PENDAHULUAN
dijumpai dalam perawatan anak, sebab air merupakan komponen terbesar unsur tubuh
masukan cairan sebanding dengan keluaran atau sedikit positif untuk kepentingan
tubuh. Bila terjadi selain keadaan terbut, akan terjadi kelebihan cairan ( overhidrasi)
yang akan dibuang terutama melalui ginjal atau kekurangan cairan (dehidrasi) yang
Na+ didalam tubuh dengan ukuran <135 mEq/l sehingga tubuh akan meresponnya
kadar Na+ lebih tinggi (> 145 mEq/l ) dari pada kadar cairan didalam tubuh.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Natrium
pada cairan limfe intertitial dan 2,5% pada CIS. 43 % natrium tubuh berada
ikat padat dimana 2/3 nya dapat dipertukarkan. Kandungan natrium janin yang
ikat dan CES. Natrium terutama terdistribusi dalam ruang ekstraseluler 140%
2
reabsorpsi oleh tubulus kontortus proksimal reabsorpsi yang bermakna terjadi
cairan dan pemekatan urin. Reabsorps natrium ditempat ini diatur oleh
( Kosim Ms, Yunanti Ari, Dewi Rizalya, Sarosa GI, Ali Usman, Buku Ajar NEONATOLOGI
145 mEq/l. ( 134 sampai 145 mmol/l). Nilai Na+ serum ditentukan dengan
mEq/l yang berarti konsentrasu atau difusi dari Na+ dalam air. Karena Na+
(Jufri Mohammad, Soenarto Sri SY, Oswari Hanifah, Arief Sjamsul, dkk. Buku Ajar
2 - 11)
3
2.3. Hiponatremi
2.3.1. Definisi
+
Hiponatremi terjadi apabila konsentrasi Na kurang dari 135 mEq/l.
ditemukan.
(Jufri Mohammad, Soenarto Sri SY, Oswari Hanifah, Arief Sjamsul, dkk. Buku Ajar GASTROENTEROLOGI-
HEPATOLOGO jilid I. Jakarta : Badan Penerbit IDAI. 2015. Hal : 2 11 dan Allolio Bruno, Djillali Annane, Ball
Steve. PANDUAN PRAKTIK KLINIS DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA HIPONATREMIA (ERBP). 2015)
2.3.2. Klasifikasi
1. Hiponatremia hipervolemik
terjadi jika diikuti dengan edema seperti pada gagal jantung, sirosis, dan
2. Hiponatremia euvolemik
4
3. Hiponatremia hipovolemik
+
Hiponatremia hipovolemik terjadi jika air hilang disertai Na
+
tetapi jumlah Na lebih banyak yang hilang. Ini terjadi pada keadaan
plasma antara 130 dan 135 mmol/L yang diukur dengan ion elektroda
khusus.
plasma antara 125 dan 129 mmol/L yang diukur dengan ion elektroda
khusus.
(Jufri Mohammad, Soenarto Sri SY, Oswari Hanifah, Arief Sjamsul, dkk. Buku Ajar GASTROENTEROLOGI-
HEPATOLOGO jilid I. Jakarta : Badan Penerbit IDAI. 2015. Hal : 2 11 dan Allolio Bruno, Djillali Annane, Ball
Steve. PANDUAN PRAKTIK KLINIS DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA HIPONATREMIA (ERBP). 2015)
2.3.3. Etiologi
obatan (deuretika, sehingga kadar ADH naik), penggantian larutan yang tak
tepat setelah latihan dan cuaca panas, SIADH, polidipsi pada pasien
5
berkeringat pada cuaca panas, setelah latihan, hiponatremia karena minum
lebih banyak air yang tidak mengandung cukup elektrolit. Lavemen juga
(Jufri Mohammad, Soenarto Sri SY, Oswari Hanifah, Arief Sjamsul, dkk. Buku Ajar GASTROENTEROLOGI-
jari, hipoosmolaritas dan perpindahan air ke otot, saraf, dan jaringan saluran
(Jufri Mohammad, Soenarto Sri SY, Oswari Hanifah, Arief Sjamsul, dkk. Buku Ajar GASTROENTEROLOGI-
hasil labolatorium Na+ serum < 135 mq/l, osmolaritas serum turun,
(Pudjiadi AH, Hegar Badriul, Hadryastuti Setyo, dkk. Pedoman Pelayanan Media Ikatan Dokter Anak
Indonesia.Jakarta :Ikatan Dokter Indonesia ed.II.2011.hal:105 - 110).
6
2.3.6. Penatalaksanaan
(Pudjiadi AH, Hegar Badriul, Hadryastuti Setyo, dkk. Pedoman Pelayanan Media Ikatan Dokter Anak
Indonesia.Jakarta :Ikatan Dokter Indonesia ed.II.2011.hal:105 - 110).
