Anda di halaman 1dari 6

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS SRIWIJAYA

STUDENT CENTER LEARNING INQUIRY AND DISCOVERY

NAMA : M. ALVIN XENA


NIM : 030711181419002
KELAS : GEO 14 INDRALAYA

Mata Kuliah/Kode : Ekskursi Geologi


Pertemuan ke- :2
Tanggal : 19 Januari 2017
Pokok Bahasan : cekungan Sumatera Tengah
Pengajar : Endang Wiwik
Jenis Tugas/Praktek : Resume
Revisi :-

PEKERJAAN DAN PENYELESAIAN

CEKUNGAN SUMATERA TENGAH

Cekungan adalah bentuk muka bumi yang lebih rendah dari permukaan bumi
di sekelilingnya. Dalam hal ini kita membicarakan cekungan sedimentasi yang
menjadi sumber hidrokarbon di Indonesia. Secara umum Indonesia memiliki lebih
dari 60 cekungan , dengan 22 cekungan telah berproduksi dan terletak di Indonesia
bagian barat dan 38 cekungan masih pada tahap eksplorasi dan terletak di Indonesia
bagian Timur. Cekungan-cekungan yang berada di Indonesia Bagian barat umumnya
merupakan cekungan belakang busur (back arc basin). Beberapa contoh yang akan
dibahas pada kali ini adalah Cekungan Sumatra Utara, Cekungan Sumatra Tengah,
dan Cekungan Sumatra Selatan.
Pulau Sumatra terletak pada bagian baratdaya dari mikrokontinen Sunda dan
merupakan jalur konvergensi antarlempeng yaitu lempeng Indo-Australia yang
menyusup ke lempeng Eurasia. Pulau Sumatra terbentuk akibat amalgamasi usur-
unsur yang berasal dari benua Asia dan Gondwana. Bagian Gondwana yang
beramalgamasi dengan Asia dikenal dengan istilah Sibumasu yaitu (Siam Burma
Malaysia dan Sumatra). Pulau Sumatra terbentuk akibat adanya kolisi dan suturing
dari mikrokontinen pada Akhir Pra-Tersier

Gambar1 Peta Tektonik Pulau Sumatra present day


STUDENT CENTER LEARNING INQUIRY AND DISCOVERY

Secara geologi Pulau Sumatra dapat dibagi menjadi beberapa bagian (Darman dan
Sidi, 2000):
1. Busur luar sunda, berada sepanjang batas cekungan busur depan Sunda dan
yang memisahkan dari lereng trench.
2. Cekungan depan busur (fore arc basin), yang terbentang antara busur luar Sunda
dengan bagian bawah permukaan busur vulkanik belakang Sumatra,
3. Cekungan belakang busur (back arc basin) meliputi Cekungan Sumatra Utara,
Cekungan Sumatra Tengah, dan Cekungan Sumatra Selatan. Sistem ini
berkembang sejalan dengan depresi yang berbeda pada bagian bawah Bukit
Barisan.
4. Bukit Barisan, terbentuk pada masa Perm-Kabon hingga batuan Mesozoik.

5. Busur Tengah Sumatra, yang dipisahkan oleh pengangkatan dan erosi dari daerah
pengendapan terdahulu. Sedimentasi sangat asimetris dengan sebagian sedimen
berasal dari busur magmatic aktif yang sejalan dengan rollback parit.

