Anda di halaman 1dari 10

Nama Peserta: dr. Hikban Fiqhi K.

Nama Wahana: RSUD Arifin Numang


Topik: Depresi Berat dengan Gejala Psikotik
Tanggal (Kasus): November 2016
Nama Pasien: Ny. ST
Tanggal Presentasi: 28 April 2017 Pendamping:dr.Kasmawati Amin
Tempat Presentasi: RSUD Arifin numang

Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan


pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonat Bayi Anak Remaj Dewasa Lansia Bumi
us a l
Deskripsi: Perempuan 39 tahun sulit tidur, nafsu makan berkurang, putus asa,
konsentrasi menurun, tidak bersemangat, memiliki keinginan bunuh diri.
Tujuan: Mengenal gejala depresi dan penatalaksanaannya
Bahan Tinjauan Riset Kasus Audit
Bahasan: pustaka
Cara Diskusi Presentasi e-mail Pos
Membahas: dan diskusi

Data Pasien: Nama: Ny. ST No.Registrasi:


Nama Poliklinik Umum RSUD Arifin numang
Klinik:
Data Utama Untuk Bahan Diskusi:
1. Diagnosis/Gambaran Klinis:
Seorang pasien perempuan datang ke rumah sakit didampingi dengan saudara
perempuannya dengan keluhan sulit memulai tidur yang dialami sejak 2 bulan
lalu. Pasien juga mengeluh nafsu makan yang berkurang, putus asa, konsentrasi
menurun, serta tidak semangat menjalani hidup. Pasien sehari-hari hanya
melamun, duduk, dan tidur. Pasien mengatakan pernah berpikir untuk melakukan
bunuh diri. Pasien memiliki masalah hutang di bank akibat toko usaha kain
miliknya yang bankrut, sementara suami pasien tidak memiliki pekerjaan.
2. Riwayat Pengobatan: (-)
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit:
Trauma (-)
Infeksi (-)
Kejang (-)
Merokok (-)
Alkohol (-)
NAPZA (-)
4. Riwayat Keluarga:
Riwayat keluhan sama dalam keluarga (-)
Pasien memiliki 3 orang anak, anak I, berusia 11 tahun menderita Autisme, anak
II, berusia 8 tahun bersekolah di SD Negri, anak III, berusia 10 bulan.
5. Riwayat Pekerjaan/Kebiasaan:
Pasien sebelumnya merupakan seorang wiraswasta yang memiliki toko usaha jual
kain, tetapi kemudian bankrut.
6. Lain-lain:
Tidak ada
Daftar Pustaka:

1. Maslim R. F32.3 Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik. In Maslim R.


Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Jakarta:
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya; 2003.
2. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Jakarta: Bagian
Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya; 2007.

