Anda di halaman 1dari 39

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software

http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Cairan tubuh terdapat dalam dua kompartemen cairan:


1. Ruang Intraseluler (cairan dalam sel) Kurang lebih dua pertiga dari
cairan tubuh. Kebanyakan terdapat pada masa otot skeletal, pada pria denga n
berat badan 70 kg terdapat cairan intraseluler berjumlah sekitar 25 liter.
2. Ruang Ekstraseluler (cairan diluar sel) Kurang lebih sepertiga dari
cairan tubuh dan berjumlah 15 liter pada pria dengan berat badan 70 kg.

Ruang Ekstraseluler
Cairan Intravaskular (cairan dalam pe mbuluh darah)
Mengandung plasma kurang lebih 3 liter dari 6 liter darah, 3 liter sisanya
terdiri dari eritrosit, leukosit, dan trombositq Cairan Interstisie l
Mengandung cairan yang mengelilingi sel dan berjumlah sekitar 8 liter pada
orang dewasa, Limfe merupakan contoh dari cairan interstisiel.q Ruang
Transeluler
Merupakan bagian terkecil dari cairan ekstraseluler kurang lebih hanya 1 liter.
Contoh; cairan serebro spinal, pericardial, sinovial, intraokular, dan pleural
(keringat & sekresi pencernaan).
ELEKTROLIT
Cairan Ekstraseluler
Kation : Meq/L
Natrium 142
Kalium 5
Kalsium 5
Magnesium 2
TOTAL 154
Anion : Meq/L
Klorida 103
Bikarbonat 26
Fosfat 2
Sulfat 1
Asam Organik 5
Proteinat 17
Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

TOTAL 154

ELEKTROLIT
Cairan Intraseluler
Kation : Meq/L
Natrium 10
Kalium 150
Magnesium 40
TOTAL 200

Anion : Meq/L
Bikarbonat 10
Fosfat 75
Sulfat 75
Proteinat 40
TOTAL 200

PENGATURAN KOMPARTEMEN CAIRAN TUBUH

OSMOSIS & OSMOLALITAS


Adalah jika dua larutan yang berbeda dipisahkan oleh me mbran impermeable
menjadi substansi terlarut, perpindahan air terjadi melalui membran dari
daerah dengan konsentrasi zat terlarut tinggi sampai larutan tersebut
me mpunyai konsentrasi yang sama
OSMOSIS
Tiga istilah lain yang dihubungkan dengan osmosis :
Tekanan Osmotik adalah besarnya tekanan yang dibutuhkan untuk
menghentikan aliran air oleh osmosis.
Tekanan Onkotik adalah tekanan os motic yang dihasilkan oleh protein (yait u
albumin)
Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Diuretik Osmotik terjadi ketika terdapat peningkatan haluaran urin yang


diakibatkan oleh ekskresi substansi seperti glukosa, manitol, atau agens
kontras dalam urine.
DIFUSI
Difusi didefinisikan sebagai kecenderungan alami dari suatu substansi untuk
bergerak dari suatu area dengan konsentrasi yang lebih tinggi ke area dengan
konsentrasi yang lebih rendah.

FILTRASI
Tekanan hidrostatik dalam Kapiler cenderung untuk menyaring cairan keluar
dari kompartemen vaskuler kedalam cairan interstisial.
Pompa Natrium Kalium
Konsentrasi natrium lebih besar dala m CES dibandingkan dalam CIS; karena
ini ada kecenderungan natrium kalium, yang terdapat pada membran sel da n
secara aktif memindahkan natrium dari sel kedala m CES.
Sebaliknya, konsentrasi kalium intraseluler yang tinggi dipertahankan denga n
me mompakan kalium kedalam sel.
Rute Pemasukan dan Kehilangan Cairan
GINJAL
KULIT
PARU PARU
TRAKTUS GASTRO INTESTINAL
Input & Out Put Rata rata Pada Dewasa Per 24 Jam
INPUT
Cairan oral 2100
Air dlm makanan 200
Air hasil metabolisme 300
Total 2600
OUTPUT
Feces 200
Urine 1500
Paru Paru 300
Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Kulit 600
Total 2600

SAFETY
(KEAMANAN)
KEAMANAN

TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Instruksional Umum:
Setelah mengikuti perkuliahan, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan
tentang konsep keamanan dan keselamatan dan perawatan untuk memberikan
keselamatan dan keamanan.
Tujuan Instruksional Khusus:
a. Setelah mengikuti perkuliahan, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan:
1. Deskripsi keamanan dan keselamatan
2. Factor yang memepngaruhi kemanan dan keselamatan klien
3. Hal yang mengancam keamanan dan keselamatan klien
4. Masalah yang ditimbulkan akibat kondisi ketidakamanan dan
ketidaknyamanan
5. Peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan kemanan dan keselamatan
b. Setelah mengikuti perkuliahan, mahasiswa diharapkan mampu melakukan
asuhan keperawatan klien dengan gangguan keamanan dan keselamatan
(intervensi restraints).
Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

A. PENDAHULUAN
Keamanan seringkali didefinisikan sebagai keadaan bebas dari cedera
fisik dan psikologis, adalah salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus
dipenuhi. Lingkungan pelayanan kesehatan dan komunitas yang aman
merupakan hal yang penting untuk kelangsungan hidup klien. Perawat harus
mengkaji bahaya yang mengancam keamanan klien dan lingkungan, dan
selanjutnya melakukan intervensi yang diperlukan. Dengan melakukan hal ini,
maka perawat adalah orang yang berperan aktif dalam usaha pencegahan
penyakit, pemeliharaan kesehatan, dan peningkatan kesehatan.
Lingkungan klien mencakup semua factor fisik dan psikososial yang
mempengaruhi atau berakibat terhadap kehidupan dan kelangsungan hidup
klien. Definisi yang luas tentang lingkungan ini menggabungkan seluruh tempat
terjadinya interaksi antara perawat dank lien, contohnya rumah, pusat
komunitas, klinik, rumah sakit, dan tempat perawatan jangka panjang.
Keamanan yang ada dalam lingkungan ini akan mengurangi insiden terjadinya
penyakit dan cedera, memperpendek lama tindakan dan/atau hospitalisasi,
meningkatkan atau mempertahankan status fungsi klien, dan meningkatkan
kesejahteraan klien. Lingkungan yang aman juga akan memberikan
perlindungan kepada stafnya, dan memungkinkan mereka untuk berfungsi pada
tingkat yang optimal (Potter and Perry, 1995).
Lingkungan yang aman adalah salah satu kebutuhan dasar yang
terpenuhi, bahaya fisik akan berkurang, penyebaran mikroorganisme pathogen
akan berkurang, sanitasi dapat dipertahankan, dan polusi dapat dikontrol.
Kebutuhan dasar manusia, terutama kebutuhan fisiologis yang terdiri dari
kebutuhan terhadap oksigen, kelembaban yang optimum, nutrisi dan suhu yang
optimum, akan mempengaruhi keamanan seseorang. Pemenuhan kebutuhan
dasar fisiologis manusia diperlukan untuk mencapai kebutuhan keamanan dan
keselamatan.
Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

B. DESKRIPSI KEAMANAN DAN KESELAMATAN


Pengetahuan tentang pengontrolan injury sangat perlu dan dibutuhkan
dalam beberapa tahun terakhir ini yang ditujukan pada komponen hal-hal yang
membahayakan kemanan yang berkontribusi pada injuri baik non fatal maupun
fatal. Istilah kecelakaan tidak begitu luas akan digunakan dalam diskusi
pencegahan injuri, karena kecelakaan diimpilikasikan pada kejadian yang
terjadi karena kehendak Tuhan atau keberuntungan yang buruk, yang tidak
dapat diduga, dan yang tidak dapat dicegah. Seperti halnya, kecelakaan, maka
injuri memiliki sesuatu cara yang harus dicegah. Prinsip pencegahan injuri
termasuk pendidikan mengenai hal-hal yang membahayakan kemanan dan
strategi pencegahan; pengontrolan lingkungan dan mesin-mesin (kemanan aktif
atau pasif dikemudian hari yang mungkin mencegah injuri dari produk atau alat
yang digunakan), dan penguatan pada pengaturan diantara peralatan, pengaman,
tenaga kerja dan sebagainya.
Keamanan aktif termasuk pemberian pengaturan pada tingkah laku
seseorang yang dapat menguntungkannya. Keamanan pasif atau automatic
termasuk pengaturan yang menggunakan mesin dan peralatan dan tidak
membutuhkan tingkah laku seseorang yang spesifik untuk menjadi aktif.
Kantung udara, pengaman tempat tidur adalah contoh dari keamanan pasif.
Keamanan pasif adalah lebih menguntungkan dari pada keamanan aktif dalam
pengerjaannya, karena tidak membutuhkan penjelasan tau pendidikan kepada
klien atau individu tersebut.
Keamanan dan keselamatan merupakan kebuthan dasar manusia, yang
merupakan kebutuhan prioritas kedua setelah kebutuhan fisiologis pada Hirarki
kebutuhan Maslow. Keamanan tidak hanya pencegahan kecelakaan dan injuri
tetapi juga mengijinkan seseorang untuk merasakan bebas dalam beraktivitas
tanpa bahaya. Keamanan mengurangi stress, meningkatkan satus kesehatan
umum. Keamanan memungkinkan seseorang untuk memenuhi kebutuhan dasar
mereka seperti dicintai dan mencintai dan harga diri dan memungkinkan
Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

