan masih

banyak lagi.

Adapun latar belakang dilakukannya percobaan ini adalah sebagai calon

farmasis maka kita harus dapat membedakan beberapa golongan obat,

misalnya golongan barbital dan golongan antibiotik, dengan beberapa cara

kualitatif.
B. Maksud Percobaan

Maksud dilakukannya percobaan ini adalah untuk mengetahui dan

memahami cara penentuan senyawa-senyawa dari golongan Barbital dan

golongan Antibiotik secara analisis kualitatif.

C. Tujuan Percobaan

Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk mengidentifikasi

senyawa obat golongan Barbital dan Antibiotik dengan menggunakan

beberapa metode pengujian, yaitu uji organoleptis, uji kelarutan, uji pemijaran,

penentuan unsur-unsur, uji golongan dan uji reaksi spesifik.

D. Prinsip Percobaan

Prinsip dilakukannya percobaan ini adalah penentuan senyawa kimia

dari senyawa obat golongan Barbital dan Antibiotik dengan melakukan uji

organoleptik, uji kelarutan, uji pemijaran dan penambahan beberapa pereaksi

spesifik.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

a. Barbital

Barbital adalah senyawa yang mempunyai inti, hasil kondensasi

ester etil dari asam dietil malonat, adapunrumus umum dari barbiturat

adalah : R3N C = O

R1

R4C C

R2

NH C = O

Dimana : R1, R2, R3 dan R4 adalah subtitusi yang menentukan struktur dari

pada barbital itu (Sasmita, 1979).

Barbital digunakan sebagai obat tidur : dalam dosis yang banyak,

sebagai sedatif : dalam dosis yang sedikit, sebagai obat antikonvulsif dan

sebagai obat anastetika, narcoso pendek (Sasmita, 1979).

Sifat-sifat umum dari barbital (Sasmita, 1979) :

1. Sukar larut dalam air, kecuali garamnya (Na) bereaksi asam lemah.

2. Ada dalam dua bentuk : bentuk keto, tidak larut dalam air dan bentuk

enol, larut dalam air.

3. Bentuk keto larut dalam pelarut : CHCl3, eter, etil asetat.


4. Garam Na-nya dalam bentuk larutan mudah terhidrolisa menjadi

barbitalyang mengendap dan CO2 atau ureum.

5. Dapat menyubling (membentuk sublimasi ) tergantung sekali pada

tekanan, suhu, jarak sublimasinya, dll. Untuk teknik sublimasi yang

digunakan dalam kwalitatif, maka digunakan tekanan yang dikurangi.

Beberapa contoh obat golongan barbital adalah Barbital pyramidon,

allonal, amytal (acidum Aothylisoamylbarbituricum), aprobarbitalum

(isopral), dial (allobarbitalum), evipan (hexabarbital), luminal,dan masih

banyak sediaan lain (Sasmita, 1979).

Penggolongan barbiturat disesuaikan dengan lama kerjanya, yaitu

(Mycek, 2001) :

1. Barbiturat kerja panjang

Contohnya: Fenobarbital digunakan dalam pengobatan kejang

2. Barbiturat kerja singkat

Contohnya: Pentobarbital, Sekobarbital, dan Amobarbital yang efektif

sebagai sedatif dan hipnotik

3. Barbiturat kerja sangat singkat

Contohnya : Tiopental, yang digunakan untuk induksi intravena

anestesia

Fenobarbital, asam 5,5-fenil-etil barbiturat, merupakan senyawa

organik pertama yang digunakan dalam pengobatan antikonvulsi. Kerjanya

membatasi perjalanan aktifitas bangkit dan menaikkan ambang rangsang.


Fenobarbital masih merupakan obat antikonvulsi pilihan karena cukup

efekti, murah (Ganiswarna, 1995).

Cara identifikasi barbital adalah (Ditjen POM, 1979) :

a. Memberikan warna merah pada kertas lakmus biru P basah

b. Larutkan 10 mg dalam 2 ml etanol (95 %) P. Tambahkan beberapa

tetes kobalt (II) nitrat P dan 1 tetes amonium encer P, larutan berwarna

ungu yang mantap selama 30 menit

c. Pada 5 ml larutan 0,5 % b/v, tambahkan 750 mg larutan amonium

sulfat P, kocok ; terbentuk hablur.