Hasil Pembelajaran:
1. Definisi episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik
2. Diagnosis dan klasifikasi episode Depresif berat dengan Gejala Psikotik
3. Penatalaksanaan farmakoterapi dan psikoterapi episode Depresif Berat dengn
Gejala Psikotik
4. Edukasi untuk pencegahan episode Depresif berulang
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio
1. Subjektif
Seorang pasien perempuan datang ke rumah sakit didampingi dengan saudara
perempuannya dengan keluhan sulit memulai tidur yang dialami sejak 2 bulan
lalu. Pasien juga mengeluh nafsu makan yang berkurang, putus asa, konsentrasi
menurun, serta tidak semangat menjalani hidup. Pasien sehari-hari hanya
melamun, duduk, dan tidur. Pasien mengatakan pernah berpikir untuk
melakukan bunuh diri. Pasien memiliki masalah hutang di bank akibat toko
usaha kain miliknya yang bankrut, sementara suami pasien tidak memiliki
pekerjaan.
Hendaya sosial (+)
Hendaya pekerjaan (+)
Hendaya penggunaan waktu senggang (+).
2. Objektif
Pemeriksaan Fisik
Status Internus
SP: SS/GC/CM, BB = 57 kg
GCS = 15
T = 120/70 mmHg, N = 72 x/menit, P = 20 x/menit, S = 36,50C
Pemeriksaan fisis lain dalam batas normal
Pemeriksaan fisis neurologis dalam batas normal.
Pemeriksaan Status Mental
A. Deskripsi Umum
1) Penampilan: Tampak seorang perempuan berpenampilan sesuai
umur, cukup bersih dan rapi, wajah tampak tertekan dan tidak
bersemangat.
2) Kesadaran: Baik
3) Perilaku dan aktivitas psikomotor: Saat wawancara pasien cukup
tenang
4) Pembicaraan: Spontan, lancar, volume suara kecil.
5) Sikap terhadap pemeriksa: Restriktif
B. Keadaan Afektif
1) Mood : Anhedonia
2) Afek : Depresif
3) Empati : Dapat diraba rasakan
C. Fungsi Kognitif
1) Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan kecerdasan: sesuai taraf
pendidikan
2) Daya konsentrasi : baik.
3) Orientasi (waktu, tempat, dan orang): baik.
4) Daya ingat : baik.
5) Pikiran abstrak : baik.
6) Kemampuan menolong diri sendiri: baik.
D. Gangguan Persepsi
1) Halusinasi : Disangkal (menurut saudaranya, pasien kadang
berbicara sendiri)
2) Ilusi : Tidak ada
3) Depersonalisasi : Tidak ada
4) Derealisasi : Tidak ada
E. Proses Berpikir
1) Arus Pikiran
a) Produktivitas : Cukup
b) Kontinuitas : Relevan, koheren
c) Hendaya berbahasa : Tidak ada
2) Isi Pikiran
d) Preokupasi : Masalah hutang
e) Gangguan isi pikir : Tidak ada
F. Pengendalian Impuls
Baik
G. Daya Nilai
1) Norma sosial : Baik
2) Uji daya nilai : Baik
3) Penilaian realitas : Baik
H. Tilikan (Insight)
Tilikan derajat 2 (menyadari dirinya sakit dna butuh bantuan, namun
dalam waktu yang sama juga menyangkal penyakitnya)
I. Taraf Dapat Dipercaya
Dapat dipercaya
3. Assessment
Episode Depresif
Seseorang dikatakan mengalami Episode Depresif bila memenuhi sekurang-
kurangnya 2 dari 3 Gejala Utama dan sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya
selama 2 minggu, meliputi:
Gejala Utama:
- Afek Depresif
- Kehilangan minat dan kegembiraan
- Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah
lelah, kinerja yang berkurang
Gejala Lainnya:
- Konsentrasi dan perhatian berkurang
- Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
- Rasa bersalah dan tidak berguna
- Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
- Sulit tidur
- Nafsu makan berkurang
Dikatakan episode Depresif bila ditemukan pertama kali, bila ditemukan episode
depresif berikutnya harus diklasifikasikan gangguan depresif berulang
Klasifikasi Episode Depresif
F32.0 Episode Depresif ringan
- Sekurang-kurangnya 2 dari 3 gejala utama
- Sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya
- Berlangsung minimal 2 minggu
- Sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa
dilakukannya
F32.1 Episode Depresif Sedang
- Sekurang-kurangnya 2 dari 3 gejala utama
- Sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya
- Berlangsung minimal 2 minggu
- Menghadapi kesulitan nyata untuk kegiatan sosial, pekerjaan dan
urusan rumah tangga
F32.2 Episode depresif Berat tanpa gejala psikotik
- Semua gejala utama depresi harus ada
- Sekurang-kurangnya 4 gejala lainnya
- Berlangsung minimal 2 minggu
- Sangat tidak mungkin pasien mampu meneruskan kegiatan sosial,
pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat
terbatas
F32.3 Episode depresif Berat Dengan gejala psikotik
- Memenuhi kriteria episode depresif berat
Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif
Evaluasi Multiaksial
Aksis I
Dari autoanamnesis dan allonamnesis didapatkan bahwa pasien
mengalami sulit tidur. Pasien mengalami keslitan tidur dikarenakan
memikirkan penyakitnya, masalah pekerjaan dan masalah keluarga. Hal
ini menimbulkan distress bagi pasien dan lingkungannya serta
menimbulkan gendaya di bidang pekerjaan, fungsi sosial, dan
penggunaan waktu senggang. Berdasarkan hal tersebut, maka pasien
digolongkan sebagai pasien Gangguan Jiwa.
Dari pemeriksaan fisis neurologis tidak ditemuukan adanya kelainan
bermakna, sehingga digolongkan sebagai Gangguan Jiwa Non
Organik.
Dari autoanamnesis, alloanamnesis, serta pemeriksaan status mental
diperoleh gejala-gejala yang sesuai untuk diagnosis Depresi serta
memenuhi kriteria diagnosis Depresi Berat berupa tiga gejala utama afek
depresi, kehilangan minat dan kesenangan, dan berkurangnya energi,
serta gejala tamabahan berupa berkurangnya perhatian dan konsentrasi,
nafsu makan berkurang, dan gangguan tidur yang telah berlangsung
cukup lama sehingga digolongkan ke dalam diagnosis Episode Depresi
Berat (F32). Disamping itu ditemukan adanya gejala penyerta berupa
halusinasi pada pasien, sehingga digolongkan lebih lanjut sebagai
Episode Depresi Berat dengan Gejala Psikotik (F32.3)
Aksis II
Tidak ditemukan data yang cukup untuk menentukan kepribadian yang
khas, maka Aksis II ditegakkan sebagai ciri kepribadian tidak khas.
Aksis III
Tidak ditemukan kelainan organobiologis, sehingga dikatakan Aksis III
tidak ada diagnosis
Aksis IV
Masalah pekerjaan, yaitu usaha pasien bankrut,
Masalah keungan, yaitu terlilit hutang di bank
Masalah dengan primary support group (keluarga), yaitu suami yang
tidak memiliki pekerjaan serta seorang anak dengan gangguan autisme.
Aksis V
GAF Scale 60-51 (Pasien mempunyai gejala sedang dan disabilitas
sedang)
Penatalaksanaan
Pemberian Obat-Obatan Anti Depresan:
Obat antidepresan mempunyai beberapa sinonim, antara lain timoleptik atau
psychic energizers. Dalam membicarakan obat antidepresi yang menjadi
obat acuan adalah amitriptilin.
Pengolongan Obat antidepresan :
Obat antidepresan Trisiklik : Seperti amitriptyline, imipramine,
Clomipramine, Tianeptine
Obat antidepresan Tetrasiklik : Seperti Maprotiline, Mianserin,
Amoxapine
Obat antidepresan Reversible Inhibitor Monoamin oxydase A
(RIMA) : Seperti Moclobemide
Obat antidepresan Selective Serotonin Reupteke Inhibitor (SSRI) :
Seperti Sertraline, Fluoxetine, Duloxetine, Citalopram
Obat antidepresan Atipikal : Seperti Trazodone, Mitrazapine
Efek Samping
Sedasi (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja
psikomotor menurun, dll)
Efek antikolinergik (mulut kering, retensi urin. penglihatan kabur,
konstipasi, sinus takikardi, dll)
Efek antiadrenergik alfa (perubahan EKG, hipotensi)
Efek neurotoksis (tremor halus, gelisah, agitasi, insomnia
Nama Obat Anti-kolinergik Sedasi Hipotensi Ort Ket
Amytriptiline +++ +++ +++
Imipramine +++ ++ ++
Clomipramine ++ ++ ++
Trazodone + +++ +
Mirtazapine + +++ +
Maprotiline + ++ + +++ = berat
Miansein + ++ + ++ = sedang
Amoxapine + + ++ + = ringan
Tianeptine +/- +/- +/- +/- = tidak
Meclobemide +/- +/- + ada/minimal
Sertaline +/- +/- +/-
Paroxetine +/- +/- +/-
Fluvoxamine +/- +/- +/-
Fluoxetine +/- +/- +/-
Citalopram +/- +/- +/-