seseorang mencapai kebutuhannya. Dampak positif dalam kehidupannya adalah


menghasilkan status kesehatan mental yang lebih baik dan fungsi individu lebih
efektif (Craven, 2001).
Karakteristik dari kemanan mencakup 3 hal yaitu pervasiveness
(mempengaruhi/mengisi), perception (persepsi), dan management (managemen)
(Craven, 2001):
a. Pervasiveness
Kemanan adalah pengisi, mempengaruhi segalanya. Scara khusus, individu
sanagt memperhatikan kemanan pada setiap atau semua aktivitasnya,
termasuk makan, bernafas, tidur, bekerja, dan bermain. Secara umum,
individu mengasumsikan atau bertanggung jawab terhadap kemanan diri
mereka sendiri.
b. Perception
Persepsi seseorang terhadap bahaya mempengaruhi dalam penyusunan
kemanan ke dalam aktivitas sehari-hari mereka. Pengukuran kemanan efektif
hanya sejauh sebagai seseorang yang mengerti secara akurat dan
menghindari bahaya. Manusia tidak mengerti faktor-faktor keamanan, tetapi
mereka belajar secara sendiri melalui proses kehidupan mereka. Kematangan
membawa dalam menyusun hal-hal yang mungkin membahayakan dan
menyadari betapa pentingnya keamanan. Keluarga, guru, pekerja kesehatan
dan hukum berkontribusi dalam meningkatkan tingkat pengetahuan dan
kesadaran akan keamanan dan prinsip-prinsip pencegahan injuri.
c. Management
Seseorang mungkin pada suatu waktu menyadari bahaya dalam
lingkungannya. Ia akan mengukur terhadap hal tersebut untuk mencegah
bahaya dan mempraktekkan keamanan. Pencegahan adalah karakteristik
utama dari keamanan. Perawatan diri termasuk dalam praktek keamanan,
tetapi keamanan bagi yang lainnya harus memberikan hal yang lebih baik.
Keamanan sangat dipengaruhi oleh tahap perkembangan seseorang
dalam hidupnya. Kemampuan fisiologis dan psikologis sesorang dalam
pemenuhan kebutuhan keamanan sangat tergantung pada kematangan
perkembangannya. Hal-hal yang membahayakan keamanan sangat berbeda
Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

pada kelompok umur pada risiko dalam pembedaan injurinya. Intervensi


keperawatan ditujukan dalam tingkatan umur yang berbeda dalam
pemenuhan kebutuhan keselamatan. Perkembangan umur seseorangan dapat
dibagi ke dalam bayi (newborn and infant), toddler and preschooler, school
age child and adolecent, adult and older adult.
a. Newborn and Infant
Bayi karena belum matangnya semua system tubuh seperti system
muskoloskeletal, persarafan, termoregulasi dan sebagainya sangat rentan
terhadap bahaya kemanannya. Bayi biasanya hanya menagis dan banyak
komunikasi non verbal yang tersampaikan sehingga peran perawat sangat
besar dalam memberikan pemenuhan kebutuhan keamanan. Bahaya yang
mengancam bayi seperti terbakar, jatuh, dan trauma injuri lainnya. Bayi
pada umumnya sering memasukan sesuatu ke dalam mulutnya, dan ini
merupakan hal yang membahayakan dan harus dilakukan pencegahan.
Kondisi kemananan yang tidak terpenuhi pada bayi akan mengakibatkan
terganggunya pertumbuhan dan perkembangannya.
Penyediaan lingkungan yang aman bagi bayi diantaranya adalah:
temperature suhu yang nyaman, tidak mengikat atau mengekang, pakaian
yang adekuat, kehangatan, air mandi hangat, udara yang bersih, mainan
yang aman, pengaman tempat tidur pada kursi dan tangga, pencegahan
terkunci, memberi bantalan pada sandaran tempat tidur dan mengubah
meja, menutup pusat-pusat listrik, dan pengaturan ruangan mobil serta
penggunaan sabuk pengaman.
b. Toddler and Preschooler
Bahaya yang mengancam keamanan pada usia ini adalah jatuh, terbakar,
bengkak, dan sebagainya. Hal ini dikarenakan oleh belum sempurnanya
system muskoloskeletal dan neurologinya. Perawat harus dapat
meminimalkan adanya bahaya keamanan pada tahap perkembangan ini.
Perkembangan pada masa ini sering diikuti dengan keinginan anak untuk
tahu segalanya sehingga mencoba hal baru yang mereka terima, seiring
dengan perkembangan organ panca indera mereka.
Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Mainan yang diberikan haruslah aman bagi anak. Seting peralatan rumah
haruslah hati-hati disesuaikan dengan kebutuhan perkembangan anak
preschool dan toddler.
c. School Age and Adolescent
Pada tahap perkembangan ini, factor fisiologis anak telah mengalami
kematangan sehingga anak akan mengalami perluasan peran dan
melakukan hal-hal yang baru bagi mereka sesuai dengan pengalaman
hidup mereka. Anak mengalami banyak kegiatan aktivitas diluar rumah
dengan kelompok sebaya mereka sehingga terjadi ketidakseimbangan
antara kebutuhan latihan/aktivitas dengan istirahat/tidur mereka. Hal
tersebut dapat memungkinkan terjadinya bahaya fisik yang mengancam
keamanan anak. Support dari keluarga sangat diperlukan bagi anak
karena anak tidak banyak mau dikekang tetapi anak memerlukan
perhatian dan pengertian dari dukungan baik fisik maupun psikologis dari
keluarga, kelompok sebaya maupun perawat.
d. Adult and Older Adult
Pada orang dewasa terlah terjadi kematangan baik fisik maupun
psikologisnya. Bahaya kemanan dapat terjadi di rumah, tempat kerja, dan
lain-lain. Kematian atau kondisi yang mengancam keamanan pada
perkembangan ini adalah jatuh atau kecelakaan lalu lintas, kecelakaan
kerja dan sebagainya. Pada orang lanjut usia bahaya yang mengancam
adalah jatuh dan cedera yang diakibatkan oleh proses degenerasi pada
sistem tubuh karena bertambah usia mereka sehinga daya persepsi dan
kognisi mereka mengalami penurunan sehingga mengakibatkan terjadi
potensial atau risiko untuk jatuh dan cedera.

C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEAMANAN DAN


KESELEMATAN KLIEN
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kemanan dan keselamatan klien
adalah faktor fisiologis (sistem muskoloskeletal, sistem neurologis, sistem
cardirespirasi, aktivitas dan latihan, kelelahan), faktor toleransi terhadap stress
dan mekanisme koping, faktor lingkungan (rumah, tempat kerja, komunitas,
Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

tempat pelayanan kesehatan, temperatur, polusi, bahan-bahan elektik/listrik,


radiasi), faktor penyakit dan faktor ketidakpengindahan tentang kebutuhan
keamanan.
1. Faktor Fisiologis
Sistem pada tubuh manusia bekerja secara terkoordinasi dengan baik,
apabila salah satu sistem tidak bekerja maka hal tersebut akan mengancam
keamanan seseorang. Misalnya orang akan menarik tangannya jika
menyentuh sesuatu benda yang terasa panas, dan sebagainya.
a. Sistem Muskoloskeletal
Kesatuan muskoloskeletal merupakan hal yang sangat esensial dalam
pembentukan postur dan pergerakan yang normal. Kerusakan yang terjadi
pada mobilitas dan kemampuan untuk merespon terhadap hal yang
membahayakan, dan ini meningkatkan risiko terhadap injuri. Masalah
muskoloskeletal yang mengganggu keamanan dapat diakibatkan oleh
keadaan seperti fraktur, osteoporosis, atropi otot, artritis, atau strains dan
sprains.
b. Sisetem Neurologis
Koordinasi yang baik dalam sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi akan
menciptakan sistem yang baik pada individu. Rangsangan yang diterima
dari saraf tepi akan diteruskan ke sistem saraf pusat melalui proses
persepsi kognisi yang baik sehingga seseorang dapat memutuskan dalam
melakukan proses berfikir. Hal tersebut akan menciptakan seseorang
mampu melakukan orientasi dengan baik terhadap orang, tempat dan
waktu sehingga orang akan merasa nyaman.
Gangguan neurologis yang dapat mengancam keamanan seperti cedera
kepala, medikasi/pengobatan, alkohol dan obat-obatan, stroke, injuri
tulang belakang, penyakit degeneratif (seperti Parkinson dan Alzaimer),
dan tumor kepala.
c. Sistem Kardiorespirasi
Sistem kardiorespirasi yang baik memungkinkan tubuh untuk dapat
beristirahat karena suplai O2 dan nutrisi untuk sel, jaringan dan organ
tercukupi dengan baik. Adapun kondisi gangguan sistem kardiovaskuler
Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

