Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
2
SITUASI GLOBAL SAAT INI
Perubahan Climate
Lingkungan Change
Modernisasi Globalisasi
Masyarakat Letak
& Tekn. Geografis,
Transportasi Sosial
Budaya
Penyakit Populasi
berbasis gaya yang
hidup Bertumbuh
(PTM) dan PM cepat &
(Emerging dan The
Re Emerging Bottom
Diseases). Billions
Biosecurity &
Migrasi & Kes. Bioterorisme
Perbatasan NUBIKA
Perjalanan Antar Bencana industri
Negara dan laboratorium
KEJADIAN DI DUNIA TERKAIT KESEHATAN: 1980-2009
Penyakit yang dimaksud : penyakit menular yang sudah ada, baru dan
yang muncul kembali serta penyakit tidak menular (bahan radio-nuklir,
bahan kimia, dll) yang dapat menyebabkan Public Health Emergency
of International Concern (PHEIC) / Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMMD)
8
PRINSIP DASAR IHR (2005)
Kemampuan deteksi dini dan respon terhadap berbagai ancaman
kesehatan, khususnya yang berpotensi menyebar lintas negara.
9
PHEIC
(Public Health Emergency of International
Concern / Kedaruratan Kesehatan Yang
Meresahkan Dunia)
Kejadian Luar Biasa, yang dapat merupakan ancaman kesehatan bagi negara lain,
(ditentukan oleh WHO setelah melalui proses konsultasi) dan kemungkinan
membutuhkan koordinasi internasional dalam penanggulangannya (International
Health Regulation / IHR (2005)
14
KAPASITAS SURVEILANS DAN RESPON YANG
DIPERSYARATKAN
LOKAL / PROP/KAB/KOTA NASIONAL
MASYARAKAT Verifikasi Penilaian
Deteksi kejadian Penilaian Notification (ke WHO)
Tindakan
Public health response
Melaporkan Tindakan
penanggulangan
Tindakan Melaporkan
penanggulangan
penanggulangan Pendukung (staff, lab)
Bantuan ditempat
Operational links/liaison
Rencana Kedaruratan
kesehatan masyarakat
15
Dalam waktu 24 jam
KAPASITAS RESPONSE
Kapasitas Respons cepat
Mekanisme respon thd suatu Kedaruratan Kesehatan masyarakat
(management procedures, jalur komunikasi operasional, posko
dll. )
Rapid Response Teams (RRT) at national and subnational levels
Prosedur tatalaksana kasus untuk berbagai ancaman kesehatan
masyarakat.
Infection Prevention and Control (IPC) pada fasilitas kesehatan disemua
tingkatan.
Disinfection, decontamination dan kemampuan vector control untuk
semua ancaman.
KAPASITAS KESIAPSIAGAAN
Kesiap siagaan ditingkat nasional terhadap ancaman ganda kedaruratan
kesehatan masyarakat serta rencana respon yang meliputi semua aspek dalam
IHR
Ancaman ganda dan PoE
Teruji dan selalu dimutakhirkan
Kapasitas respon yang mampu menyesuaikan terhadap kedaruratan kesehatan
masyarakat.
Pemetaan Risiko dan Sumberdaya.
Penyiapan untuk respon terhadap ancaman biologis, kimia dan radiologi serta
kedaruratan lain.
KAPASITAS KOMUNIKASI RISIKO
Mekanisme untuk komunikasi risiko yang efektif pada saat
kedaruratan kesehatan masyarakat.
Structur org, rencana, peraturan dan prosedur yang tersedia untuk
memberikan informasi pada saat kejadian kesehatan masyarakat.
Strategi komunikasi yang transparan.
Informasi yang dimutakhirkan secara regular kepada media dan
masyarakat.
Kesiapsiagaan dan respon yang berfungsi ditingkat masyarakat.
Pesan dan materi penyuluhan yang tepat untuk masyarakat.
Mendengarkan dari mereka yang terkena atau terlibat.
UKURAN KESIAPAN IMPLEMENTASI IHR (2005)
Memiliki kapasitas inti untuk deteksi dini dan respon secara
nasional serta kapasitas inti di pintu masuk negara.
19
KEBIJAKAN KEMENKES DALAM IMPLEMENTASI IHR ( 2005 )
Kebijakan penerapan IHR (2005) diarahkan untuk mempercepat persiapan
meningkatkan core capacities, terutama kemampuan menghadapi PHEIC yang bisa
muncul dimana saja dan kapan saja.
Pelaksanaan implementasi IHR (2005) berpedoman pada Sistem Kesehatan Nasional
dan peraturan perundangan yang berlaku.
Mempercepat peningkatan kemampuan utama yaitu deteksi dan respon.
Menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan bersama-sama oleh pemerintah,
pemerintah daerah dan melibatkan berbagai pihak yang terkait serta masyarakat.
Peningkatan kemampuan utama dilaksanakan dengan cara meningkatkan
kemampuan yang sudah kita miliki meliputi sarana, peralatan termasuk sistem yang
sudah berjalan secara efektif dan efisien.
Kemampuan surveilans dalam rangka kewaspadaan dini terhadap penyakit yang
berpotensi KLB / wabah selama ini disempurnakan.
Peningkatan kemampuan surveilans terutama di tingkat lapangan lebih ditekankan
pada peningkatan kemampuan petugas dan termasuk memberdayaan masyarakat.
Bila dianggap perlu, dapat meminta bantuan dunia Internasional melalui WHO.
Kegiatan:
Implementasi IHR (2005)
- Evakuasi
- Diagnosis Pelabuhan, Bandar Kegiatan:
- Pengobatan - Karantina
- Transportasi/rujukan
Udara & PLBDN - Pemeriksaan alat angkut
- Isolasi - Pengendalian vektor
- Tindakan penyehatan
RS Rujukan
Koordinasi, Komunikasi:
- Jalur dan mekanisme Dinkes Kab/Kota,
- Investigasi bersama Provinsi
- Penanggulangan terkoordinasi
NFP - Posko
- dll
LINGKUP DAN PENANGGUNG JAWAB
IHR bukan hanya tanggung jawab Otoritas Kesehatan di
Pintu Masuk Negara (Pelabuhan, Bandara, Pos Lintas Batas
Darat) saja, tetapi porsi yang paling besar menjadi tanggung
jawab Otoritas Kesehatan di Wilayah.
22
KANTOR KESEHATAN PELABUHAN (KKP)
International :
27 Bandara
41 Pelabuhan
10 PLBDN
23
KELAS I : 7 KELAS II : 21 KELAS III: 20 KELAS IV : 1 WILKER : 304
PINTU MASUK NEGARA YANG DITUNJUK
PENCEGAHAN KELUAR MASUKNYA PENYAKIT
DI PINTU MASUK NEGARA
(Maximum protection, Minimum restriction)
Orang Darat
Dari seluruh
Barang Laut
dunia Alat Angkut Biologi
Udara
Kimia
Fisika
Pencegahan keluar
masuknya 8 Kantor
Kapasitas Kesehatan Deteksi
penyakit di Pintu Dini
Masuk Negara Inti (IHR Pelabuhan (49)
dilakukan oleh 2005)
KKP di 355 Pintu Masuk Negara :
Pelabuhan, 9 Tujuan Wilker 1. Pelabuhan laut
Bandara dan GHSA (306) 2. Bandara udara
PLBDN
3. Pos batas lintas
batas negara
RS RUJUKAN
Karantina/Isolasi/Tindakan Lainnya
Mencegah kejadian luar biasa/wabah/kedaruratan kesehatan
yang meresahkan dunia
KAPASITAS INTI IHR (2005) DI PoE
Kemampuan Utama untuk Pintu Masuk Negara / Point
of Entry (PoE) ; Pelabuhan / Bandara / Lintas Batas
Darat Negara (Annex 1b)
