Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam rangka meningkatkan kemampuan keuangan daerah agar dapat melaksanakan


otonomi, Pemerintah melakukan berbagai kebijakan perpajakan daerah, diantaranya dengan
menetapkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 34 Tahun 2000 tentang perubahan atas
Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah. Pemberian kewenangan dalam pengenaan pajak dan retribusi daerah diharapkan
dapat lebih mendorong Pemerintah Daerah terus berupaya untuk mengoptimalkan PAD,
khususnya yang berasal dari pajak daerah. Dalam upaya mendukung pelaksanaan
pembangunan nasional, pemerintah memberikan kesempatan untuk menyelenggarakan
otonomi daerah dengan mengeluarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Republik Indonesia No. 33 Tahun
2004

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu indikator yang menentukan
derajat kemandirian suatu daerah. Semakin besar penerimaan PAD suatu daerah maka
semakin rendah tingkat ketergantungan pemerintah daerah tersebut terhadap pemerintah
pusat. Sebaliknya, semakin rendah penerimaan PAD suatu daerah maka semakin tinggi
tingkat ketergantungan pemerintah daerah tersebut terhadap pemerintah pusat. Hal ini
dikarenakan PAD merupakan sumber penerimaan daerah yang berasal dari dalam daerah itu
sendiri. Salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pajak daerah yang memiliki
kontribusi yang sangat penting dalam membiayai pemerintahan dan pembangunan daerah
karena pajak daerah bermanfaat dalam meningkatkan kemampuan penerimaan PAD dan juga
mendorong laju pertumbuhan ekonomi daerah. Pajak merupakan sumber utama penerimaan
negara, tanpa pajak, sebagian besar kegiatan negara sulit untuk dapat dilaksanakan.
Begitupun dengan daerah, seiring dengan diberlakukannya otonomi daerah, maka daerah juga
memiliki tanggung jawab sendiri untuk mengelola perpajakannya. Penggunaan uang pajak
meliputi mulai dari belanja pegawai sampai dengan pembiayaan berbagai proyek
pembangunan. Pembangunan sarana umum seperti jalan-jalan, jembatan, sekolah, rumah
sakit/puskesmas, kantor polisi dibiayai dengan menggunakan uang yang berasal dari pajak.

1
Uang pajak juga digunakan untuk pembiayaan dalam rangka memberikan rasa aman bagi
seluruh lapisan masyarakat. Setiap warga negara mulai saat dilahirkan sampai dengan
meninggal dunia, menikmati fasilitas atau 5 pelayanan dari pemerintah yang semuanya
dibiayai dengan uang yang berasal dari pajak. Dengan demikian jelas bahwa peranan
penerimaan pajak bagi suatu daerah menjadi sangat dominan dalam menunjang jalannya roda
pemerintahan dan pembiayaan pembangunan. Tetapi tentu dalam pemungutannya pemerintah
pun dihadapkan pada masalah-masalah yang ada.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah di Kota Surabaya dalam


mengoptimalkan pajak hotel?
2. Bagaimana dampak dari permasalahan pengoptimalan Pajak Hotel pada Pendapatan
Asli Daerah (PAD) di Kota Surabaya?
3. Bagaimana cara mengatasi permasalahan pengoptimalan pajak hotel di Kota
Surabaya?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah di Kota Surabaya


dalam mengoptimalkan pajak hotel

2. Untuk mengetahui bagaimana dampak dari permasalahan pengoptimalan Pajak Hotel


pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kota Surabaya

3. Untuk mengetahui solusi dari permasalahan pengoptimalan pajak hotel di Kota


Surabaya

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Pajak, Hotel, dan Pajak Hotel

Pengertian pajak secara umum adalah pungutan wajib yang dibayar rakyat untuk
negara dan akan digunakan untuk kepentingan pemerintah dan masyarakat umum. Rakyat
yang membayar pajak tidak akan merasakan manfaat dari pajak secara langsung,
karena pajak digunakan untuk kepentingan umum, bukan untuk kepentingan pribadi.
Berdasarkan UU KUP Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa pengertian
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.

