Hutan Siti11 PDF
Hutan Siti11 PDF
Siti Latifah
Jurusan Kehutanan
Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
I. PENDAHULUAN
Decomposition
Setelah persoalan didefenisikan, maka perlu dilakukan decomposition yaitu
memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya. Jika ingin mendapatkan hasil
yang akurat, pemecahan juga dilakukakan terhadap unsur-unsur sampai tidak mungkin
dilakukan pemecahan lebih lanjut, sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari
persoalan tadi. Karena alasan ini, maka proses analisis ini dinamakan hirarki (hierarchy).
Ada dua jenis hirarki, yaitu lengkap dan tak lengkap. Dalam hirarki lengkap, semua
elemen pada suatu tingkat memiliki semua elemen yang ada pada tingkat berikutnya. Jika
tidak demikian, dinamakan hirarki tak lengkap.
Comporative Judgment
Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada
suatu tingkat tertentu yang dalam kaitannya dengan tingkat diatasnya. Penilaian ini
merupakan inti dari AHP, karena ia akan berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen.
Hasil dari penilaian ini akan tampak lebih enak bila disajikan dalam bentuk matriks yang
dinamakan matriks pairwise comparison.
Agar diperoleh skala yang bermanfaat ketika membandingkan dua elemen,
seseorang yang akan memberikan jawaban perlu pengertian menyeluruh tentang elemen-
elemen yang dibandingkan dan relvansinya terhadap kriteria atau tujuan yang dipelajari.
Synthesis of Priority
Dari setiap matriks pairwise comparison kemudian dicari eigenvectornya untuk
mendapatkan local priority. Karena matriks pairwise comparison terdapat pada setiap
tingkat, maka untuk mendapatkan global priority harus dilakukan sintesa di antara local
2
e-USU Reposritory 2005 Universitas Sumatera Utara
priority. Prosedur melakukan sintesa berbeda menurut bentuk hirarki. Pengurutan
elemen-elemen menurut kepengtingan relatif melalui prosedur sintesa dinamakan priority
setting.
Local Consistency
Konsistensi memiliki dua makna. Pertama adalah bahwa objek-objek yang serupa
dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Contohnya, anggur dan
kelereng dapat dikelompokkan dalam himpunan yang seragam jika bulat merupakan
kriterianya, tetapi tak dapat jika rasa sebagaikriterianya. Arti kedua adalah menyangkut
tingkat hubungan antaraobjek-objek yang didasarkan pada kriteria tertentu. Contohnya,
jika manis merupakan kriteria dan madu dinilai 5 kali lebih manis dibanding gula, dan
gula 2 kali lebih manis dibanding sirop, maka seharusnya madu dinilai manis 10 kali
lebih manis dibanding sirop. Jika madu hanya dinilai 4 kali manisnya dibanding sirop,
maka penilaian tak konsisten dan proses harus diulang jika ingin memperolehpenilaian
yang lebih tepat (Mulyono, 1996).
Contoh kasus dalam penggunaan AHP ini adalah pemilihan kebutuhan pokok
atau sekunder bagi mahasiswa. Kriteria pemilihan kebutuhan pokok pada ilustrasi ini
didasarkan pada tingkat ketersediaan, trend atau kecendrungan dan biaya yang
dikeluarkan oleh mahasiswa. Bagan pengambilan keputusannya dapat dilihat pada
Gambar 1.
3
e-USU Reposritory 2005 Universitas Sumatera Utara
Kriteria
Apabila diasumsikan persediaan 3 kali lebih penting dari pada trend sedangkan biaya 2
kali lebih penting dari pada persediaan, maka biaya 6 kali lebih penting dari trend.
Berdasarkan ilustrasi ini didapat pairwise comparison sebagaimana Tabel 1.
Untuk menentukan skala prioritas yang merupakan eigen vector dengan rumus sbb:
AW = nW
1 1/3 1/6 a a
3 1 b = 3 b
6 2 1 c c
A W n W
Matrik tersebut dikalikan dan dicari matrik Wnya dengan eliminasi atau substitusi
sebagai berikut:
(1) a + 1/3b + 1/6c = 3a
(2) 3a + b + 1/2 c = 3b
(3) 6a + 2b + c = 3c
Maka didapat : a = 0,1 b = 0,3 c = 0,6
4
e-USU Reposritory 2005 Universitas Sumatera Utara
berdasarkan nilai matrik tersebut bearti biaya merupakan kriteria terpenting karena
prioritasnya tertinggi yaitu 0,6 diikuti persediaan dengan skala proiritas 0,3 dan trend
dianggap paling tidak penting dengan skala prioritas 0,1.
IV. KESIMPULAN
AHP adalah salah satu metode dalam pengambilan keputusan. Ia digunakan untuk
menemukan skala rasio baik dari perbandingan pasangan yang diskrit maupun yang
kontinyu. Dalam menyelesaikan persoalan dengan AHP ada persoalan-persoalan yang
harus dipahami, diantaranya adalah decomposition, comparative judgment, synthesis of
priority, dan logical consistency.
Penyelesaian masalah berdasarkan AHP mengandalkan intuisi sebagai input
utamanya, namun intuisi harus datang dari pengambilan keputusan yang cukup informasi
dan memahami masalah keputusan yang dihadapi.
DAFTAR PUSTAKA
Haedar, T., 1997. Prinsip-prinsip Networking Planning. PT. Gramedia. Jakarta.
Holloway, C.A, 1979. Decision Making Under Uncertainty: Models and Choice.
Prentice-Hall, New Jersey.
5
e-USU Reposritory 2005 Universitas Sumatera Utara