Anda di halaman 1dari 23

MATA KULIAH : STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

MODEL PEMBELAJARAN EMPIRIK (KOOPERATIF BERBAGAI TIPE,


BERBASIS MASALAH, BERBASIS PROYEK DAN SIKLUS BELAJAR)

Oleh
KELOMPOK VII

1. ELIYANA
2. M. FADHIL ADHHAN
3. NORA FIKA SITUMORANG
4. SERGIO SALDANO YUDA

Dosen Pengampu : Drs. Juru Bahasa Sinuraya, M.Pd.

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2017/2018
Berbagai Model Pembelajaran Empirik (Kooperatif Berbagai Tipe, Berbasis
Masalah, Berbasis Proyek, dan Siklus Belajar)

A. Model Pembelajaran Kooperatif


Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori konstruktivisme. Model
pembelajaran ini dikembangkan dari teori konstruktivisme yang lahir dari gagasan Piaget dan
Vygotsky. Menurut Slavin (2007), pembelajaran kooperatif mengajak siswa berinteraksi
secara aktif dan positif dalam berkelompok. Dalam pembelajaran ini membolehkan
pertukaran ide dan pemeriksaan ide sendiri dalam suasana yang sesuai dengan falsafah
konstruktivisme. Dengan demikian, pendidik hendaknya mampu mengkondisikan, dan
memberikan dorongan untuk dapat mengoptimalkan dan membangkitkan potensi siswa,
menumbuhkan aktivitas daya cipta (kreativitas), sehingga akan menjamin terjadinya dinamika
didalam proses pembelajaran.
Peran guru dalam model pembelajaran kooperatif ini sebagai fasilitator yang berfungsi
sebagai jembatan penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi. Guru tidak hanya
memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi juga harus membangun pengetahuan dalam
pikirannya. Siswa memiliki kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam
menerapkan ide-ide mereka.

1. Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif


Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran
dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif
yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.
Pada hakikatnya cooperative learning sama dengan kerja kelompok. Oleh karena itu,
banyak guru mengatakan tidak ada sesuatu yang aneh dalam cooperative learning karena
mereka beranggapan telah biasa melakukan pembelajaran cooperative learning dalam
bentuk kerja kelompok. Walaupun sebenarnya tidak semua belajar kelompok dikatakan
cooperative learning. Berkenaan dalam pengelompokan siswa dapat ditentukan
berdasarkan atas minat dan bakat siswa, latar belakang kemampuan siswa, perpaduan
antara ketiganya. (Rusman, 2011:202).
Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan
oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam pembelajaran kooperatif, yaitu: (1)
adanya peserta dalam kelompok; (2) adanya aturan kelompok; (3) adanya upaya belajar
setiap anggota kelompok; (4) adanya tujuan yang harus dicapai (Sanjaya,2011:241).
Model pembelajaran kooperatif banyak digunakan dan menjadi perhatian, serta
dianjurkan oleh ahli pendidikan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Slavin
(1995) ditemukan bahwa: (1) penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan
sikap toleransi, dan menghargai pendapat orang lain, (2) pembelajaran kooperatif dapat
memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir kritis, memecahkan masalah, dan
mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman, dan keterampilan.
Model pembelajaran kooperatif bisa dilaksanakan manakala:

Guru menekankan pentingnya usaha bersama disamping usaha secara individual

Guru menghendaki seluruh siswa untuk memperoleh keberhasilan dalam belajar

Guru ingin menanamkan bahwa siswa dapat belajar dari teman lainnya

Guru menghendaki siswa mampu mengembangkan kemampuan komunikasi

Guru ingin meningkatkan motivasi siswa dan menambah tingkat partisipasi siswa

Guru menghendaki berkembangnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan


menemukan berbagai solusi pemecahan (Sanjaya,2011:243).
Ada dua komponen pembelajaran kooperatif, yaitu cooperative task atau tugas kerja
sama yang berhubungan dengan suatu hal yang menyebabkan anggota kelompok bekerja
sama untuk menyelesaikan tugas yang diberikan dan cooperative insentive structur atau
struktur insentif kerja sama yang merupakan sesuatu hal yang membangkitkan motivasi
siswa untuk melakukan kerja sama dalam mencapai tujuan kelompok.

2. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif


Karakteristik atau ciri-ciri model pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Pembelajaran secara tim

b. Didasarkan pada manajemen kooperatif


Secara umum, manajemen mempunyai empat fungsi pokok yaitu fungsi
perencanaan (menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan
yang matang misalnya apa tujuan yang harus dicapai dan bagaimana cara mencapainya),
fungsi oraganisasi (menunjukkan pekerjaan yang harus dilakukan secara bersama-sama
dan harus diatur tugas dan tanggung jawab setiap anggota kelompok), fungsi
pelaksanaan (menunjukkan pembelajaran kooperatif harus dilakukan sesuai
perencanaan yaitu sesuai langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan), dan
fungsi kontrol (menunjukkan perlunya menentukan kriteria keberhasilan baik dalam tes
dan nontes).
c. Kemauan untuk bekerja sama

d. Keterampilan bekerja sama


Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam menggunakan model
pembelajaran kooperatif seberti yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini.
Tahap Tingkah Laku Guru
1. menyampaikan tujuan dan Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan
memotivasi siswa memotivasi siswa untuk belajar
2. menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan
demonstrasi atau lewat bahan bacaan
3. mengorganisasikan siswa Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya
dalam kelompok-kelompok membentuk kelompok belajar dan membentuk setiap
belajar kelompok agar melakukan transisi secara efesien
4. membimbing kelompok Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada
belajar untuk bekerja dan saat mereka mengerjakan tugas
belajar
5. Evaluasi Guru mengevalusi hasil belajar tentang materi yang
telah dipelajari atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.
6. Memberikan Penghargaan Guru menggunakan cara-cara yang sesuai untuk
menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu
dan kelompok

3. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif


Terdapat lima prinsip dasar pembelajaran kooperatif, yakni:
a. Prinsip ketergantungan positif, artinya dalam pembelajaran keberhasilan penyelesaian
tugas bergantung pada usaha yang dilakukan oleh setiap anggota kelompok. Oleh
karena itu, semua anggota dalam kelompok akan merasakan saling ketergantungan.
b. Tanggung jawab perseorangan, merupakan konsekuensi dari prinsip yang pertama.
Setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai tugasnya dan
memberikan yang terbaik untuk keberhasilan kelompoknya.
c. Interaksi tatap muka, memberi kesempatan luas untuk setiap anggota kelompok untuk
saling memberikan informasi dan saling membelajarkan, menghargai perbedaan,
memanfaatkan kelebihan dan mengingi kekurangan masing-masing anggota.
d. Partisipasi dan komunikasi, melatih siswa untuk berpartisipasi aktif dan berkomunikasi
dalam kegiatan pembelajaran.
e. Evaluasi proses kelompok, menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok dan bagaimana hasilnya.
4. Prosedur Pembelajaran Kooperatif
Prosedur atau langkah-langkah pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri dari
empat taham, yaitu sebagai berikut:
a. Penjelasan materi, merupakan tahap penyampaian pokok-pokok materi pelajaran
sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan tahap ini adalah pemahaman siswa
terhadap pokok materi pelajaran.
b. Belajar kelompok, tahap ini dilakukan setelah guru memberikan penjelasan materi,
siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk .
c. Penilaian, dapat dilakukan melalui tes atau kuis yang dilakukan secara individu atau
kelompok. Tes individual nantinya akan memberikan informasi kemampuan siswa. Tes
kelompok memberikan informasi kemampuan setiap kelompok.
d. Pengakuan tim, penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau berprestasi untuk
kemudian diberikan penghargaan dengan harapan dapat memotivasi tim untuk terus
berprestasi lebih baik lagi.

