MANAJEMEN PERSEDIAAN
(Inventory Management)
Dosen Pembimbing :
Dr. Husnah, S.E.,M.Si
Disusun oleh
Nama : MARLINA BR TARIGAN
NPM :
2015
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI.............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Tujuan Penulisan.........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen Persediaan........................................................................3
B. Karakteristik Persediaan...........................................................................................3
C. Fungsi Persediaan.......................................................................................................4
D. Tujuan Persediaan.......................................................................................................4
E. Pengendalian Persediaan..........................................................................................6
F. Tujuan Pengendalian Persediaan............................................................................6
G. Sistem Pengedalian Persediaan..............................................................................7
H. Keputusan dalam Manajemen Persediaan...........................................................7
I. Model Model Tingkat Persediaan Optimal.........................................................10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................23
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan resume ini dengan baik
dan tepat waktu.
Resume ini disusun secara mandiri untuk memenuhi salah satu tugas dari
mata kuliah Manajemen Keuangan. Resume ini diharapkan dapat mempertajam
wawasan serta kajian mengenai Manajemen Keuangan secara khusus mengenai
Manajemen Persediaan.
Akhirnya, saya selaku penyusun resume berharap agar resume ini dapat
memberikan manfaat bagi para pembaca. Tiada gading yang tak retak, kami
menyadari bahwa penulisan maupun penyususnan resume ini masih memiliki
kekurangan di dalamnya, meskipun telah diusahakan semaksimal mungkin. Untuk
itu, seluruh saran dan kritik yang membangun untuk penyempurnaan makalah ini
sangat diharapkan.
Penulis
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu fungsi manajerial yang sangat penting dalam operasional suatu
perusahaan adalah pengendalian persediaan (inventory control), karena kebijakan
persediaan secara fisik akan berkaitan dengan investasi dalam aktiva lancar di satu
sisi dan pelayanan kepada pelanggan di sisi lain. Pengaturan persediaan ini
berpengaruh terhadap semua fungsi bisnis (operation, marketing, dan finance).
Berkaitan dengan persediaan ini terdapat konflik kepentingan diantara fungsi
bisnis tersebut. Finance menghendaki tingkat persediaan yang rendah, sedangkan
Marketing dan operasi menginginkan tingkat persediaan yang tinggi agar
kebutuhan konsumen dan kebutuhan produksi dapat dipenuhi.
Persediaan dapat diartikan sebagai stok barang yang akan dijual atau
digunakan untuk periode tertentu. Tanpa adanya persediaan, perusahaan akan
dihadapkan pada sebuah risiko, tidak dapat memenuhi keinginan para
konsumennya. Persediaan dapat muncul secara sengaja maupun tidak disengaja.
Secara sengaja berarti adanya perencanaan untuk mengadakan persediaan,
sedangkan secara tidak sengaja biasanya terjadi apabila persediaan ada akibat
barang tidak terjual yang disebabkan rendahnya permintaan.
Masalah persediaan termasuk masalah yang cukup krusial dalam
operasional perusahaan. Sebab apabila terjadi kekurangan persediaan, proses
produksi sebuah perusahaan dapat terhenti. Sebaliknya apabila terlalu banyak
persediaan (over stock) dapat berakibat meningkatnya beban biaya guna
menyimpan dan memelihara bahan selama penyimpanan di gudang padahal
barang tersebut masih mempunyai opportunity cost (dana yang bisa
diinvestasikan pada hal yang lebih menguntungkan). Sasaran sebuah perusahaan
sebenarnya bukanlah untuk mengurangi atau meningkatkan persediaan
(inventory), tetapi untuk memaksimalkan keuntungan.
Berkaitan dengan kondisi di atas, maka perlu ada pengaturan terhadap
jumlah persediaan, baik bahan-bahan maupun produk jadi, sehingga kebutuhan
1
proses produksi (perusahaan) maupun kebutuhan konsumen dapat dipenuhi. Tujuan
utama dari pengendalian persediaan adalah agar perusahaan selalu mempunyai
persediaan dalam jumlah yang tepat, pada waktu yang tepat, dan dalam spesifikasi
atau mutu yang telah ditentukan sehingga kontinuitas usaha dapat terjamin (tidak
terganggu). Hal ini sejalan dengan prinsip manajemen persediaan yaitu besarnya
jumlah investasi (bahan baku) yang tepat dan waktu pemesanan yang tepat.