Cara-cara isolasi pada barbital cara pengocokan, cara pesez dan

cara swikker. Sedangkan reaski umum pada barbital adalah reaksi parri,

zat + Co(NO3)2 dilarutkan dalam metanol + uap NH4OH : ungu. Dan reaksi

swikker : terjadi endapan biru (Sasmita, 1979).

Reaksi gugus an pada barbita adalah (Sasmita, 1979) :

1. Adanya gugus halogen, Br atau S

Dengan kawat Cu (boilstoin test) memberikan nyala hijau, juga test

lasasigne membuktikan adanya Br. Sedangkan Hepar test untuk S.

2. Adanya gugusan tak jenuh

Hilangnya warna brom dan KmnO4 dalam suasana basa ataupun asam

3. Adanya gugusan fenil / aromatik

Oksidasi menjadi asam benzoat, reaksi EKKERT, nitrasi menurut

RANMES dan adanya radikal sikloheksonil.


b. Antibiotik

Antibiotik adalah bahan yang dihasilkan oleh suatu mikroorganisme yang

dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme lainnya.

Antibiotik banyak sakali digunakan dalam pengobatan penyakit. Namun hal ini

tidak semua antibiotik digunakan sebagai bahan untuk mengobati penyakit.

Sebelum pemberian obat terlebih dahulu ditentukan antibiotik mana yang

paling ampuh untuk mengobati penyakit. Cara yang lazim ini digunakan untuk

mengetahui keamp;uhan antibiogram atau uji kepekanaan dari antibiotik

terhadap patogen penyebab penyakit (Djide ,2003).

Telah diketahui bahwa sumber sumber dari obat dapat diperoleh dari

alam seperti tanaman, hewan, mineral dan mikroorganisme. Tumbuhan banyak

digunakan sebagai bahan baku obat oleh para nenek moyang kita, karena

dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit. Banyak tanaman atau

tumbuhan yang dapat menghasilkan senyawa senyawa kimia yang bersifat

antimikroba (Djide ,2003).

Kegiatan antibiotika untuk pertama kalinya ditemukan oleh sarjana

Inggris dr. Alexander Flemming pada tahun 1928 (penisilin). Tetapi penemuan

ini baru diperkembangkan dan dipergunakan dalam terapi di tahun 1941 oleh

dr.Florey (Oxford). Kemudian banyak zat lain dengan khasita antibiotik diisolir

oleh penyelidik-penyelidik di seluruh dunia, akan tetapi berhubung dengan sifat

toksisnya hanya beberapa saja yang dapat digunakan sebagai obat (Jawelz ,

1995)
Masa perkembangan kemoterapi antimikroba sekarang dimulai pada

tahun 1935, dengan penemuan sulfonamida. Pada tahun 1940, diperlihatkan

bahwa penisilin, yang ditemukan pada tahun 1929, dapat dibuat menjadi zat

kemoterapi yang efektif. Selama 25 tahun berikutnya, penelitian kemoterapi

sebagain besar berpusat sekitar zat antimikroba yang berasal dari

mikroorganisme, yang dinamakan antibiotika (Jawelz , 1995).

Antibiotika yang ideal sebagai obat harus memenuhi syarat-syarat

berikut (Ganiswara, 1995) :

1. Mempunyai kemampuan untuk mematikan atau menghambat

pertumbuhan mikroorganisme yang luas (broad spectrum antibiotic)

2. Tidak menimbulkan terjadinya resistensi dari mikroorganisme pathogen

3. Tidak menimbulkan pengaruh samping (side effect) yang buruk pada

host, seperti reaksi alergi, kerusakan syaraf, iritasi lambung, dan

sebagainya

Tidak mengganggu keseimbangan flora yang normal dari host

seperti flora usus atau flora kulit.Antibiotika (L. anti = lawan, bios = hidup)

adalh zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang memiliki

khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan

toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Turunan zat tersebut yang dibuat

secara semi-sintesis termasuk kelompok ini; begitu pula senyawa sintesis

dengan khasiat antibakteri lazimnya disebut antibiotik (Tjay, 2002).