Definis hotel secara umum adalah suatu bentuk bangunan, lambang, perusahaan atau
badan usaha akomodasi yang menyediakan pelayanan jasa penginapan, penyedia makanan
dan minuman serta fasilitas jasa lainnya dimana semua pelayanan itu diperuntukkan bagi
masyarakat umum, baik mereka yang bermalam di hotel tersebut ataupun mereka yang hanya
menggunakan fasilitas tertentu yang dimiliki hotel itu. Sedangkan definisi hotel berdasarkan
UU KUP adalah Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa
terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk
pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah
kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh). Dan pajak hotel itu sendiri adalah pajak
atas pelayanan yang disediakan oleh hotel.

2.2 Dasar Hukum Pajak Hotel

Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Bab III
NAMA, OBJEK, SUBJEK, DAN WAJIB PAJAK

3
Bagian Kesatu
Pajak Hotel

Pasal 3
1) Setiap pelayanan yang disediakan oleh Hotel dengan pembayaran termasuk jasa
penunjang sebagai kelengkapan hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan
kenyamanan, termasuk fasilitas olah raga dan hiburan dipungut pajak dengan nama
Pajak Hotel.
2) Objek Pajak Hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh Hotel dengan pembayaran
termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan hotel yang sifatnya memberikan
kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas olah raga dan hiburan.
3) Jasa penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah fasilitas telepon,
faksimilie, teleks, internet, fotocopy, pelayanan cuci, seterika, transportasi dan
fasilitas sejenis lainnya yang disediakan atau dikelola hotel.
4) Termasuk dalam objek pajak hotel sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah:
hotel;
motel;
losmen;
gubug pariwisata;
wisma pariwisata;
pesanggrahan;
rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh);
rumah penginapan; dan
kegiatan usaha lainnya yang sejenis.

5) Tidak termasuk objek pajak hotel sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah :
a. Jasa tempat tinggal asrama yang diselenggarakan oleh pemerintah atau
pemerintah daerah;
b. Jasa sewa apartemen, kondominium dan sejenisnya;
c. Jasa tempat tinggal di pusat pendidikan atau kegiatan keagamaan;
d. Jasa tempat tinggal di rumah sakit, asrama perawat, panti jompo, panti asuhan
dan panti sosial lainnya yang sejenis, dan

4
e. Jasa biro perjalanan atau perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh hotel
yang dapat dimanfaatkan oleh umum.

Pasal 4
1) Subjek pajak Hotel adalah Orang Pribadi atau Badan yang melakukan pembayaran
kepada orang pribadi atau badan yang mengusahakan Hotel.
2) Tidak termasuk subjek pajak hotel adalah kedutaan, konsulat, perwakilan negara asing
dengan asas timbal balik.
3) Wajib pajak Hotel adalah orang pribadi atau badan yang mengusahakan Hotel.

BAB IV
DASAR PENGENAAN, TARIF DAN CARA MENGHITUNG PAJAK
Bagian Kesatu
Pajak Hotel

Pasal 19
Dasar pengenaan pajak hotel adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar
kepada Hotel.
Pasal 20
Tarif pajak hotel ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen).

Pasal 21
Besaran pokok pajak hotel yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 19.

Pasal 22
1) Wajib Pajak Hotel wajib mencantumkan tarif Pajak Hotel sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 20 dalam bukti transaksi yang diberikan kepada subjek Pajak Hotel.
2) Dalam hal Wajib Pajak Hotel tidak mencantumkan tarif Pajak Hotel dalam bukti
transaksi yang diberikan kepada Subjek Pajak Hotel, maka jumlah pembayaran telah
termasuk Pajak Hotel.

