Program Studi S1 Keperawatan Stikes Bhakti Mulia Pare - Kediri 2010
Program Studi S1 Keperawatan Stikes Bhakti Mulia Pare - Kediri 2010
Dengan ini kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberinya
rahmat dan hidayahNya sehingga tugas makalah kami ini yang berjudul Asuhan Keperawatan
Pada klien Dengan Gangguan Mobilisasi bisa terselesaikan dengan tepat waktu.
Adapun maksud dan tujuan makalah ini untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menempuh mata kuliah kebutuhan dasar manusia tentang asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan mobilisasi disamping itu, juga untuk menambah wawasan kami dalam ilmu
pengetahuan terutama di bidang mobilisasi.
Penulis menyadari bahwa penyusun makalah ini masih jauh dari sempurna dan masih
banyak kekurangannya atau karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah kami selanjutnya semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
Sehingga menambah kesemrawutan arus lalu lintas. Arus lalu lintas yang tidak teratur
1.3 Tujuan
Pengertian Mobilisasi
Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan kegiatan dengan bebas (
Kosier, 1989).
Mobilisasi dini adalah kebijaksanaan untuk sekelas mungkin membimbing penderita
keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya sekelas mungkin berjalan (Soelaiman,
1993).
Mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis karena hal
itu esensial untuk mempertahankan kemandirian (Carpenito, 2000).
Tujuan Mobilisasi
1. Gaya
Gaya hidup seseorang tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin tinggi tingkat
pendidikan seseorang akan di ikuti oleh perilaku yang dapat meningkatkan kesehatannya.
Demikian halnya dengan pengetahuan kesehatan tentang mobilitas seseorang akan
senantiasa melakukan mobilisasi dengan cara yang sehat misalnya; seorang ABRI akan
berjalan dengan gaya berbeda dengan seorang pramugari atau seorang pemabuk.
3. Kebudayaan
4. Tingkat energi
Setiap orang mobilisasi jelas memerlukan tenaga atau energi, orang yang lagi sakit
akan berbeda mobilitasnya di bandingkan dengan orang sehat apalagi dengan seorang
pelari.
Dalam sistem musculoskeletal dikenal 2 macam persendian yaitu sendi yang dapat
digerakkan (diartrosis) dan sendi yang tidak dapat digerakkan (sinartrosis).
a. Sinartrosis simbrifosis
Sinartrosis yang tulangnya dihubungkan jaringan ikat fibrusa
Ex : persendian tulang tengkorak
b. Sinartrosis sinkondiosis
Sinartrosis yang dihubungkan untuk tulang rawan
Ex : hubungan antar segmen pada tulang belakang
2. Diartosis
3. Amfiartosis
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidak nyamanan
3. Resiko infeksi berhubungan dengan stasis cairan tubuh
Kriteria Hasil :
- Nyeri berkurang - Merupakan
atau hilang - Melakukan tindakan dependent
- Klien tampak kolaborasi dengan perawat, dimana
tenang. tim medis dalam analgesik berfungsi
pemberian untuk memblok
analgesik stimulasi nyeri.
Hambatan
2 mobilitas fisik Setelah dilakukan
berhubungan tindakan
dengan keperawatan 2x24 - Menilai batasan
nyeri/ketidak jam, - Ajarkan dan kemampuan aktivitas
nyamanan pasien akan pantau pasien optimal.
menunjukkan dalam hal
tingkat mobilitas penggunaan alat
optimal. bantu.
Kriteria hasil : -
penampilan yang - Mempertahankan
seimbang.. - Ajarkan dan /meningkatkan
- melakukan dukung pasien kekuatan dan
pergerakkan dan dalam latihan ketahanan otot.
perpindahan. ROM aktif dan
- pasif.
mempertahankan
mobilitas optimal
yang dapat di
toleransi, dengan
karakteristik :
0 = mandiri
penuh
Resiko infeksi 1 = memerlukan
berhubungan alat Bantu.
dengan stasis 2 = memerlukan
cairan tubuh bantuan dari
orang lain untuk
bantuan,
pengawasan, dan
pengajaran.