Defenisi ini harus diperlua karena zat yang bersifat antibiotik ini

dapat pula oleh beberapa hewan dan tumbuhan tingkat tinggi. Disamping

itu berdasarkan antibiotika alam, dapat pula dibuat antibiotik baru secara

sintesis parsial yang sebagian mempunyai sifat yang lebih baik (Mutschler,

1991).

Lazimnya antibiotik dibuat secara mikrobiologi yaitu fungi dibiakkan

dalam tangki-tangki besar bersama zat-zat gizi khusus. Oksigen atau udara

steril disalurkan kedalam cairan pembiakan guna mempercepat

pertumbuhan fungi dan meningkatkan produksi antibiotikumnya. Setelah

diisolasi dari cairan kultur antibiotikum dimurnikan dan aktifitasnya

ditentukan (Tjay, 2002).

Identifikasi yang terbaik pada antibiotika adalah dengan

menggunakan cara mikrobiologis, cara kimia sangat sulit dikarenakan tidak

adanya persamaan sifat dan struktur kimia. Cara mikrobiologis dapat

diganggu dengan adanya sulfonamida (Sasmita, 1979).

Penggolongan antibiotik dibagi menjadi 2 yaitu antibiotika narrow-

spectrum (aktifitas sempit) obat-obat ini terutama aktif terhadap beberapa

jenis kuman saja, misalnya penisilin G dan penisilin-V, eritromisin,

klindamisin, kanamisin dan asam fusidat hanya bekerja terhadap kuman

gram-positif sedangkan streptomisin, gentan=misin, polimiksim-3, dan

asam nalidiksat khusus efektif terhadap kuman gram-negatif. Antibiotik

broad spektrum(aktifitas lebar) bekerja terdapat lebih banyak baik jenis


kumangram-positif maupun gram-negatif. Antara lai sulfonamida, ampisilin,

sefalosforin, klorampenikol, tetrasiklin dan rifampisin (Tjay, 2002).

Mekanisme kerja antibiotika adalah perintangan sintesis protein

sehingga kuman musnah atau tidak berkembang lagi misalnya

klorampenikol, tetrasiklin, aminoglikosida, makrolida, dan linkomisin. Selain

itu beberapa antibiotik bekerja menghambat dinding sel (penisilin dan

sefalosforin) atau membran sel (Tjay, 2002).

B. Uraian Bahan

a. Barbital

1. Fenobarbital (Ditjen POM: 1979)

Nama resmi : Phenobarbitalum

Nama lain : Fenobarbital, luminal

RM/BM : C12H12N2O3/ 232,24

Rumus bangun : H

O N O

H5C2 NH

O
Pemeriaan : Hablur atau serbuk hablur, putih tidak berbau,

rasa agak Pahit

Kelarutan : sangat sukar larut dalam air, larut dalam etanol

(95%)P, dalam eter P, dalam larutan alkali

hidroksida dan dalam larutan alkali karbonat

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Khasiat : Hipnotikum, sedativum

Kegunaan : sebagai sampel

Persyaratan kadar : Fenobarbital mengandung tidak kurang dari 98%

dan tidak lebih dari 101,0% C12H12N2O3 dihitung

terhadap zat yang telah dikeringkan

b. Antibiotik

1. Cloramfenikol (Ditjen POM, 1979))

Nama resmi : Cloramphenicolum

Nama lain : Kloramfenikol, ecloramyetin, kemicithine

RM/BM : C11H12C12N2O5 / 323,13

Rumus Bangun : OH C

C C CH2OH
H NHCOCHCl2
O2N

Pemerian : Hablur harus berbentuk jarum atau lempeng

memanjang, putih sampai kelabu atau putih


kekuningan, tidak berbau, rasa sangat pahit.

Dalam larutan asam lemah, mantap.

Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 400 bagian air, dalam

8,5 bagian etanol 95 % P dan dalam 7 bagian

profilen girkol P, sukar larut dalam kloroform dan

dalam eter p.

Indikasi : Antibiotikum

Farmakokinetik : Setelah Pemberian oral, Kloramfenikol diserap

dengan cepat, kadar puncak dalam darah

tercapai dalam 2 jam untuk anak-anak biasanya

di berikan bentuk ester kloramfenikol palmitat,

untuk stearat yang rasanya tidak pahit (F & T :

657) 1 g 4 minggu oral, pada infeksi parah

dianjurkan injeksi.

2. Eritromisin (Ditjen POM, 1979)

Nama resmi : Erytrommicinum

Sinonim : Eritromisina

RM/BM : C37H67Cl3N / 733, 95

Rumus bangun :
OH
(CH3)N CH3 CH3 CH3

C CH3

OH3 O
CH3 O
OH O
CO
CH2 CH3

CH3
OH
O OH C2HS
Pemerian : Serbuk untuk hablur, putih agak kekuningan,

tidak berbau atau hapit tidak berbau, rasa pahit,

agak hidroskopik

Kelarutan : larut dalam lebih kurang 1000 bag. Air, dalam

etanol 95% P, dalam kloroform P, dan dalam

eter P.

Farmakoktinetik Basa eritromisin diserap untuk usus kecil bagian

atas, aktivitasnya hilang atau cairan lambung

dan absurpsi diperlambat adanya makanan

dalam lambung hanya 25 % ertiromisin yang

diekskresi dalam bentuk aktif molekul urin.

Khasiat : Antibiotikum

C. Prosedur Kerja (Anonim, 2009)

A. Uji Organoleptis

a. Kode Sampel : .............

b. Bentuk : ............

c. Warna : .............

d. Bau : ..............

e. Rasa : .............
f. pH larutan : ..............

B. Uji Kelarutan

a. H2O : .............

b. Asam : ..............

c. Basa : .............

d. Organik : ............

C. Uji Pemijaran

a. Waran : .............

b. Bau Uap : .............

c. Sifat Lelehan : .............

d. Sisa pemijaran : ..............

- Warna : ...........

- Bau : ..............

- Kelarutan : ...........

D. Penentuan Unsur-Unsur

a. Analisis Karbon (C)

Zat dalam cawan porselin dipanaskan perlahan-lahan, mula-mula

api kecil, kemudian dengan pemanasan yang lebih kuat. Jika ada

karbon, mula-mula akan berwarna coklat kemudian hitam.

Sampel dengan kode ..... mengandung .....

b. Analisis N, S, P dan halogen dengan cara Cesteilana


Cara ini menggunakan Na2CO3 dengan logam Mg dalam

perbandingan 2 : 1. Zat dicampur dengan Castellana 1 : 3 dipanaskan

dalam tabung dengan api kecil mulai dalam bagian mulut tabung ke

bagian zat. Dipanaskan sampai pijar (merah) dan dalam keadaan pijar

dimasukkan dalam gelas piala yang berisi air dan disaring. Filtrat diambil

untuk pemeriksaan lebih lanjut.

N. Filtrat + FeSO4 jenuh + HCl biru berlin

S. Filtrat + Pb asetat endapan hitam coklat

Filtrat + kristal Na. Nitroprusid violet biru

P. Filtrat + HNO3 pekat + NH4-molibdat dipanaskan kuning

Cl.Filtrat + HNO3 + AgNO3 endapan putih + NH3 larut

Br. Filtrat + HNO3 + AgNO3 endapan putih + NH3 tidak larut

Fltrat + CHCl3 + NaNO2 + HCl coklat

I. Filtrat + HNO3 + Pb asetat endapan kuning

Sampel dengan kode .............. mengandung unsur.............

c. Pemeriksaan logam-logam

Dilakukan pengujian sampel yang tertera pada buku VOGEL. Dari

pengujianyang dilakukan yaitu :

1.

2.

3.

Diperoleh bahwa sampel dengan kode ......... mengandung logam.........