Manajemen persediaan dianggap vital untuk memberikan informasi yang
berguna bagi perusahaan. Apabila terjadi kesalahan dalam pencatatan persediaan,
maka akan mengakibatkan kesalahan dalam menentukan besarnya laba
perusahaan yang diperoleh. Jika persediaan akhir dinilai terlalu rendah dan
mengakibatkan harga pokok barang yang dijual terlalu rendah, maka pendapatan
bersih akan mengalami penurunan. Begitu juga dengan lamanya persediaan yang
tersimpan di gudang akan mempengaruhi besar/kecilnya biaya. Segala
kemungkinan dapat terjadi diantarnaya kerusakan yang mengakibatkan kerugian
dan hingga persediaan yang kadaluarsa sehingga tidak dapat dijual.
Dari penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa manajemen persediaan
sangat penting artinya bagi perusahaan. Dalam hal ini penulis merasa tertarik
untuk lebih mengetahui dan memahami bagaimana teori-teori manajemen
persediaan diapliasikan secara benar dalam suatu perusahaan agar membawa
manfaat yang baik dalam pencapaian laba yang diinginkan. Oleh sebab itu penulis
akan mengkaji lebih dalam mengenai manajemen persediaan melalui sebuah studi
pustaka yang dituangkan dalam sebuah resume
B. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian dari manajemen persediaan dan fungsinya.
2. Mengetahui karakteristik persediaan.
3. Mengetahui pengendalian persediaan.
4. Mengetahui model-model tingkat persediaan yang optimal.
2
BAB II
PEMBAHASAN
B. Karakteristik Persediaan
Persediaan sebagai kekayaan perusahaan, memiliki peranan penting
dalam operasi bisnis. Persediaan memiliki dua karakteristik penting, yakni:
1. Persediaan tersebut merupakan milik perusahan.
3
2. Persediaan tersebut siap dijual kepada para konsumen. Persediaan
dimiliki oleh perusahaan dagang dan perusahaan industri.
1. Perusahaan dagang (merchandise inventory) hanya ada persediaan barang
dagangan (finished goods).
2. Perusahaan industri (manufacturing) memiliki persediaan yang terdiri atas:
a) Persediaan bahan baku (raw materials), yaitu persediaan yang
diperoleh dari sumber-sumber alam, atau dibeli dari para supplier dan
atau dibuat sendiri oleh perusahaan untuk diproses/dirubah menjadi
barang setengah jadi dan akhirnya barang jadi atau produksi akhir dari
perusahaan.
b) Barang dalam proses (work in process), yaitu keseluruhan barang yang
digunakan dalam proses produksi, tetapi masih membutuhkan proses
lebih lanjut untuk menjadi barang yang siap dijual (barang jadi).
c) Barang jadi (finished goods), yaitu persediaan barang-barang yang
telah selesai diproses oleh perusahaan, tetapi masih belum terjual.
d) Barang pembantu (supplies), yaitu persediaan barang-barang yang
diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak merupakan bagian atau
komponen barang jadi.
e) Persediaan suku cadang (purchased/components parts), yaitu
persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang
diperoleh dari perusahaan lain, dimana secara langsung dapat dirait
menjadi suatu produk.
C. Fungsi Persediaan
Tujuan manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara
investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan. Persediaan dapat melayani
beberapa fungsi yang akan menambahan fleksibilitas operasi perusahaan. Fungsi
persediaan menurut Rangkuti (2007), yaitu:
1. Fungsi Decoupling, untuk membantu perusahaan agar bisa memenuhi
permintaan langganan tanpa tergantung pada supplier.
