LAPORAN KASUS
Andi Trisnawaty
Abstrak: Studi kasus ini menyajikan penatalaksanaan dermatitis kontak iritan dengan pendekatan kedokteran
keluarga yang bersifat holistik, komprehensif, terpadu,
dan berkesinambungan. Didapatkan perbaikan masalah klinis pasien. Dilaksanakan pula
pemutusan rantai penyebaran dengan perbaikan perilaku kesehatan pasien, keluarga, dan
komunitas sekitar, serta perbaikan lingkungan.
Kata kunci: Dermatitis kontak iritan, kedokteran keluarga.
Pendahuluan
Dermatitis kontak iritan (DKI) merupakan reaksi peradangan non imunologik pada kulit
yang disebabkan oleh kontak dengan faktor eksogen maupun endogen. Faktor eksogen
berupa bahan-bahan iritan (kimiawi, fisik,maupun biologik) dan faktor endogen memegang
peranan penting pada penyakit ini.1
Pada tahun 1898, dermatitis kontak pertama kali dipahami memiliki lebih dari satu
mekanisme, dan saat ini secara general dibagi menjadi dermatitis kontak iritan dan
dermatitis kontak alergi. Dermatitis kontak iritan berbeda dengan dermatitis kontak alergi,
dimana dermatitis kontak iritan merupakan suatu respon biologis pada kulit berdasarkan
variasi dari stimulasi eksternal atau bahan pajanan yang menginduksi terjadinya inflamasi
pada kulit tanpa memproduksi antibodi spesifik.2
Dermatitis kontak iritan lebih banyak tidak terdeteksi secara klinis disebabkan karena
penyebabnya yang bermacam-macam dan interval waktu antara kontak dengan bahan iritan
serta munculnya ruam tidak dapat diperkirakannya. Dermatitis muncul segera setelah
pajanan dan tingkat keparahannya ditentukan berdasarkan kuantitas, konsentrasi, dan
lamanya terpajan oleh bahan iritan tersebut.3
Penanganan dermatitis kontak tidak selamanya mudah karena banyak danseringnya
faktor-faktor tumpang tindih yang memicu setiap kasus dermatitis.4
Pencegahan bahan-bahan iritasi kulit adalah strategi terapi yang utama pada dermatitis
kontak iritan.5
Dermatitis kontak iritan dapat diderita oleh semua orang dari berbagai golongan umur,
ras, dan jenis kelamin. Data epidemiologi penderita dermatitis kontak iritan sulit didapat.
Jumlah penderita dermatitis kontak iritan diperkirakancukup banyak, namun sulit untuk
diketahui jumlahnya. Hal ini disebabkan antaralain oleh banyak penderita yang tidak datang berobat
dengan kelainan ringan.6
Dari data yang didapatkan dari U.S. Bureau of Labour Statistic menunjukkan bahwa
249.000 kasus penyakit akupasional non fatal pada tahun 2004 untuk kedua jenis kelamin, 15,6%
(38.900 kasus) adalah penyakit kulit yang merupakan penyebab kedua terbesar untuk semua
penyakit okupational. Juga berdasarkan survey tahunan dari institusi yang sama, bahwa
incident rate untuk penyakit okupasional pada populasi pekerja di Amerika, menunjukkan 90 - 95%
dari penyakit okupasional adalah dermatitis kontak, dan 80% dari penyakit didalamnya
adalah dermatitis kontak iritan.1,7
Di Indonesia prevalensi dermatitis kontak sangat bervariasi. Menurut Kementrian
Kesehatan dan Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia penyakit
Andi Trisnawaty Page 2
Pendekatan Kedokteran Keluarga pada Dermatitis Kontak Iritan
kulit masih merupakan penyakit dengan jumlah penderita terbanyak ke-3 di Indonesia.