E. Pemeriksaan gugus fungsional

a. Ikatan rangkap

1. Dengan Air Brom

Larutan zat + air brom tetes/tetes warna hilang (dilakukan

blanko

Brom zat yang diperiksa harus sama pelarutnya yang tidak

bereaksi dengan brom.

2. Dengan KmnO4

Zat + air/aseton + 2 ml + KmnO4 2 % tetes/tetes (> 1 ml )

warna ungu hilang

Senyawa lain yang dioksidasi oleh MnO4- tetapi lambat adalah

aldehid, alcohol (s dan t), asam format, feno; dan lain-lain.

3. Reaksi deniges (HgO + H2SO4)

Reaksi ini khas untuk etilen (-C=C-)

Reaksi adisi dan endapan kuning dapat dipercepat dengan

pemanasan.

Dari sampel dengan kode ............ mengandung.........

b. Alkohol

Zat + asam sulfanilat + NaOH2 + NaOH merah frambos (+ eter)

warna masuk (aromatis), tidak masuk (alifatis)

Alkohol primer : zat + KmnO4 + H2SO4 warna hilang +

Schiff merah piolet


Alkohol sekunder : zat + aqua brom + Na. Nitroprusida + NH4Cl +

NH4OH merah coklat/ungu

Alkohol tersier : zat + HgO + H2SO4 kuning baru abu-abu

Dari sampel dengan kode ....... mengandung..........

c. Fenol

Zat + FeCl3 larutan ungu + etanol kuning

d. Aldehid

Zat + Fehling A & B dipanaskan merah bata

e. Keton

Zat + Na-nitroprusida + NH4Cl + NH4OH violet

f. Karboksil

Zat + alkohol + H2so4 pekat dipanaskan bau ester asetat

g. Amin

Zat + basa kuat dipanaskan gas NH3 + Nessler coklat

Zat + basa kuat dipanskan gas + NH3 + HCl kabut putih

@ Alifatis

Zat + CHCl3 + NaOH dipanaskan bau isonitril

@ Aromatis

Zat + DAB-HCl merah jambu

@ Sulfon

Zat + H2O2 + FeCl3 (didiamkan) + HNO3 + BaCl27Ba(OH)2

endapan putih
h. Inti Benzen

Zat + HNO3 pekat dipanaskan dingin + alkohol + Zn + HCl

dipanaskan NaNO2 + -naftol dalam NH4OH cincin merah

F. Penentuan Golongan Senyawa dan Reaksi Spesifik

Golongan Barbital

1. Zat + Parri

2. Zat + Swikker

Golongan antibiotik

1. Zat + H2SO4 pekat

G. Pemeriksaan mikroskopik
BAB III

METODE KERJA

A. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :

1. Batang pengaduk

2. Botol semprot

3. Pipet tetes

4. Plat tetes

5. Rak tabung

6. Sendok tanduk

7. Tabung reaksi

B. Bahan

a. Barbital

1. Aquadest

2. H2SO4

3. HCl

4. Luminal

5. Metanol

6. NaOH

7. Parri
b. Antibiotik

1. Aquadest

2. Dab-HCl

3. Diazo A

4. Diazo B

5. Erotromisin

6. FeCl3

7. Fehling A

8. Fehling B

9. H2SO4 Pekat

10. HCl

11. Klorampenikol

12. NaOH

C. Cara Kerja

a. Barbital

a. uji organoleptis

1. Disiapkan sampel yang akan diamati

2. Diamati bentuk, warna, bau, rasa, pH kelarutan.

3. Dicatat hasil pengamatan

b. uji kelarutan

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Dimasukan sampel masing-masing kedalam 4 tabung reaksi


3. Ditambahkan Aquadest kedalam tabung I, H2SO4 sebagai asam

kedalam tabung II, NaOH sebagai basa kedalam tabung ke III dan

Metanol sebagai pelarut organik kedalam tabung ke IV.

4. Dihomogenkan dan diamati kelarutannya

5. Dicatat hasil pengamata

c. Penentuan golongan senyawa reaksi spesifik

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Dimasukan sampel kedalam tabung reaksi dan ditambahkan pelarut

parri, kemudian dilarutkan dengan metanol.