yang mengganggu keamanan adalah hipertensi, gagal jantung, kelainan


jantung bawaan, atau penyakit vaskuler bagian tepi. Penyakir respirasi
atau pernafasan yang mengganggu keamanan seperti kesulitan bernafas,
wheezing, danm kelelahan yang diakibatkan oleh tidak toleransi terhadap
aktivitas, keterbatasan mobilitas.
d. Aktivitas dan Latihan
Kondisi aktivitas dan latihan tubuh bereaksi secara cepat pada
kedaruratan. Keterbatasan dalam aktivitas dan latihan akan mengganggu
seseorang dalam mengenali hal yang mengancam dirinya dari luar.
e. Kelelahan (Fatigue)
Fatigue akan mengakibatkan keterbatasan dalam persepsi terhadap
bahaya, kesulitan mengambil keputusan dan ketidakadekuatan dalam
pemecahan masalah. Fatigue dapat diakibatkan karena kurang tidur, gaya
dan pola hidup, jam pekerjaan, stress, atau karena berbagai macam
pengobatan, yang dapat mengancam keamanan.
2. Faktor Toleransi tehadap stress dan Mekanisme Koping
Faktor seperti kecemasan dan depresi merupakan permasalahan yang akan
mengganggu keamanan seseorang, dimana seseorang akan kesulitan dalam
mengekspresikan sesuatu. Contoh, seseorang yang mengalami kecemasan
mengenai prosedur operasi, maka seseorang tersebut akan mengalami
miskomunikasi tentang informasi apa yang akan dia lakukan setelah operasi
sehingga akan mengancam keamanan dia waktu pulang ke rumah sehingga
akan muncul masalah komplikasi setelah operasi.
Mekanisme koping seseorang tehadap stress berhubungan langsung dengan
keamanan. Faktor kepribadian seseorang memainkan peranan dalam
keamanan. Menarik diri, pemalu dan ketidakpercayaan berpengaruh pada
peningkatan keamanan, sehingga seseorang perlu untuk belajar kembali atau
mereka akan mengalami masalah gangguan jiwa/mental.
3. Faktor Lingkungan
a. Rumah
Keamanan di rumah menyangkut tentang ventilasi, pencahayaan,
pengaturan panas dan sebagainya. Pengaturan perabot rumah tangga
Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

merupakan bagian penting dari keamanan di dalam rumah. Penataan yang


baik dari peralatan dapur, kursi, penempatan ruangan, tangga sangat
menentukan keselamatan dan keamanan seseorang. Penggunaan senjata
tajam, rokok, lantai rumah dari bahan kimia dan penyimpanan bahan
kimia akan membantu dalam pencegahan baya dalam rumah termasuk
sumber listrik dan api.
Masalah utama yang dapat terjadi dalam rumah adalah adanya risiko
adanya untuk jatuh.
b. Tempat kerja
Tempat kerja akan mengakibatkan gangguan keamanan dengan adanya
risiko untuk terjadi injuri pada seseorang. Bahaya yang dapat ditimbulkan
dari jenis pekerjaan dan tempat seseorang bekerja, baik secara fisik,
mekanik, ataupun kimia. Dalam bekerja maka seseorang sangat
membutuhkan adanya suatu kondisi yang ergonomis, sehingga perlu
adanya pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kerja dalam
mencegah terjadinya injuri atau kecelakaan kerja.
c. Komunitas
Seting tempat komunitas dapat mengakibatkan gangguan keamanan
seperti kegaduhan, kebisingan, pencahayaan yang kurang baik di tempat
umum maupun pusat bermain. Sanitasi lingkungan juga sangat berperan
dalam peningkatan keamanan individu dalam komunitas.
d. Tempat pelayanan kesehatan
Pusat pelayanan kesehatan dapat mengganggu keamanan seseorang baik
bagi petugas kesehatan maupun pasiennya. Bahaya dapat ditimbulkan
karena peralatan, kesalahan prosedur dan sebagainya. Hal ini perlu
adanya standar operasional prosedur yang baku dan diperbaharui di RS
sehingga kebutuhan akan keamanan dapat terpenuhi untuk semua yang
ada dalam rumah sakit.
e. Temperatur
Perubahan suhu dan cuaca sangat berpengaruh terhadap keamanan
seseorang. Perlu adanya penyesuaian diri terhadap perubahan
Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

temperatur/suhu yang ada sehingga kebutuhan keamanan seseorang dapat


terpenuhi.
f. Polusi
Polutan yang bebas terdapat di lingkungan ataupun di udara bebas akan
menggangu keamanan seeorang. Bahan kimia dalam produk kimia yang
terdapat baik di udara, air dan tanah akan menganggu ekosistem yang
ada.
g. Sumber listrik
Pengaturan sumber-sumber listrik yang ada di rumah ataupun dimanapun
sanagt muttlak diperlukan untuk mencegah terjadinya sengatan listrik
ataupun kebakaran.
h. Radiasi
Radiasi yang ada akan mengakibatkan terjadinya mutasi gen ataupun
kematian sel sehingga mengakibatkan tubuh seseorang menjadi rentan
sehingga keamanan seseorang dapat mengalami masalah.
4. Faktor Penyakit
Penyakit sanagt mempengaruhi seseorang untuk mengalami masalah dalam
pemenuhan kebutuhan keamanan. Penyakit seperti HIV/AIDS, hepatitis
merupakan penyakit yang dapat menjadikan tubuh untuk mengalami
penurunan yang drastis. Perlu adanya kewaspadaan yang baik dalam
pengenalan hal tersebut, termasuk tindakan pencegahan sehingga infeksi
nosokomial tidak terjadi atau dapat dicegah baik dalam seting RS, klinik
ataupun keluarga.
5. Faktor Ketidakpengindahan tentang Keamanan
Hal ini berkaitan dengan kesadaran diri individu dalam pemenuhan
kebutuhan keamanan. Apabila standar prosedur telah dilakukan sesuai
dengan kepatuhan yang ada maka keamanan seseorang dapat tercipta.

D. HAL YANG MENGANCAM KEAMANAN DAN KESELAMATAN


KLIEN
Beberapa permasalahan yang dapat menggangu keamanan dan keselamatan
seseorang adalah tergantung pada manifestasi dari masalah keamanan yang
Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

dapat berupa injuri dan kesakitan atau penyakit. Injuri dapat ditimbulkan dari
kecelakaan lalu lintas dari kendaran bermotor, jatuh, keracunan, tenggelam dan
mati lemas, terbakar, kebakaran, tersengat listrik, kena radiasi, infeksi.
Kesakitan atau penyakit dapat berupa masalah pernafasan, alergi, efek dari
produk atau zat kimia atau polusi da stress akibat dari penyakit.

E. MASALAH YANG DITIMBULKAN AKIBAT KONDISI


KETIDAKAMANAN DAN KETIDAKNYAMANAN
Masalah yang ditimbulkan akibat kondisi ketidakamanan dan ketidaknyamanan
adalah jatuh, kebakaran, injuri dan sebagainya. Berikut akan dibahas
permasalahan-permasalahan tersebut dan bagaimana pemecahannya.
1. Tindakan Keselamatan
Keselamatan adalah tanggung jawab setiap orang. Lingkungan yang
aman penting baik bagi pasien yang tirah baring maupun bagi pasien ambulasi
yang bisa berdiri dan berjalan. Keselamatan harus menjadi bagian penting
dalam semua tindakan yang anda lakukan atau untuk pasien. Perhatian ini
mencakup tidaj hanya pasien, tetapi meluas sampai ke keselamatan unit dan
keseluruhan lingkungan. Kecelakaan yang melibatkan pasien dan staf dapat
dikurangi dengan drastic jika tindakan sederhana tersebut diikuti.
Bel panggil harus tetap berfungsi. Bel tersebut diletakkan di tempat
yang mudah dijangkau oleh tangan pasien. Bel ini digunakan pasien untuk
memberitahukan orang lain akan adanya kebutuhan.
Pasien harus diberitahu secara hati-hati tentang penggunaan bel panggil
ini. Biarkan pasien untuk menunjukkan pada anda bagaimana bel tersebut
digunakan sehingga anda yakin bahwa pasien sudah mengerti. Beritahu pasien
lokasi tombol gawat darurat yang ada di setiap kamar mandi.

