Pada Surah Al-Furqan ayat 63-74 menggambarkan, bahwa ada sebelas sifat yang
dimiliki oleh orang-orang yang beriman. Menurut Allah, orang-orang beriman yang memiliki
sebelas sifat tersebut memperoleh gelar ibadurrahman, yaitu hamba-hamba Allah yang akan
mendapatkan rahmat yang paling besar di sisi Allah SWT. Rahmat-rahmat Allah yang paling
besar tersebut yaitu kedudukan atau derajat-derajat yang paling tinggi yang diperoleh oleh
Orang-orang yang beriman itu harus melaksanakan seluruh kewajiban yang diwajibkan
oleh Allah kepada mereka. Apabila mereka melalaikan kewajiban-kewajiban tersebut, maka
mereka akan mendapatkan siksaan yang amat pedih dari Allah SWT. Sebaliknya, apabila
Sifat-sifat yang dikemukakan di sini adalah sifat-sifat yang dimiliki oleh orang-orang
yang beriman setelah menunaikan berbagai kewajiban yang diwajibkan kepada mereka.
Seperti yang termaktub pada Surah al-Furqaan ayat 63-74, sebelas sifat yang dimaksud
tersebut adalah:
1. Sifat tawadhu.
Tawadhu adalah lawan dari sifat takabbur. Tawadhu adalah sifat yang selalu
merendah, merupakan sifat yang sangat disukai oleh Allah. Jika orang yang memiliki sifat ini
adalah orang yang sangat disukai oleh Allah, maka orang yang memiliki sifat takabbur adalah
orang yang sangat dibenci oleh Allah SWT. Di dalam suatu hadits disebutkan, jika ada
seseorang yang di dalam dirinya terdapat sifat sombong walaupun hanya sebesar
biji zarrah (biji sawi), maka Allah akan mengharamkan surga baginya.
Takabbur adalah orang yang menganggap dirinya besar, padahal dia tidak besar. Orang
yang mengaku memiliki banyak hal, tapi sebenarnya ia tidak memiliki apa-apa. Padahal kata
Allah, bahwa apa yang mereka miliki itu tidak ada maknanya sedikitpun. Karena itulah,
mereka menambahkan sifat di dalam dirinya dengan apa yang tidak mereka miliki. Untuk
menjadikan diri kita tawadhu adalah dengan berpandangan bahwa apa yang kita miliki tidak
ada arti apa-apa dibandingkan dengan yang dimiliki oleh Allah SWT.
Sifat sombong adalah sifat yang merupakan fitrah yang diberikan Allah kepada setiap
manusia. Tidak ada seorangpun yang tidak memiliki sifat sombong. Hanya saja, ada orang
yang membiarkan kesombongannya menjadi subur, dan ada juga yang bisa menahan
Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di
atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka
Pada ayat tersebut dengan jelas menyebutkan, bahwa ibaadurrahman itu adalah
mereka yang berjalan di muka bumi ini dalam keadaan tawadhu, dalam keadaan tunduk,
dalam keadaan merasa bahwa dirinya adalah makhluk yang sangat kecil, tak mempunyai
kekayaan apapun, tak memiliki ilmu apapun, walaupun orang lain memandang bahwa dirinya
adalah orang yang berilmu, orang yang kaya, ataupun orang yang memegang jabatan tinggi.
takabbur itu akan muncul kapanpun dan di manapun. Jika kita tidak berhati-hati, maka sikap
tersebut akan menjadi subur, akan berkembang dengan sendirinya karena kondisi dan keadaan
di mana kita hidup. Karena itulah, menurut Rasulullah, sombong terhadap orang yang
sombong itu adalah sebuah kebajikan sedekah. Mengapa? Karena kalau kita menahan
kesombongan seseorang, sebenarnya kita mendekatkan orang tersebut kepada surga. Karena,
jika ada kesombongan di dalam hati seseorang, maka diharamkan kepadanya untuk
mendapatkan surga. Jika kita sombong terhadap orang yang sombong sehingga orang tersebut
menjadi tidak sombong, maka sebenarnya kita telah menjauhkannya dari neraka dan
yang baik, walaupun orang lain selalu mengejeknya dengan kalimat-kalimat yang tidak
mengeluarkan ucapan-ucapan yang baik, senantiasa bersikap dengan sikap yang baik,
Biasanya, jika mendengar ada orang yang mengejek kita, maka kita akan membalasnya
dengan ucapan-ucapan yang lebih kasar dibandingkan orang yang mengejek kita tersebut.