5. Berbagai Tipe Model Pembelajaran Kooperatif


Ada beberapa tipe dalam model pembelajaran kooperatif, walaupun prinsip dasar
dari pembelajaran kooperatif tidak berubah, yaitu:
a. Model Student Team Achievement Division (STAD)
Model ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di
Universitas John Hopkin. Dalam STAD, siswa dibagi menjadi kelompok
beranggotakan empat siswa yang heterogen. Guru memberikan suatu pelajaran dan
siswa-siswa didalam kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok bisa
menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya semua siswa menjalani kuis perseorangan
tentang materi tersebut, dan pada saat itu mereka tidak boleh membantu satu sama
lain. Nilai-nilai hasil kuis siswa dibandingkan dengan nilai rata-rata mereka sendiri
yang diperoleh sebelumnya, dan nilai-nilai itu diberi hadiah berdasarkan seberapa
tinggi peningkatan yang mereka capai. Nilai-nilai ini kemudian dijumlahkan untuk
mendapat nilai kelompok, dan kelompok dapat mencapai kriteria tertentu bisa
mendapatkan sertifikat atau hadiah-hadiah tertentu lainnya. Keseluruhan siklus
aktivitas tersebut memerlukan tiga sampai lima kali pertemuan kelas. STAD adalah
yang paling tepat untuk mengajarkan materi-materi pelajaran ilmu pasti.
Langkah-langkah koopertif tipe STAD :
Penyampaian tujuan dan motivasi
Pembagian kelompok (4-5 siswa)
Presentasi dari guru
Kegiatan belajar dalam tim (kerja tim)
Kuis (evaluasi)
Penghargaan prestasi tim
b. Model Jigsaw
Model ini dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot Aronson dan teman-
temannya di Universitas Texas. Arti jigsaw dalam bahasa inggris adalah gergaji ukir
atau ada juga yang menyebutnya dengan istilah puzzle. Pembelajaran kooperatif
model jigsaw ini mengambil pola zigzag yaitu siswa melakukan suatu kegiatan
belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.
Model jigsaw ini dikenal sebagai kooperatif para ahli.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sebagai berikut:
Siswa dikelompokkan 4 orang
Tiap orang dalam tim diberi materi dan tugas yang berbeda
Anggota dari tim yang berbeda, dengan penugasan yang sama membentuk
kelompok baru (kelompok ahli)
Setelah kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan
menjelaskan kepada anggota kelompok tentang subbab yang mereka kuasai
Tiap tim ahli mempersentasikan hasil diskusi
Pembahasan
Penutup
c. Investigasi Kelompok (Group Investigation)
Kooperatif tipe GI dikembangkan oleh Shlomo Sharan dan Yael Sharan di
Universitas Tel Aviv, Israel. Secara umum perencanaan pengorganisasian kelas
dengan tipe GI dibentuk oleh siswa itu sendiri dengan beranggotakan 2-6 orang, tiap
kelompok bebas untuk memilih subtopik dari keseluruhan unit materi yang akan
diajarkan, dan kemudian membuat atau menghasilkan laporan kelompok.
Selanjutnya, setiap kelompok mempresentasikan atau memamerkan laporannya
kepada seluruh kelas untuk berbagi dan saling tukar informasi temuan mereka.
Model pembelajaran kooperatif tipe GI langkah-langkah pembelajarannya
adalah:
Mengindentifikasi topik dan mengorganisasikan siswa dalam kelompok kecil yang
terdiri dari 5 siswa
Merencanakan tugas-tugas belajar (direncanakan bersama-sama oleh para siswa
dalam kelompok masing-masing, meliputi apa yang diselidiki, bagaimana
melakukannya)
Siswa melaksanakan investigasi (siswa mencari informasi, menganalisis data, dan
membuat kesimpulan)
Siswa menyiapkan laporan akhir
Mempersentasikan laporan akhir
Evaluasi

d. Model Make a Match (Membuat Pasangan)


