Anda di halaman 1dari 23

A.

Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Myobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga
mengenai organ tubuh lainnya. (Depkes RI, 2007).
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium Tubercolosis. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru
dibandingkan bagian lain dari tubuh manusia, sehingga selama ini kasus tuberkulosis yang
sering terjadi di Indonesia adalah kasus tuberkulosis paru/TB Paru (Indriani et al., 2005).
Penyakit tuberculosis biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri
Mycobacterium Tubercolosis yang dilepaskan pada saat penderita batuk. Selain manusia,
satwa juga dapat terinfeksi dan menularkan penyakit tuberkulosis kepada manusia melalui
kotorannya (Wiwid, 2005).
B. Etiologi
Penyebab tuberkulosis adalah Myobacterium tuberculosae, sejenis kuman berbentuk
batang dengan ukuran panjang 1-4/Um dan tebal 0,3-0,6/Um. Tergolong dalam kuman
Myobacterium tuberculosae complex adalah :
1. M. Tuberculosae
2. Varian Asian
3. Varian African I
4. Varian African II
5. M. bovis.
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat
kuman lebih tahan terhadap asam (asam alkohol) sehingga disebut bakteri tahan asam (BTA)
dan ia juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisis. Kuman dapat tahan hidup pada
udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es).
Hal ini terjadi karena kuman bersifat dormant, tertidur lama selama bertahun-tahun dan dapat
bangkit kembali menjadikan tuberkulosis aktif lagi. Di dalam jaringan, kuman hidup sebagai
parasit intraselular yakni dalam sitoplasma makrofag. Makrofag yang semula memfagositasi
malah kemudian disenanginya karena banyak mengandung lipid (Asril Bahar,2001).
C. Cara penularan TB (Depkes, 2006)
1. Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif.
2. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk
percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan
dahak.
3. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu
yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari
langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam
keadaan yang gelap dan lembab.
4. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari
parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien
tersebut.
5. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi
percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
D. Patifisiologi
Tempat masuk kuman M.tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran pencernaan, dan
luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberkulosis terjadi melalui udara (airborne),
yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal
dari orang yang terinfeksi. Saluran pencernaan merupakan tempat masuk utama jenis bovin,
yang penyebarannya melalui susu yang terkontaminasi.
Tuberkulosis adalh penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel. Sel
efektornya adalah makrofag, sedangkan limfosit (biasanya sel T) adalah sel
imunoresponsifnya. Tipe imunitas seperti ini biasanya lokal, melibatkan makrofag yang
diaktifkan di tempat infeksi oleh limfosit dan limfokinnya. Respon ini disebut sebagai reaksi
hipersensitivitas (lambat)
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti keju, lesi
nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan
granulasi di sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast, menimbulkan respon
berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang akhirnya
akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel. Lesi primer paru-paru dinamakan
fokus Gohn dan gabungan terserangnya kelenjar getah bening regional dan lesi primer
dinamakan kompleks Gohn respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah
pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas. Materi
tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke dalam percabangan
trakeobronkhial. Proses ini dapat akan terulang kembali ke bagian lain dari paru-paru, atau basil
dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau usus. Kavitas yang kecil dapat menutup
sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan jaringan parut bila peradangan mereda lumen
bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat perbatasan
rongga bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui
saluran penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan dan lesi mirip dengan lesi
berkapsul yang tidak terlepas keadaan ini dapat menimbulkan gejala dalam waktu lama atau
membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif. Penyakit
dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang lolos dari kelenjar
getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil dapat menimbulkan lesi pada
berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran limfohematogen, yang
biasanya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut yang
biasanya menyebabkan tuberkulosis milier. Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak
pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk kedalam sistem vaskular dan tersebar ke
organ-organ tubuh.
E. Pathway
F. Manifestasi Klinis

Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk
dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas,
badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari
tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan (Depkes, 2006).
Keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam atau malah banyak pasien
ditemikan Tb paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan kesehatan. Gejala tambahan
yang sering dijumpai (Asril Bahar. 2001):
1. Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang dapat mencapai
40-41C. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat timbul
kembali. Begitulah seterusnya sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari demam
influenza ini.
2. Batuk/Batuk Darah
Terjadi karena iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-
produk radang keluar. Keterlibatan bronkus pada tiap penyakit tidaklah sama, maka
mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni
setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula. Keadaan yang
adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan
batuk darah pada tuberkulosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus
dinding bronkus.
3. Sesak Napas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas. Sesak napas akan
ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi setengah
bagian paru-paru.
4. Nyeri Dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai
ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien
menarik/melepaskan napasnya.
5. Malaise
Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering ditemukan
berupa anoreksia (tidak ada nafsu makan), badan makin kurus (berat badan turun), sakit
kepala, meriang, nyeri otot, dan keringat pada malam hari tanpa aktivitas. Gejala malaise
ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.
G. Komplikasi