Kalau ada yang memaki kita, maka kita akan membalasnya lebih dari satu kali makian. Jika
ada orang yang berbuat jahat kepada kita sebanyak sekali, maka kita akan membalasnya lebih
Dalam ayat ini disebutkan, bahwa jika ada orang-orang yang bodoh yang menyapa dia,
kalau ada orang-orang yang mengejek dia dengan kalimat-kalimat yang tidak mengenakkan
baginya, maka dia akan menyampaikan kalimat-kalimat yang baik kepada orang yang
mengejeknya itu. Tapi secara fitri, hal ini tak mudah untuk dilakukan. Malahan sebaliknya,
seringkali perbuatan kebajikan dibalas dengan kejahatan (air susu dibalas dengan air tuba).
Rasulullah menyatakan, bahwa orang yang paling baik akhlaknya adalah orang-orang
yang apabila diputuskan hubungan silaturahmi, maka ia tidak akan memutuskan hubungan
tersebut. Misalkan: ada orang yang tidak mau datang ke rumah kita, tapi kita tetap mendatangi
rumah orang tersebut. Hal ini tak mudah untuk dilakukan, karena biasanya jika ada orang
yang tidak mau datang ke rumah kita, maka kita akan semakin menjauhi orang tersebut.
Rasulullah juga menyatakan, bahwa orang yang paling baik akhlaknya adalah orang
yang suka memberi kepada orang yang tidak mau memberi kepadanya.
Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka. (Q.S.
Al-Furqaan: 64)
Bangun di malam hari setelah tidur, untuk kemudian melakukan shalat tahajjud
bukanlah hal yang mudah dilakukan. Tetapi apabila kita membiasakan diri, maka secara
otomatis pada saatnya kita akan terbangun, sehingga hal seperti ini mudah saja untuk
dilakukan. Mengapa tahajjud ini penting? Karena jika ibadah dilakukan di tempat yang sepi,
maka konsentrasi kita akan lebih terpusat, dibandingkan ibadah di tengah keramaian.
Menurut pandangan para ulama, shalat tahajjud merupakan shalat sunnat muakkad,
yaitu shalat sunnat yang senantiasa dilakukan oleh Rasulullah. Shalat sunnat tahajjud biasa
dilakukan paling tidak dua rakaat, umumnya dilakukan delapan rakaat, ditambah dengan
witir tiga rakaat. Begitu besar pahala yang didapatkan oleh orang-orang yang senantiasa
melaksanakan shalat tahajjud, karena tidak banyak orang yang mampu melakukan shalat
(65) Dan orang-orang yang berkata: Ya Tuhan kami, jauhkan azab Jahannam dari kami,
(66) Sesungguhnya Jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman. (Q.S.
Al-Furqaan: 65-66)
Orang yang senantiasa takut terhadap azab Allah, maka akan menyebabkannya selalu
mematuhi dan mentaati perintah-perintah Allah dan senantiasa meninggalkan segala yang
dilarang oleh Allah SWT. Di dalam Al-Quran digambarkan, bahwa di saat menghadapi
sakaratul maut, maka bagi mereka yang belum memiliki persiapan menghadapi alam kubur
dan alam akhirat itu lalu meminta kepada Allah untuk menunda kematiannya, karena mereka
belum banyak melakukan ibadah kepada Allah. Lalu Allah menjawab, Apabila ajal
mendatangi seseorang, maka ajal tersebut tak bisa diundur dan tidak juga bisa dipercepat.
Jika kita selalu mengingat akan azab Allah, maka pada saat itulah keinginan kita akan
muncul untuk melakukan ibadah kepada-Nya. Patut diingat, bahwa azab yang kita terima tak
pernah ada habisnya. Dimulai pada saat kita menjalani sakaratul maut, kemudian berlanjut
ketika berada di dalam kubur. Kemudian terus berlanjut hingga ketika dibangkitkan dan
dikumpulkan di padang mahsyar. Menurut riwayat, bahwa di padang mahsyar nanti matahari
itu sejengkal di atas kepala, dan manusia pada saat itu kondisinya berbeda-beda. Ada yang
selalu merasa dingin dan sejuk, walaupun matahari berada di atas kepalanya. Ada juga yang
Pendeknya, ketika di padang mahsyar, maka manusia sudah merasakan alam atau
suasana yang berbeda sesuai dengan amal kebajikannya. Bagi yang mendapatkan siksaan,
maka siksaan tersebut akan terus berlanjut. Ketika berada di dalam neraka, siksaan tersebut
takkan pernah ada habisnya. Setelah kulitnya terbakar oleh api neraka, kemudian kulit
tersebut diganti lagi dengan yang baru. Setelah itu dibakar lagi, kemudian diganti lagi, dan
Seorang muslim yang baik yang akan mendapatkan derajat yang tinggi di akhirat nanti
adalah mereka yang senantiasa ada di dalam dirinya itu rasa takut terhadap siksaan Allah
SWT. Dan karena rasa takut akan siksaan Allah itulah, maka kita akan menjadi orang yang
Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan
tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang
Pada ayat di atas dengan jelas menyebutkan, apabila manusia atau orang yang beriman
yang ingin membelanjakan sesuatu, maka ketika membelanjakan tersebut dia tidak boleh
Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan
Jadi, tidak boleh ada sikap boros, dan tidak boleh juga kikir, melainkan berada di
tengah-tengah (moderat). Kalau kita berbelanja, maka belanjalah sesuai dengan keperluan.