Tipe ini dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan
model kooperatif tipe ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai
suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Penerapannya dimuali
dengan teknik, yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan
jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya
diberi poin.
Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut:
Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep/topik yang cocok
untuk sesi review ( satu sisi kartu berupa kartu soal dan sisi sebaliknya berupa
kartu jawaban)
Setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu
yang dipegang
Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya
(kartu soal/kartu jawaban)
Siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin
Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang
berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya
Kesimpulan
e. Model TGT (Teams Games Tournament)
Permainan dalam TGT dapat berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada
kartu-kartu yang diberi angka. Tiap siswa akan mengambil sebuah kartu yang diberi
angka dan berusaha untuk menjawab pertanyaan tersebut. Dalam TGT siswa
memainkan permainan denagn anggota-anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi
tim mereka masing-masing. Menurut Slavin pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri
dari lima langkah tahapan yaitu tahap penyajain kelas, belajar dalam kelompok,
permaianan, pertandingan, dan penghargaan kelompok.
f. Model Struktural
Pendekatan Struktural yang meliputi Think Pair Share (TPS) dan Numbered
Head Together (NHT). Terdapat enam komponen utama dalam pembelajaran
kooperatif tipe pendekatan struktural yakni:
Struktur dan konstruk yang berkaitan (pendekatan struktural menyatakan bahwa
ada hubungan kuat antara yang siswa lakukan dengan yang dipelajarinya,
konstruksi dan pemerolehan pengetahuan merupakan fungsi dari interaksi siswa)
Prinsip-prinsip dasar, yaitu interaksi serentak, partisipasi sejajar, interdepensi
positif, akuntabilitas perseorangan
Pembentukan kelompok dan pembentukan kelas
Kelompok (tipe kelompok ada empat: kelompok heterogen, kelompok acak,
kelompok minat, kelompok bahsa homogen)
Tata kelola yakni interaksi antar siswa, pengenalan kelompok, susunan tempat
duduk, tingkat suara, pemberian arahan
Keterampilan social
Tabel : Perbandingan Karakteristik Berbagai Tipe Model Pembelajaran Kooperatif
Investigasi Pendekatan
STAD Jigsaw
Kelompok Strukural
Informasi Informasi Informasi Informasi akademik
akademik akademik akademik tingkat sederhana
Tujuan
sederhana sederhana tinggi &
Kognitif
keterampilan
inkuiri
Kerja Kerja Kerja sama Keterampilan
Tujuan
kelompok dan kelompok dan dalam kelompok kelompok &
Sosial
kerja sama kerja sama kompleks keterampilan social
Kelompok Kelompok Kelompok Bervariasi, berdua,
belajar belajar belajar heterogen bertiga, kelompok
heterogen heterogen dengan 5-6 dengan 4-5 orang
dengan 4-5 dengan 5-6 anggota anggota
orang anggota orang anggota homogen
Struktur
menggunakan
Tim
pola
kelompok
asal &
kelompok
ahli
Pemilihan Biasanya guru Biasanya guru Biasanya guru Biasanya guru
Topik
Tugas Siswa dapat Siswa Siswa Siswa
Utama menggunakan mempelajari menyelesaikan mengerjakan tugas-
lembar kegiatan materi dalam inkuiri kompleks tugas yang
& saling kelompok diberikan secara
membantu ahli sosial dan kognitif.
untuk kemudian
menuntaskan membantu
materi anggota
belajarnya kelompok asal
mempelajari
materi itu
Tes mingguan Bervariasi Menyelesaikan Bervariasi
dapat berupa proyek dan
tes mingguan menulis laporan,
Penilaian
dpat
menggunakan tes
essay
Lembar Publikasi lain Lembar Bervariasi
Pengakuan pengetahuan & pengakuan dan
publikasi lain publikasi lain

B. Model Pembelajaran Berbasis Masalah


Model ini tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-
banyaknya kepada siswa. Pembelajaran berbasis masalah (PBM) memfasilitasi keberhasilan
memecahkan masalah, komunikasi, kerja kelompok, dan keterampilan
interpersonal. Pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran untuk membantu
siswa mengembangkan keterampilan berfikir dan ketrampilan pemecahan masalah. Guru
menyampaikan masalah kehidupan nyata yang berkaitan dengan pembelajaran kemudian
siswa mendiskusikannya dan mempresentasikan hasil karya. Siswa dilatih untuk menyusun
pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan ketrampilan yang lebih tinggi, dan
memandirikan siswa. Sehingga perhatian pembelajaran tidak hanya pada perolehan
pengetahuan deklaratif, tetapi juga perolehan pengetahuan prosedural.
1. Teori yang Melandasi Pembelajaran Berbasis Masalah
Selain teori belajar kontruktivisme, ada beberapa teori belajar lainnya yang
melandasi model PBM, yakni:
a. Teori Belajar Bermakna dari David Ausubel
b. Teori Belajar Vygotsky
c. Teori Belajar Jerome S. Bruner (Bruner terkenal dengan metode penemuannya, yang
dimaksud dengan penemuan disini adalah siswa menemukan kembali, bukan
menemukan yang sama sekali benar-benar baru).
2. Konsep Dasar dan Karakteristik Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Model PBM dapat diartikan sebagi rangkaian aktivitas pembelajaran yang
menekankan pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Terdapat 3
ciri utama dari model ini, yaitu:
a. Model pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran,
artinya dalam implementasinya, ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa.
Siswa tidak hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi
pelajaran, tetapi melalui model pembelajaran berbasis masalah siswa aktif berpikir,
berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan.
b. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah.
c. Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah.
Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya melalui
tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya didasarkan pada data dan fakta
yang jelas (Sanjaya, 2011:214).
Kriteria pemilihan materi bahan pelajaran dalam model PBM, sebagai berikut:
Bahan yang dipilih bersifat conflict issue.
Bahan yang dipilih bersifat umum sehingga tidak terlalu asing bagi siswa.
Bahan tersebut mendukung tujuan pengajaran dan pokok bahasan dalam kurikulum
sekolah.
Bahan tersebut merangsang perkembangan kelas yang mengarah pada tujuan yang
dikehendaki.
Bahan tersebut menjamin kesinambungan pengalaman belajar siswa (W.Gulo,
2011:114).
3. Tahapan-tahapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Sintaks model pembelajaran berdasarkan masalah
Fase Peran Guru
1. Orientasi siswa kepada Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan
masalah segala hal yang akan dibutuhkan, memotivasi siswa
terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang
dipilihnya
2. Mengorganisasi siswa Guru membantu siswa mendefinisikan dan
untuk belajar mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah
3. Membimbing Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan
penyelidikan individual informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen atau
maupun kelompok pengamatan untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah
4. Mengembangkan dan Guru membantu siswa dalam merencanakan dan
menyajikan hasil karya menyiapkan karya yang sesuai, melaksanakan
eksperimen atau pengamatan untuk mendapatkan
penjelasan dan pemecahan masalah
5. Menganalisis dan Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau
mengevaluasi proses evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-
pemecahan masalah proses yang mereka gunakan
Kelebihan model pembelajaran berbasis masalah:
a. Model PBL merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.
b. Model PBL dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk
menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
c. Model PBL dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
d. Model PBL dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk
memahami masalah dalam kehidupan nyata.
e. Model PBL dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan
bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Disamping itu,
pemecahan masalah juga mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap
hasil maupun proses belajarnya.
f. Model PBL dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.
g. Model PBL dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan
mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
h. Model PBL dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan
pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
i. Model PBL dapat menegembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar
(Sanjaya, 2011:220).
Kelemahan model pembelajaran berbasis masalah:
a. Memerlukan kemampuan dan keterampilan guru untuk menentukan masalah dengan
tingkat kesulitan yang sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman belajar yang dimiliki
siswa.
b. Model ini memerlukan waktu yang cukup banyak dalam persiapan maupun
pelaksanaannya.
c. Memerlukan berbagai sumber belajar merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.