Peralatan Dan Perawatannya


Anda dapat mencegah kecelakaan yang berhubungan dengan peralatan jika
anda:
1. Melaporkan kebutuhan perbaikan dengan segera.
Kemungkinan bahaya tersebut meliputi:
Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

a. Sekrup yang lepas


b. Tali yang berserakan
c. Roda yang longgar
d. Kenop kendali yang rusak
e. Gerendel yang tidak terkait
f. Penghalang tempat tidur yang tidak dikencangkan dengan benar
g. Rem kursi roda dan brankar yang rusak
2. Buang peralatan ke tempat yang tepat. Hamper semua fasilitas membuang
benda-bena tajam seperti jarum dan pisau ke dalam wadah khusus.
3. Jangan pernah memegang pecahan kaca dengan tangan anda. Pecahan yang
besar dapat diambil dengan menggunakan forsep. Pecahan yang kecil dapat
diambil dengan membasahi beberapa handuk kertas dan memegang kedua
ujungnya dengan hati-hati sehingga jari-jari anda tidak mneyentuh pecahan
tersebut.
4. Ketahuilah selalu apa yang anda tangani dan metode yang tepat untuk
pembuangannya

2. Mencegah Jatuh
Jatuh dapat terjadi karena beberapa alasan. Pasien mungkin:
a. Salah memperkirakan jarak dari tempat tidur ke lantai.
b. Merasa lamah atau pusing pada saat mencoba untuk bangun.
c. Merubah posisi terlalu cepat dan kehilangan keseimbangan ketika
mencoba untuk bangun dari kursi. Hal ini umum terjadi khususnya pada
pasien lanjut usia.
d. Bertemu bahaya ketika sedang berjalan.
e. Tidak mengenal lingkungan sekelilingnya.
f. Meminum obat yang membuat kesadaran mereka terhadap lingkungan
berkurang.
g. Berada di tempat gelap.
Anda harus menggunakan tindakan pencegahan yang baik untuk menghindari
kecelakaan ini.
Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

a. Selalu meninggalkan tempat tidur dengan posisi horizontal terendah


ketika anda sudah selesai memberikan asuhan.
b. Memasang penghalang tempat tidur dan memeriksa kemanannya, jika
dapat digunakan.
c. Periksa dan sesuaikan objek-objk yang menonjol seperti roda tempat
tidur dan engkolnya.
d. Bersihkan dan pindahkan alat-alat yang tidak dibutuhkan lagi.
e. Jangan membiaran selimut yang digunakan oleh pasien yang duduk di
kursi menyentuh lantai. Menyentuh lantai berarti mnegkontaminasi
selimut dan juga dapat menyebabkan tersandung.
f. Bersihkanlah segera percikan-percikan.
g. Anjurkan untuk menggunakan peganggan sepanjang dinding koridor
pada saat berjalan.
h. Observasi pasien ambulasi dengan baik akan adanya tanda-tanda
kelemahan atau gaya berjalan yang tidak stabil.
i. Pastikan bahwa ada cukup cahaya, terutama di waktu senja dan malam
hari. Pastikan bahwa pasien mempunyai penunjang kaki yang baik
dengan sol sepatu yang tidak licin.

3. Panduan Dasar Mengerakkan Atau Memindahkan Pasien


Memindahkan pasien harus dilakukan dengan hati-hati untuk
menghindari cedera pada diri anda dan pasien. Ingatlah untuk melakukan
mekanika tubuh yang baik dan mengikuti prosedur yang tepat untuk setiap
kegiatan. Prosedur khusus untu melakukan kegiatan pemindahan akan dibahas
pada Bab Ambulasi. Berikut ini adalah peraturan umum untuk diingat.
a. Jangan pernah menggunakan bangku pijakan kecuali jika benar-benar
dibutuhkan. Jika bangku pijakan ini dibutuhkan, jagalah agar benda
tersebut jauh dari lalu lintas jalan dalam kamar. Letakkan kaki anda
dengan baik diatasnya agar tidak tergelincir atau tidak tersandung kaki
bangku tersebut, atau kaitan kaki anda di belakang salah satu kaki
bangku.
Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

b. Pada saat membantu pasien pindah, pastikan bahwa roda tempat tidur
dan roda alat transport, seperti banker atau kursi roda sudah dikunci.
c. Tahanlah kursi tersebut pada saat pasien bangun atau duduk untuk
mencegah pasien tergelincir. Kaitkan satu kaki anda dibelakang kaki
depan kursi pada saat pasien anda didudukkan.
d. Berjalan ke sisi kanan koridor. Tetaplah berada di sisi kanan ketika
memindahkan pasien dengan brankar atau tandu dan kursi roda.
Berhati-hatilah terutama di perempatan, jalan yang menanjak, atau
menurun atau bergerak d jalan sempit.
e. Selalu berjalan, jangan pernah berlari, meskipun anda merasa ditekan
untuk bergerak lebih cepat pada saat itu.
f. Jangan pernah memainkan permainan yang kasar karena hal tersebut
tidak tepat dan membahayakan.
g. Perhatikan bahwa lengan pasien yang paralysis diletakkan di
pangkuannya. Jangan membiarkannya terkulai sampai ke jari-jari roda
karena mungkin saja dapat tersangkut ke bawah kursi pada saat kursi
roda tersebut bergerak. Ingatlah untuk menaikan sandaran kaki ketika
pasien akan duduk atau bangun dari kursi roda.
h. Di lingkungan perawatan di rumah, bereskan karpet yang berantakan
yang dapat meyebabkan klien tesandung dan jatuh. Letakkan keset yang
tidak licin di kamar mandi.

4. Penunjang Postur
Penunjang postur terkadang mungkin diperlukan untuk menunjang posisi
pasien atau untuk menyokong bagian tubuh tertentu. Penunjang adalah alat
yang digunakan untuk membantu mempertahankan pasien dalam posisi tubuh
yang baik atau untuk menjamin keselamatan pasien. Alat penunjang ini
cenderung untuk membatasi pergerakan pasien sampai beberapa tingkatan.
Oleh karena itu, alat tersebut harus hanya digunakan:
a. Atas perintah dokter.
b. Ketika semua tindakan untuk mencapai tujuan perawatan sudah dicoba.
Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

c. Pada saat alat tersebut bisa dilepas dengan interval waktu tertentu untuk
memeriksa adanya iritasi atau sirkulasi yang buruk di daerah tersebut.
Ketika alat penunjang digunakan:
a. Jelaskan mengapa alat tersebut dibutuhkan dan yakinkan pasien
berulangkali meskipun anda berfikir bahwa pasien tidak mengerti.
b. Periksalah pasien dan penempatan alat penunjang setiap 2 jam.
Periksalah setiap area dengan cermat akan adanya tanda-tanda iritasi
dan sirkulasi yang buruk. Beri kesempatan pada pasien untuk bergerak
dan merubah posisi.
c. Perhatikan posisi dan kesesuaian posisi tubuh dengan cermat. Beri
perhatian pada kulit.
d. Antisipasi kebutuhan fisik dasar akan cairan dan eliminasi. Pasien yang
memakai alat penunjang mengalami kesulitan dalam pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan tersebut.
e. Tempatkan pasien di temapt dimana pasien dapat diobservasi dengan
baik.
Dibanyak fasilitas, fisioterapi bersama dengan staf keperawatan
merencanakan pemakaian secara langsung alat penunjang, untuk
menyokong, mempertahankan posisi, dan keselamatan pasien.