Kalau bersedekah, jangan sampai memberikan sedekah terlalu banyak. Hanya karena bangga
dengan pahala bersedekah sehingga kita bersedekah terlalu banyak, sedangkan kita lupa akan
Allah juga mengingatkan, bahwa orang-orang yang bersifat boros itu adalah saudara-
saudaranya syaitan, seperti yang termaktub pada Surah Al-Israa ayat 27 berikut ini:
Tetapi jangan juga karena mengingat akan kebutuhan kita, lalu kita tidak mau
mengeluarkan apa yang kita miliki, hingga zakat sekalipun tidak mau dikeluarkan. Itulah
orang yang kikir sebenarnya. Dalam hal ini, kita harus bersikap moderat, tidak kikir dan tidak
Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu
terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal. (Q.S. Al-Israa': 29)
Jadi, jangan juga kita membelanjakan sesuatu sampai habis, dan jangan pula kita enggan
membelanjakan apa yang ada pada diri kita. Hal ini tak mudah dilaksanakan, karena pada
umumnya manusia itu bersifat konsumtif. Sifat konsumtif yang tak bisa ditahan yang
kemudian menjadi-jadi, itulah yang disebut pemborosan. Tapi kalau menahannya juga
menjadi-jadi, itulah yang dinamakan kikir. Di dalam hadits Nabi juga disebutkan, bahwa:
(68) Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak
membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar,
dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat
(69) (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam
(70) kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka
kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.
(71) Dan orang yang bertaubat dan mengerjakan amal saleh, maka sesungguhnya dia
Syirik itu pada hakikatnya adalah sifat yang senantiasa menyekutukan Allah. Seseorang
yang menganggap bahwa selain Allah itu ada tuhan yang lain lagi, maka dapat dikategorikan
sebagai syirik. Kalau seseorang melakukan penyembahan terhadap Allah, tapi dalam suasana
yang lain dia juga melakukan penyembahan terhadap yang selain Allah, maka itu juga dapat
disebut sebagai syirik. Menurut ulama, syirik yang seperti ini dinamakan syirik akbar (syirik
besar). Syirik akbar adalah syirik yang berupa menyekutukan Allah SWT dengan sembahan
Kemudian ada juga yang dinamakan syirik asghar (syirik kecil). Menurut para
ulama, syirik asghar salah satunya adalah riya. Mengapa? Karena ketika beribadah, yang ia
harapkan bukanlah keridhaan Allah, tetapi karena sesuatu yang selain dari Allah. Ibadah yang
dilakukannya bukanlah diniatkan untuk Allah, tetapi karena yang selain Allah. Kalau ada
seseorang yang melakukan shalat bukan karena Allah, tetapi karena yang lain, maka inilah
Berkaitan dengan syirik akbar, di dalam Al-Quran Allah menyebutkan, bahwa mereka
yang syirik itu apabila mati, maka dosa karena syiriknya tersebut tidak akan diampuni oleh
Allah SWT. Dosa tersebut takkan pernah diampunkan oleh Allah, jika saat ia meninggal dunia
tak pernah memohon ampun kepada Allah atas dosa-dosa syiriknya itu. Karena itu, banyak
sekali hal-hal yang menjauhkan seseorang dari surga, salah satu di antaranya adalah syirik.
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa
yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang
mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (Q.S. An-Nisaa:
48)
7. Menjauhkan diri dari melakukan perbuatan membunuh yang diharamkan
Seperti yang termaktub pada Surah Al-Furqan ayat 68, bahwa selain syirik, melakukan
pembunuhan terhadap orang lain juga merupakan perbuatan dosa besar. Berkaitan dengan ini,
ada juga orang yang melakukan pembunuhan, tetapi pembunuhan itu atas perintah hukum.
Pembunuhan jenis ini tidak dikategorikan sebagai pembunuhan yang dilarang oleh Allah.
Misalnya, ada seseorang yang melakukan pembunuhan terhadap orang lain, lalu dia itu diadili
oleh hakim, dan hakim memutuskan bahwa dia akan juga dibunuh dengan hukum qishash.
Maka mereka yang melakukan eksekusi hukuman mati terhadap orang yang dikenai
hukum qishash tersebut tidaklah dikategorikan dalam rangka membunuh sesuatu yang
diharamkan oleh Allah SWT, karena eksekusi hukuman mati tersebut berdasarkan perintah
hukum.