5
Bab V
Wilayah Pemungutan
Pasal 47
Pajak Daerah yang terutang dipungut di wilayah daerah.

Bab VI
Masa Pajak
Pasal 48
1) Masa Pajak adalah jangka waktu pajak yang ditetapkan dalam satuan hari dan bulan
dalam hitungan kalender.
2) Masa pajak ditentukan berdasarkan jenis objek pajaknya, sebagai berikut :
a. masa pajak hotel, pajak restoran, pajak penerangan jalan dan pajak air tanah
ditetapkan 1 (satu) bulan

Bab VII
Saat Terutangnya Pajak
Pasal 49
Saat terutangnya pajak ditetapkan sebagai berikut:
a. pajak hotel terjadi pada saat subjek pajak melakukan pembayaran dan/atau yang
seharusnya dibayarkan kepada orang pribadi atau badan yang mengusahakan hotel

Bab VIII
Pendaftaran, Pendataan dan Penetapan Pajak

Pasal 50
1) Setiap Wajib Pajak kecuali Wajib Pajak Penerangan Jalan yang menggunakan tenaga
listrik yang diperoleh dari sumber lain wajib mendaftarkan diri kepada Kepala Daerah
atau pejabat yang ditunjuk guna diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah.
2) Pendaftaran Wajib Pajak dapat dilakukan pada saat Wajib Pajak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) menyampaikan SPTPD.
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pendaftaran Wajib Pajak sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Kepala Daerah.

6
Pasal 51
1) Setiap wajib pajak kecuali Wajib Pajak Penerangan Jalan yang menggunakan tenaga
listrik yang diperoleh dari sumber lain wajib mengisi dan menyampaikan SPTPD
kepada Kepala Daerah atau pejabat.
2) SPTPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diisi dengan jelas, benar dan lengkap
serta ditandatangani oleh Wajib Pajak atau kuasanya.
3) Penyampaian SPTPD kepada Kepala Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan paling lambat 15 (lima belas) hari setelah berakhirnya masa pajak.

Pasal 52
1) Berdasarkan SPTPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51, Kepala Daerah atau
pejabat menerbitkan SKPD.
2) Apabila SPTPD tidak disampaikan kepada Kepala Daerah atau pejabat dalam jangka
waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (3), Kepala Daerah atau pejabat
berwenang menerbitkan SKPD.
3) Penerbitan SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan setelah wajib pajak
ditegur secara tertulis oleh Kepala Daerah atau pejabat dengan menggunakan surat
teguran.

Bab IX
PEMUNGUTAN PAJAK
Bagian Kesatu
Tata Cara Pemungutan

Pasal 55
1) Wajib pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan sendiri dibayar dengan
menggunakan SPTPD, SKPDKB, dan/atau SKPDKBT.
2) Jenis pajak yang dibayar sendiri oleh Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) terdiri dari :
a. Pajak Hotel;
b. Pajak Restoran;
c. Pajak Hiburan;
d. Pajak Penerangan Jalan yang tenaga listriknya dihasilkan sendiri;

7
e. Pajak Parkir;
f. Pajak Sarang Burung Walet.

Bagian Ketiga
Tata Cara Pembayaran dan Penagihan

Pasal 60
1) Jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak terutang ditetapkan sebagai berikut :
a. pajak hotel, pajak restoran, pajak penerangan jalan dan pajak air tanah
ditetapkan 15 (lima belas) hari setelah berakhirnya masa pajak

2.3 Peranan Pajak Hotel dalam Pendapatan Asli Daerah

PAD merupakan segala bentuk penerimaan daerah berdasarkan peraturan daerah


setempat yang dipergunakan untuk pembiayaan rumah tangga pemerintahan daerah. Dengan
demikian, merupakan kewajiban Pemerintah Daerah untuk dapat mengusahakan dan
mengelola sumber-sumber pendapatan daerahnya sendiri yang potensinya berada di daerah
itu sehingga dapat mendukung pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan
daerah.

Menurut Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, dijelaskan mengenai sumber-sumber PAD antara lain Pajak Daerah, yaitu iuran
wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung
yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan dan
digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan
daerah. Misalnya: Pajak Hotel. Hasil dari pungutan pajak hotel ini dikumpulkan dan
dimasukkan sebagai bagian dari penerimaan APBN. Pajak hotel merupakan satu dari
beberapa pajak daerah yang dimana memiliki kontribusi besar bagi sumber Pendapatan Asli
Daerah (PAD).