3 = membutuhkan
bantuan dari
orang lain dan
alat Bantu.
4=
ketergantungan;
tidak
berpartisipasi
dalam aktivitas.
Setelah dilakukan
tindakan
3 keperawatan 2x24
jam, infeksi tidak
terjadi /
terkontrol. - Mengidentifikasi
- Pantau tanda- tanda-tanda
Kriteria hasil: tanda vital. peradangan terutama
bila suhu tubuh
- tidak ada tanda-
meningkat
tanda infeksi
seperti pus.
- Untuk mengurangi
- luka bersih tidak
resiko infeksi
lembab dan tidak
kotor. - Lakukan nosokomial.
- Tanda-tanda perawatan
vital dalam batas terhadap prosedur
normal atau dapat inpasif seperti
ditoleransi. infus, kateter,
drainase luka, dll.
Implementasi keperawatan
No. No Dx. Tindakan Paraf
1 I Mengkaji tingkat intensitas dan frekwensi
nyeri dan observasi TTV.
2 II
Mengajarkan dan pantau pasien dalam hal
penggunaan alat bantu.
3 III
Memantau TTV
Kesimpulan
1. Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan kegiatan dengan
bebas
a. Gaya hidup
b. Proses penyakit dan injuri
c. Kebudayaan
d. Tingkat energi
e. Usia dan status perkembangan
f. Tipe persendian dan pergerakan sendi
a. Sinartrosis
- Sinartosis simfibrosis
- Sinartrosis sinkondrosis
b. Diartosis
- Sendi peluru
- Sendi pelana
- Sendi putar
- Sendi luncur
- Sendi engsel
c. Anfiartosis
- Sindesmosis
- Simfisis
Saran
Berdasarkan dari hasil makalah ini maka penulis memang perlu untuk memberikan
saram-saran sebagai berikut:
Bagi Institusi
Disarankan dapat menjadi analitik agar hasil makalah yang didapat menjadi
lebih baik.
4.2.2 Bagi Mahasiswa
Disarankan dapat mengetahui dan mempelajari makalah kami.
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Aktivitas adalah suatu energy atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukan
untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu tanda kesehatan adalah adanya
kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan dan bekerja. Kemampuan
aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan system persarafan dan muskuloskeletel.
Aktivitas sebagai salah satu tanda bahwa seseorang itu dalam keadaan sehat.
Seseorang dalam rentang sehat dilihat dari bagaimana kemampuannya dalam melakukan
berbagai aktivitas seperti misalnya berdiri, berjalan dan bekerja. Kemampuan aktivitas
seseorang itu tidak terlepas dari keadekuatan system persarafan dan musculoskeletal.