Sekitar 97% penyakit kulit akibat kerja merupakan dermatitis kontak baik iritan maupun
alergik.Diantaranya dermatits kontak iritan sebanyak 66%.7
Kasus adalah seorang ibu berusia 30 tahun yang datang dengan keluhan gatal di
bagian tangan yang dialami sekitar 1 minggu yang lalu, awalnya memerah tapi
lama-kelamaan di garuk menjdi merah kemudian lecet. Masalah kesehatan yang terkait
dengan faktor yang berpengaruh diidentifikasi dengan memperhatikan konsep Mandala of
Health, dan diselesaikan dengan pendekatan individual untuk penatalaksanaan klinisnya
dan pendekatan keluarga dan komunitas untuk penyelesaian faktor yang berpengaruh.
Pendekatan tersebut diterapkan secara menyeluruh, paripurna, terintegrasi dan
berkesinambungan sesuai konsep dokter keluarga.
Ilustrasi Kasus
Seorang pasien R umur 30 datang ke Puskesmas dengan keluhan gatal-gatal di bagian
kedua tangan sejak 1 minggu yang lalu. Gatal dirasakan dirasakan semakin memberat pada
waktu pasien habis mencuci pakaian. Sudah pernah diobati di Puskesmas beberapa dengan
obat antialergi dan salep namun keluhan sempat hilang tapi kemudian kurang lebih setelah
1 minggu sembuh muncul kembali. Selain pasien, tidak ada anggota keluarga lainnya yang
tinggal serumah juga memiliki keluhan yang serupa. Pasien sering menggaruk bagian
tubuh yang gatal sehingga timbul bekas luka. Pasien mempunyai riwayat pekerjaan sebagai
tukang cuci dan sering memakai sabun colek terutama merek ekonomi. Dari hasil
pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, tampak sakit ringan, status generalis
dalam batas normal. Status gizi pasien baik: berat badan 61 kg, tinggi badan 159 cm.
Pasien adalah anak kedua dari pasangan usia subur yang tinggal di rumah tidak layak huni,
hanya berupa rumah kamar sewaan berbentuk rumah panggung berukuran 3m x 5 m. Sinar
matahari tidak dapat masuk ke dalam rumah, Ventilasi kurang, rumah terasa lembab, hanya
ada jendela kecil. Kebersihan dan kerapian rumah kurang. Kamar mandi dan jamban
digunakan bersama-sama dengan penghuni rumah sewaan lainnya.
Tidak ada batas dapur dan tempat tidur. Air minum dan masak didapat dengan air
pdam dan air galon, dan air untuk mandi-cuci-kakus dari pompa tangan. Saluran air
dialirkan ke got di depan rumah yang mengalir. Terdapat tempat sampah di dapur.Kegiatan
di rumah hanya terbatas untuk tidur, makan, dan mandi. Sepanjang harinya pasien dan
ibunya lebih sering bekerja sebagai tukang cuci dan mngurus anak-anaknya Kebersihan
rumah kurang, keadaan rumah lembab, banyak pakaian tergantung di dinding dan
berserakan di lantai dan kasur. Seprei, sarung bantal, sarung kursi serta tirai jarang dicuci.
Gaji kepala keluarga (KK) Rp1. 250.000-1.500.000 / bulan dengan biaya mengontrak
rumah Rp 250.000 / bulan.
GAYA HIDUP
- Pemenuhan kebutuhan primer ->
prioritas utama
- Alokasi khusus untuk kesehatan
PERILAKU KESEHATAN
LINGK.
- Higiene pribadi dan
lingkungan kurang
PSIKO-SOSIO-EKONOMI
- Pendapatan keluarga rendah
- Berobat hanya jika ada
keluhan
FAMILY - Kehidupan sosial dengan
lingkungankurang
PASIEN
PELAYANAN - Gatal-gatal dibagian kanan LINGK. KERJA
KESEHATAN - gatal semakin memmberat ketika - tempst kerja yang kurang
- Jarak rumahKDK -> habis mencuci pakaian memadai
dekat -gatal yang mengakibatkan timbul
bekas luka -
- pekerjaan sebagai tukang cuci
FAKTOR BIOLOGI
LINGK. FISIK
- Pasangan KK dan - tampak rumah yang kurang
seluruh keluarga bersih
dirumah punya - Banyak pakaian ditumpuk
kesibukan dan digantung di sembarang
masing-masing tempat
Keterangan :
rumah rumah
Total skor: 17 22
Rata-rata skor: 2,4 3,1
Pembahasan
Studi kasus dilakukan pada pasien Ny. R umur 30 datang ke Puskesmas dibawa
oleh ibunya dengan keluhan gatal-gatal di bagian tangan sejak 1 minggu yang lalu.