4
2. Fungsi Economic Lot Sizing, persediaan ini perlu mempertimbangkan
penghematan-penghematan (potongan pembelian, biaya pengangkutan per
unit lebih murah dan sebagainya) karena perusahaan melakukan pembelian
dalam kuantitas yang lebih besar, dibandingkan dengan biaya-biaya yang
timbul karena besarnya persediaan (biaya sewa gudang, investasi, risiko
dan sebagainya)
3. Fungsi Antisipasi, untuk mengantisipasi dan mengadakan permintaan
musiman (seasonal inventories), menghadapi ketidakpastian jangka waktu
pengiriman dan untuk menyediakan persediaan pengamanan (safety stock).
D. Tujuan Persediaan
Pada prinsipnya semua perusahaan yang melaksanakan proses produksi akan
menyelenggarakan persediaan bahan baku untuk kelangsungan proses produksi
dalam perusahaan tersebut. Beberapa hal yang menyangkut tujuan
menyelenggarakan persediaan bahan baku adalah:
1) Bahan yang akan digunakan untuk melaksanakan proses produksi
perusahaan tersebut tidak dapat dibeli atau didatangkan secara satu per
satu dalam jumlah unit yang diperlukan perusahaan serta pada saat barang
tersebut akan dipergunakan untuk proses produksi perusahaan tersebut.
Bahan baku tersebut pada umumnya akan dibeli dalam jumlah tertentu,
dimana jumlah tertentu ini akan dipergunakan untuk menunjang
pelaksanaan proses produksi perusahaan yang bersangkutan dalam
beberapa waktu tertentu pula. Dengan keadaan semacam ini maka bahan
baku yang sudah dibeli oleh perusahaan namun belum dipergunakan untuk
proses produksi akan masuk sebagai persediaan bahan baku dalam
perusahaan tersebut.
2) Apabila perusahaan tidak mempunyai persediaan bahan baku, sedangkan
bahan baku yang dipesan belum dating, maka proses produksi dalam
perusahaan tersebut akan terganggu. Ketiadaan bahan baku tersebut akan
mengakibatkan terhentinya pelaksanaan proses produksi pengadaan bahan
baku dengan cara tersebut akan membawa konsekuensi bertambah
5
tingginginya harga beli bahan baku yang dipergunakan oleh perusahaan.
Keadaan tersebut tentunya akan membawa kerugian bagi perusahaan.
3) Untuk menghindari kekurangan bahan baku tersebut, maka perusahaan
dapat menyediakan bahan baku dalam jumlah yang banyak. Tetapi
persediaan bahan baku dalam jumlah besar tersebut akan mengakibatkan
terjadinya biaya persediaan yang semakin besar pula. Semakin besarnya
biaya ini berarti akan mengurangi keuntungan perusahaan. Disamping itu,
risiko kerusakan bahan juga akan bertambah besar apabila persediaan
bahan bakunya besar (Ahyari, 2003).
E. Pengendalian Persediaan
Pengendalian persediaan bahan baku merupakan suatu kegiatan untuk
menentukan tingkat dan komposisi dari persediaan bahan baku dan barang hasil
produksi dengan efektif dan efisien.
Semakin tidak efisien pengendalian persediaan, semakin besar tingkat
persediaan yang dimiliki oleh suatu perusahan. Oleh karena itu perlu
dipertimbangkan dua aspek yaitu keluwesan dan tingkat persediaan dalam
mengendalikan persediaan.
Pengendalian persediaan merupakan serangkaian kebijakan pengendalian
untuk menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan waktu yang tepat
melakukan pesanan untuk menambah persediaan dan berapa besar pesanan yang
harus diadakan.
6
3) Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena
mengakibatkan biaya pemesanan yang tinggi.
Pengendalian persediaan bertujuan untuk menentukan dan menjamin
tersedianya persediaan yang tepat dalam kuantitas dan waktu yang tepat.
7
Untuk menjawab pertanyaan kapan melakukan pemesanan, dapat dilakukan
dengan tiga pendekatan, yaitu:
1) Pendekatan titik pemesanan kembali (reorder point approach)
2) Pengekatan tinjauan periodik (periodic review approach)
3) Material requitment planning (MRP)
Adapun biaya dalam keputusan persediaan terdapat lima kategori, sebagai
berikut:
a. Biaya pemesanan (ordering cost)
Biaya pemesanan (ordering cost) merupakan biaya untuk melakukan
pemesanan dan menerima barang pesanan, tidak dipengaruhi oleh jumlah
persediaan rata-rata (biaya tetap). Ordering akan semakin kecil jika jumlah
yang dipesan makin besar. Ket : O = Jumlah FC untuk setiap pemesanan
8
e. Biaya bahan atau barang itu sendiri
Adalah harga yang harus dibayar atas item yang dibeli. Biaya ini akan
dipengaruhi oleh besarnya diskon yang diberikan oleh supplier.