Komplikasi pada penderita tuberkulosis stadium lanjut (Depkes RI, 2005) :


1. Hemoptosis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan
kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.
3. Bronkiektasis ( pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada
proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
4. Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps spontan karena
kerusakan jaringan paru.
5. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan sebagainya.
6. insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency)
H. Pemeriksaan Diagnostik

Diagnosis TB menurut Depkes (2006):


1. Diagnosis TB paru
Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu - pagi
- sewaktu (SPS).
Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB
(BTA). Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak
mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan
dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan
indikasinya.
Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja.
Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga
sering terjadi overdiagnosis.
Gambaran kelainan radiologik Paru tidak selalu menunjukkan aktifitas penyakit.
Untuk lebih jelasnya lihat alur prosedur diagnostik untuk suspek TB paru.
2. Diagnosis TB ekstra paru.
Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku kuduk pada
Meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis), pembesaran kelenjar limfe
superfisialis pada limfadenitis TB dan deformitas tulang belakang (gibbus) pada
spondilitis TB dan lainlainnya.
Diagnosis pasti sering sulit ditegakkan sedangkan diagnosis kerja dapat ditegakkan
berdasarkan gejala klinis TB yang kuat (presumtif) dengan menyingkirkan
kemungkinan penyakit lain. Ketepatan diagnosis tergantung pada metode pengambilan
bahan pemeriksaan dan ketersediaan alat-alat diagnostik, misalnya uji mikrobiologi,
patologi anatomi, serologi, foto toraks dan lain-lain.
3. Diagnosis TB menurut Asril Bahar (2001):
1. Pemeriksaan Radiologis
Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis untuk
menemukan lesi tuberkulosis. Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks
paru (segmen apikal lobus atas atau segmen apikal lobus bawah), tetapi dapat juga
mengenai lobus bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Darah
Pemeriksaan ini kurang mendapat perhatian, karena hasilnya kadang-kadang
meragukan, hasilnya tidak sensitif dan juga tidak spesifik. Pada saat tuberkulosis
baru mulai sedikit meninggi dengan hitung jenis pergeseran ke kiri. Jumlah limfosit
masih di bawah normal. Laju endap darah mulai meningkat. Bila penyakit mulai
sembuh, jumlah leukosit kembali normal dan jumlah limfosit masih tinggi. Laju
endap darah mulai turun ke arah normal lagi.
Sputum
Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan ditemukannya kuman BTA,
diagnosis tuberkulosis sudah dapat dipastikan. Disamping itu pemeriksaan sputum
juga dapat memberikan evaluasi terhadap pengobatan yang sudah diberikan.
Tes Tuberkulin
Tes tuberkulin hanya menyatakan apakah seseorang individu sedang atau pernah
mengalami infeksi M. Tuberculosae, M. Bovis, vaksinasi BCG dan Myobacteria
patogen lainnya.
I. Penatalaksanaan

a. Tujuan Pengobatan

Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian,


mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya
resistensi kuman terhadap OAT.
b. Prinsip pengobatan

Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut:


a. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah
cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT
tunggal (monoterapi) . Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT KDT) lebih
menguntungkan dan sangat dianjurkan.
b. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung
(DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).
c. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.
1. Tahap awal (intensif)
Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara
langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.
Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien
menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan.
2. Tahap Lanjutan
Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka
waktu yang lebih lama
Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah
terjadinya kekambuhan
3. Paduan OAT yang digunakan di Indonesia
Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan Tuberkulosis di
Indonesia:
Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.
Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.
Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan obat sisipan (HRZE)
Kategori Anak: 2HRZ/4HR
Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket berupa obat
kombinasi dosis tetap (OAT-KDT), sedangkan kategori anak sementara ini disediakan
dalam bentuk OAT kombipak.
Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet.
Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu paket
untuk satu pasien.
Paket Kombipak.
Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket, yaitu Isoniasid, Rifampisin,
Pirazinamid dan Etambutol. Paduan OAT ini disediakan program untuk mengatasi
pasien yang mengalami efek samping OAT KDT.
Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket, dengan tujuan untuk memudahkan
pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan sampai selesai.
Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan.
KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB:
a. Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas obat
dan mengurangi efek samping.
b. Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya resistensi
obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep
c. Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi
sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. T.T. DENGAN TB PARU
DI RUANG C 5 RSUP PROF Dr. R. D. KANDOU MANADO