Efek samping yang ringan biasanya berkurang setelah 2-3 minggu bila
tetap diberikan dengan dosis yang sama.
Pada keadaan overdosis/intoksikasi trisiklik dapat terjadi Atropine Toxic
Syndrome dengan gejala eksitasi susunan saraf pusat, hipertensi,
hiperpireksia, konvuisi, toxic consumed state (confusion, delirium,
disorientation).
Tindakan Untuk Keadaan Ini:
1. Bilas lambung
2. Diazepam 10 mg, IM untuk mengatasi konvuisi
3. Prostigmin 0,5-1,0 mg IM untuk mengatasi efek antikolinergik
(dapat diulangi setiap 30-45 menit sampai gejala mereda)
4. Monitoring EKG untuk deteksi kelainan jantung
Cara Penggunaan
Pemilihan jenis obat berdasarkan toleransi pasien terhadap efek samping
dan penyesuaian efek samping terhadap kondisi pasien (usia, penyakit
fisik tertentu. jenis depresi).
Sediaan obat antidepresi dan dosis anjuran
Nama Generik Dosis Anjuran Nama Generik Dosis Anjuran
Amitriptilin 75-150 mg/hari Mianserin 30-60 mg/hari
Amoksapin 200-300 mg/hari Opipramol 50-150 mg/hari
Klomipramin 100-200 mg/hari Sertralin 50-100 mg/hari
Imipramin 75-150 mg/hari Trazodon 100-200 mg/hari
Moklobemid 300-600 mg/hari Paroksetin 20-40 mg/hari
Maprotilin 75-150 mg/hari Fluvaksamin 50-100 mg/hari
Aminiptin 75-150 mg/hari Fluoksetin 20-40 mg/hari
Untuk sindrom depresi yang datang berobat jalan, pemilihan terbaiknya
mengikuti urutan:
a) Langkah 1 : Golongan SSRI (Selective Serotonin Reuptake
Inhibitor)
Citalopram (Celexa)
Escitalopram (Lexapro)
Fluoxetine (Prozac, Prozac Weekly, Sarafem)
Paroxetine (Paxil, Paxil CR, Pexeva)
Sertraline (Zoloft)
Fluoxetine + atypical antipsychotic olanzapine (Symbyax)
b) Langkah 2 : Golongan Trisiklik
Amitriptyline
c) Langkah 3 : Golongan Tetrasiklik. Golongan Atypical,
Golongan MAOI (Mono Amine Oxydase Inhibitor) Reversibel
Bupropion (Wellbutrin, Wellbutrin SR, Wellbutrin XL)
Mirtazapine (Remeron, Remeron SolTab)
Nefazodone
Trazodone (Oleptro)
Isocarboxazid (Marplan)
Phenelzine (Nardil)
Selegiline (Emsam, Eldepryl, Zelapar)
Tranylcypromine (Parnate)
Perhatian Khusus
Kegagalan pengobatan
- Kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat
- Pengaturan dosis yang tidak adekuat
- Pengobatan tidak cukup lama mempertahankan dosis optimal.
Kontraindikasi
- Penyakit jantung koroner
- Glaukoma, retensi urin, hipertensi prostat, gangguan fungsi
hati, epilepsi
- Pada penggunaan litium, kelainan fungsi jantung. ginjal. dan
kelenjar tiroid.
Pemberian Obat antipsikotik
Obat anti psikotik disebut juga sebagai Neuroleptik, Ataractic, dan mayor
tranquillizers. Obat yang menjadi acuan adalah Chlorpromazine (CPZ).
Pengolongan obat antipsikotik :
Obat antipsikotik Tipikal seperti CPZ, Haloperidol, Pimozide ,dll.
Obat antipsikotik Atipikal seperti clozapine, olanzapin, risperidon,
sulpiride,dll.
Efek samping