9
I. Model-model Tingkat Persediaan Optimal
A) Persediaan Pengaman (Safety Stock)
Safety stock atau disebut juga persediaan besi (iron stock) bermakna persediaan
minimum yang harus ada dalam perusahaan untuk menjaga kontinuitas perusahaan.
Untuk menentukan persediaan pengaman ini dipergunakan alanilisis statistic dengan
melihat dan memperhitungkan penyimpangan-penyimpangn yang sudah terjadi antara
perkiraan bahan baku dengan pemakaian sesungguhnya sehingga dapat diketahui
besarnya standar dari penyimpangan tersebut. Manajemen perusahaan akan
menentukan seberapa jauh penyimpangan-penyimpangan yang terjadi tersebut agar
dapat ditolelir. Jika persediaan pengaman terlalu banyak akan mengakibatkan
perusahaan menanggung biaya penyimpanan terlalu mahal. Oleh keran itu,
perusahaan harus dapat menentukan besarnya safety stock secara tepat. Faktor-faktor
yang mempengaruhi besarnya safety stock adalah :
Untuk menaksir besarnya safety stock, dapat menggunakan rumus berikut ini:
B) Metode ABC
Merupakan pendekatan sederhana dalam manajemen persediaan dengan ide
dasar adalah membagi persediaan menjadi tiga atau lebih kelompok. Dibalik ide ini
adalah bahwa perusahaan dapat menggunakan bahan baku yang relatif mahal (high
tech) dan beberapa bahan baku yang relatif murah juga. Misalnya kelompok A :
tingkat persediaan dibiarkan rendah, C: karena bahan mentah relatif murah, maka
tingkat persediaan tinggi, B: rata-rata.
Sudana (2011) mengatakan bahwa klasifikasi ABC merupakan konsep untuk
mengendalikan persediaan, yang mana persediaan barang yang mahal memerlukan
pengendalian yang lebih ketat dibandingkan dengan persediaan yang murah. Pada
umumnya, perusahaan memiliki jenis persediaan yang sangat beragam ditinjau dari
harga maupun kontribusinya terhadap penjualan. Tidak ada satu metode
10
manajemen persediaan pun yang diterapkan untuk semua jenis persediaan. Oleh
karena itu, penerapan suatu metode manajemen persediaan terntentu perlu
disesuaikan dengan jenis persediaannya. Agar manajemen persediaan dapat
dilakukan dengan tepat, persediaan tersebut perlu dikelompokkan berdasarkan
harga dan kontribusinya terhadap penjualan. Salah satu cara untuk
mengelompokkan persediaan dikenal dengan nama klasifikasi ABC.
Prinsip manajemen persediaan menerapkan klasifikasi ABC adalah semua
persediaan harus bias dimasukkan ke dalam salah satu kelompok persediaan, yaitu:
a) Kelompok A, merupakan persediaan yang harga per satuannya tinggi dan
kontribusi terhadap penjualan juga tinggi.
b) Kelompok B, merupakan persediaan yang harganya lebih rendah dari
kelompok A dan kontribusi terhadap penjualan sedang.
c) Kelompok C, merupakan persediaan yang harganya rendah dan kontribusinya
terhadap penjualan juga rendah.
11
menggunakan metode fixed order quantity, yaitu model EOQ. Dengan
menggunakan model EOQ, perusahaan dapat mempertahankan jumlah persediaan
yang paling ekonomis, sehingga menghindari investasi dalam persediaan yang
terlalu besar nilainya.
Persediaan yang termasuk dalam kelompok C dapat dikendalikan dengan
menggunakan metode fixed period order. Perusahaan dapat melakukan
pemesanan misalnya setiap semester atau sekali setahun, jumlah yang dipesan
tergantung pemakaian. Jika pemakaian dalam satu semester meningkat, maka
jumlah yang dipesan juga akan bertambah banyak dan sebaliknya. Contohnya
seperti pengadaan berbagai macam mur atau baut pada sebuah bengkel.