Dalam kaitan dengan hukum qishash ini, ada ketentuan-ketentuan tertentu yang berlaku.
Misalnya: dalam sebuah negara, jika negara memutuskan berdasarkan keputusan pengadilan
bahwa si A akan dihukum qishash, maka itu tidak dianggap sebagai pembunuhan yang
dilarang oleh Allah. Tetapi jika ada sekelompok orang di dalam sebuah negara yang mereka
keputusan pengadilan yang sah, maka hal ini dikategorikan bukanlah pelaksanaan
hukuman qishash yang sesuai dengan tuntunan syariah. Karena itu, bagi mereka yang
seseorang, maka seolah-olah dia itu telah membunuh semua manusia, seperti termaktub pada
membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan
karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia
seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-
olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang
kemudian banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam
Seperti yang termaktub pada Surah Al-Furqan ayat 68, bahwa selain syirik dan
membunuh, melakukan perzinahan juga merupakan perbuatan dosa besar. Karena itu, bagi
pelakunya akan diberikan siksaan yang berlipat ganda oleh Allah di akhirat nanti, seperti yang
termaktub pada Surah Al-Furqaan ayat 69: (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada
hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina.
Tetapi pada Surah Al-Furqaan ayat 70 dan 71 memberikan kabar gembira kepada kita:
[70] kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka
kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang. [71] Dan orang yang bertaubat dan mengerjakan amal saleh, maka
sesungguhnya dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya.(Q.S. Al-
Furqan: 70-71)
Yang dimaksud pada ayat tersebut, jika sudah pernah terjadi hal-hal yang seperti itu
(syirik, pembunuhan, dan zina), maka Allah membukakan pintu taubat, lalu bertaubatlah
kepada Allah. Tapi pernyataan ini jangan dipelintir. Kalau begitu syirik dulu, baru kemudian
bertaubat, karena Allah pasti akan mengampuni. Kalau begitu membunuh dulu, nantikan
Allah akan membukakan pintu taubat. Kalau begitu berzinah dulu, nanti malam shalat lail
kemudian berdoa, minta ampun dan bertaubat, maka Allah akan mengampuni. Tentunya
Itulah sebabnya, bagi manusia yang bersalah, apabila dia bertaubat, maka kesalahannya
itu akan dihapuskan oleh Allah SWT. Setelah dosa dan kesalahannya dihapuskan oleh Allah
SWT, maka kalau bertaubat lagi, maka akan ada tumpukan pahala dari taubatnya yang akan
diberikan oleh Allah. Jika ia bertaubat lagi, sedangkan dosanya sudah tidak ada lagi, maka
pahala bertaubatnya akan ditambahkan lagi oleh Allah SWT. Karena itulah, tindakan
bertaubat dan beristighfar itu tidak hanya dilakukan setelah kita melakukan perbuatan-
perbuatan dosa, tetapi kalau memungkinkan di sepanjang kehidupan kita selalulah kita
bertaubat.
Perbuatan zina adalah perbuatan dosa besar yang menurut Rasulullah, bahwa orang
yang berzina itu tidak layak kalau diundang untuk menghadiri sebuah majelis. Ini merupakan
siksaan sosial.
Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu
Saksi palsu bisa muncul kapan saja. Hal ini biasanya terjadi apabila dengan menjadi
saksi palsu itu maka akan mendapatkan keuntungan. Sekarang ini banyak sekali terjadi orang
dimenangkan oleh pihak A, tapi hakim kemudian memberikan kemenangan kepada pihak B,
karena semua saksi memberatkan pihak A. Dalam hal ini, mereka yang menjadi saksi palsu
itu sudah melakukan dosa besar. Menjadi saksi palsu itu membahayakan kemaslahatan di
dalam masyarakat.
10. Senang menerima nasehat yang baik.
Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan mereka, mereka
tidaklah menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta. (Q.S. Al-Furqaan: 73)
gelar ibaadurrahman itu adalah orang yang senantiasa menerima nasehat-nasehat yang baik
yang diberikan oleh orang lain, orang yang senantiasa mendapatkan pengajaran dan pelajaran
dari orang-orang yang memberikan pelajaran-pelajaran yang baik. Termasuk di dalam hal ini
adalah orang yang senang mencari ilmu adalah orang yang senang menerima nasehat.
Dan orang-orang yang berkata: Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri
kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi
Bukan hanya berdoa untuk dirinya, juga berdoa untuk keluarganya, untuk anak cucunya
agar menjadi orang-orang yang baik dan orang-orang yang shaleh di belakang hari. Orang-
orang yang seperti ini dikatakan oleh Al-Quran adalah orang-orang yang akan mendapatkan
ganjaran yang paling tinggi di surga nanti yang akan diberikan oleh Allah SWT