Tanggal Pengkajian : 07 Februari 2017

Ruangan / Kamar : C5 /

Tanggal Masuk RS : 05 Februari 2017

A. IDENTIFIKASI
1. Identitas Klien
Inisial nama : Tn.T.T
Umur : 50 tahun
Jenis kelamain : Laki laki
Agama : Kr.Protestan
Pendidikan : Tamat SLTP
Pekerjaan : Pekerja L epas
Alamat : Kel Bumi Nyiur Lk IV
No. RM : 40.79.62
Dx medis : TB Paru (Putus Obat)

2. Penanggung Jawab
Nama : Ny. D.T.
Alamat : Kel Bumi Nyiur Lk IV
Hubungan dengan klien : Anak

B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Klien mengatakan batuk-batuk dan sesak napas.
2. Riwayat Penyakit Saat Ini
Klien mengatakan sejak 1 minggu yang lalu sebelum masuk rumah sakit klien
mengalami batuk dan sesak nafas,batuk berlendir berwarna kuning, Sesak dirasakan
klien ketika klien melakukan aktivitas berat,saat sesak klien mengeluh nyeri dibagian
dada, demam turun dengan obat penurun panas, berkeringat di malam hari lalu di
larikan ke ke RSUP prof. Dr. R.D Kandou Manado dengan KU lemah, TD 120/80
mmHg, Nadi 84 x/menit serta frekuensi pernafasan 28 x/menit, kemudian klien
dipindahkan ke instalasi rawat inap C5 dengan terpasang O2 6L dan frekuensi
pernafasan 24 x/m
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan 10 tahun lalu klien pernah di rawat di RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado dengan penyakit yang sama yaitu TB Paru,riwayat pengobatan 10
thn 6 bln tapi tidak selesai.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan tidak ada yang menderita penyakit .
5. Riwayat Alergi Terhadap Pengobatan
Klien tidak pernah mengalami alergi terhadap pengobatan.

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : klien tampak sakit, klien berbaring lemah
2. Tanda-tanda Vital
a. Kesadaran : CM
b. GCS : 15
c. Tekanan Darah : 120/80
d. Nadi : 84x/m
e. Respirasi : 24x/m
f. Suhu : 36,8oC
g. Tinggi Badan : 150 cm
h. Berat Badan : 45 kg

D. DATA SISTEMIK
a. Sistem Persepsi Sensori
Pendengaran : Normal
Penglihatan : Normal
Penghidu : Normal
Peraba : Normal
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
b. Sistem Penglihtan
Lapang Pandang : Normal
Kesimetrisan Mata : Kedua mata simetris
Kelopak Mata : Cekung
Konjuntiva : Anemis
Skelera : Tidak ikterik
Kornea : Hitam
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
c. Sistem Pernapasan
Frekuensi : 24 x/menit
Batuk : Batuk berdahak
Sumbatan Jalan Nafas : Adanya sputum
Bentuk Dada : Simetris
Masalah Keperawatan : Bersihan jalan nafas tidak efektif
d. Sistem Kardiovaskular
TD : 160/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 36 C
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
e. Sistem Saraf
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : 15
E (membuka mata) :4
V (mengikuti perintah) :5
M (melokalisir nyeri) :6
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
f. Sistem Integumen
Warna Kulit : Tidak pucat
Luka : Tidak ada
Memar : Tidak ada
Kemerahan : Tidak ada
Turgor Kulit : Kurang Elastis
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
g. Sistem Gastrointestinal
Nafsu Makan : Normal
Porsi SMRS : 1 Porsi
Porsi MRS : 1 Porsi
Kemampuan Mengunyah : Normal
Kemampuan Menelan : Normal
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
h. Sistem Muskuloskeletal
Rentang Gerak : Bebas
Keseimbangan dan cara jalan : Tidak seimbang dan dibantu saat berjalan
Kemampuan memenuhi aktivitas : Dibantu sebagian
Genggaman Tangan : Kuat tangan kanan dan kiri
Akral : Hangat
Fraktur : Tidak ada
Masalah Keperawatan : Intoleransi aktivitas
i. Sistem Perkemihan
Urine : Kuning jernih
Frekuensi : 2 x sehari
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

E. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN


1. Persepsi Kesehatan, Manajement Kesehatan
Klien mengatakan 10 tahun lalu klien pernah di rawat di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado karena penyakit yang sama . 1 minggu sebelum klien masuk rumah sakit klien
merasakan sesak nafas dan batuk-batuk yang sudah lama diderita klien, saat sesak klien
mengatakan nyeri dibagian dada karena sesak dan nyeri yang dialami klien sudah tidak
tertahankan kemudian klien dibawa ke RSUP prof. Dr. R.D Kandou Manado dengan KU
lemah, kemudian klien dipindahkan ke instalasi rawat inap C5 dengan terpasang O2 6L
dan frekuensi pernafasan 24 x/m.

Invasi bakteri tuberculosis



Infeksi Primer

Sembuh dengan focus ghon

Bakteri dorman

Bakteri muncul beberapa tahun kemudian

Reaksi infeksi/inflamasi, kavitas dan merusak parenkim paru

Perubahan cairan intra pleura

Sesak, sianosis, penggunaan otot bantu nafas

Pola nafas tidak efektif

Masalah Keperawatan : Pola nafas tidak efektif

2. Nutrisi Metabolik
Klien mengatakan porsi makan klien sebelum sakit dan saat sakit baik, yaitu 1 porsi
makan dengan frekuensi 2 x sehari yang terdiri dari nasi, lauk, dan sayur, kadang-kadang
mencicipi buah setelah selesai makan.
3. Aktivitas dan Latihan
Klien mengatakan sebelum sakit klien banyak mengikuti kegiatan organisasi yang
diselenggarakan di tempat klien tinggal, seperti arisan, ibadah berjamaah, lomba antar
dusun dll. Namun setelah klien sakit klien sudah membatasi aktivitas klien karena jika
sudah terlalu banyak beraktivitas klien akan mudah merasakan sesak nafas. Sebelum sakit
klien mampu melakukan aktivitas klien dengan mandiri, saat di rawat di RS sebagian
aktivitas klien dibantu oleh keluarga dan perawat.

Aktivitas harian :
1. Makan :0
2. Mandi :2
0 : Mandiri
3. Berpakain :1
1 : Bantuan dengan alat
4. Kerapian :2
2 : Bantuan orang
5. Buang air besar :2
3 : Bantuan orang dan alat
6. Buang air kecil :2
4 : Bantuan penuh
7. Mobilisasi tempat tidur :0
8. Ambulasi (tempat tidur) :0

Invasi bakteri tuberculosis



Infeksi Primer

Sembuh dengan focus ghon

Bakteri dorman

Bakteri muncul beberapa tahun kemudian

Reaksi infeksi/inflamasi, kavitas dan merusak parenkim paru

Reaksi sistematis

Lemah

Intoleransi aktivitas

Masalah Keperawatan : Intoleransi aktivitas

4. Pola Eliminasi
Sistem Perkemihan
Klien mengatakan tidak ada masala dalam BAK klien baik dirumah dan saat dirawat di
rumah sakit. Frekuensi 5-6 kali sehari dengan bau khas urin, warna kuning jernih.
Sistem Pencernaan
Klien mengatakan tidak ada masalah dalam BAB klien baik dirumah dan saat dirawat
di rumah sakit. Frekuensi BAB klien 1 kali dalam sehari biasanya dipagi hari dengan
konsistensi feses padat.
Sistem Integumen
Klien mengatakan klien sering berkeringat di malam hari.
Sistem Respirasi
Klien tampak gelisah, klien mengatakan merasakan sesak, terpasang O2 6L.
5. Pola Istrahat dan Tidur
Klien mengatakan tidur klien bagus, tidak bermasalah baik sebelum di rumah sakit dan
saat di rawat di rumah sakit.
6. Pola Kognitif Preseptual
Klien tidak ada masalah pada indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan
pengecapan. Klien dapat mengenal orang, tempat dan waktu dengan baik.
7. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Klien mengatakan ia adalah seorang ibu rumah tangga yang aktivitas sehari-harinya
mengurus rumah, merawat suami dan anak-anaknya. Klien mengatakan ia merasa senang
dan tidak rendah diri dengan aktivitasnya sehari-harinya.
8. Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama (Koping)
Klien mengatakan ia sebagai seorang ibu rumah tangga ia mempunyai hubungan yang
baik dengan suami dan anak-anaknya, mereka sering berinteraksi dengan baik setiap
harinya, juga hubungan klien dengan lingkungannya baik.
9. Pola Reproduksi Seksual
Klien mengatakan tidak ada masalah pada reproduksi dan seksualitasnya.
10. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stres
Klien mengatakan ia merasa khawatir dengan penyakit yang dideritanya, dengan rasa
khawatir yang ia rasakan ia berdoa kepada Tuhan semoga diberikan kesembuhan.
11. Pola Sistem Nilai Kepercayaan
Klien menganut agama Kristen protestan, sebelum dirawat di rumah sakit klien rajin
mengikuti ibadah harian.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
07 Februari 2017

