Tugas Seminar Stase KDM
Tugas Seminar Stase KDM
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sistem keseimbangan merupakan sebuah sistem yang penting untuk
kehidupan manusia. Sistem keseimbangan membuat manusia mampu
menyadari kedudukan terhadap ruangan sekitar. Keseimbangan merupakan
sebuah sistem yang saling berintegrasi yaitu sistem visual,vestibular,
sistem propioseptik, dan serebelar. Gangguan pada sistem keseimbangan
tersebut akan menimbulkan berbagai keluhan, diantaranya berupa sensasi
berputar yang sering disebut vertigo
(Sjahrir, 2008).
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Definisi
Vertere suatu istilah dalam bahasa latin yang merupakan bahasa lain
dari vertigo, yang artinya memutar. Vertigo dalam kamus bahasa
diterjemahkan dengan pusing (Wahyono, 2007).
Definisi vertigo adalah gerakan (sirkuler atau linier), atau gerakan
sebenarnya dari tubuh atau lingkungan sekitarnya diikuti atau tanpa diikuti
dengan gejala dari organ yang berada di bawah pengaruh saraf otonom dan
mata (nistagmus) (Jenie, 2001).
Sedangkan menurut Gowers Kapita Selekta neurologi, 2005,
mendefinisikan vertigo adalah setiap gerakan atau rasa gerakan tubuh
penderita atau objek-objek disekitar penderita yang bersangkutan dengan
gangguan sistem keseimbangan (ekuilibrum).
2. Etiologi
Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan keseimbangan melalui
organ keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini
memiliki saraf yang berhubungan dengan area tertentu di otak. Vetigo bisa
disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di dalam saraf yang
menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam otaknya sendiri. Vertigo
juga bisa berhubungan dengan kelainan penglihatan atau perubahan
tekanan darah yang terjadi secara tibatiba. Penyebab umum dari vertigo:
(Israr, 2008)
1. Keadaan lingkungan
Motion sickness (mabuk darat, mabuk laut)
2. Obat-obatan
Alkohol
Gentamisin
3. Kelainan sirkulasi
Transient ischemic attack (gangguan fungsi otak sementara karena
berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak) pada arteri
vertebral dan arteri basiler
4. Kelainan di telinga
Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di
dalam telinga bagian dalam (menyebabkan benign paroxysmal
positional vertigo)
Infeksi telinga bagian dalam karena bakteri
Herpes zoster
Labirintitis (infeksi labirin di dalam telinga)
Peradangan saraf vestibuler
Penyakit Meniere
5. Kelainan neurologis
Sklerosis multipel
Patah tulang tengkorak yang disertai cedera pada labirin,
persarafannya atau keduanya
Tumor otak
Tumor yang menekan saraf vestibularis.
5. Manifestasi Klinis
a. Pusing dengan perasaan berputar
b. Kadang timbul mual muntah
c. Kadang timbul nigtasmus
d. Tinitus
e. Fluktuasi pendengaran
6. Patofisiologi
Vertigo terjadi akibat dari perubahan posisi kepala yang cepat dan
tibat-tiba, biasanya akan dirasakan pusing yang sangat berat, yang
berlangsung bervariasi di semua orang, bisa lama atau hanya beberapa
menit sasja. Penderita kadang merasakan lebih baik jika berbaring diam
saja. Vertigo dapat berlangsung selama berhari-hari dan disertai dengan
mual muntah. Hasilnya pendertia akan merasa amat sangat panic dan
segera melarikan diri untuk berobat, tak jarang pasien seperti ini
ditemukan di unit gawat darurat. Vertigo disebabkan oleh pengendapan
kalsium di dalam salah satu alat penyeimbangan di dalam telinga, tetapi
sebagian besar penyebabnya belum dikethui hingga sekarang. Beberapa
dugaan yang dikemukakan oleh para ahli adalah, trauma pada alat
keseimbangan, infeksi, sisa pembedangan telinga, degenerative karena
usai dan kelainan pembuluh darah. Vertigo berbeda dengan dizziness,
suatu pengalaman yang mungkin pernah kita rasakan, yaitu kepala terasa
ringan saat akan berdiri. Sedangkan vertigo bisa lebih berat dari itu,
misalnya dapat membuat kita sulit untuk melangkah karena rasa berputar
yang mempengaruhi keseimbangan tubuh. Adanya penyakit vertigo
menandakan adanya gangguan system deteksi seseorang (Price, S.A., &
Wilson, L.M. 2006).