5. Penyelamatan Kebakaran
merupakan fakta ilmiah bahwa jika terdapat tiga elemen dalam jumlah yang
tepat, maka akan menjadi kebakaran. tiga elemen tersebut adalah panas, bahan
bakar, dan oksigen.
Mengetahui dan berlatih prosedur kebakaran dan rencana evakuasi secara
teratur bagi fasilitas merupakan tanggung jawab bagi setiap anggota staf.
a. Bermain peran prosedur gawat darurat sampai anda benar-benar aman.
Ingatlah di semua keadaan gawat darurat kesejahteraan dan keselamatan
pasien adalah hal terpenting.
b. Pelajari tempat pintu darurat dan tempat serta penggunaan semua
peralatan pengendalian kebakaran, seperti: alat pemadam api
Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

(extinguishers), alat penyiram (sprinklers), pintu darurat, dan jalan


keluar darurat.
c. Mengetahui dan berlatih prosedur kebakaran. Hal ini dilakukan secara
teratur oleh setiap fasilitas. Banyak pasien yang cidera di waktu
kebakaran karena kebinggungan dan ketidakmampuan mereka
menolong diri sendiri.
d. Tetaplah waspada terhadap semua kemungkinan bahaya kebakaran.
Laporkkan hal tersebut dengan segera ke pihak yang berwewenang.
a. Bahaya Kebakaran
Beberapa kemungkinan bahaya kebakaran meliputi:
a. Kabel listrik yang berserakan
b. Sirkuit yang terlalu penuh
c. Steker yang tidak tertanam dengan baik
d. Tumpukan kertas dan kain
e. Perlindungan yang tidak tepat selama terapi oksigen
f. Merokok yang tidak terkendali; hampir semua fasilitas kesehatan
melarang merokok didalamnya
g. Korek api yang ditinggal begitu saja dimana nak-anak atau orang lain
dapat menggunakannya tanpa pengawasan
h. Merokok dalam ruangan dimana oksigen digunakan

b. Pencegahan Kebakaran
Banyak yang bisa anda dan setiap anggota staf lakukan untuk mencegah
bencana kebakaran. Secara umum:
a. Memeriksa kabel listrik yang berserakan
b. Tidak mengisi sirkuit dengan terlalu banyak kawat listrik hingga terlalu
penuh
c. Tidak menggunakan kawat listrik yang ringan pada peralatan yang
berkekuatan tinggi
d. Menggunakan steker tiga cabang
e. Tidak membiarkan adanya tumpukan-tumpukan yang berserakan di
pintu keluar atau lalu lintas jalan
Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

f. Mengosongkan tempat kertas yang tidak terpakai dalam tempat yang


tepat
g. Tidak menyimpan kain lap yang berminyak atau kain cat
h. Melaporkan kemungkinan bahaya dengan segera
i. Melaporkan bau-bau asap dan/atau bau terbakar
j. Menjaga agar jalan keluar darurat bersih dri peralatan dan reruntuhan
k. Mengetahui dan mempraktekan prosedur penyelamatan kebakaran
l. Tidak membiarkan pengunjung memberi rokok pada pasien

c. Merokok
Merokok di temapt tidur tidak pernah diperbolehkan kecuali jika pasien
diawasi. Merokok harus dibatasi dengan ketat di area tertentu, kecuali jika
diperbolehkan.
Hal ini diberlakukan untuk pasien, pengunjung, dan juga staf. Asbak harus
besar. Penggunaan korek api harus diawasi. Bahan-bahan merokok disimpan
di ruang perawat. Pasien-pasien yang tidak memiliki hak-hak istimewa untuk
merokok tidak boleh memiliki bahan-bahan untuk merokok. Jika anda melihat
pasien yang tidak diperbolehkan merokok memiliki bahan-bahan untuk
merokok, kumpulkan bahan-bahan tersebut dan beritahukan perawat.
Beberapa perokok mungkin memerlukan pengawasan langsung untuk
merokok.

d. Kewaspadaan Oksigen
Penggunaan oksigen menghadirkan bahaya yang spesifik. Ketika oksigen
digunakan:
a. Jangan pernah mengijinkan orang untuk merokok, menyalakan korek
api atau membakar sesuatu di temapt itu
b. Jangan menggunakan cairan yang mudah terbakar seperti minyak,
alkohol atau cat kuku.
c. Jangan menggunakan peralatan listrik seperti radio, pengering rambut,
pencukur elektrik, bantalan panas atau mainan.
d. Tempelkan tanda yng menunjukkan bahwa oksigen sedang digunakan.
Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

e. Menggunakan selimut dan baju dari katun untuk pasien.


f. Pakailah seragam dari katun dan baju hangat yang tidak terbuat dari wol
pada saat memberikan perawatan.
g. Pastikan bahwa tidak ada sigaret dan korek api/pematik dalam ruangan.

e. Bila Terjadi Kebakaran


Anda harus mengetahui kebijakan dan prosedur kebakaran di tempat anda.
Jika terjadi kebakaran, tetaplah tenang. Pastikan bahwa semua yang berada
dalam bahaya dipindahkan ke temapt yang aman. Kemudian bunyikan alarm
sesuai dengan bejikan fasilitas. Ikuti rencana evakuasi yang sudah anda
pelajari. Pasien pasti binggung dan ketakutan. Oleh karena itu, para staf harus
tetap tenang dan terkendali.

Ingatlah:
1. R: Remove patients (pindahkan pasien). Pindahkan pasien ke tempat
yang aman. Pasien yang dapat berjalan dapat diiringi. Pada beberapa
kasus, mereka dapat dimintai bantuan untuk membantu yang lain
mencapai jalan keluar. Pasien mungkin perlu untuk dipindahkan dari
tempat tidurnya keluar dari bahaya. Jika seseorang tidak dapat berjalan
dan tempat tidurnya tidak dapat digerakkan, sprai dapat dijadikan tandu
dan pasien ditarik ke tempat yang aman.
2. A: Alarm. Bunyikan alarm. Gunakan interkom, bel tanda gawat darurat,
telepon atau alarm kebakaran yang sesuai dengan kebijakan fasilitas.
Beritahukan tipe dan tempat kebakaran.
3. C: Contain fire (menahan api). Tutuplah jendela dan pintu, untuk
mencegah aliran angin yang menyebabkan api menyebar dengan cepat.
4. E: Extinguish fire (padamkan api).
5. Ikuti rencana gawat darurat.
6. Tetap tenang. Bersiaplah untuk mengikuti pengarahan jika seseoarang
yang bertanggung jawab memberi perintah.
7. Matikan pengatur suhu dan peralatan listrik lainnya.
Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

8. Matikan oksigen.
9. Jangan menggunakan elevator.

f. Penggunaan Alat Pemadam Api


Jika anda telah dilatih menggunakan alat pemadam api, alat tersebut hanya
digunakan untuk kebakaran yang kecil.
a. Alat pemadam api harus dibawa tegak.
b. Lepaskan pin pengaman.
c. Tekanlah pegangan atas ke bawah.
d. Arahkan selang penyiram ke sumber api.
Di segala situasi, pindahkan pasien ke tempat aman, ikuti ketentuan rumah
sakit dan tetap tenang.

g. Gawat Darurat
Kebakaran hanyalah satu dari gawat darurat yang mungkin anda hadapi.
Secara umum, ingatlah untuk:
a. Tetap tenag di semua keadaan gawat darurat.
b. Mengkaji situasi.
c. Memberi tanda untuk meminta bantuan.
d. Tidak pernah meninggalkan pasien sendirian.
e. Ketika bantuan tiba, dengarkan dengan baik perawat dan tenaga
kesehatan lain yang profesional.
f. Mengikuti pengarahan yang diberikan dengan cermat.
g. Menjadikan peraturan keselamatan dan pencegahan bahaya menjadi
bagian yang tumbuh dalam kewaspadaan anda.
Sebagai bagian dari latihan anda, anda mungkin menerima instruksi
pertolongan pertama dasar dan resusitasi jantung paru (RJP).
Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

F. PERAN PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN


KEAMANAN DAN KESELAMATAN
Peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan keamanan dapat berperan secara
langsung maupun tidak langsung. Secara langsung perawat dapat melakukan
asuhan keperawatan pada klien yang mengalami masalah terkait dengan
ketidakterpenuhinya kebutuhan keamanan. Adapu peran perawat dalam
pemenuhan kebutuhan keamanan adalah sebagai berikut:
1. Pemberi perawatan langsung (care giver); perawat memberikan bantuan
secara langsung pada klien dan keluarga yang mengalami masalah terkait
dengan kebutuhan keamanan.
2. Pendidik, perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada klien dan
keluarga agar klien dan keluarga melakukan program asuhan kesehatan
keluarga terkait dengan kebutuhan keamanan secara mandiri, dan
bertanggung jawab terhadap masalah keamanan keluarga.
3. Pengawas kesehatan, perawat harus melakukan home visit atau kunjungan
rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian
tentang kebutuhan keamanan klien dan keluarga.
4. Konsultan, perawat sebagai nara sumber bagi keluarga dalam mengatasi
masalah keamanan keluarga. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada
perawat maka hubungan perawat-keluarga harus dibina dengan baik, perawat
harus bersikap terbuka dan dapat dipercaya.
5. Kolaborasi, perawat juga harus bekerja sama dengan lintas program maupun
secara lintas sektoral dalam pemenuhan kebutuhan keamanan keluarga untuk
mencapai kesehatan dan keamanan keluarga yang optimal.
6. Fasilitator, perawat harus mampu menjembatani dengan baik terhadap
pemenuhan kebutuhan keamanan klien dan keuarga sehingga faktor risiko
dalam ketidakpemenuhan kebutuhan keamanan dapat diatasi.
7. Penemu kasus/masalah, perawat mengidentifikasi masalah keamanan secara
dini, sehingga tidak terjadi injuri atau risiko jatuh pada klien yang tidak
mampu memenuhi kebutuhan keamanannya.
Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