Aktivitas sendiri sebagai suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukan hal tersebut agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui hal-hal yang mempengaruhi gangguan aktifitas pada manusia
1.3.2 Mengetahui rencana asuhan keperawatan pada clien dengan gangguan aktifitas
1.3.3.Mengetahui penulisan tinjauan kasus pada clien dengan gangguan aktifitas
BAB II
PEMBAHASAN
Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak
bebas karena kondisi yang menggangu pergerakan (aktivitas), misalnya mengalami trauma
tulang belakang, cedera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas, dan sebagainya
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMOBILISASI :
a) Gaya hidup. Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas seseorang
karena berdampak pada perilaku kebiasaan sehari-hari
b) Proses penyakit/cedera. Proses penyakit dapat mempengaruhi kemmapuan mobilitas
karena dapat mempengaruhi fungsi system tubuh
c) Kebudayaan. Kemampuan melakukan mobilitas dapat juga dipengaruhi kebudayaan,
contohnya orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh memiliki kemampuan mobilitas
yang kuat, sebaliknya ada orang yang mengalami gangguan mobilitas (sakit) karena budaya
dan adat dilarang beraktivitas
d) Tingkat energi. Energi dibutuhkan untuk melakukan mobilitas
e) Usia dan status perkembangan. Kemampuan atau kematangan fungsi alat gerak sejalan
dengan perkembangan usia
1. Faktor fisiologis
a. Frekuensi penyakit atau operasi dalam 12 bulan
b. Tipe penyakit atau operasi dalam 12 bulan terakhir
c. Status kardiopulmonar ( mis. Dispneu, nyeri dada )
d. Status musculoskeletal ( mis. Penurunan massa otot )
e. Pola tidur
f. Keberadaan nyeri, pengontrolan nyeri
g. Tanda-tanda vital: frekuensi pernapasan dan nadi kembali ke tingkat istirahat dalam 5 menit
setelah latihan, tekanan darah kembali seperti semula dalam 5-10 menit setelah latihan
h. Tipe dan frekuensi aktivitas latihan
i. Kelainan hasil laboratorium seperti penurunan konsentrasi O2 arteri, penurunan kadar
hemoglobin, kadar elektrolit yang tidak normal
2. Faktor emosional
a. Suasasana hati (mood), depresi, cemas
b. Motivasi
c. Ketergantungan zat kimia (mis. Obat-obatan, alcohol, nikotin )
d. Gambaran diri
3. Faktor Perkembangan
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Kehamilan
d. Perubahan massa otot karena perubahan perkembangan
e. Perubahan system skeletal karena perubahan perkembangan.
Fisiologi Pergerakan
Pergerakan merupakan rangkaian yang terintegrasi antara system musculoskeletal dan
system persarafan.
a) Pergerakan
b) Membentuk postur
c) Produksi panas karena adanya kontraksi dan relaksasi
Untuk mengetahui seberapa derajat kekuatan otot dapat digunakan dengan sekala sebagai
berikut :
Potur tubuh yang baik dapat meningkatkan fungssi tangan dengan baik, mengurangi
jumlah energy yang digunakan, memperthaankan keseimbangan, mengurangi kecelakaan,
memperluas ekspansi paru dan menigkatkan sirkulasi renal dan gastrointestinal. Untuk
mendapatkan postur tubuh yang benar, terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan,
diantaranya :
1. Keseimbangan dapar dipertahankan jika garis gravitasi (line og gravy garis imajiner
vertical) melewati pusat gravitasi (center of gravity titik yang berada di pertengahan garis
tubuh) dan dasar tumpuan (base of support posisi menyangga atau menopang tubuh)
2. Jikia dara tumpuan lebih luas dan pusat gravitasi lebih rendah, kestabilan dan keseimbangan
akan lebih besar.
3. Jika gravitasi berada di luar pusat dasar tumpuan, enegi akan lebih banya digunakan untuk
memperthanakan keseimabangan.
4. Dasar tumpuan yang luas dan bagian bagian dari postur tubuh yang baik akan menghemat
energy dan mencegah kelelahan otot.
5. Perubahan dalam posisi tubuh membantu mencegah ketidak nyamanan otot.
6. Mempertkuat otot yang lemah dapat membantu mencegah kekakuan otot dan ligament.
7. Posisi dan aktivitas yang bervariasi dapat membantu mempertahankan otot dan mencegah
kelelahan.
8. Pergantian antara masa aktivitas dan istirahat dapat mencegah kelelahan.
9. Membagi keseimbangan antara aktivitas pada lengan dan kaki untuk mencegah beban
belakang.
10. Postur yang buru dalam waktu yang lama dapat menimbulkan rasa nyeri, kelelahan otot, dan
kontraktur.
Mekanika adalah penggunaan organ secara efisien dan efektif sesuai fungsinya.
Melakukan aktivitas dan istirahat pada posisi yang benar akan meningkatkan kesehatan.
Ortopedik adalah pencegahan dan perbaikan dari kerusakan struktur tubuh seperti pada
orang yang mengalami gangguan otot. Orang yang bedrest lama akan menurunkan tonus otot.