Persediaan yang termasuk dalam kelompok B merupakan komponen
perusahaan yang memiliki karakteristik antara kelompok A dan C. untuk
pengendalian persediaan yang termasuk dalam kelompok B, perusahaan dapat
menggunakan kombinasi antara fixed order quantity dan fixed periode order,
tergantun apakah karakteristik persediaan mendekati kelompok A atau C.
Dalam penerapan klasifikasi ABC, perlakuan pengendalian persediaan untuk
masing-masing kelompok berbeda-beda. Oleh karena itu dalam melakukan
klasifikasi persediaan diperlukan informasi yang cukup dan akurat, agar tidak
terjadi kesalahan. Kesalahan dalam klasifikasi akan berakibat kesalahan pula
dalam perlakuan masing-masing kelompok persediaan, sehingga persediaan tidak
dapat dijalankan secara efektif dan efisien.
12
dengan masalah ini, maka perlu dibahas mengetai Material Requirement Planning
(MRP) dan Just in Time (JIT).
a) MRP
Adalah seperangkat prosedur yang digunakan untuk menentukan tingkat
persediaan untuk permintaan yang tergantung jenis persediaannya seperti
raw material atau work in process. Ide dasarnya adalah ketika tingkat
persediaan barang jadi ditentukan maka dapat ditentukan berapa tingkat
persediaan barang setengah jadi yang harus disediakan juga agar
kebutuhan barang jadi dapat terpenuhi. Dari sini dapat pula ditentukan
berapa persediaan bahan mentah yang harus dimiliki perusahaan.
b) JIT
Sering disebut kanban sistem adalah pendekatan modern untuk
mengelola persediaan yang dipengaruhi besarnya permintaan barang
jadi yang dapat meminimumkan persediaan perusahaan. Hasil dari JIT
adalah bahwa persediaan akan dipesan secara periodic dan lebih sering
Pendekatan JIT dipelopori oleh Toyota di Jepang. Toyota menjaga
persediaan suku cadang seminimum mungkin dengan hanya memesan
persediaan sesuai kebutuhan. Maka pengiriman suku cadang ke pabrik
dilakukan sepanjang hari dengan interval sependek 1 jam. Toyota
mampu sukses beroperasi dengan persediaan yang rendah semacam
itu karena Toyota telah menentapkan rencana untuk menjami
pemogokan, kemacetan lalu lintas, atau bahaya lain yang tidak akan
menghentikan aliran suku cadang dan menghambat produksi. Banyak
perusahaan di Amerika Serikat belajar dari contoh Toyota. Tiga puluh
tahun yang lalu Ford selalu memutar persediaannya sebanyak 5 kali
dalam setahun, sekarang mereka memutarnya lebih dari 20 kali.
Perusahaan juga menemukan bahwa mereka dapat mengurangi
persediaan barang jadi mereka dengan memproduksi barang sesuai
dengan pesanan. Misalnya, Dell Computer menemukan bahwa mereka
tidak perlu sejumlah stok barang jadi. Pelanggannya dapat
menggunakan internet untuk menentukan fitur apa yang mereka
13
inginkan untuk personal computer (PC) mereka. Komputer kemudian
dirangkai sesuai dengan pesanan dan dikirimkan kepada pelanggan.
Tujuan dasar metode JIT adalah untuk menghasilkan atau
menerima item yang diminta pada saat dibutuhkan atau tepat waktu,
atau dengan perkataan lain mengurangi persediaan yang menghasilkan
kualitas produk dan flesibilitas yang berkesinambungan. Oleh karena
itu, dalam sistem JIT semua jenis persediaan akan dikurangi sampai
batas minimum (jika memungkinkan sampai pada titik tidak ada
persediaan sama sekali), namun walaupun persediaan barang atau
bahan tidak dapat dikurangi sampai titik nol, harus dilakukan secara
ketat, sehingga persediaan dapat diminimalkan seminimal mungkin.