8. Modifikasi lingkungan, perawat harus dapat memodifikasi lingkungan baik


lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat agar tercipta lingkungan
yang sehat dalam menunjang pemenuhan kebutuhan keamanan.
G. ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN MASALAH
KEAMANAN DAN KESELAMATAN
1. Pengkajian
Perawat memberikan perawatan kepada klien dan keluarga di dalam
komunitas mereka dan tempat pelayanan kesehatan. Untuk memastikan
lingkungan yang aman, perawat perlu memahami hal-hal yang memberikan
kontribusi keamanan rumah, komunitas, atau lingkungan pelayanan
kesehatan, dan kemudian mengkaji berbagai ancaman terhadap keamanan
klien dan lingkungan. Pengkajian yang dilakukan pada klien antara lain
pengkajian terhadap riwayat dan pemeriksaan fisik. Pengkajian terhadap
lingkungan, termasuk rumah klien dan tempat pelayanan kesehatan,
mencakup inspeksi pada fasilitas tersebut.
a. Data Subjective
Pengkajian difokuskan pada masalah riwayat kesehatan klien yang
terkait dengan kebutuhan keamanan seperti: pernahkah klien jatuh,
mengalami patah tulang, pembatasan aktivitas, dan sebagainya. Klien perlu
ditanyakan tentang tindakan pengamanan di mobil, perhatian terhadap tanda
bahaya, tindakan pengamanan anak atau bayi di rumah, status imunisasi,
pengertian dan pemahaman klien tentang kesehatan dan keamanan. Perlu
digali juga tentang perubahan lingkungan, support sistem, tahap tumbuh
kembang.
Perawat perlu mengidentifikasi adanya faktor risiko untuk keamanan
klien mencakup: kondisi dewasa, fisiologi, kognitif, pengobatan, lingkungan,
dan kondisi anak-anak.
1) Dewasa seperti, riwayat terjatuh, usia yang lebih tua pada wanita,
penggunaan alat bantu (alat bantu jalan, tongkat), prosthesis anggota
badan bagian bawah, umur lebih 65 tahun, dan hidup sendiri.
2) Fisiologi seperti: kehadiran penyakit akut, kondisi post operasi,
kesulitan penglihatan, kesulitan pendengaran, arthritis, orthostatik
Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

hipotensi, tidak dapat tidur, pusing ketika memutar kepala atau


menegakkan kepala, anemia, penyakit vaskuler, neoplasma, kesulitan
mobilitas fisik, kerusakan keseimbangan dan neuropati.
3) Kognitive, seperti: penurunan status mental (kebingungan, delirium,
dimensia, kerusakan orientasi orang, tempat dan waktu)
4) Pengobatan, seperti obat anti hipertensi, penghambat ACE,
antidepresan trisiklik, obat anti cemas, hipnotik atau transquilizer,
diuretik, penggunan alkohol, dan narkotika.
5) Lingkungan, seperti: adanya restrain, kondisi cuaca atau lingkungan,
pencahayaan, kelembaban, ventilasi, penataan lingkungan.
6) Anak-anak, seperti: umur dibawah 2 tahun, penggunaan pengaman,
penataan ruang, penggunaan mainan.
b. Data Objective
data objective dapat diperoleh perawat dengan melakukan pemeriksaan fisik
terkait dengan sistem: neurologis, cardiovaskuler dan pernafasan, integritas
kulit dan mobilitas. Pengkajian juga mencakup prosedur test diagnostik.
1) Sistem Neurologis
Status mental
Tingkat kesadaran
Fungsi sensori
Sistem reflek
Sistem koordinasi
Test pendengaran, penglihatan dan pembauan
Sensivitas terhadap lingkungan
2) Sistem Cardiovaskuler dan Respirasi
Toleransi terhadap aktivitas
Nyeri dada
Kesulitan bernafas saat aktivitas
Frekuensi nafas, tekanan darah dan denyut nadi
3) Integritas kulit
Inspeksi terhadap keutuhan kulit klien
Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Kaji adanya luka, scar, dan lesi


Kaji tingkat perawatan diri kulit klien
4) Mobilitas
Inspeksi dan palpasi terhadap otot, persendian, dan tulang klien
Kaji range of motion klien
Kaji kekuatan otot klienkaji tingakt ADLs klien
Test diagnostik mencakup: pengukuran tekanan darah, ECG, pengukuran
kadar gula darah dan kolesterol, pemeriksaan darah lengkap, dan sebagainya.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul terkait dengan pemenuhan
kebutuhan keamanan dan keselamatan, berdasarkan NANDA 2004-2006
adalah sebagai berikut:
1) Risiko cedera atau risiko jatuh yang berhubungan dengan perubahan
mobilisasi, dan penataan lingkungan fisik di rumah.
2) Risiko keracunan yang berhubungan dengan kontaminasi zat kimia
pada makanan atau air, penyimpanan obat-obatan yang mudah
dijangkau oleh anak-anak, dan penurunan penglkihatan.
3) Risiko trauma yang berhubungan dengan kontak dengan udara dingin
yang ekstrem, dan obstruksi jalan nafas.
4) Gangguan proses pikir yang berhubungan dengan kehilangan memori,
kesulitan tidur, dan efek samping obat.
5) Perubahan manajemen pemeliharaan rumah yang berhubungan dengan
keuangan yang tidak memadahi, dan perubahan fungsi kognitif.
6) Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan salah interprestasi
informasi, dan tidak terbiasa dengan tindakan pencegahan untuk anak-
anak.
7) Risiko perubahan suhu tubuh yang berhubungan dengan paparan
terhadap lingkuingan panas atau dingin yang ekstrem, dan mekanisme
kontrol suhu tubuh yang tidak matang.
Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

3. Perencanaan
Perawat merencanakan intervensi terapeutik untuk klien dengan risiko atau
aktual mengalami gangguan keamanan. Tujuan keseluruhan untuk klien
yang mengalami ancaman keamanan adalah klien terbebas dari cedera.
Perawat merencanakan intervensi yang individual dengan berdasarkan pada
beratnya risiko yang dihadapi klien, tahap perkembangan, status kesehatan,
dan gaya hidup.
Intervensi keperawatan dirancang untuk memberikan perawatan yang aman
dan efisien. Berikut ini adalah tujuan yang berfokus pada kebutuhan klien
terhadap keamanan:
1) Bahaya yang dapat dimodifikasi dalam lingkungan rumah akan
berkurang
2) Klien akan menggunakan obat-obatan dan peralatan dengan benar dan
melakukan tindakan pengobatan.
3) Klien mengidentifikasi dan menghindari risiko yang mungkin dialami
dalam komunitas.
Peting memperhatikan kondisi rumah klien ketika merencanakan terapi untuk
mempertahankan atau meningkatkan tingkat keamanan klien. Perencanaan
keperawatan juga melibatkan pemahaman kebutuhan klien untuk
mempertahankan kemandiriannya. Perawat dan klien bekerja sama dalam
membuat cara mempertahankan keterlibatan klien dalam menciptakan
lingkungan yang aman di rumah sakit dan di rumah. Pendidikan klien dan
keluarga merupakan intervensi keperawatan utama untuk menurunkan
kecelakaan.
Perencanaan keperawatan yang dapat disusun oleh perawat berdasarkan
NOC/NIC untuk mengatasi masalah keperawatan yang terkait denmgan
kebutuhan keamanan adalah:
NOC (Nursing Outcomes Classification):
a. Abuse protection: protection of self or dependent others from abuse.
b. Balance: ability to maintain body equilibrium
c. Knowledge: Personal safety: extent of understanding conveyed about
preventing unintentional injuries.
Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

d. Risk control: actions to eliminate or reduce actual, personal, and


modifiable health threats.
e. Risk detection: actions taken to identify personal health threats
f. Safety behavior: Fall prevention: individual or caregiver actions to
minimize risk factors that might precipitate falls.
g. Safety behavior: Home physical environment: individual or caregiver
actions to minimize environment factors that might cause physical
harm or injury in the home.
h. Safety behavior: Personal: individual or caregivers efforts to control
behaviors that might cause physical injury.
i. Safety status: Falls occurrence: number of falls in the past week.
j. Safety status: Physical injury: severity of injury from accidents and
trauma.