3. Diamati perubahan warna yang terjadi. Apabila berwarna ungu

maka sampel tersebut positif golongan barbital.

4. Dicatat hasil pengamatan.

b. Antibiotik

a. Uji organoleptis

1. Disiapkan sampel yang akan diamati

2. Diamati bentuk, warna, bau, rasa, pH kelarutan.

3. Dicatat hasil pengamatan

b. Uji kelarutan

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Dimasukan sampel masing-masing kedalam 4 tabung reaksi


3. Ditambahkan Aquadest kedalam tabung I, H 2SO4 sebagai asam

kedalam tabung II, NaOH sebagai basa kedalam tabung ke III dan

Metanol sebagai pelarut organik kedalam tabung ke IV.

4. Dihomogenkan dan diamati kelarutannya

5. Dicatat hasil pengamata

c. Penentuan golongan senyawa reaksi spesifik

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Dimasukan sampel kedalam tabung reaksi dan ditambahkan pelarut

H2SO4, dihomogenkan

3. Dilakukan yang sama pada penambahan pereaksi DAB-HCl, FeCl3,

Diazo + H2SO4, NaOH, Fehling A & B.

4. Diamati perubahan warna yang terjadi

5. Dicatat hasil pengamatan.


BAB IV

HASIL PENGAMATAN

A. Data Pengamatan

a. Barbital

1. Uji organoleptis

a. Kode Sampel : BERUANG

b. Bentuk : Serbuk

c. Warna : Putih

d. Bau : Khas

e. Rasa : Pahit

2. Uji kelarutan

a. H2O : Larut

b. Asam (H2SO4) : Tidak larut (endapan)

c. Basa (NaOH) : Tidak larut

d. Organik (FeCL3) : -

3. Uji Pemijaran

a. Warna uap : Putih

b. Bau Uap : Tidak berbau

c. Sifat Lelehan : Meleleh

d. Sisa pemijaran :

Warna : Cokeat
4.Penentuan Unsur-Unsur

A . Analisis Karbon (C)

Zat dalam cawan porselin dipanaskan perlahan-lahan, mula-mula

api kecil, kemudian dengan pemanasan yang lebih kuat. Jika ada

karbon, mula-mula akan berwarna coklat kemudian hitam.

Sampel dengan kode BERUANG tidak mengandung karbon.

5.Penentuan golongan senyawa dan pereaksi spesifik

a. BERUANG + Zwikker Biru

b. BERUANG + HCL Cokelat (endapan)

c. BERUANG + NH4OH Biru muda

d. BERUANG + H2SO Ungu

b. Antibiotik

1. Uji organoleptis

a. Kode Sampel : DONT

b. Bentuk : Bubuk

c. Warna : Puitih kekuningan

d. Bau : Tidak berbau

e. Rasa : Pahit sekali

2. Uji kelarutan

a. H2O : Tidak larut

b. Asam (HCL) : TidakLarut

c. Basa (NaOH) : Tidak larut


d. Organik (FeCL3) : -

3. Uji Pemijaran

a.Warna uap : Putih

b.Bau Uap : Tidak berbau

c. Sifat Lelehan : Meleleh

d. Sisa pemijaran :

Warna : Hitam

4.Penentuan Unsur-Unsur

A . Analisis Karbon (C)

Zat dalam cawan porselin dipanaskan perlahan-lahan, mula-mula

api kecil, kemudian dengan pemanasan yang lebih kuat. Jika ada

karbon, mula-mula akan berwarna coklat kemudian hitam.

Sampel dengan kode DONT mengandung karbon.

5.Penentuan golongan senyawa dan pereaksi spesifik

a. DONT + H2SO4 Pekat Warna tetap (Bening)

e. DONT + HCL Tetap (bening)

f. DONT + NH4OH Biru muda

g. DONT + Zwiker Biru (endapan)


B. Pembahasan

Barbital adalah suatu senyawa yang berfungsi sebagai obat tidur dalam

dosis yang banyak dan sebagai sedative dalam dosis yang kecil. Golongan

barbital biasa juga digunakan sebagai antikonvulsan dan sebagai anastetika.