Penyebab keadaan ini adalah pekerjaannya sebagai tukang cuci dengan menggunakan
sabun colek (Ekonomi), lingkungan rumah yang padat, higiene lingkungan dan higiene
perorangan yang kurang yang dapat menjadi faktor pemicu pasien didiagnosa dermatitis
kontak Iritan.
Diagnosis dermatititis kontak iritan pada pasien ditegakkan atas dasar keluhan gatal
pada kedua tangan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan skuama, eritema, vesikel, pustul,
serta erosi, Penegakkan diagnosis dermatitis kontak iritan dilakukan atas dasar penyebab
(seperti air, sabun, detergen, dll) dengan pajanan yang berulang-ulang, biasanya lebih sering
terkena pada tangan. Kelainan kulit baru muncul setelah beberapa hari, minggu, bulan,
bahkan tahun. Sehingga waktu dan rentetan pajanan merupakan faktor yang paling
penting.1,6
Dermatitis kontak iritan yang paling sering ditemukan. gejala berupa kulit kering,
eritema, skuama, dan lambat laun akan menjadi hiperkertosis dan dapat terbentuk fisura jika
kontak terus berlangsung Distirbusi penyakit ini biasanya pada tangan.biasanya dimulai dari
sela jari tangan dan kemudian menyebar ke bagian dorsal dan telapak tangan. Pada ibu
rumah tangga, biasanya dimulai dari ujung jari (pulpitis).7 DKI sering berhubungan dengan
pekerjaan, oleh karena itu lebih banyak ditemukan pada tangan dibandingkan dengan bagian
lain dari tubuh (contohnya: tukang cuci, kuli bangunan, montir bengkel, juru masak, tukang
kebun, penata rambut).6
Pada kunjungan ke Poli Puskesmas Rappokalling terapi medikamentosa yang
diberikan obat anti alergi berupa chlorphenamine dan dexametasone juga mengurangi gejala
seperti pembengkakan dan reaksi alergi. Terakhir diberiakan salep Bacitracin untuk mencegah
DAFTARA PUSTAKA
1. Wolff K, Lowel AG, Stephen IK, Barbara AG, Amy SP, David JL, editors.
Fitzpatricks Dermatology in general medicine. 7th ed. New York: McGraw Hill;
2008.p.396-401.
2. Chew AL and Howard IM, editors. Ten Genotypes Of Irritant Contact Dermatitis. In:
Chew AL and Howard IM, editors. Irritant Dermatitis. Germany: Springer-Verlag
Berlin Heidelberg; 2006.p.5-8
3. Buxton, Paul K. ABC Of Dermatology 4th ed. London: BMJ Books; 2003.p.19-21
4. Grawkrodjer, David J. Dermatology an Illustrated Colour Text Third Edit. British:
Crurchill Livingstone.2002.p.30-1
5. Levin C, Basihir SJ, and Maibach HI, editors. Treatment Of Irritant Contact
Dermatitis. In: : Chew AL and Howard IM, editors. Irritant Dermatitis. Germany:
Springer-Verlag Berlin Heidelberg; 2006.p.461-5
6. Sularsito, S.A dan Suria Djuanda, editors. Dermatitis. In: Djuanda A, Mochtar H,
Aisah S, editors. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2008.p.130-33.
7. Wolff C, Richard AJ, and Dick S, editors. Fitzpatricks Color Atlas & Synopsis Of
Clinical Dermatology 5th ed. New York: McGraw Hill; 2005.
Lampiran