Hasil pengurangan biaya persediaan merupakan hasil paling nyata dari
sistem JIT, sehingga memberikan hasil perbaikan dalam produktivitas,
kualitas produk, dan fleksibilitas.
Proses produksi yang menggunakan pengawasan persediaan JIT
idealnya adalah:
a) Membutuhkan sistem informasi perediaan dan produksi
yang tepat.
b) Pembelian dengan efisiensi tinggi.
c) Pemasok yang dapat diandalkan.
d) Sistem pengelolaan yang efisien.
Perbedaan EOQ dengan JIT terletak pada jumlah persediaan yang
paling minimal yang harus disediakan. Dalam sistem JIT persediaan
akan dikurangi sampai titik minimum yang mendekati nol. Disamping
itu, dalam sistem JIT tidak dibenarkan biaya pemesanan yang bersifat
tetap. Mereka yang mendukung pendekatan JIT berpendapat bahwa
persediaan yang banyak tidak akan memecahkan masalah, tetapi hanya
menyamarkan atau menutupi masalah. Kebanyakan dari pengentian
produksi terjadi karena salah satu dari tiga alasan : kegagalan mesin,
kerusakan bahan, dan ketidaksertaan bahan baku, sehingga memiliki
persediaan merupakan salah satu solusi tradisional atas semua maslah
14
tersebut. Namun, JIT dapat memecahkan ketiga masalah tersebut
dengan menekankan pada pemeliharaan total dan pengendalian mutu
total serta membina hubungan baik dengan pemasok.
Untuk menghitung JIT dapat menggunakan rumus :
+ 1+ 2 . 2
X1 =
Ket : X1 = Unit produk yang harus dijual untuk
1
15
melakukan pembelian terlalu sering. Jadi mengemat biaya pembelian
(pemesanan).
b) Namun apabila perusahaan membeli dalam jumlah besar sehingga bias
menghemat pembelian, perusahaan akan menanggung persediaan dalam
jumlah yang besar pula. Hal ini berarti, menanggung biaya penyimpanan
terlalu tinggi.
c) Karena itu, perlu dicari jumlah yang membuat biaya persediaan terkecil.
Biaya persediaan adalah biaya persediaan ditambah biaya pesanan.
Sudana (2011) mengemukakan bahwa dalam model EOQ biaya persediaan
yang dipertimbangkan adalah biaya penyimpanan dan biaya pemesanan. Biaya
penyimpanan persediaan sama dengan biaya pemesanan persediaan. Total biaya
persediaan sama dengan total biaya penyimpanan persediaan ditambah dengan
total biaya pemesanan persediaan.
Total biaya persediaan (TC) = CP (Q/2)+F(S/Q)
TC = C x P(Q/2) + FSQ
EOQ adalah model yang meminimumkan Total Inventory Cost (TIC) atau total
biaya persediaan dan untuk menyederhanakan perhitungan persediaan atau pesanan
16
barang yang optimal. Untuk menyederhanakan perhitungan persediaan tersebut,
dalam model EOQ diperlukan asumsi. Asumsi dari model EOQ ini adalah:
1) Biaya yang relevan untuk perhitungan adalah ordering cost dan carrying
cost.
2) Pesanan untuk mengganti persediaan barang yang dijual selalu dating pada
awal bulan.
3) Untuk sementara stock out tidak diperbolehkan.
4) Permintaan barang dapat diketahui dengan tingkat pemakaian atau
pengeluaran tetap.
Berdasarkan asumsi tersebut, masalah biaya atas persediaan barang akan
ditentukan oleh berapa banyak barang yang dipesan, biaya pesanan, biaya
pemeliharaaan dan biaya penyimpanannya. Banyaknya barang yang dipesan
antara satu pesanan dengan pesanan lain akan sama, dan ditentukan oleh model.
Sedangkan pemakaian atau permintaan barang yang bersifat tetap, menyebabkan
pola tingkat persediaan menyerupai gigi gergaji.
Perilaku ordering cost dan carrying cost ini dapat digambarkan dalam grafik
sebagai berikut:
17
Apabila jumlah persediaan telah diketahu, dapat diasumsikan bahwa
jumlah permintaan dan masa tenggang merupakan bilangan yang konstan dan
diketahui. Berdasarkan asumsi ini dapat dihitung dengan mudah reorder point.
Mempertajam pengertian dan analisis EOQ diberikan contoh kasus sebagai
berikut: Perusahaan ABC akan melakukan pemesanan material sebanyak 1.200 unit
dengan harga Rp. 1.000 per unit. Total biaya pemesanan sebesar Rp. 15.000 untuk
setiap kali pemesanan. Biaya penyimpanan diketahui sebesar 40% dari harga beli.
2 2 15.000 12.000
= =
0,4 1.000
= 300 unit
18
Sumber : Margaretha (2014:158)
19
Dalam penentuan waktu dikenal dua macam biaya, yaitu
1. Biaya penyimpanan tambahan, yaitu biaya yang harus dibayar karena adanya
surplus bahan baku.
2. Biaya kekurangan bahan, yaitu biaya yang harus dibayar karena kekurangan
bahan untuk keperluan proses produksi (biaya untuk bahan baku pengganti).
Agar pembelian bahan yang sudah ditetapkan dalam EOQ tidak mengganggu
kelancaran kegiatan produksi, maka diperlukan waktu pemesanan kembali
bahan baku. Faktor-faktor yang mempengaruhi reorder point adalah:
1. Lead time
2. Tingkat pemakaian bahan baku rata-rata persatuan waktu tertentu.
3. Persediaan pengaman (safety stock)
Berdasarkan ketiga faktor tersebut maka reorder point dapat dihitung menggunakan rumus berikut ini:
=( )+
AU = Average usage = pemakaian rata-rata
SS = Safety Stock
= (2 $125 3.600) 15
= 90.000
20
unit, dengan perkataan lain reorder point = lead time x pemakaian persediaan
perhari
ROP = LD x AU
= 8 x 300/30
= 80 unit
Contoh tersebut dalam kondisi yang bersifat pasti, ketika pesanan datang,
jumlah pesanan adalah sama dengan jumlah pesanan yang ekonomis (EOQ),
pemesanan harus dilakukan sebelum persediaan habis, karena perusahaan harus
selalu memiliki persediaan untuk memperkecil risiko kehabisan persediaan, dan
dibutuhkan waktu untuk melakukan pemesanan sampai barang yang dipesan tiba
di perusahaan. Dengan asumsi bahwa jangka waktu pemesanan (lead time) dan
pemakaian persediaan adalah pasti, maka pesanan persediaan akan datang tepat
ketika jumla persediaan adalah habis atau nol.
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manajemen persediaan sangat penting dalam sebuah perusahaan.
Merencanakan jumlah persediaan untuk di simpan di gudang hingga melakukan
pengontrolan terhadap barang persediaan yang akan digunakan harus dapat di atur
dengan baik sehingga tujuan dapat tercapai. Salah satu alasan perusahaan agar
memiliki persediaan adalah untuk memenuhi permintaan pelanggan, misalnya
menepati tanggal pengiriman.
Persediaan sebagai kekayaan perusahaan, memiliki peranan penting dalam
operasi bisnis. Persediaan memiliki dua karakteristik penting, yakni: Persediaan
tersebut merupakan milik perusahan dam Persediaan tersebut siap dijual kepada
para konsumen.
Pengendalian persediaan sangat penting dalam sebuah perusahaan karena
jika persediaan terlalu banyak maka biaya penyimpanan dan pemeliharaan pun
akan meningkat dan resiko kerusakan pun akan meningkat sehingga menyebabkan
kualitas barang akan menurun. Dan jika jumlah persediaan terlalu sedikit maka
akan menyebabkan proses produksi dapat terganggu dan pesanan tidak daapat
terpenuhi.
Untuk mengendalikanv tingkat persediaan sampai pada tingkat optimal,
dapat digunakan berbagai model diantaranya : Persediaan Pengaman (Safety
Stock), Metode ABC, Just In Time, Metode EOQ (Economic Order Quantity), dan
Reorder Point (ROP).
22
DAFTAR PUSTAKA
Rangkuti, Freddy. 2004. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
_______. 2007. Strategi Promosi Yang Kreatif dan Analisis Kasus Integrated
Marketing Communciation, PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
23