7. Pathway
8. Pemeriksaan penunjang
a. Tes Romberg yang dipertajam
Sikap kaki seperti tandem, lengan dilipat pada dada dan mata
lebih dari satu meter atau badan berputar lebih dari 30 derajat
c. Salah Tunjuk(post-pointing)
Penderita merentangkan lengannya, angkat lengan tinggi-tinggi
kekiri lalu posisi kepala lurus kemudian menoleh lagi kekanan pada
penderita
f. Elektronistagmografi
Yaitu alat untuk mencatat lama dan cepatnya nistagmus yang timbul
g. Posturografi
Yaitu tes yang dilakukan untuk mengevaluasi system visual, vestibular
dan somatosensorik.
9. Komplikasi
a. Penyakit Meniere
Penyakit Meniere adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan
sistem syaraf dalam telinga. salah seorang dokter menyampaikan
bahwa ini adalah masalah kronis yang sangat fatal yang mana akan
menimbulkan beberapa gejala seperti vertigo, telinga berdengung,
gangguan pendengaran dan bisa juga ada rasa tekanan dalam telinga.
b. Trauma Telinga dan Labirintitis
Trauma telinga atau labirintitis adalah masalah pendengaran berupa
tuli mendadak yang terjadi karena hal lain seperti ledakan atau suara
yang menggangu telinga dalam waktu yang lama misalnya saat anda
dalam perjalanan panjang. Hal ini juga bisa menimbulkan
komplikasi vertigo bila sampai menimbulkan gangguan pada syaraf
telinga yang akhirnya anda akan merasakan sensasi berputar pada
pandangan mata.
c. Epidemic Atau Akibat Otitis Media Kronika
Epidemic Atau Akibat Otitis Media Kronika adalah masalah serius
yang terjadi karena ada peradangan pada telinga bagian tengah.
Masalah peradangan telinga ada 2 level mulai dari akut sampai
kronik. Yang jelas peradangan telinga bisa menimbulkan komplikasi
vertigo pada diri anda. Penyebabnya adalah bakteri yang merusak
telinga bagian dalam dan tengah seperti streptococcus
pneumoniaedan ditambah haemophilus influenzae serta moraxella
cattarhalis. Insya Allah anda bisa hubungi saya untuk pemesanan
black cummin untuk mengatasinya.
d. Penyakit Saraf Akustikus Serebelum Atau Sistem
Kardiovaskuler.
Penyebab komplikasi vertigo terakhir masih berhubungan dengan
syaraf. Penyakit syaraf akustikus serebelum dan sistem
kordiovaskuler jarang terjadi namun perlu anda lakukan pencegahan
berupa menghindari suara keras, musik rock dan hindari sesuatu
yang merusak telinga. Sering periksa ke dokter THT bila perlu.
10. Penatalaksanaan Medis dan keperawatan
a. Medis
Terapi farmokologi dapat berupa terapi spesifik misalnya pemberian
anti biotika dan terapi simtomatik. Nistagmus perifer pada neurinitis
vestibuler lebih meningkat bila pandangan diarahkan menjauhi telinga
yang terkena dan nigtagmus akan berkurang jika dilakukan fiksasi
visual pada suatu tempat atau benda.
b. Keperawatan
1. Vertigo posisional Benigna (VPB)
Latihan : latihan posisional dapat membantu mempercepat remisi
pada sebagian besar penderita VPB. Latihan ini dilakukan pada
pagi hari dan merupakan kagiatan yang pertama pada hari itu.
Penderita duduk dipinggir tempat tidur, kemudian ia merebahkan
dirinya pada posisinya untuk membangkitkan vertigo
posisionalnya. Setelah vertigo mereda ia kembali keposisi duduk
\semula. Gerakan ini diulang kembali sampai vertigo melemah atau
mereda. Biasanya sampai 2 atau 3 kali sehari, tiap hari sampai tidak
didapatkan lagi respon vertigo.
2. Obat-obatan
obat anti vertigo seperti miklisin, betahistin atau fenergen dapat
digunakan sebagai terapi simtomatis sewaktu melakukan latihan
atau jika muncul eksaserbasi atau serangan akut. Obat ini menekan
rasa enek (nausea) dan rasa pusing. Namun ada penderita yang
merasa efek samping obat lebih buruk dari vertigonya sendiri. Jika
dokter menyakinkan pasien bahwa kelainan ini tidak berbahaya dan
dapat mereda sendiri maka dengan membatasi perubahan posisi
kepala dapat mengurangi gangguan.