2. Tingkat kelelahan
a. Aktivitas yang membuat lelah
b. Riwayat sesak nafas
3. Gangguan pergerakan
a. Penyebab gangguan pergerakan
b. Tanda dan gejala
c. Efek dari gangguan pergerakan
4. Pemeriksaan fisik
a. Tingkat kesadaran
b. Postur bentuk tubuh
2. Keletihan
Definisi: kondisi dimana seseorang mengalami perasaan letih yang berlebihan secara
terus-menerus dan penuruna kapasitas kerja fisik dan mental yang tidak dapat hilang dengan
istirahat.
Kemungkinan berhubungan dengan:
a. Menurunnya produksi metabolism
b. Pembatasan diet
c. Anemia
d. Ketidakseimbangan glukosa dan elektrolit
C. Rencana keperawatan
1. Untuk diagnose keperawatan intoleransi aktivitas
Intervensi:
o Monitor keterbatasan aktivitas, kelemahan saat aktivitas
o Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sendiri
o Catat tanda vital
o Kolaborasi dengan dokter
o Lakukan aktivitas yang adekuat
Rasional:
o Merencanakan intervensi dengan tepat
o Pasien dapat memilih dan merencanakannya sendiri
o Mengkaji sejauh mana perbedaan peningkatan selama aktivitas
o Mempercepat proses penyembuhan
o Untuk mengoptimalkan pergerakan
D. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan pada klien terganggu kesejajaran tubuh dan mobilisasi
berdasarkan criteria hasil setiap tujuan keperawatan, yaitu:
- Klien akan mempertahankan rentang gerak pada sendi ekstremitas atas
- Klien akan mengikuti program latihan teratur 3-4 kali sehari dengan perencanaan pulang
- Klien akan melakukan rentang gerak penuh pada sendi yang sakit
- Tidak ada kontraktur sendi
I. PENGKAJIAN
Waktu : 8 April 2002
Tempat : Ruang Bedah F Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo.
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Wahid
Umur : 25 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SR
Alamat : Kertajaya 2 A/3 Surabaya.
Tanggal MRS : 4 April 2002 jam 10.30 WIB.
Cara Masuk : Lewat Instalasi Rawat Darurat RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Diagnosa Medis : Gangguan Otak Ringan + Clost Fraktur Collum Femur
Sinistra + Hematome Frontal dan temporal kanan.
Alasan Dirawat : Untuk observasi dan akan dilakukan operasi.
Keluhan Utama : Patah tulang pada pangkal paha sebelah kiri
Upaya yang telah dilakukan : Setelah kejadian tanggal 4 April 2002 jam 10.00 WIB. Klien
dibawa ke IRD Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo Surabaya
Terapi/operasi yang pernah dilakukan : Dipasang skin traksi
3.1 Kesimpulan
Aktivitas adalah suatu energy atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukan
untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Saat terjadi gangguan aktivitas maka manusia
mengalami imobilitas, Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang
tidak dapat bergerak bebas karena kondisi yang menggangu pergerakan (aktivitas), misalnya
mengalami trauma tulang belakang, cedera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas, dan
sebagainya.
Faktor yang mempengaruhi imobilitas meliputi ( gaya hidup, Proses penyakit/cedera,
Kebudayaan, Tingkat energy, dan yang terakhir Usia dan status perkembangan. ) dan faktor
lain yang mempengaruhi imobilisasi adalah faktor fisiologis, faktor emosional dan faktor
perkembangan.
3.2 Saran
Gangguan aktivitas merupakan keadaan di mana seseorang tidak dapat bergerak bebas
karena kondisi yang mengganggu pergerakan, maka dari itu perlu untuk kita menjaga
kesehatan tubuh dengan cara berolahraga yang cukup, mengkonsumsi makanan yang sehat,
dan menjaga kesehatan tubuh dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Rosidawati, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta. Salemba Medika
bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca dan masyarakat luas. Kritik
makalah ini. Tak lupa kami mengucapkan banyak mohon maaf jika ada