NIC (Nursing Interventions Classification):


a. Environmental management: Safety; monitoring and manipulation of
the physical environment to promote safety.
b. Enviromental management: Worker safety; monitoring and
manipulatuion of the worksite to promote safety and health of workers.
c. Fall prevention: instituting special precautions with patient at risk for
injury from falling.
d. Health education; developing and providing instruction and learning
experiences to facilitate voluntary adaptation of behavior conductive to
health in individuals, families, groups, or community.
e. Laser precautions: limiting the risk of injury to the patient related to
use of a laser.
f. Peripheral sensation management: prevention or minimization of injury
or discomfort in the patient with altered sensation.
g. Physical restraint: application, monitoring, and removal of mechanical
restraining devices or manual restraints which are used to limit physical
mobility of a patient.
Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

h. Positioning: deliberative placement of the patient or a body part to


promote physiological and/or psychological well-being.
i. Pressure management: minimizing pressure to body part.
j. Radiation theraphy management: assisting the patient to understand and
minimize the side effects of radiation treatments.
k. Seizure precautions; care of a patient during seizure and the postictal
state.
l. Skin surveillance: collection and analysis of patient data to maintain
skin and mucous membrane integrity.
m. Surgical precautions: minimizing the potensial for iantrogenic injury to
the patient related to surgical prossedure.
n. Surveillance: purposefull and ongoing acquisition, interpretation, and
syntesis of patient data for clinical decision-making.
o. Surveillance safety: purposefull and ongoing acquisition, interpretation,
and analysis of information about the patient and environment for use in
promoting and maintaining patient safety.
p. Teaching: Disease process; assisting the patient to understand
information related to specific disease process.
q. Teaching: Individual; planning, implementation, and evaluation of the
teaching program designed to address a patients particular needs.
r. Teaching: Infant care; instruction on nurturing and physical care needed
during the first year of life.
s. Vital sign monitoring: collections and analysis of cardiovaskuler,
respiratory, and body temperature data to determine and prevent
complications.
t. Positioning: Wheelchair:; placement of a patient in a properly selected
wheelchair to enhance comfort, promote skin integrity, and foster
independence.

4. Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah
disusun sesuai dengan permasalahan keamanan yang dihadapi oleh klien.
Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Perawat melakukan tindakan untuk mencapai NOC yang telah ditetapkan


mellaui pelaksanaan NIC yang telah disusun.
Implementasi keperawatan ditujukan untuk meningkatkan dan
mempertahankan keamanan klien. Karena sebagian besar tindakan
keperawatan dapat diterapkan pada semua lingkungan, maka intervensi
tersebut harus terdiri dari dua bagian: pertimbangan tahap perkembangan
dan perlindungan lingkungan.
Kategori pertama dari intervensi mencakup intervensi yang spesifik untuk
mengurangi risiko pada setiap kelompok perkembangan usia. Intervensi
lingkungan bertujuan untuk memodifikasi lingkungan sehingga dapat
megeliminasi atau meminimalkan bahaya yang ada atau berpotensial.

5. Evaluasi
Rencana perawatan, yang dirancang untuk mengurangi risioko pada klien
dievaluasi dengan cara membandingkan criteria hasil dengan tujuan yang
ditetapkan selama tahap perencanaan. Jika tujuan telah tercapai, maka
intervensi keperawatan dianggap efektif dan tepat. Jika tidak tercapai, maka
perawat harus menentukan apakah ada risiko baru yang berkembang pada
klien atau apakah risiko sebelumnya tetap ada.
Klien dan keluarga harus berpartisipasi untuk menentukan cara permanent
untuk mengurangi risiko yang mengancam keamanan. Perawat mengkaji
kebutuhan klien dan keluarga secara terus menerus untuk menentukan
dukungan tambahan seperti perawatan di rumah, terapi fisik, dan konseling,
dan pendidikan kesehatan lanjutan.
Lingkungan yang aman berperan penting dalam meningkatkan ,
mempertahankan dan memulihkan kesehatan. Dengan menggunakan proses
keperawatan, perawat mengkaji klien dan lingkungannya untuk menentukan
factor risiko cedera, megelompokkan factor-faktor risiko tersebut, membuat
diagnosa keperawatan, dan merencanakan intervensi yang spesifik, termasuk
pendidikan kesetan klien. Hasil yang diharapkan meliputi lingkungan fisik
yang aman, pengetahuan klien tentang factor-faktor yang menunjang
keamanan dan tindakan pencegahan, dank lien terbebas dari cedera.
Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

H. RESTRAIN
1. Defintion:
a. Restraints are physical or chemical devices used to limit a clients
mevement (Taylor, 1997).
b. Restraints is the use of mechanical or manual devices to limit the
physical mobility of the patient (Stuart & Sundeen, 1995).
2. Theory:
Safety and security are basic human needs. Safety is a paramount
concern that underlies all nursing care, and it is the responbility of all health
care providers. The focus on safety encompasses all health care facilities as
well as the home, work places, and community. There are universal safety
concerns common to all age groups as well as unique safety considerations for
each (Taylor, 1997).
Restraint involve the use of mechanical or manual devices to limit the
physical mobility of teh patient. Such an intervention may be indicated to
protect the patient or others from injury, particulary if less restrictive
intervention such as enviromental change and behavioral strategies have failed
(Stuart & Sundeen, 1995).
The JCAHO guidelines clearly state that restraints should only be
applied when less-restrictive or alternative measures have proved ineffective
in protecting the client (Corr & Corr cit. Taylor, 1997). Nurse consistently cite
the risk of injury from falls as the primary reason for applying restraints
(Varone et all., 1992; Werner et all., 1994; Hardin et all., 1994) (Taylor,
1997).
APA has outlined the following give criteria for the appropriate use of
physical intervention, seclusion, and restraint (Stuart & Sundeen, 1995):
a. To prevent imminent harm to the patient or other persons when other
means of control are ineffective or inappropiate.
Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

b. To preclude serious disruption of the treatment program or significant


damage to the physical enviromnet.
c. To maintain treatment as part of an ongoing plan of behavioral
theraphy.
d. To comply with a patients own request.
The primarily indication for restraints is the control of violent behavior,
either self-directed or directed toward others, that cannot be controlled by
medication or psychosocial tecniques. Patient who benefit from the use of this
tecnique include those whose physical condition prevents or limits the use of
medication (Stuart & Sundeen, 1995).
Other indications for the use of restraints include hyperactivity,
insomnia, decreased food and fluid intake, and grossly impaired judgment.
Restraints may also be used to reduce disruptive effects of excessive
stimulation that gave resulted in increased agitation and confusion (Stuart &
Sundeen, 1995).
The following are physiologic hazards associated with use of restraints
(Taylor, 1997):
a. Danger of suffocation from improperly applied vests
b. Impaired circulaation
c. Altered skin integrity (eg abrasions, skin tears, bruises)
d. Pressure ulcers and bone mass
e. Fractures
f. Altered nutrition and hydration
g. Aspiration and breathing difficulties
h. Incontinence
Despite all efforts, restraints may be the only solution in some
situations. It is important to expalin to the client and his or her family that
restraints are being applied as a protective device, not as punishment measure
(Taylor, 1997).
A physicians order ordinarily is required to apply restraints, but some
agencies allow nurses to apply them in certain emergencies provided verbal or
written time-limited physicians order is obtained. Constant re-evaluation of
Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

the need for the restraints is vital. Stundent nurses, from their earlinest clinical
experiences, need help to identify and assess the cause of a clients behavior
and not just the behavior itself (Schott-Baer, Lusis, & Beauregard cit Taylor,
1997).
3. Types of Restraints:
Side rails, geriatric chairs with attached trays, and appliances tied at the
wrist, ankle or waist, are types of physical restaints. Chemical or
farmacological agents, such as sleeping pills, sedatives and tranquilizeres, also
may either intensionally or inadvertently restrain activity and behavior. Older
clients are more likely to be restrained than younger clients (Taylor, 1997).
The type of restraints avaiable include wrist and ankle restraints and
camisoles. Make sure the wrist and ankle restraints are properly padded to
safeguard the integrity of the skin. Restraints should be released at least every
2 hours to allow for freedom of movement and to check the condition of the
skin. Also check that good body positioning is maintained when restraints are
used (Barry, 1998).
a. Physical Restraints For Elderly
Physical restraints include of devices such as mitts, posey vests, and geri
chairs applied with physicians order. Although such devices may assist
ataff to protect gerophychiatric patients, they limit freedom of choice and
movement, as well as threaten dignity.
b. Restraints For Child
Some method of restraints frequently is needed to ensure a childs safety or
comfort, to facilitate examination, or to carry out prosedures. Restraints
can be accomplished with the hand or with physical devices. Restraining
the child with the hand provides as an element of human contact that is
lacking in restraint by mechanical means. The use of physical devices may
require a physicians order, although it is the nurses responsibility to
decide when mechanical restraints are needed. Mechanical restraint are
never used as punishment or as asubtitute for observation. When a child
must be restrained, the child and parents need a simple explanation.
Restraints must be checked and documened every 1-2 hours. This ensures
Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