Sifat-sifat umum dari barbital :

a. Sukar larut dalam air,

b. Ada dalam 2 bentuk; bentuk keto tidak larut dalam air dan bentuk enol larut

di dalam air.

c. Bentuk keto larut dalam pelarut ; CHCL3 , eter, dan stil asetat.

d. Garam Na-nya dalam bentuk larutan mudah terhidrolisa menjadi barbital

yang mengendap dan CO2 , atau ureum.

Antibiotik adalah suatu senyawa yang dihasilkan oleh mikroorganisme

yang digunakan untuk menghambat bahkan membunuh mikroorganisme

lainnya.

Reaksi pendahuluan dari antibiotik :

a. Warna : taidak berwarna

b. Rasa : pahit sekali ; kloramphenicol

c. Bau : Penisilin

d. Pyrolisa : Bau khas ; pensilin

e. Hygroskopis : streptomisin, kanamysin, dan rifampisin

f. Kelarutan : Mudah larut dalam air


Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk mengidentifikasi sampel

dengan kode BERUANG dan DONT apakah termasuk senyawa obat golongan

Barbital dengan menggunakan beberapa metode pengujian, yaitu uji

pendahuluan, penentuan unsur, penentuan gugus fungsi, uji golongan dan uji

reaksi spesifik.

Pada percobaan ini kita menggunakan beberapa pereaksi seperti H2SO4,

HCl, NaOH, NH4OH, Zwiker. Pada uji kelarutan kita menggunakan pereaksi

HCL sebagai pereaksi asam , NaOH sebagai pereaksi basa, dan metanol

sebagai pereaksi organik.

Ketika sampel BERUANG direaksikan dengan pereaksi H2SO4

menghasilkan warna ungu, pereaksi zwiker menghasilkan warna biru terbetuk

endapan, HCL berwarna cokelat terbentuk endapan dan NH 4OH menghasilkan

warna biru muda. Maka sampel ini termasuk golongan barbital dari senyawa

Luminal. Ketika sampel DONT direaksikan dengan pereaksi H2SO4

menghasilkan warna putih keruh dan tidak berubah (arna tetap), pereaksi

zwiker menghasilkan warna biru terbetuk endapan, HCL berwarna putih keruh

dan NH4OH menghasilkan warna biru muda. Maka sampel ini termasuk

golongan Antibiotik dari senyawa Kloramphenicol, karena juga memiliki rasa

yabg pahit sekali.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil percobaan maka dapat kita simpulkan bahwa sampel dengan

kode BERUANG merupakan senyawa barbital dari golongan Luminal,

sedangkan kode sampel DONT merupakan senyawa antibiotic dari golongan

Kloramphenicol.

B. Saran

Untuk memperlancar jalannya percobaan maka sebaiknya bahan-bahan

yang digunakan pada laboratorium ini sebih dilengkapi lagi.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009, Penuntun raktikum Kimia Farmasi Analisis I, Universitas Muslim


Indonesia, Makassar.

Ditjen POM, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Depkes RI, Jakarta.

Ditjen POM, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Depkes RI, Jakarta.

Djide, M.N.,Sartini.,Syaharuddin Kadir, 2003, MIKROBIOLOGI FARMASI


TERAPAN. Uninersitas Hasanuddin.Makassar.

Ganiswarna, 1995, Farmakologi dan Terapi, Edisi IV, UGM Press, Jakarta.

Jawelz., Melnick., Adelberg., (1995), Mikrobiologi Kedokteran (Medical Microbiology),


Edisi 2., EGC, Jakarta.

Mutschler, 1991, Dinamika Obat, Penerbit ITB, Bandung.

Mycek, 2001, Farmakologi Ulasan Bergambar, Edisi. II, PT. Widya Medika,
jakarta

Sasmita, D. P., 1979, Card System dan Reaksi Warna, SIE Kesejahteraan
HMF, ARS Praeparandi, Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Tjay, TH., 2002, Obat-Obat Penting, Alex media komputindo, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai