Anda di halaman 1dari 3

SEJARAH BERDIRINYA

Usaha untuk pendirian Museum Brawijaya telah dilakukan sejak tahun 1962 oleh Brigjend TNI
(Purn) Soerachman (mantan Pangdam VIII/Brawijaya tahun 1959-1962). Pembangunan gedung museum
kemudian mendapat dukungan pemerintah daerah kotamadya Malang dengan penyediaan lokasi tanah
seluas 10.500 meter persegi, dan dukungan biaya dari Sdr.Martha, pemilik hotel di Tretes Pandaan.
Arsitek museum adalah Kapten Czi Ir.Soemadi. Museum dibangun pada tahun 1967 dan selesai 1968.

Nama Museum Brawijaya ditetapkan berdasarkan keputusan Pangdam VIII/Brawijaya tanggal 16


April 1968 dengan sesanti (wejangan) 'Citra Uthapana Cakra' yang berarti sinar (citra) yang
membangkitkan (uthapana) semangat/kekuatan (cakra). Sedangkan museum diresmikan pada tanggal 4
Mei 1968. Terletak di Jl. Besar Ijen, Klojen, Kota Malang, Jawa Timur 65115

Gambar ini merupakan tampak


depan dari bangunannya. Dari segi
bentuk, bangunan ini tidak monoton.
Itu terlihat dari bentukannya yang
tidak simetris. Namun, sasaran dari
museum ini tidak jelas. Bila untuk
anak-anak, bangunan ini terlalu
menyeramkan dari segi warna.
Memang, museum ini adalah
museum sejarah peperangan yang
identik dengan warna hijau atau
warna tentara. Namun, cat dari
bangunannya tidak terawat sehingga
menimbulkan kesan bangunanannya
sebagai peninggalan.

Sebelum memasuki kawasan, pengunjung diminta untuk memarkir kendaraan. Namun, tempat
parkir tidak jelas dikarenakan tidak adanya garis parkir ataupun petunjuk mobil/sepeda motornya.

Pintu masuk pada bangunan sangat jelas. Itu terlihat dari adanya patung Jendral Soedirman
sebagai icon sejarah Museum dan jembatan untuk melewati kolam. Namun, air kolam yang tidak jernih
memberi kesan tidak terawatnya. Walaupun warna hijau adalah warna yang selaras dengan sejarahnya.
Penjualan makanan ikan sebagai unsur penambah daya tariknya. Namun, warna air yang hijau membuat
kerumunan ikan tidak terlihat.

Setelah memasuki bangunan, pengunjung berada pada pilihan. Ke kiri atau ke kanan yang dapat
membuat pengunjung bingung karena alur sirkulasi yang terbentuk tidak jelas.

Dari segi bukaan, sudah banyak. Namun, pemilihan warna lantai yang tidak tepat membuat
bangunan tetap terlihat gelap. Itu dapat mempengaruhi pengunjung karena menciptakan kesan yang
menyeramkan apalagi adanya foto-
foto orang yang sudah meninggal.

Ada beberapa dari koleksi yang


tidak memiliki identitas dan juga
sudah rusak namun tidak adanya
perbaikan yang dilakukan. Cat

ruangan juga sudah ada yang


pecah-pecah. Kemudian bagian lantai yang diperbaiki tidak maksimal sehingga menambah kesan tidak
terawatnya bangunan

Pada bagian tengah bangunan terdapat taman yang


juga berfungsi untuk memperlihatkan koleksi museum.
Namun,kurang dimanfaatkan. Itu terlihat dari tidak
adanya tatanan pada taman. Selain itu, sampah-
sampah pada museum juga tidak dibersihkan.

Mulai
dari kurang terawatnya bangunan dari segi kebersihan, perbaikan bangunan yang tidak maksimal,
koleksi-koleksi yang tidak memiliki identitas, dan lainnya merupakan penyebab dari sedikitnya
pengunjung museum ini. Walaupun letak museum yang strategis, banyak dilalui oleh kendaraan,
museum terhalangi secara visual oleh tank yang berada di depan kawasan.

Anda mungkin juga menyukai