CEKUNGAN SUMATERA TENGAH


Cekungan Sumatra Tengah merupakan cekungan busur sejak Neogen. Pada
periode Paleogen (Eosen-Oligosen) daerah ini merpakan seri dari struktur setengah
graben (half graben) yang terbentuk akibat proses rifting. Pada bagian baratdaya
Cekungan Sumatra Tengah dibatasi oleh tinggian Bukit barisan, disebelah baratlaut
oleh Busur Asahan, dan disebelah timur laut oleh Dataran Sunda.
Cekungan Sumatra tengah terbentuk oleh karena adanya penujaman secara
miring (oblique subduction) lempeng samudra Hindia dibawah lempeng Benua Asia.
Penujaman ini mengakibatkan terjadinya gaya tarikan pada Cekungan Sumatra
Tengah yang merupakan cekungan belakang busur. Gaya tarikan ini yang nantinya
membentuk graben, half graben, dan horst. Selain itu terdapat gaya kompresi yang
dihasilkan suatu system sesar geser dekstral akibat dari oblique subduction dibagian
barat dan baratdaya Pulau Sumatra yang dicirikan dengan adanya kenampakan
negative flower structure, positive flower structure, en echelon fault, dan en echelon
fold.
Gambar 2 Tektonik yang mempengaruhi Cekungan ( Heidrick dan Aulia, 1993)
Litostratigrafi Cekungan Sumatra Tengah
Karakteristik dari masing-masing formasi pada Cekungan Sumatra Tengah dari tua
ke muda adalah :
1. Formasi Menggala
Formasi ini diperkirakan berumur Miosen Awal yang diendapakan diatas
kelompok Pematang secara tidak selaras. Lingkungan pengendapan formasi ini
berupa braided river non-marine (sungai teranyam-deltaic). Litologi penyusun adalah
batupasir halus-kasar yang bersifat konglomeratan dengan ketebalan mencapai
1800kaki.
2. Formasi Bangko
Formasi ini berumur Miosen Awal yang diendapkan secara selaras diatas
Formasi Menggala. Lingkungan pengendapan berupa open marine shelf yang
menghasilkan maximum flooding surface (MFS) pada Kala Miosen. Litologi tersusun
atas serpih abu-abu yang bersifat karbonatan berseling dengan batupasir halus-
kasar. Formasi ini diendapkan pada lingkungan estuarian dengan ketebalan 300kaki.
3. Formasi Bekasap
Formasi ini memiliki kisaran umur antara N5 sampai N8 yang diendapakan
selaras di atas Formasi Bangko. Lingkungan pengendapan berupa estuarine,
intertidal, inner-outer neritic dengan ketebalan 1300kaki. Litologi tersusun atas
batupasir dengan kandungan glaukonit dibagian atasnya serta sisipan serpih,
batugamping tipis, dan lapisan batubara.
4. Formasi Duri
Formasi ini berumur Miosen Awal (N7-N8) yang diendapkan secara selaras
diatas Formasi Bekasap. Lingkungan pengendapan berupa barrier bar complex dan
delta front dengan ketebalan mencapai 900 kaki. Litologi penyusun berupa batuasir
berukuran halus-sedang berseling dengan serpih dan sedikit batugamping. Formasi
Duri mempunyai
hubungan yang menjari dengan Formasi Telisa pada lingkungan yang lebih dalam
pada bagian barat cekungan.
5. Formasi Telisa
Formasi telisa berumur Miosen Awal- Miosen Tengah (N7-N11) yang
diendapkan secara menjari pada bagian paling atas dari Formasi Duri. Litologi
tersusun atas dominasi serpih dengan sisipan batugamping dan batupasir
glaukonitan berbutir halus yang diendapkan pada lingkungan litoral dalam dan luar.
Perubahan litologi dan fauna yang cukup jelas terliat pada bagian atas dari Formasi
Telisa dan menunjukkan awal dase regresif Miosen Tengah dari siklus Neogen.
6. Formasi Petani
Kontak antara Formasi Telisa dan Formasi Petani merupakan suatu hiatus yang
diindikasikan dengan adanya zona fauna yang hilang. Pengendapan berlangsung
pada kala Miosen Tengah-Plistosen pada lingkungan laut yang berubah menjadi
lingkunfan payau hingga darat. Formasi ini tersusun atas sekuen monoton dari
serpih-batulumput dan interkalasi batupasir batulanau yang ke arah atas
menunjukkan pendangkalan lingkungan pengendapan dan penyusutan pengaruh
laut.
7. Formasi Minas
Formasi Minas merupakan enfapan Kuarter yang diendapkan secara tidak
selaras di atas Formasi Petani. Litologi penyusun berupa konglomeratan, batupasir,
dan batulempung yang mencirikan endapan alluvial. Proses pengendapan masih
terjadi hingga kini.
STUDENT CENTER LEARNING INQUIRY AND DISCOVERY