Rutin
Kemampuan merespon PHEIC
KAPASITAS INTI DI PINTU MASUK NEGARA
DALAM KONDISI RUTIN
Menyediakan pelayanan medis
yang layak, termasuk fasilitas
diagnostik yang memungkinkan
a assessment segera terhdp
penumpang yang sakit
Menyediakan
b transport dan
petugas
e
Menyediakan staf untuk c
pemberantasan vektor Menyediakan air yg
setempat dan di aman utk diminum, Menyediakan petugas
sekitarnya fasilitas katering, toilet, utk pemeriksaan
d pembuangan limbah yg
pesawat / kapal /
memadai
kendaraan
KAPASITAS INTI DI PINTU MASUK NEGARA KETIKA TERJADI PHEIC
b Melakukan diagnosis & c
perawatan bagi pelaku
Melaksanakan tanggap darurat perjalanan atau hewan yg Menyediakan ruangan yg
a kesehatan, penunjukan terjangkit melalui kerjasama dg memadai & terpisah dr
koordinator & pejabat fasilitas medis & kesehatan pelaku perjalanan lain, utk
berwenang di pintu masuk & mewawancarai org yg
hewan setempat dlm
sarana yankes lainnya terjangkit atau tersangka
pengisolasian, pengobatan &
layanan pendukung lainnya
Menyediakan kendaraan Menyediakan sarana
d diagnosis & bila perlu
khusus & staf terlatih dg alat
g pelindung diri yg memadai, karantina thd pelaku
dlm merujuk pelaku perjalanan yg diduga
perjalanan yg membawa terjangkit, sebaiknya di
atau terkontaminasi peny sarkes yg jauh dr pintu
menular msk
Menerapkan tindakan
e
f hapus serangga, hapus
tikus, hapus hama,
Menerapkan dekontaminasi atau
pengawasan penanganan bagasi, kargo,
masuk & peti kemas, alat angkut,
keluarnya pelaku barang & paket pos di
perjalanan lokasi khusus
KEBIJAKAN PROGRAM KARANTINAAN KESEHATAN
1. Mengimplemetasikan IHR (2005)
2. Penguatan aspek legal, UU Kekarantinaan, PMK No
3. Perkuat infrastruktur :
a. SDM : surveilans, traveller medicine
b. Logistik: sarana, prasarana, logistik, peralatan
4. Peningkatan kualitas
a. Supervisi dengan checklist
b. Sistem Informasi: Simkespel
5. Peningkatan dan Pemantapan Public Awareness.
6. Kerjasama dan kemitraan dengan program dan sektor terkait.
7. Dukungan penelitian , assessment ( ISO, JEE)
UPAYA PENGUATAN
Infrastruktur:
Legal Aspek: Peningkatan / pengembangan
Revisi UU Karantina, SDM melalui Tubel, Diklat, Penyediaan Sistem Informasi
petunjuk pelaksanaan,
petunjuk teknis / manual / Workshop, Sosialisasi, dll baik dan Komunikasi
SOP, MoU. di dalam maupun luar negeri. (SIMKESPEL)
Defenisi Operasional:
Jumlah kab/kota dengan pelabuhan, bandar udara dan PLBDN yang memiliki kebijakan kesiapsiagaan
dalam penanggulangan PHEIC dibagi jumlah kab/kota dengan pelabuhan, bandar udara dan PLBDN di
kali 100%
Kriteria pelabuhan, bandar udara, PLDBN : Internasional, Berfungsi rutin sepanjang tahun, Terdapat
unsur karantina kesehatan, Imigrasi, dan Beacukai
Jumlah kab/kota dengan kriteria tersebut diatas pada tahun 2014: 106 Kab/Kota
Kab/Kota dengan Renkon KKM Tahun 2015
Target Kab/Kota dengan Penyusunan Renkon KKM Tahun 2016
HARAPAN DUKUNGAN DAN KEGIATAN DI DAERAH :
1. Dukungan legislasi dalam proses perencanaan dan 1. Mapping dan Penilaian
pelaksanaan kegiatan. potensi KKM di wilayah
2. Forum dan mekanisme koordinasi. kerja
3. Pelaksanaan dan penguatan fungsi. 2. Rencana kontijensi
a. Deteksi : Surveilans - Penguatan Sistem Kewaspadaan Penyusunan
Dini dan Respons serta dukungan laboratorium. Uji rencana (Table top
b. Respons : Koordinasi, penanggulangan, rujukan, dan atau lapangan)
komunikasi risiko, sumber daya, Tim Gerak Cepat. 3. Pengembangan kapasitas
4. Pengembangan Kapasitas. 4. Tim Gerak Cepat
5. Koordinasi
6. Lainnya
A New IHR Monitoring & Evaluation Framework
EXERCISE JOINT EXTERNAL
JEE Tool used for Country IHR Capacity Assessments
EVALUATION TOOL
GHSA Experts Self Assessment
BERDASARKAN
(GHSA Pilots) IHR SELF ASSESSMENT
WHO 2015 After Action
Review
Secretariat
(IHR CC Kasubdit Kekarantinaan Kesehatan
Monitoring Independent
Experience)
Evaluation
Other expert
inputs
(e.g. OIE ) Exercises
GHSA MEMPERKUAT IHR
+
Anti Microbial
Resistance (AMR)
Immunization
Reporting
Emergency Response
Operation
Linking Public Health
and Security
Authorities
Planned
FINLAND
UNITED KINGDOM
NETHERLANDS TURKMENISTAN
UKRAINE
Haiti
PORTUGAL KAZAKSTAN
SWITZERLAND UNITED STATES
PAKISTAN
ITALY GEORGIA
ARMENIA
ERITREA BANGLADESH
SIERRA LEONE
ETHIOPIA LAOS CAMBODIA
GUINEA
VIETNAM
GHANA UGANDA INDONESIA
SENEGAL KENYA LEBANON COLUMBIA
TANZANIA KUWAIT
CAMEROON PERU
JORDAN
COTE d IVOIRE NAMIBIA KSA
QATAR
MOZAMBIQUE
MOROCCO
BOTSWANA SUDAN
TUNISIA
EGYPT
Biregional Meeting of the Technical Advisory Group on
BAHRAIN
the Asia Pacific Strategy for Emerging Diseases
ARGENTINA
6/29/2016 28-30 June 2016 Manila, Philippines DJIBOUTI
14
Terima kasih
42