Nama Mg. eq Dosis (mg/hari) Sedasi Otonomik Eks. Pir.


Chlorpromazine 100 150 - 1600 +++ +++ ++
Thioridazine 100 100 - 900 +++ +++ +
Perphenazine 8 8 - 48 + + +++
Trifluoperazine 5 5 - 60 + + +++
Flupehenazine 5 5 - 60 ++ + +++
Haloperidol 2 2 - 100 + + ++++
Pimozide 2 2 - 6 + + ++
Clozapine 25 25 - 200 ++++ + -
Zotepine 50 75 - 100 + + +
Sulpiride 200 200 - 1600 + + +
Risperidone 2 2 - 0 + + +
Quetiapine 100 50 - 400 + + +
Olanzapine 10 10 - 20 + + +
Ariprazole 10 10 - 20 + + +
Cara Penggunaan
Pada dasarnya semua obat antipsikotik memiliki efek terapeutik yang sama
pada dosis ekuivalen, perbedaan utama dari obat-obatan tersebut terletak
pada efek sekundernya (efek samping). Oleh sebab itu pemilihan obat untuk
penatalaksanaan pasien psikotik adalah dengan mempertimbangkan gejala
psikotik yang dominan dan efek samping yang mungkin timbul.

Sediaan Obat dan Dosis Anjuran


Nama Generik Dosis Anjuran Nama Generik Dosis Anjuran
Chlorpromazine 150-600 mg/hari Olanzapine 10-20 mg/hari
Haloperidol 5-15 mg/hari Zotepine 75-100 mg/hari
Sulpiride 300-600 mg/hari Perphenazine 12-24 mg/hari
Pimozide 2-4 mg/hari Fluphenazine 10-15 mg/hari
Risperidon 2-6 mg/hari Trifluopenazine 100-200 mg/hari
Clozapine 25-100 mg/hari Thioridazine 150-300 mg/hari
Perhatian khusus
Kontraindikasi
Penyakit hati
Penyakit darah
Epilepsi
Kelainan jantung
Hiperpireksia
Ketergantuangan alkohol
Penyakit SSP
Gangguan kesadaran akibat penekanan SSP
Pada pasien usia lanjut atau pasien dengan sindrom psikotik organik maka
obat antipsikotik diberikan dalam dosis kecil dan mempertimbangkan obat
yang minimal efek otonomiknya, serta efek sedasinya.

4. Plan
Diagnosis
Episode Depresi Berat dengan Gejala Psikotik (F32.3)
Penatalaksanaan
A. Farmakoterapi
Haloperidol 1,5 mg 0
Amitriptyline 25 mg 0
Clobazam 10 mg 2
Quetiapine 200 mg 0 0
B. Psikoterapi
Ventilasi: memberikan kesempatan kepada pasien untuk menceritakan
keluhan dan isi hati serta perasaan sehingga pasien merasa lega.
Konseling: memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien
sehingga dapat membantu pasien dalam memahami penyakitnya serta
cara menghadapinya.
C. Sosioterapi
Memberikan penjelasan kepada keluarga dan orang-orang sekitarnya
sehingga dapat menerima dan menciptakan lingkungan yang baik untuk
membantu proses penyembuhan pasien.
Pendidikan:
Berpikiran positif terhadap masalah yang dihadapi, minum obat dan kontrol
secara teratur

Konsultasi:
Dijelaskan adanya konsultasi dengan spesialis jiwa untuk penanganan lebih
lanjut.
Rujukan:
Pada kasus ini, rujukan tidak perlu dilakukan karena kasus ini masih dapat
ditangani di rumah sakit setempat dan pasien masih tampak tenang dan koperatif
sehingga tidak diperlukan tindakan rawat inap

Rappang, 28 April 2017

Peserta Pendamping

dr. Hikban Fiqhi K. dr. Kasmawati Amin

Anda mungkin juga menyukai