2.) Tidur
Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar dimana persepsi
dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau hilang,
dan dapat dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan
yang cukup. Tidur ditandai dengan aktivitas fisik minimal,
tingkat kesadaran yang bervariasi, terjadi perubahan proses
fisiologis tubuh serta penurunan respon terhadap rangsangan dari
luar (Asmadi, 2008).
b. Fisiologi/pengaturan
TINGKAT JUMLAH
USIA
PERKEMBANGAN KEBUTUHAN TIDUR
0 1 bln Neonatus 14 18 jam/hari
1 18 bln Bayi 12 14 jam/hari
18 bln 3 thn Anak 11 12 jam/hari
3 6 thn Prasekolah 11 jam/hari
6 12 thn Sekolah 10 jam/hari
12 18 thn Remaja 8,5 jam/hari
18 40 thn Dewasa muda 7 8 jam/hari
40 60 thn Paruh baya 7 jam/hari
> 60 thn Dewasa tua 6 jam/hari
Potter & perry,2009
9.) Jenis Gangguan
a. Insomnia : Keadaan ketidakmampuan mendapatkan tidur
yang adekuat, baik kualitas maupun kuantitas dengan keadaan
tidur yang hanya sebentar.
b. Hipersomnia : Gangguan tidur dengan kriteria tidur
berlebihan, pada umumnya lebih dari 9 jam pada malam hari.
c. Parasomnia
Kumpulan beberapa penyakit yang dapat mengganggu pola tidur,
seperti somnambulisme (berjalan-jalan dalam tidur).
d. Enuresis
Buang air kecil yg tidak di sengaja pada waktu tidur atau
mengompol
e. Apnea tidur dan Mendengkur : Disebabkan krn adanya
rintangan dalam pengaliran udara di hidung & mulut pada waktu
tidur
f. Narcolepsi : Tidak dapat mengendalikan diri untuk tidur
g. Mengigau : mengigau dikategorikan dalam ggn tidur bila
terlalu sering dan diluar kebiasaan, mengigau terjadi sebelum
tidur REM
(potter&perry, 2009)
12. Pengkajian Keperawatan
a. Riwayat Tidur
1.) Pola tidur
Seperti jam berapa mulai tidur, biasanya bangun jam berapa dan
keteraturan pola tidur.
2.) Kebiasaan
Kebiasaan yang dilakukan menjelang tidur. Seperti membaca ,
buang air kecil, dan kegiatan lainnya.
3.) Gangguan tidur yang sering dialamiklien dan cara
mengatasinya.
4.) Kebiasaan tidur siang.
5.) Lingkungan tidur klien, seperti bagaimana kondisinya
bising,gelap, suhunya dingin, sepi.
6.) Peristiwa yang baru dialami klien dalam hidup.
7.) Status emosi dan mental klien, ansietas, stress yang dialami
klien.
8.) Perilaku deprivasi tidur yaitu manifestasi fisik dan perilaku
yang tibul sebagai akib at gangguan istirahat dan tidur seperti:
a.) Penampilan wajah seperti area gelap disekitar mata,
bengkak dikelopak mata, konjungtiva kemerahan, atau mata
terlihat cekung.
b.) Perilaku misalnya apakah klien mudah tersinggung,
selalu menguap, konsentrasi berkurang, dan terlihat bingung.
c.) Kelelahan misalnya tampak lelah, letih, atau lesu.
b. Gejala Klinis
Gejala klinik yang mungkin muncul seperti perasaan lelah, gelisah,
emosi, apatis, mata bengkak, kehitaman area mata, konjungtiva
merah dan mata perih, tidak fokus dan sakit kepala.
c. Penyimpangan Tidur
Kaji penyimpangan tidur seperti insomnia, somnambulisme,enuresis,
narkolepsi, night terrors:mendengkur, dan lain-lain.
d. Pemeriksaan Fisik
1.) Tingkat Energi
Kelelahan fisik terlihat lesu.
2.) Ciri-ciri diwajah
Mata sipit, mata bagian kelopak berubah, mata merah, wajah
tidak semangat.
3.) Ciri-ciri tingkah laku
Sering oleng atau sempoyongan, menggosok-gosok mata, bicara
lambat, sikap loyo.
( Doengoes, 2002)
13. Diagnosa Keperawatan
a. Insimnia
b. Deprivasi tidur
c. Kesiapan meningkatkan tidur
d. Gangguan tidur
(NANDA, 2015)
Price, S.A., & Wilson, L.M. (2006). Patifisiologi: Konsep klinis proses-proses
penyakit.Vol.2. Jakarta: EGC.
Potter, Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan
Praktik, Edisi 4, Volume 2. Jakarta:EGC
Hidayat, A. aziz. 2008. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep
dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Nanda ,2015. Diagnosa Keperawatan definisi&klasifikasi 2015-2017. Edisi 10.
Jakarta: Penerbit Buku kedokteran: EGC.
Kozier, ERB, Berman, Snyder. 2011. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi
7 Volume 2. Jakarta: EGC.
Asmadi. 2008. Konsep Dasar keperawatan. Jakarta: EGC.
Israr, Y.A. 2008.Faculty of Medicine- University of Riau: Arifin Achmad general
Hospital of Pekanbaru.