8
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Permasalahan yang Dihadapi Oleh Pemerintah Kota Surabaya dalam


Mengoptimalkan Pajak Hotel Sebagai Pendapatan Asli Daerah

Dalam pencapaian potensi sesuai dengan peraturan pemerintah daerah dalam


pemungutan Pajak Hotel, pencapaian keunggulan Pajak Hotel cukup efektif, serta kontribusi
pemungutan Pajak Hotel telah cukup signifikan. Namun ditemukan adanya permasalahan
yang dihadapi Pemerintah dalam mengoptimalkan Pajak Hotel sebagai PendapatanAsli
Daerah. Permasalahan yang mengakibatkan kurang optimalnya Pajak Hotel sebagai
Pendapatan Asli Daerah, yaitu:

1. Adanya Larangan Untuk Pemerintah Daerah Menyelenggarakan Acara Di Hotel

Adanya larangan dari Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara danReformasiBirokrasi


(Menpan RB) Yuddy Chrisnandi untuk melarang pemerintah daerah
menggelarkegiatan/acara di hotel. Larangan tersebut `bertujuan untuk mengefesiensikan
anggaran.Namun, ternyata larangan itu member efek pada Pemkot Surabaya yang
mengkibatkan pendapatan pajak tak sesuai target.

2. Persaingan Antar Pengelola Hotel Semakin Ketat Untuk Menurunkan Harga

Semakin banyaknya jumlah hotel di Surabaya membuat para pengelola hotel bersaing
untuk mencari jalan yang solutif agar hotelnya tetap menghasilkan pendapatan. Beberapa
pengelolaan menurunkan tariff kamar di hotelnya atau memberikan promo-promo kepada
pelanggan. Namun cara tersebut akan memberikan efek pada Pemkot Surabaya karena
jumlah pajak hotel yang akan diterima juga semakin sedikit.

3. Kurang Optimalnya Pengawasan Di Lapangan.

Bahwa masih ada kerancuan dalam mana yang tergolong WajibPajak Hotel, karena
rumah kos dengan kamar lebih dari 15 (lima belas) belum terdaftar sebagai WP Hotel.

9
Dengan kerancuan tersebut menyebabkan kurangnya kesadaran WP dalam membayar
pajak.

4. Tidak Transparasi terhadap Pendapatan Pajaknya

Ketidak transparasian suatu Pajak Hotel terhadap Pendapatan Pajak yang diterimanya
menyebabkan kesulitan aparatur pajak dalam mencapai targetnya untuk meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah, ketidaktransparasian ini disebabkan wajib pajak tidak
melaporkan keselurahan jumlah pajak yang harus dibayarkan atau tidak sesuai dengan
pendapatan yang diterimanya jika diliat dari kegiatan operasi kerja dan jumlah
pengunjung Pajak Hotel. Ketidak transparasian ini sering dilakukan oleh wajib pajak
agar pajak yang dibayarkan tidak terlalu tinggi atau dibawah target yang telah
ditentukan.
Dilihat dari dua fungsi pajak yaitu Fungsi Budgetair dan Fungsi Regulared, dalam
pencapaian anggaran dan dalam mengatur pajaknya tidak dapat tercapai terlihat dari
ketidak transparasian pelaporan pajak yang mengakibatkan penerimaan pajak untuk
negara tidak efektif menandakan bahwa adanya manajemen hotel dalam melaporkan
pajaknya tidak sesuai dengan fungsi pajak yang ada sehingga berpengaruh terhadap
pencapaian realisasi pajak yang semakin menurun tidak sesuai dengan target yang
dilaporkan.

5. Kesalahan Administrasi Manajemen Hotel

Kesulitan pada saat pemungutan Pajak Hotel yang sering menjadi alasan pihak hotel
adalah adanya Kesalahan Administrasi Manajemen Hotel, pihak hotel sebagai wajib
pajak telah membayarkan dan melaporkan pajaknya tetapi jumlah yang dilaporkan sering
tidak sesuai dengan realisasi yang dilaporkan kepada aparatur pajak.
Alasannya karena adanya kesalahan dari administrasi manajemen hotel dalam
melaporkan jumlah penerimaan omzet sehingga pajak yang dilaporkan tidak sesuai.
Kesalahan Administrasi Manajemen Hotel juga bisa terjadi karena pihak manajemen
hotel memang tidak ingin melaporkan pajaknya karena mempunyai manajemen pajak
sendiri