C. Model Pembelajaran Berbasis Proyek


Model pembelajaran berbasis Proyek (Project Based Learning) merupakan sebuah
model pembelajaran yang sudah banyak dikembangkan di negara-negara maju seperti
Amerika Serikat.
Definisi secara lebih komperehensif,menurut The George Lucas Educational Foundatio
n (2005) Project-based learning asks a question or poses a problem that each student can
answer. Project Based Learning adalah model pembelajaran yang menuntut pengajar dan atau
peserta didik mengembangkan pertanyaan penuntun (a guiding question). Mengingat bahwa
masing-masing peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda, maka Project Based
Learning memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi)
dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen
secara kolaboratif. Hal ini memungkinkan setiap peserta didik pada akhirnya mampu
menjawab pertanyaan penuntun.
Pembelajaran berbasis proyek adalah suatu model atau pendekatan pembelajaran yang
inovatif, yang menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks.
Pembelajaran berbasis proyek adalah penggunaan proyek sebagai model pembelajaran.
Proyek-proyek meletakkan siswa dalam sebuah peran aktif yaitu sebagai pemecah masalah,
pengambil keputusan, peneliti, dan pembuat dokumen.
Ide inti dari pembelajaran berbasis proyek adalah bahwa masalah dunia nyata
menangkap minat siswa dan memprovokasi pemikiran yang serius sebagai siswa memperoleh
dan menerapkan pengetahuan baru dalam konteks pemecahan masalah. Guru memainkan
peran fasilitator, bekerja sama dengan siswa untuk menyusun pertanyaan berharga, penataan
tugas bermakna, pembinaan baik pengembangan pengetahuan dan keterampilan sosial, dan
hati-hati menilai apa yang siswa telah belajar dari pengalaman.
1. Karakteristik Model Pembelajaran Berbasis Proyek
Global SchoolNet (2000) melaporkan hasil penelitian the Auto Desk
Foundation tentang karakteristik Project Based Learning. Hasil penelitian tersebut
menyebutkan bahwa Project Based Learning adalah pendekatan pembelajaran yang
memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja
b. adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik
c. peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau
tantangan yang diajukan, peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk
mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan
d. proses evaluasi dijalankan secara kontinyu, peserta didik secara berkala melakukan
refleksi atas aktivitas yang sudah dijalankan
e. produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif
f. situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan
2. Tujuan Model Pembelajaran Berbasis Proyek
Tujuan pembelajaran berbasis proyek adalah sebagai berikut:
a. Memperoleh pengetahuan dan ketrampilan baru dalam pembelajaran
b. Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pemecahan masalah
c. Membuat peserta didik lebih aktif dalam memecahkan masalah yang kompleks dengan
hasil produk nyata berupa barang atau jasa
d. Mengembangkan dan meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola
sumber/bahan/alat untuk menyelesaikan tugas.
e. Meningkatkan kolaborasi peserta didik khususnya pada PBP yangbersifat kelompok.
3. Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Proyek
a. Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start With the Essential Question).
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat
memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas. Mengambil topik
yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi
mendalam. Pengajar berusaha agar topik yang diangkat relevan untuk para peserta
didik.
b. Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project)
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta didik.
Dengan demikian peserta didik diharapkan akan merasa memiliki atas proyek
tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat
mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan
berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses
untuk membantu penyelesaian proyek.
c. Menyusun Jadwal (Create a Schedule)
Pengajar dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam
menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) membuat timeline untuk
menyelesaikan proyek, (2) membuat deadline penyelesaian proyek, (3) membawa
peserta didik agar merencanakan cara yang baru, (4) membimbing peserta didik ketika
mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan (5) meminta peserta
didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara.

d. Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the Progress
of the Project)
Pengajar bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta
didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara menfasilitasi
peserta didik pada setiap proses. Pengajar berperan menjadi mentor bagi aktivitas
peserta didik. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubrik yang dapat
merekam keseluruhan aktivitas yang penting.
e. Menguji Hasil (Assess the Outcome)
Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar dalam mengukur ketercapaian
standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing- masing peserta didik,
memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik,
membantu pengajar dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
f. Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience)
Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik melakukan refleksi
terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan
baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk
mengungkapkan perasaan dan pengalamanya selama menyelesaikan proyek. Pengajar
dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama
proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new
inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama
pembelajaran.
4. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Proyek
KelebihanPembelajaran Berbasis Proyek :
a. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong kemampuan
mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk dihargai.
b. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
c. Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem
yang kompleks.
d. Meningkatkan kolaborasi.
e. Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan
komunikasi.
f. Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber.
g. Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik dalam
mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti
perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
h. Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks dan
dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.
i. Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan
pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata.
j. Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik maupun
pendidik menikmati proses pembelajaran.
Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek :
a. Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.
b. Membutuhkan biaya yang cukup banyak.
c. Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana instruktur
memegang peran utama di kelas.
d. Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
e. Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi
akan mengalami kesulitan.
f. Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok.
g. Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda, dikhawatirkan
peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan.