Gambar 3. Litostratigrafi Cekungan Sumatra Tengah

Tektonik Regional,
Cekungan Sumatra tengah merupakan cekungan sedimentasi tersier penghasil
hidrokarbon terbesar di Indonesia. Ditinjau dari posisi tektoniknya, Cekungan
Sumatra tengah merupakan cekungan belakang busur.
Cekungan Sumatra tengah ini relatif memanjang Barat laut-Tenggara,
dimana pembentukannya dipengaruhi oleh adanya subduksi lempeng Hindia-
Australia dibawah lempeng Asia (gambar 1). Batas cekungan sebelah Barat daya
adalah Pegunungan Barisan yang tersusun oleh batuan pre-Tersier, sedangkan ke
arah Timur laut dibatasi oleh paparan Sunda. Batas tenggara cekungan ini yaitu
Pegunungan Tigapuluh yang sekaligus memisahkan Cekungan Sumatra tengah
dengan Cekungan Sumatra selatan. Adapun batas cekungan sebelah barat laut yaitu
Busur Asahan, yang memisahkan Cekungan Sumatra tengah dari Cekungan
Sumatra utara (gambar 2).
Faktor pengontrol utama struktur geologi regional di cekungan Sumatra
tengah adalah adanya Sesar Sumatra yang terbentuk pada zaman kapur. Subduksi
lempeng yang miring dari arah Barat daya pulau Sumatra mengakibatkan terjadinya
strong dextral wrenching stress di Cekungan Sumatra tengah (Wibowo, 1995). Hal
ini dicerminkan oleh bidang sesar yang curam yang berubah sepanjang jurus
perlapisan batuan, struktur sesar naik dan adanya flower structure yang terbentuk
pada saat inversi tektonik dan pembalikan-pembalikan struktur (gambar 3). Selain
itu, terbentuknya sumbu perlipatan yang searah jurus sesar dengan penebalan
sedimen terjadi pada bagian yang naik (inverted) (Shaw et al., 1999).
Struktur geologi daerah cekungan Sumatra tengah memiliki pola yang
hampir sama dengan cekungan Sumatra Selatan, dimana pola struktur utama yang
berkembang berupa struktur Barat laut-Tenggara dan Utara-Selatan (Eubank et al.,
1981 dalam Wibowo, 1995). Walaupun demikian, struktur berarah Utara-Selatan jauh
lebih dominan dibandingkan struktur Barat lautTenggara.
Elemen tektonik yang membentuk konfigurasi Cekungan Sumatra
tengah dipengaruhi adanya morfologi High Low pre-Tersier. Pada gambar 4 dapat
dilihat pengaruh struktur dan morfologi High Low terhadap konfigurasi basin di
Cekungan Sumatra tengah (kawasan Bengkalis Graben), termasuk penyebaran
depocenter dari graben dan half graben. Lineasi Basement Barat laut-Tenggara
sangat terlihat pada daerah ini dan dapat ditelusuri di sepanjang cekungan Sumatra
tengah. Liniasi ini telah dibentuk dan tereaktivasi oleh pergerakan tektonik paling
muda (tektonisme Plio-Pleistosen). Akan tetapi liniasi basement ini masih dapat
diamati sebagai suatu komponen yang mempengaruhi pembentukan formasi dari
cekungan Paleogen di daerah Cekungan Sumatra tengah.
Sejarah tektonik cekungan Sumatra tengah secara umum dapat disimpulkan menjadi
beberapa tahap, yaitu :
1. Konsolidasi Basement pada zaman Yura, terdiri dari sutur yang berarah Barat laut-
Tenggara.
2. Basement terkena aktivitas magmatisme dan erosi selama zaman Yura akhir dan
zaman Kapur.
3. Tektonik ekstensional selama Tersier awal dan Tersier tengah (Paleogen)
menghasilkan sistem graben berarah Utara-Selatan dan Barat laut-Tenggara. Kaitan
aktivitas tektonik ini terhadap paleogeomorfologi di Cekungan Sumatra tengah
adalah terjadinya perubahan lingkungan pengendapan dari longkungan darat, rawa
hingga lingkungan lakustrin, dan ditutup oleh kondisi lingkungan fluvial-delta pada
akhir fase rifting.
4. Selama deposisi berlangsung di Oligosen akhir sampai awal Miosen awal yang
mengendapkan batuan reservoar utama dari kelompok Sihapas, tektonik Sumatra
relatif tenang. Sedimen klastik diendapkan, terutama bersumber dari daratan Sunda
dan dari arah Timur laut meliputi Semenanjung Malaya. Proses akumulasi sedimen
dari arah timur laut Pulau Sumatra menuju cekungan, diakomodir oleh adanya
struktur-struktur berarah Utara-Selatan. Kondisi sedimentasi pada pertengahan
Tersier ini lebih dipengaruhi oleh fluktuasi muka air laut global (eustasi) yang
menghasilkan episode sedimentasi transgresif dari kelompok Sihapas dan Formasi
Telisa, ditutup oleh episode sedimentasi regresif yang menghasilkan Formasi Petani.
5. Akhir Miosen akhir volkanisme meningkat dan tektonisme kembali intensif dengan
rejim kompresi mengangkat pegunungan Barisan di arah Barat daya cekungan.
Pegunungan Barisan ini menjadi sumber sedimen pengisi cekungan selanjutnya
(later basin fill). Arah sedimentasi pada Miosen akhir di Cekungan Sumatra tengah
berjalan dari arah selatan menuju utara dengan kontrol struktur-struktur berarah utara
selatan.
6. Tektonisme Plio-Pleistosen yang bersifat kompresif mengakibatkan terjadinya
inversi-inversi struktur Basement membentuk sesar-sesar naik dan lipatan yang
berarah Barat laut-Tenggara. Tektonisme Plio-Pleistosen ini juga menghasilkan
ketidakselarasan regional antara formasi Minas dan endapan alluvial kuarter
terhadap formasi-formasi di bawahnya.

KOMENTAR DAN CATATAN PENILAI


STUDENT CENTER LEARNING INQUIRY AND DISCOVERY

Anda mungkin juga menyukai