Parameter Nilai rujukan Satuan Hasil


HEMATOLOGI
Leukosit 4000-10000 /uL 9989 / uL
Eritrosit 4.70- 6.10 10^6/uL 4.68 10^6/ uL
Hemoglobin 11.5-16.5 g/dL 12.0 g/dL
Hematokrit 37.0-47.0 % 38.3 %
Trombosit 150-450 10^3/uL 339 10^3/ uL
MCH 27.0-35.0 Pg 25.6 Pg
MCHC 30.0-40.0 g/dL 31.3 g/dL
MCV 80.0-100.0 fL 81.9 fL
KIMIA KLINIK
Ureum Darah 10-40 mg /dL 10 mg /dL
Creatinin Darah 0.5-1.5 mg /dL 0,7 mg /dL
Uric Acid Darah 2.0-6.5 mg /dL 5.9 mg /dL
Protein Total 6.30-8.30 g /dL 7.31 g/dL
Gula Darah Sewaktu 70-125 mg /dL 115 mg /dL
Fosfor 2.7-4.5 mg /dL 2.3 mg /dL
Megnesium 1.70-2.50 mg /dL 1.44 mg /dL
Albumin 3.50-5.70 g /dL 3.24 g/dL
Globulin 2.50-3.50 g /dL 4.07 g/dL
Chlorida Darah 98.0-109.0 mEq/L 96.2 mEq/L
Kalium Darah 3.50-5.30 mEq/L 3.50 mEq/L
Natrium Darah 135-153 mEq/L 140 mEq/L
Calsium 8.10-10.40 mg /dL 8.82 mEq/L
IMUNOLOGI
Anti HCV Kualitatif (-) Non Reaktif
HbsAg Elisa (-) Non Reaktif
Anti HIV (Elisa) (-) Non Reaktif

2. Foto Thorax : Infirat di basal kanan (+)


3. Sputum BTA : hasil pemeriksaan (+)

G. TERAPI
0ksigen 6 L/m
Ceftriaxone 1 gr / 12 jam IV
N.asetil sistein 200 mg / 8 jam PO
Lansoprazole 30 mg / 12 jam PO
Ondansentron 4 mg / 8 jam IV
Sucralfat 10 mL / 8 jam PO
Candesartan 80 mg / 24 jam PO
Paracetamol 500 mg / 8 jam PO
Domperidon 10 mg / 8 jam PO
OAT tab

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi
b. Intoleransi aktivitas b.d keletihan

I. INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Diagnosa Noc Nic
1. Pola nafas tidak Outcome:Status 1. Monitor Pernapasan (3350)
efektif b.d Pernapasan (0415) Monitor keluhan sesak
hiperventilasi. Domain : Kesehatan nafas klien, termasuk
Nanda Fisiologis (II) kegiatan yang
:Ketidakefektifan Kelas : Jantung Paru (E) meningkatkan atau
pola napas Skala : Sangat berat ke memperburuk sesak nafas.
Pengertian tidak ada. Monitor pola nafas klien.
:Inspirasi dan / atau 041513 : Sianosis Posisikan klien miring ke
ekspirasi yang tidak 041517 : Mengantuk samping.
memberi ventilasi 041530 : Demam
adekuat. 041531 : Batuk 2. Terapi Oksigen (3320)
Batasan Bersihkan mulut, hidung,
Karakteristik : dan sekresi trakea dengan
Penurunan tepat.
tekanan ekspirasi Berika oksigen tambahan
Penurunan sesuai yang diperintahkan
tekanan inspirasi Sediakan oksigen ketika
Pernapasan bibir pasien
Pola napas dibawah/dipindahkan
abnormal. Peiksa perangkat (alat)
pemberian oksigen secara
berkala untuk memastikan
bahwa konsentrasi (yang
telah) ditentukan sedang
diberikan.
3. Monitor Tanda-tanda Vital
(6680)
Monitor tekanan darah, nadi,
suhu, respirasi dan status
pernapasan dengan tepat
Monitor tekanan darah saat
pasien berbaring, duduk, dan
berdiri sebelum dan setelah
perubahan posisi
Monitor dan laporkan tanda
dan gejala hipotermia dan
hipertermia
Monitor warna kulit dan
kelembapan.