10
3.2 Dampak dari Permasalahan Pengoptimalan Pajak Hotel pada Pendapatan
Daerah Kota Surabaya

Dampak dari ketiga permasalahan di atas, adanya larangan untuk pemerintah daerah
menyelenggarakan acara di hotel, persaingan antar pengelola hotel semakin ketat,dan kurang
optimalnya pengawasan di lapangan mengakibatkan target penerimaan pajak hotel yang telah
ditetapkan oleh pemerintah daerah tidak tercapai yang memungkinkan adanya penurunan
pada PendapatanAsli Daerah (PAD) . Seperti di Kota Surabaya pada tahun 2015 target
penerimaan pajak hotel yang seharusnya sebesar Rp 200 Miliar pada kenyataannya hanya
terealisasi sebesarRp 187 Miliar, hal ini dapat dikatakan bahwa penerimaan pajak hotel jauh
dari nilai yang ditargetkan.

Namun, dengan adanya penurunan penerimaan pajak hotel tidak secara pasti dapat
menurunkan PendapatanAsli Daerah (PAD) apabila sektor penerimaan pajak yang lainnya
dapat membantu menunjang peningkatan pada PendapatanAsli Daerah (PAD) daerah
tersebut. Seperti pada tahun 2015 total Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Surabaya
berhasil melampaui target, padahal terjadi penurunan penerimaan pajak hotel, hal ini karena
di beberapa sektor penerimaan pajak seperti, pajak restoran, pajak air bawah tanah, dan
beberapa pajak lainnya mengalami peningkatan.

3.3 Cara Mengatasi Permasalahan Pengoptimalan Pajak Hotel di Kota Surabaya

1. Mengalihkan pendapatan pajak hotel ke sektor pajak lain

Penerimaan pajak hotel yang menurun sebagai akibat adanya penurunan tarif kamar hotel
dengan cara memberikan promosi berupa iklan yang diterbitkan pihak hotel berupa
reklame baik selebaran, spanduk maupun baliho. Maka sejalan dengan itu, penerimaan
pajak yang seharusnya sepenuhnya ada pada pajak hotel dialihkan kepada pajak reklame
sehingga target penerimaan pajak daerah tetap terpenuhi dan tidak menurunkan
penerimaan pajak daerah Kota Surabaya.

2. Penyediaan pranata hukum atau peraturan daerah dan sosialisai kepada masyarakat
atau Wajib Pajak.

11
Menyiapkan strategi dengan menyediakan pranata hukum yang diatur pada peraturan
daerah yang memuat dan mengatur tentang Pajak Hotel sebagai tindak lanjut dari
diberlakunnya Undang-undang nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah dan melakukan sosialisasi tentang isi dari pranata hukum dan Undang-undang
tesebut agar masyarakat dapat memahami keseluruhan tentang apa yang dibahas
didalamnya sehingga tidak timbul kerancuan pada masyarakat sebagai wajib pajak untuk
menghitung dan melaporkan pajak yang seharusnya dibayar.

3. Pelaksanaan Silent.

Tidak transparansinya pendapatan pajak dan kesalahan administrasi yang mempengaruhi


pencapaian target dan realisasi yang tidak sesuai menyebabkan aparatur pajak mengalami
kesulitan dapat mencapai targetnya, karena itu aparatur pemungut Pajak Hotel dan
melaksanakan silent atau pemantauan secara diam-diam. Untuk melihat bagaimana kinerja
wajib Pajak Hotel dan peningkatan pendapatan dalam waktu tertentu sehingga dengan
diadakan pelaksanaan silent atau pemantauan secara diam-diam diharapkan dapat menjadi
pengawasan yang lebih efektif dan prima.