D. Model Pembelajaran Siklus Belajar


Siklus Belajar (Learning Cycle) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada
siswa (student centered). Model pembelajaran siklus belajar merupakan rangkaian tahap-tahap
kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai
kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperanan
aktif. Model pembelajaran siklus belajar pada mulanya terdiri dari fase-fase eksplorasi
(exploration), pengenalan konsep (concept introduction), dan aplikasi konsep (concept
application) (Karplus dan Their dalam Renner et al, 1988). Pada tahap eksplorasi, siswa diberi
kesempatan untuk memanfaatkan panca inderanya semaksimal mungkin dalam berinteraksi
dengan lingkungan melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum, menganalisis artikel,
mendiskusikan fenomena alam, mengamati fenomena alam atau perilaku sosial, dan lain-lain.
Dari kegiatan ini diharapkan timbul ketidakseimbangan dalam struktur mentalnya (cognitive
disequilibrium) yang ditandai dengan munculnya pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada
berkembangnya daya nalar tingkat tinggi (high level reasoning) yang diawali dengan kata-
kata seperti mengapa dan bagaimana. Model siklus belajar termasuk ke pendekatan
kontruktivistik karena siswa sendiri yang mengkontruksi pemahamannya.
1. Macam-Macam Siklus Belajar (Learning Cycle)
Anton Lawson (1995) mengemukakan tiga macam model siklus belajar yaitu:
a. Siklus belajar deskriptif, pada model ini siswa menemukan dan mendeskripsikan apa
yang telah ia dapatkan.
b. Siklus belajar empirikal-abduktif, pada siswa juga menemukan sesuatu dengan
mengeksplorasi, tetapi telah melangkah lebih jauh, yaitu dengan menciptakan sebab-
sebab yang mungkin ada pada pola tersebut.
c. Siklus belajar hipotetikal-deduktif, siswa mengemukakan pertanyaan-pertanyan sebab
akibat yang dapat menimbulkan beberapa macam penjelasan.
2. Fase Siklus Belajar (Learning Cycle)
Fase siklus belajar meliputi antara lain sebagai berikut:
a. Fase Pembangkitan Minat (Engagement)
Kegiatan pada fase ini bertujuan untuk mendapatkan perhatian siswa, mendorong
kemampuan berpikir, membantu mereka mengakses pengetahuan awal yang telah
dimilikinya. Timbulnya rasa ingin tahu siswa tentang tema atau topik yang akan
dipelajari dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa tentang
fakta/fenomena yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari.
b. Fase Eksplorasi (Exploration)
Pada fase ini siswa diberi kesempatan untuk bekerja baik secara mandiri maupun
kelompok tanpa instruksi secara langsung dari guru. Siswa bekerja memanipulasi suatu
objek, melakukan percobaan (secara ilmiah), melakukan pengamatan,
mengumpulkan data, sampai pada membuat suatu kesimpulan dari percobaan yang
dilakukan. Guru sebagai fasilitator membantu siswa agar bekerja pada ruang lingkup
permasalahan (hipotesis yang dibuat sebelumnya).
c. Fase Penjelasan (Explanation)
Kegiatan pada fase ini bertujuan untuk melengkapi, menyempurnakan, dan
mengembangkan konsep yang diperoleh siswa. Guru menjelaskan konsep yang
dipahaminya dengan kata-katanya sendiri, menunjukkan contoh-contoh yang
berhubungan dengan konsep untuk melengkapi penjelasannya, serta bisa
memperkenalkan istilah-istilah baru yang belum diketahui siswa. Pada kegiatan yang
berhubungan dengan percobaan, guru dapat memperdalam hubungan antar variabel atau
kesimpulan yang diperoleh siswa. Sehingga, siswa dapat meningkatkan pemahaman
konsep yang baru diperolehnya.
d. Fase Penerapan Konsep (Elaboration)
Kegiatan belajar ini mengarahkan siswa menerapkan konsep-konsep yang telah
dipahami dan keterampilan yang dimiliki pada situasi baru. Kegiatan fase ini bertujuan
untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang apa yang telah mereka ketahui, sehingga
siswa dapat melakukan akomodasi melalui hubungan antar konsep dan pemahaman
siswa menjadi lebih mantap.
e. Fase Evaluasi (Evaluation)
Ada dua hal ingin diketahui pada kegiatan belajar ini yaitu pengalaman belajar
yang telah diperoleh siswa dan refleksi untuk melakukan siklus lebih lanjut yaitu untuk
pembelajaran pada konsep berikutnya. Evaluasi adalah tahap akhir dari siklus belajar.
Pada tahap ini, guru dapat mengamati pengetahuan atau pemahaman siswa dalam
menerapkan konsep baru. Siswa dapat melakukan evaluasi diri dengan mangajukan
pertanyaan terbuka dan mencari jawaban yang menggunakan observasi, bukti, dan
penjelasan yang diperoleh sebelumnya. Hasil evaluasi diri ini dapat dijadikan guru
sebagai bahan evaluasi tentang proses penerapan metode siklus belajar yang sedang
diterapkan, apakah sudah berjalan dengan baik, cukup baik, atau masih kurang. Melalui
evaluasi diri, siswa juga dapat mengetahui kekurangan atau kemajuan dalam proses
pembelajaran yang sudah dilakukan.
Adapun lima unsur dasar dalam model pembelajaran siklus belajar adalah:
a. Sintaks meliputi (1) menghadapkan masalah tentang materi pelajaran (2) siswa
menemukan masalahnya dan kemudian mengeksplorasinya berkelompok untuk
menjawab permasalahan yang telah ia dapatkan, (3) siswa memaparkan hasil temuannya
di kelas, (4) terjadi diskusi untuk membahas miskonsepsi yang terjadi sebelumnya
dengan bimbingan guru, dan(5) mengevaluasi kegiatan yang telah dilalui dan menguji
pemahaman siswa dengantes kecil.
b. Sistem sosial dengan jalan bekerja secara berkelompok untuk mengeksplorasi materi
pelajaran. Pada sistem ini yang dikembangan adalah prinsip kerja sama dan kesamaan
derajat.
c. Prinsip reaksi yang harus dikembangkan adalah penyampaian hasil eksplorasi secara
lugas dan dipahami oleh pendengar, memberi kesempatan kepada rekannya yang
lainuntuk bertanya dan memberi jawaban tanpa menyinggung perasaan sesamanya.
d. Sarana pembelajaran yang diperlukan adalah media pembelajaran berupa media asli,
literatur, dsb dan teknik pembelajaran yang tepat untuk mendukung pelaksanaan model
pembelajaran siklus belajar seperti teknik kerja kelompok.
e. Produk yaitu hasil yang diperoleh siswa setelah belajar tentang bunga baik
berupa pemahaman, konsep maupun simpulan. Selain itu diharapkan siswa
mampumenerapkan hasil pemahamannya didalam kehidupan.
Keunggulan yang dimiliki oleh siklus belajar (learning cycle) :
a. Dapat menumbuhkan kegairahan belajar peserta didik.
b. Meningkatkan motivasi belajar, kerja sama, saling belajar, keakraban, saling
menghargai, partisipasi, kemampuan berbahasa peserta didik.
c. Lebih berpeluang untuk menyampaikan pendapat dan gagasan.
d. Kegiatan belajar lebih mantap.
e. Pengetahuan yang didapatkan lebih melekat.
Kelemahan yang dimiliki oleh siklus belajar (learning cycle) :
a. Persiapannya memerlukan banyak tenaga, pikiran, alat dan waktu.
b. Memerlukan pendidik yang mampu mengelola kelas dan mengatur kerja kelompok dengan baik.
c. Sering didominasi oleh pimpinan kelompok.
Adapun manfaat model siklus belajar adalah:
a. Model siklus belajar memberikan suatu format untuk perencanaan pembelajaran yang
dimulai dengan pengalaman langsung yang diakhiri dengan penguasaan konsep ilmiah
dan diakhiri dengan pengayaan konsep
b. Model siklus belajar menggunakan tipe empirik-induktif dalam pengajaran yang
menggambarkan sebuah strategi yang dapat memberi siswa kesinambungan terhadap
konsep-konsep yang menjembatani statistika dan teknologi
c. Model siklus belajar memberikan pengalaman konkrit pada siswa yang diperlukan
untuk mengembangkan penguasaan konsep
d. Model siklus belajar memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan
teman-temannya
e. Model siklus belajar memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan
konsep atau gagasan yang telah mereka miliki
f. Model siklus belajar memudahkan siswa memahami konsep yang diajarkan. Mereka
memperoleh pengalaman nyata yang diperlukan untuk mengembangkan konsep tersebut
lebih lanjut

