Anda di halaman 1dari 4

Pengertian Metode , Metodologi

Metode adalah prosedur atau cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu.
Sedangkan metodologi adalah analisis teoritis mengenai suatu cara atau metode.
Penelitian adalah suatu penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan
sejumlah pengetahuan, juga merupakan suatu usaha yang sistematis dan terorganisasi
untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.
Dan arti dari sebuah metodologi penelitian adalah sekumpulan peraturan, kegiatan, dan
prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin ilmu.
Ilmu pengetahuan memiliki sifat utama yaitu tersusun secara sistematik dan runtut
dengan menggunakan metode ilmiah. Karenanya sementara orang menganggap perlunya
memiliki sikap ilmiah untuk menyusun ilmu pengetahuan tersebut atau dengan kata lain
ilmu pengetahuan memiliki tiga sifat utama tersebut, yaitu :
1) Sikap ilmiah
2) Metode ilmiah
3) Tersusun secara sistematik dan runtut
Sikap ilmiah menuntun orang untuk berpikir dengan sikap tertentu. Dari sikap
tersebut orang dituntun dengan cara tertentu untuk menghasilkan ilmu pengetahuan.
Selanjutnya cara tertentu itu disebut metode ilmiah. Jadi dengan sikap ilmiah dan metode
ilmiah diharapkan dapat disusun ilmu pengetahuan dengan sistematik dan runtut.
Periode perkembangan metodologi penelitian yang dikemukakan oleh Rummel yang
dikutip oleh Prof. Sutrisno Hadi MA digolongkan sebagai berikut :
a. Periode Trial and Error
Dalam periode ini diisyaratkan bahwa ilmu pengetahuan masih dalam keadaan
embrional. Dalam periode ini orang menyusun ilmu pengetahuan dengan cara mencoba
coba berulang kali sampai dijumpia suatu pemecahan masalah yang diangap
memuaskan.
b. Periode Authority and Tradition
Pada periode ini kebenaran ilmu pengetahuan didasarkan atas pendapat para
pemimpin atau penguasa waktu itu. Pendapat-pendapat itu dijadikan ajaran yang harus
diikuti begitu saja oleh rakyat banyak dan mereka harus menerima bahwa ajaran tersebut
benar.
Di samping pendapat para penguasa atau pemimpin, tradisi dalam kehidupan
manusia memang memegang peranan yang sangat penting di masa lampau dan
menentang tradisi merupakan hal yang tabu. Karenanya tradisi dipercaya sebagai hal
yang benar, sehingga tradisi menguasai cara berpikir dan cara kerja manusia berabad-
abad lamanya. Sebagai contoh,sampai pertengahan abad 20, petani Jawa masih
memegang tradsisi bahwa mereka akan segera turun ke aswaah apabila telah melihat
bintang biduk (gubuk penceng) sebagai pertanda mulai turun hujan.
c. Periode spekulasi dan argumentasi
Pada periode ini ajaran atau doktrin para pemimpin atau penguasa serta tradisi
yang bercakal dalam kehidupan masyrakat mulai menggunakan dialektika untuk
mengadakan diskusi dalam memecahkan masalah untuk memperoleh kebenaran. Dengan
kata lain, masyarakat mulai membentuk kelompok-kelompok spekulasi untuk
memperoleh kebenaran dan menggunakan argumen-argumen. Masing-masing kelompok
membuat spekulasi dan argumen yang berbeda dalam memperoleh kebenran. Oleh sebab
itu, pada saat ini orang terlalu mendewakan akal dan kepandaian silat lidahnya, yang
kadang kadang dibuat-buta supaya tampak masuk akal.
d. Periode Hipotesis dan experimen
Pada periode ini orang mulai mencari rangkaian tata cara untuk mnerangkan suatu
kejadian. Mula-mula membuat dugaan-dugaan (hipotesis-hipotesis), kemudian
mengumpulkan fakta-fakta kemudian dianalisis dan diolah, hingga akhirnya ditarik
kesimpulan. Fakta-fakta tersebut diperoleh dengan eksperimen atau observasi-observasi
serta dokumen-dokumen.

TEORI KEBENARAN

Teori Koherensi
Teori koherensi dibangun oleh para pemikir rasionalis seperti Leibniz, Spinoza,
Hegel, dan Bradley. Menurut Kattsoff (1986) dalam bukunya Elements of Philosophy,
teori koherensi dijelaskan .suatu proposisi cenderung benar jika proposisi tersebut
dalam keadaan saling berhubungan dengan proposisi-proposisi lain yang benar, atau
jika makna yang dikandungnya dalam keadaan saling berhubungan dengan pengalaman
kita.
Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa berdasarkan teori koherensi, suatu
pernyataan dianggap benar jika pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan
pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Bila kita menganggap bahwa
semua manusia pasti mati adalah suatu pernyataan yang benar, maka pernyataan, si
polan adalah manusia dan si polan pasti mati adalah benar, sebab pernyataan kedua
adalah konsisten dengan pernyataan yang pertama.

Teori Korespondensi
Teori korespondensi biasanya dianut oleh para pengikut realisme, dan mereka
berpegang pada pendirian fakta-fakta. Dan teori ini yang diterima secara luas oleh
kelompok realis. Menurut paham ini, kebenaran adalah kesetiaan kepada realita
objektif. Kebenaran adalah persesuaian antara pernyataan tentang fakta dan fakta itu
sendiri.
Kebenaran teori korespondensi berdasarkan pengalaman inderawi sehingga ada
atau tidak adanya keyakinan tidak mempunyai hubungan langsung terhadap kebenaran
atau kekeliruan. Misalnya pernyataan Kota Bandung berada di wilayah Jawa Barat
bukan karena pernyataan ini berguna atau apa, tapi karena secara geografis dan
berdasarkan pengalaman maupun bukti empiris memang demikian.

Teori Kebenaran Pragmatis


Teori kebenaran pragmatis dicetuskan oleh Charles S. Pierce (1839-1914) dalam
sebuah makalah yang terbit pada tahun 1878 yang berjudul How to Make Our Ideas
Clear. Teori ini kemudian dikembangkan oleh beberapa ahli filsafat yang kebanyakan
berkebangsaan Amerika yang menyebabkan filsafat ini sering dikaitkan dengan filsafat
Amerika. Ahli-ahli filsafat ini misalnya William James, John Dewey, George Herbert
Mead dan C. I. Lewis.
Teori pragmatisme beranggapan bahwa sesuatu itu dianggap benar jika secara
fungsional ia memberikan manfaat. Jadi ukurannya adalah hasil yang didapatkannya.
Jika hasilnya menguntungkan maka ia baik dan benar dan sebaliknya jika hasilnya
merugikan maka ia buruk dan salah.
Kattsoff (1986) menguraikan tentang teori kebenaran pragmatis ini adalah
penganut pragmatisme meletakkan ukuran kebenaran dalam salah satu macam
konsekuensi. Atau proposisi itu dapat membantu untuk mengadakan penyesuaian yang
memuaskan terhadap pengalaman, pernyataan itu adalah benar. Misalnya pengetahuan
naik bus berhenti di posisi kiri. Dengan berhenti di posisi kiri, penumpang bisa turun
dengan selamat. Jadi, mengukur kebenaran bukan dilihat karena bus berhenti di posisi
kiri, namun penumpang bisa turun dengan selamat karena berhenti di posisi kiri.

Anda mungkin juga menyukai