4. Sanksi Administrasi Perpajakan

Sanksi Adminstrasi Pajak akan dikenakan apabila wajib pajak tidak menaati tatacara
pembayaran pajak yang sudah ditentukan dan diatur dalam UU Nomor 28 Tahun 2009 dan
Peraturan Daerah tentang pajak daerah pasal 57. Pasal 57 ayat 2 menyatakan bahwa jika
SKPDKB diterbitkan dalam hal berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak
yang terutang atau kurang dibayar dikenai sanksi administrasi berupa bunga 2% setiap
bulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling
lama 24 bulan, dihitung sejak saat terutangnya pajak. Tetapi apabila SKPDKB diterbitkan
karena wajib pajak dengan sengaja tidak mengisi SPTPD, pajak yang dihitung secara
jabatan maka berdasarkan pasal 57 ayat 5 akan dikenakan sanksi administrasi berupa
kenaikan sebesar 25% dari pokok pajak ditambah sanksi administrasi bunga sebesar 2%
setiap bulan, dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu
paling lama 24 bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak.

12
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Dalam pemungutan pajak daerah oleh Pemerintah Kota Surabaya khususnya dalam Pajak
Hotel ini tentu banyak dihadapkan pada berbagai macam masalah yang membuat penerimaan
Pajak Hotel dalam dua tahun berturut-turut mengalami penurunan. Masalah-masalah yang
timbul dalam pengoptimalan pajak hotel antara lain, yaitu:

1. Adanya Larangan Untuk Pemerintah Daerah Menyelenggarakan Acara Di Hotel


2. Persaingan Antar Pengelola Hotel Semakin Ketat Untuk Menurunkan Harga
3. Kurang Optimalnya Pengawasan Di Lapangan.
4. Tidak Transparasi terhadap Pendapatan Pajaknya
5. Kesalahan Administrasi Manajemen Hotel

Namun, dengan adanya penurunan penerimaan pajak hotel tidak secara pasti dapat
menurunkan PendapatanAsli Daerah (PAD) apabila sektor penerimaan pajak yang lainnya
dapat membantu menunjang peningkatan pada PendapatanAsli Daerah (PAD) daerah
tersebut. Seperti pada tahun 2015 total Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Surabaya
berhasil melampaui target, padahal terjadi penurunan penerimaan pajak hotel, hal ini karena
di beberapa sektor penerimaan pajak seperti, pajak restoran, pajak air bawah tanah, dan
beberapa pajak lainnya mengalami peningkatan.

Cara mengatasi permasalahan pengoptimalan pajak hotel tersebut, dapat dilakukan


dengan:

1. Mengalihkan pendapatan pajak hotel ke sektor pajak lain


2. Penyediaan pranata hukum atau peraturan daerah dan sosialisai kepada masyarakat
atau Wajib Pajak.
3. Pelaksanaan Silent
4. Sanksi Administrasi Perpajakan

13
DAFTAR PUSTAKA

Amaluddin. Dua Tahun Berturut-turut Pendapatan Pajak Hotel Rendah di Surabaya.


Diakses pada tanggal 3 Desember 2016.
http://jatim.metrotvnews.com/read/2016/01/19/472066/dua-tahun-berturut-turut-pendapatan-
pajak-hotel-rendah-di-surabaya.

Pos, Madiun. Hotel di Surabaya Ditarget Pemkot Pajak Rp 223 Miliar. Diakses pada
tanggal 3 Desember 2016 http://www.madiunpos.com/2016/01/21/hotel-di-surabaya-ditarget-
pemkot-pajak-rp223-miliar-683237

Beritaterkini.id. Capaian PAD Surabaya Lampaui Target. Diakses pada tanggal 3


Desember 2016. http://www.beritaterkini.id/2016/01/12/capaian-pad-surabaya-2015-lampaui-
target/

Putri, Nadyah Lintang. Universitas Negeri Surabaya. Peranan Faktor-Faktor yang


Mempengaruhi Penurunan Kontribusi Pajak Hotel pada Pendapatan Asli Daerah Kota
Surabaya. Diakses pada tanggal 3 Desember 2016.
http://ejournal.unesa.ac.id/article/15240/57/article.pdf

Universitas Negeri Medan. Diakses pada tanggal 3 Desember 2016.


http://digilib.unimed.ac.id/3923/9/9.%20082188630083%20Bab%20I.pdf

14

Anda mungkin juga menyukai