2. Intoleransi aktivitas Outcome : Toleransi 1. Manajement Lingkungan


b.d keletihan. Terhadap Aktivitas (0005). (6480)
Nanda :Intoleran Domain : Fungsi Ciptakan lingkungan yang
aktivitas Kesehatan (1) nyaman bagi pasien
Definisi : ketidak Kelas : Pemeliharaan 2. Bantuan Perawatan Diri (1800)
cukupan energy Energi (A) Monitor kemampuan
psikologis atau Skala : Sangat terganggu perawatan diri secara mandiri
fisiologis untuk ke tidak terganggu. Monitor kebutuhan pasien
mempertahankan 000502 Frekuensi nadi terkait dengan alat-alat
atau menyelesaikan ketika beraktivitas kebersihan diri, alat bantu
aktivitas kehidupan 000503 Frekuensi untuk pakaian, berdadan
sehari-hari yang pernapasan ketika eliminasi dan makan
harus atau yang beraktivitas Berikan peralatan kebersihan
ingin dilakukan. 000508 Kemudahan pribadi (misalnya, deodorant,
Batasan bernapas ketika sikat gigi dan sabun mandi).
Karakteristik : beraktivitas. Berikan bantuan sampai pasien
Dispnea setelah mampu melakukan perawatn
beraktivitas. diri mandiri
Keletihan Dorong pasien untuk
Ketidaknyamanan melakukan aktivitas normal
setelah sehari-hari sampai batas
beraktivitas. kemampuan
Ajarkan orang tua/ keluarga
untuk mendukung kemandirian
dengan membantu hanya ketika
pasien tak mampu melakukan
(perawatan diri)
3. Manajemen Energy (0180)
Monitor intake/asupan nutrisi
untuk mengetahui sumber
energy yang adekuat
Anjurkan aktivitas fisik
(misalnya ambulasi,ADL)
sesuai dengan kempuan
(energy) pasien
Lakukan ROM aktiv/pasif
untuk menghilangkan
ketegangan otot
J. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Diagnosa Hari, Jam Implementasi Evaluasi
Tanggal
Pola nafas Selasa, 14.20 Observasi keadaan umum klien S : Klien mengatakan
tidak efektif 07-02- 15.00 Mengukur tanda-tanda vital masih merasa
b.d 2017 - Tekanan Darah : 120/80 sesak
hiperventilasi. mmHg O:
- Nadi : 84 x/m Klien tampak
- Respirasi : 24x/m sesak
16.10 - Suhu : 36oC Klien
16.45 Mengatur oksigen klien 6 L/m terpasang O2
Mengatur posisi klien dengan 6 L/m
18.05 posisi semi fowler Kes CM
Melakukan suntikan injeksi TD 120/80
18.10 ranitidine dan ceftriaxone Nadi 84 x/m
Memberikan obat oral kepada Respirasi 24
klien. x/m
Suhu 37oC
A : Masalah belum
teratasi
P : Lanjutkan
intervensi

Intoleransi Selasa, 14.30 Merapikan tempat tidur klien S : Klien mengatakan


aktivitas b.d 21-02- 14.40 Mengobservasi kemampuan ia merasa lemah
keletihan. 2017 klien dalam merawat diri setelah berjalan
14.45 Membenatu ADL klien O:
14.50 Mengatur posisi klien Klien tampak
15.30 Mendorong klien agar lemah
melakukan aktivitas normal Klien
sehari-hari sampai batas terpasang O2
15.45 kemampuan klien 6 L/m
Kolaborasi dalam pemeberian Kes CM
theraphy. TD 120/80
mmHg
Nadi 84 x/m
Respirasi 24
x/m
Suhu 360C
A : Masalah belum
teratasi
P : Lanjutkan
intervensi

Anda mungkin juga menyukai