7
2.4. Hipernatremi
2.4.1. Definisi
osmolaritas lebih besar 295 mOsm/kg. Karena Na+ ini berfungsi sebagai
impermeabel maka dia berperan dalam tonisitas dan gerakan air menembus sel
(Jufri Mohammad, Soenarto Sri SY, Oswari Hanifah, Arief Sjamsul, dkk. Buku Ajar GASTROENTEROLOGI-
2.4.2. Etiologi
Na+ tubuh. Hal ini disebabkan oleh jumlah bersih Na+ atau jumlah bersih air
yang hilang. Pemberian Na+ secara cepat tanpa disesuaikan jumlah air yang
minum (anak sakit tidak dapat mengontrol hausnya atau diare yang hebat),
8
(Jufri Mohammad, Soenarto Sri SY, Oswari Hanifah, Arief Sjamsul, dkk. Buku Ajar GASTROENTEROLOGI-
HEPATOLOGO jilid I. Jakarta : Badan Penerbit IDAI. 2015. Hal : 2 11 dan Kosim Ms, Yunanti Ari, Dewi
Rizalya, Sarosa GI, Ali Usman, Buku Ajar NEONATOLOGI ed. I. Jakarta : Badan Penerbit IDAI.2008.hal : 331-
349)
3. Berat badan akan turun sesuai dengan jumlah air yang hilang
air di ginjal.
5. Suhu tubuh sering mengkat dan kulit mengajdi hangat dan memerah.
7. Kulit dan mukosa menjadi kering, saliva dan air mata akan berkurang.
8. Mulut menjadi kering dan keras, lidah menjadi tebal dan luka, sulit
menelan.
(Jufri Mohammad, Soenarto Sri SY, Oswari Hanifah, Arief Sjamsul, dkk. Buku Ajar GASTROENTEROLOGI-
9
2.4.4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Elektrolit
b. Arena plasma darah 90% - 93% air maka konsentrasi sel darah,
c. Kreatinin
d. Urinalisi
(Jufri Mohammad, Soenarto Sri SY, Oswari Hanifah, Arief Sjamsul, dkk. Buku Ajar GASTROENTEROLOGI-
HEPATOLOGO jilid I. Jakarta : Badan Penerbit IDAI. 2015. Hal : 2 11 dan Pudjiadi AH, Hegar Badriul,
Hadryastuti Setyo, dkk. Pedoman Pelayanan Media Ikatan Dokter Anak Indonesia.Jakarta :Ikatan Dokter
Indonesia ed.II.2011.hal:105 - 110).
2.4.5. Penatalaksanaan
atau intravena atau dua duanya. Larutan, glukosa dan elektrolit merupakan
pilihan yang tepat. Pada dehidrasi berat pengantian larutan diberikan sesuai
defisit : 4 ml/kg untuk setiap kenaikan Na serum 1 mmol/L (di atas 145
terkoreksi
10
Hemodinamik stabil: Dekstrose 5%, 0.45% NaCl, atau 0.2% NaCl dengan
(Jufri Mohammad, Soenarto Sri SY, Oswari Hanifah, Arief Sjamsul, dkk. Buku Ajar GASTROENTEROLOGI-
HEPATOLOGO jilid I. Jakarta : Badan Penerbit IDAI. 2015. Hal : 2 11 dan Pudjiadi AH, Hegar Badriul,
Hadryastuti Setyo, dkk. Pedoman Pelayanan Media Ikatan Dokter Anak Indonesia.Jakarta :Ikatan Dokter
Indonesia ed.II.2011.hal:105 - 110).
11
BAB III
KESIMPULAN
dimana tubuh kekurangan ion Na+ didalam tubuh dengan ukuran <135 mEq/l
hipernatremia merupakan keadaan dimana kadar Na+ lebih tinggi (> 145 mEq/l )
dari pada kadar cairan didalam tubuh. Keadaan ini biasanya ditemukan pada kondisi
dehidrasi.
dari gejalanya hiponatremi dibagi menjadi 3 yaitu ringan, sedang dan berat.
hipoosmolaritas dan perpindahan air ke otot, saraf, dan jaringan saluran pencernaan;
otot kejang dan lemah, sakit kepala, penurunan perhatian, perubahan sikap, letargi,
jalur intravena atau pun orang. Biasanya hiponatremia bisa hilang sendiri dengan
sakit tidak dapat mengontrol hausnya atau diare yang hebat), kehilangan Free Water
dari IWL, deuretika denggan furosemid, pemberikan bikarbonat atau NaCl hipertonik
serta DI. Manifestasi utamanya adalah rasa haus pada anak, kemudan akan berlanjut
12
mrnjadi peningkatan osmolaritas serum dan akibatnya air akan kekuar dari dalam sel,
sehingga kulit dan mukosa menjadi kering, saliva dan air mata akan berkurang. Mulut
menjadi kering dan keras, lidah menjadi tebal dan luka, sulit menelan. Jaringan
subkutan memerah, jika air banyak keluar dari sel saraf maka akan terjadi penurunan
reflek, agitasi, sakit kepala, gelisa. Koma dan kejang terjadi pada hipernatremia yang
penggantian kehilangan larutan (dehidrasi). Penggantian larutan ini bisa oral atau
intravena atau dua duanya. Larutan, glukosa dan elektrilit merupakan pilihan yang
tepat. Pada dehidrasi berat pengantian larutan diberikan sesuai dengan protokol WHO
( 5 pilar diare ).
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Jufri Mohammad, Soenarto Sri SY, Oswari Hanifah, Arief Sjamsul, dkk. Buku
3. Pudjiadi AH, Hegar Badriul, Hadryastuti Setyo, dkk. Pedoman Pelayanan Media
ed.II.2011.hal:105 110
4. Kosim Ms, Yunanti Ari, Dewi Rizalya, Sarosa GI, Ali Usman, Buku Ajar
14