Anda di halaman 1dari 5

LAPISAN TANAH DASAR (SUBGRADE)

Tanah dasar merupakan bagian terpenting yang akan menjadi tumpuan dan
mendukung seluruh beban konstruksi yang berada diatasnya. Lapisan tanah dasar
(subgrade) adalah bagian terpenting dalam pembangunan, terutama untuk
pembangunan jalan. Apabila tanah dasar berupa tanah lempung yang memiliki
daya dukung rendah dan sangat sensitif terhadap kadar air, maka bangunan yang
ada disekitarnya akan sering mengalami kerusakan. Daya dukung tanah dasar
(subgrade) pada perencanaan perkerasan lentur dinyatakan dengan nilai CBR
(California Bearing Ratio).

Untuk jalan raya, subgrade dapat berupa :


a. Tanah asli setempat yang dipadatkan.
b. Tanah urugan badan jalan yang dipadatkan :
- bila jalan terletak pada peninggian
- bila perkerasan jalan harus terletak pada suatu jarak (ketinggian) dari
daerah sekitarnya. Biasanya material tanah urug ini lebih baik dari tanah
aslinya.

Persyaratan-persyaratan material Subgrade :


1. California Bearing Ratio (CBR) minimal 5%. Departemen Pekerjaan
Umum (DPU) mensyaratkan bahwa nilai CBR pada kondisi terendam
air dari suatu sub grade minimal 5%.
2. Index Plastisitas tanah harus kurang dari 15%.
3. Jenis timbunan tanah tidak boleh termasuk dalam klasifikasi tanah
yang tidak stabil. Misalnya klasifikasi tanah bergambut dengan
kandungan organik tinggi.
4. Perobahan bentuk permanen (permanent deformation) dari tanah dasar
akibat beban lalu lintas dan perkerasan-perkerasan diatasnya harus
sekecil mungkin.
5. Tegangan yang timbul pada lapis permukaan tanah dasar harus lebih
kecil dari tegangan izin tanah dasar.
6. Sifat mengembang dan menyusut dari tanah dasar akibat perubahan
kadar air, harus sekecil mungkin dan konstan.
7. Lendutan dan lendutan balik tanah dasar selama dan sesudah
pembebanan lalu lintas harus sekecil mungkin.
8. Tambahan pemadatan akibat pembebanan lalu-lintas dan penurunan
yang diakibatkan, pada tanah berbutir yang tidak dipadatkan secara
baik, harus sekecil mungkin dan merata.

Adapun jenis-jenis perkerasan jalan, yaitu Perkerasan Kaku (Rigid


Pavement) dan Perkerasan Lentur (Flexible Pavement). Perkerasan Kaku (Rigid
Pavement) adalah suatu susunan konstruksi perkerasan di mana sebagai lapisan
atas digunakan pelat beton yang terletak di atas pondasi atau di atas tanah dasar
pondasi atau langsung di atas tanah dasar (subgrade). Perkerasan ini menggunakan
bahan ikat aspal yang sifatnya kaku. Perkerasan kaku berupa plat beton dengan
atau tanpa tulangan diatas tanah dasar dengan atau tanpa pondasi bawah. Beban
lalu lintas diteruskan ke atas plat beton. Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)
adalah perkerasan yang menggunakan bahan ikat aspal, yang sifatnya lentur
terutama pada saat panas. Aspal dan agregat ditebar dijalan pada suhu tinggi
(sekitar 1000C). Perkerasan lentur menyebarkan beban lalu lintas ke tanah dasar
yang dipadatkan melalui beberapa lapisan, ialah lapisan permukaan, lapisan
pondasi atas, lapisan pondasi bawah, lapisan tanah dasar.

Perbedaan antara Perkerasan Lentur dan Perkerasan Kaku :


Kelebihan dan Kekurangan :
Tanah-tanah subgrade yang menjadi lebih kokoh dibandingkan dengan
aslinya, akibat pemadatan atau karena adanya tanah urug dengan material yang
lebih baik, disebut sebagai improved subgrade. Berikut adalah test-test pada
subgrade.

TEST DAYA DUKUNG

1. CBR & DCPT

a. California Bearing Ratio (CBR)


Prinsip pengujian ini adalah pengujian penetrasi dengan menusukkan
benda ke dalam benda uji. Dengan cara ini dapat dinilai kekuatan tanah
dasar atau bahan lain yang dipergunakan untuk membuat perkerasan.
Nilai CBR dihitung pada penetrasi sebesar 0.1 inci dan penetrasi
sebesar 0.2 inci (SNI 03-1744-1989). Tujuan dilakukan pengujian CBR
ini adalah untuk mengetahui nilai CBR pada variasi kadar air
pemadatan. Untuk menentukan kekuatan lapisan tanah dasar dengan
cara percobaan CBR diperoleh nilai yang kemudian dipakai untuk
menentukan tebal perkerasan yang diperlukan di atas lapisan.

b. Dynamic Cone Penetrometer Test


Alat yang digunakan untuk mengukur daya dukung tanah dasar jalan
langsung di tempat. Tujuan dilakukan pengujian DCPT pada subgrade
ialah :
- Keperluan pelebaran jalan
- Keperluan pembangunan jalan baru atau rekonstruksi
- Keperluan overlay jalan lama

2. Plate Loading Test (Uji Beban Pelat)


Penambahan beban di atas suatu permukaan tanah dapat menyebabkan
lapisan tanah di bawah permukaan tanah mengalami pemampatan yang
besar. Kondisi tanah tersebut diperlukan pengujian pembebanan awal
sebelum konstruksi bangunan sipil permanen dilaksanakan. Metode ini
disebut preloading, maksud dari preloading adalah untuk mengurangi atau
mereduksi penurunan konsolidasi primer. Dengan membebani tanah
terlebih dulu sebelum pelaksanaan konstruksi bangunan sipil. preloading
disimulasikan dari uji eksperimental di laboratorium berupa uji beban
pelat (plate load test).

3. Triaxial
Pengujian pada sample subgrade yang ditutup dengan membrane karet
yang tidak tebal serta ditempatkan di dalam satu bejana selinder berbahan
plastic, lalu bejana itu berisi air atau larutan gliserin. Di dalam bejana,
benda uji itu akan memperoleh desakan hidrostatis yang mengakibatkan
terjadinya keruntuhan geser pada benda uji.

TEST KEPADATAN

1. Sand Cone Method


Pengujian yang dilakukan untuk mendapatkan hasil kepadatan tanah dasar
(subgrade). Pengujian dilakukan maksimum 200 m untuk satu titik secara
zig-zag hingga kedalaman tertentu. Toleransi permukaan tidak lebih
tinggi/rendah dari 10 mm dari elevasi rencana. Penghamparan dilakukan
dengan ketebalan setiap lapisan maksimum 20 cm dalam kondisi gembur.

2. Water Baloon Method

3. Ultrasound Method

Anda mungkin juga menyukai