Kesimpulan
1. Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa
dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan.

2. Model pembelajaran berbasis masalah dapat diartikan sebagi rangkaian aktivitas pembelajaran
yang menekankan pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah.
3. Model pembelajaran berbasis proyek adalah penggunaan proyek sebagai model pembelajaran.
Proyek-proyek meletakkan siswa dalam sebuah peran aktif yaitu sebagai pemecah masalah,
pengambil keputusan, peneliti, dan pembuat dokumen.

4. Model pembelajaran siklus belajar merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang
diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang
harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperanan aktif. Model pembelajaran siklus
belajar pada mulanya terdiri dari fase-fase eksplorasi (exploration), pengenalan konsep
(concept introduction), dan aplikasi konsep (concept application).

5. Model-model pembelajaran di atas berlandaskan teori belajar konstruktivis dan berpusat pada
siswa.

6. Model pembelajaran kooperatif terdiri dari berbagai macam tipe yakni model kooperatif tipe
STAD, tipe Jigsa, tipe Group Investigation,tipe Make a Match, Tipe TGT, dan Tipe
Pendekatan Struktural.

7. Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan, dalam pelaksanaanya perlu
diperhatikan kesesuaiannya terhadap materi pelajaran, situasi lingkungan belajar, kondisi dan
latar belakang siswa, ketersediaan alat pendukung, dan hal-hal lain yang perlu diperhatikan.

DAFTAR PUSTAKA
Gulo, W. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo.
Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta:
Rajawali Pers.
Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana.
http://guraru.org/guru-berbagi/langkah-langkah-desain-pembelajaran-berbasis-proyek-project-
based-learning/
http://penelitiantindakankelas.blogspot.co.id/2012/05/model-pembelajaran-siklus-belajar.html
http://www.m-edukasi.web.id/2014/07/langkah-langkah-pembelajaran-berbasis.html
http://www.mengejarasa.com/2011/02/model-pembelajaran-learning-cycle.html

Anda mungkin juga menyukai