that restraints are accopmlishing their purpose, that they are applied
correctly, and that they do not impair circulation, sensation or skin integrity
(Whaley and Wongs, 1995).
a. Mummy Restraints
When an infant or small child requires short-term restraint for
examination or treatment that involves the head and neck (eg.
Venipuncture, throat examination, gavage feeding) (Whaley and
Wongs, 1995).
b. Jacket Restraints
A jacket restraints is sometimes used as an alternative to the crib to
prevent the child from climbing out of the crib on the child with the ties
in back so that the child is unable to manipulate them. The longs tapes,
secured to the under structure of the crib, keep the child inside the crib.
The jacket restraints is also useful as a means to maintain the child in a
desired horizontal positition. A posey belt scaled to fit the child is an
alternative divice (Whaley and Wongs, 1995).

c. Arm and Leg Restraints


Several commercial restraining devices are available, including
disposible wrist and ankle restraints, or a restraints can be fashioned
from gauze tape, muslin strips, or a length of narrow stockinette. When
this type of restraint is used, it must be appropriate to the childs size, it
must be padded to prevent undue pressure, constriction, or tissue injury,
and the extremity must be observed frequently for signs of irritation or
impaired circulation. The ends of the restraints are never tied to the side
rails, since lowering of the rail will distrub the extremity, frequently
with a jerk that may hurt or injury the child (Whaley and Wongs,
1995).
d. Elbow Restraints
Sometimes it is important to prevent the child from reaching the head or
face, for exanple, after lip surgery, when the scalp vein infusion in a
place, or to prevent scratching in skin disorder. The most common form
Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

of elbow restrain consists of a piece of muslin long enough to reach


comfortably from just below the axilla to the wrist, with a number of
vertical pockets into wihich tongue depressor are inserted. The restraint
is wrapped around the arm and secured with tapes or pins. It may be
necessary to pin the top of the restraint to the undershirt sleeve to
prevent the restraint from slipping. Similar restraint can be made from
readily available items (Whaley and Wongs, 1995).
c. Restraint For Addult (Spesifically Violence Behavior)
Review the behavior that precipiteted the intervention and patients current
capacity to exercise control over their behavior are key factors. Patients should
be told which behaviors their need to exhibit and which behaviors are
impulses they need to control before the intervention can be discontinue.
Communication and careful documentation are critical in making accurate
asssessment of a patients level of control (Stuart & Sundeen, 1995).
Padding of cuff restraints helps to prevent skin breakdown. For the same
reason, the patient should be positioned in anatomical alignment. Physical
needs must be included in the nursing care plan. Vital sign should be checked,
and regular observation in the extremitas is necessary. Fluid should be offered
regulary and opportunities for elimination provided. Skin care also essential
(Stuart & Sundeen, 1995).
4. Penyokong Postur Dan Restrain
Penyokong tubuh dapat berupa jaket, ikat pinggang, rompi atau tali
pengikat. Alat-alat ini membantu pasien mempertahankan garis tubuh yang
tepat. Pada saat menggunakan alat-alat tersebut untuk menahan aktivitas
pasien, atau untuk melindungi pasien atau orang lain, ada beberapa pedoman
yang harus diikuti. Restrain tidak boleh digunakan samapai semua metode
manajemen dicoba.
Ada beberapa risiko yang terlibat dalam penggunaan alat yang membatasi
mobilitas pasien. Bahaya-bahaya tersebut antara lain:
1. Restrain cenderung menambah agitasi pasien
2. Melawan restrain dapat menyebabkan pasien kehabisan tenaga
3. Pasien menganggap penggunaan restrain sebagai hukuman
Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

4. Meningkatnya risiko pneumonia dan rusaknya jaringan kulit yang


disebabkan oleh berkurangnya sirkulasi dan imobilitas.
Kapanun penyokong atau restrain postur digunakan, selalu
membutuhkan asuhan keperawatan dan pengawasan yang lebih untuk
mencegah terjadinya bahaya pada pasien.
a. Pedoman Penggunaan Penyokong/Restrain Tubuh
1. Penggunaan penyokong tubuh atau postur selalu membutuhkan perintah
doter. Alasan dari perintah ini diberikan dalam catatan pasien.
2. Selalu memastikan bahwa ada perintah dokter mengenai penyokong
postur dan alasanya sebelum anda memasang alat tersebut pada pasien.
3. Jangan pernah memasang restrain yang belum diajarkan cara
penggunannya.
4. Jelaskan alasan pemasangan penyokong postur, sekalipun pasien tidak
mengerti.
5. Periksa keadaan pasien sesering mungkin. Ketika anda memeriksanya,
bicaralah dan tenagkan pasien.
6. Periksa sirkulasi bagian yang direstrein. Beri celah diantara restrein dan
kulit selebar dua jari.
7. Periksa residen untuk kebutuhan kenyamanan, cairan, eliminasi, dan
makanan setiap 15 menit.
8. Lepaskan penyokong setiap dua jam dan periksalah apakah ada iritasi
atau sirkulasi yang buruk.
9. Rubah posisi pasien setiap satu sampai dua jam untuk mencegah
kerusakan kulit.
10. Jangan pernah mengikatkan penyokong dengan penghalang tempat
tidur. Ikatlah selalu penyokong pada kerangka tempat tidur, kursi roda
atau brankar.
11. Jangan pernah mengikatkan penyokong pada kursi atau tempat tidur
yang tidak beroda. Anda tidak dapat memindahkan pasien dengan
segera dalam keadaan gawat darurat.
12. Gunakan simpul yang mudah dilepas dan jauhkan dari jangkauan
pasien.
Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

13. Bel panggil harus berada di tempat yang mudah dijangkau pasien.
14. Mungkin diperlukan untuk mengganjal restrein untuk pasien yang
kurus.
15. Dalam keadaan gawat darurat, anda mungkin haus mengunting restrein
bukan menghabiskan waktu dengan membukanya.
16. Selalu memasang peralatan berdasarkan petunjuk dari pabrik.

DAFTAR PUSTAKA
Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

1. Barry PD. (1998). Mental Health and Mental Illness. Philadelphia:


Lippincott-Raven Publishers.
2. Ellis, J.R., Nowlis, E.A. & Bens, P.M. (1996). Modules for basic
nursing skills. (six edition). Philadelphia: Lipicont-Reven Publisher
3. Jhonson, Marion., Meridean Maas. (2000). Nursing Outcomes
Classification (NOC). St. Louis: Mosby.
4. Kozier, B., Erb., & Oliver, R. (2004), Fundamental of nursing;
consept, process and practice, (fourth edition) California: Addison-
Wesley Publishing CO
5. McCloskey, Joanne C., Bullechek, Gloria M. (1996). Nursing
Interventions Classification (NIC). St. Loui: Mosby.
6. NANDA. (2005). Nursing Diagnoses: Definitions & Classification
2005-2006. Philadelphia: NANDA International.
7. Potter, P.A. & Perry, A.G. (1996). Fundamentals of Nursing: Concept,
Process & Practice. (third edition). St. Louis: Mosby-Year Book
8. Perry, A.G. & Potter, P.A. (1994). Clinical Nursing Skills & techniques
(third edition). St. Louis: Mosby-Year Book.
9. Stuart, Gail Wiscarz & Sundeen, Sandra J. (1995). Prinsiples &
Practice of Psychiatric Nursing. St Louis: Mosby Year Book.
10. Taylor C, Lilis C, LeMone. P. (1997). Fundamental of Nursing: The Art
and Science of Nursing Care. Philadelphia: Lippinott-Raven Publishers.
11. Wong DL., (1995). Nursing Care of Infants and Children. St Louis:
Mosby Year Book.
12. www.elsevierscience:nursingdiagnoses, outcomes, and
interventions.com.
13. www.nicnoc@harcourt.com
14. www.nanda.org
Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Anda mungkin juga menyukai