Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

Dari semua trauma yang ada di Unit Gawat Darurat, 10 % diantaranya merupakan cedera
sistem urogenital. Kebanyakan dari trauma tersebut terabaikan dan sulit untuk didiagnosis dan
memerlukan keahlian diagnosis yang baik. Diagnosis awal sangat perlu untuk mencegah
komplikasi lanjut dan gejala sisa jangka panjang yang serius. Pasien dengan kelainan striktur
uretra sekunder akibat peristiwa traumatik jika tidak dikelola dengan baik, cenderung memiliki
masalah berkemih yang signifikan dan berulang serta membutuhkan intervensi lebih lanjut. 1,2

Pria dan wanita yang mengalami trauma traktus urinarius bagian bawah biasanya dengan
cara yang berbeda. Pada wanita sering berhubungan dengan kasus obstetri, jarang karena trauma
fisik. Sedangkan trauma traktus urinarius bagian bawah pada pria biasanya karena trauma fisik
dan dapat menyebabkan berbagai macam ruptur, seperti : (A) ruptur buli intraperitoneal, (B)
ruptur buli ekstraperitoneal, (C) ruptur uretra posterior, (D) ruptur uretra pars membranosa, (E)
ruptur uretra pars bulbosa, dan (F) ruptur penil uretra. Uretra pars prostatika terlindungi oleh
prostat sehingga jarang ruptur. 1,2,3,4

Trauma tumpul pada abdomen bagian bawah dapat menyebabkan ruptur buli
intraperitoneal . Fraktur pelvis dapat menyebabkan ruptur buli ekstraperitoneal, ruptur uretra
posterior, dan ruptur uretra pars membranosa. Trauma pada perineum dan uretra dapat
menyebabkan ruptur uretra pars membranosa, ruptur uretra pars bulbosa, dan ruptur penil
uretra. Pria dapat mengalami lebih dari satu organ yang ruptur, sering terjadi kombinasi ruptur
buli ekstraperitoneal dan ruptur uretra posterior. Luka tembus dapat menyebabkan trauma di
setiap bagian traktus urinarius. 1,2,3

Sebagian besar trauma uretra berhubungan dengan peristiwa yang dapat dideteksi
dengan baik, termasuk trauma tumpul berat seperti yang disebabkan oleh kecelakaan kendaraan
bermotor atau karena jatuh. Luka tembus di daerah uretra juga dapat menyebabkan trauma
uretra. Straddle injury dapat menyebabkan masalah jangka pendek maupun jangka

1
panjang. Trauma iatrogenik ke uretra akibat trauma pemasangan kateter, prosedur transuretral
juga sering dijumpai. 1,2,3

Secara klinis trauma uretra dapat diklasifikasikan menjadi 2 kategori besar berdasarkan
lokasi anatomi trauma menjadi trauma uretra anterior dan trauma uretra posterior, hal ini karena
keduanya menunjukkan perbedaan dalam hal etiologi trauma, tanda klinis, pengelolaan, serta
prognosisnya. Trauma uretra posterior terletak di uretra pars membranosa dan uretra pars
prostatika. Trauma ini paling sering berhubungan dengan trauma tumpul besar seperti tabrakan
kendaraan bermotor dan jatuh, dan sebagian besar kasus tersebut disertai dengan patah tulang
panggul. Trauma pada uretra anterior terletak di distal uretra pars membranosa.Kebanyakan
trauma uretra anterior disebabkan oleh trauma tumpul ke perineum (straddle injury), dan banyak
yang manifestasinya tertunda, muncul beberapa tahun kemudian sebagai striktur uretra. Trauma
tembus eksternal ke uretra jarang terjadi, tetapi luka iatrogenik cukup umum di kedua segmen
uretra. Kebanyakan berhubungan dengan kateterisasi uretra yang sulit. 1,2,3,4,5

Tujuan dari penulisan laporan kasus ini untuk melaporkan kasus dengan gambaran
radiologis ruptur parsial uretra anterior pada pemeriksaan uretrografi yang sesuai dengan
referensi.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Definisi

Trauma uretra adalah trauma atau cedera yang mengenai uretra yang terjadi akibat tenaga
/ tekanan dari luar atau akibat instrumentasi pada uretra. Trauma uretra ini merupakan suatu
kegawatdaruratan bedah urologi biasanya di sebabkan oleh kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari
ketinggian.6,7

B.Insidensi

Trauma uretra anterior kurang sering didiagnosis kegawatdaruratannya sejak awal oleh
karena itu kejadian yang sebenarnya sulit untuk ditentukan. Namun, banyak pria dengan striktur
uretra bulbar mengingat kejadian trauma tumpul yang terjadi di perineum atau trauma
mengangkang (straddle injury) sebelumnya, membuat frekuensi sebenarnya dari cedera uretra
anterior jauh lebih tinggi. Trauma penetrasi ke uretra jarang terjadi, pada pusat-pusat trauma
yang besar melaporkan hanya sedikit kejadiannya per tahun. Trauma uretra posterior paling
sering dikaitkan dengan patah tulang panggul, dengan kejadian 5 - 10 %. Dengan kejadian
sebesar 20 patah tulang panggul per 100.000 penduduk.2

Pada masyarakat modern, kasus trauma uretra di sebabkan oleh kecelakaan kendaraan
bermotor (68 84 %) atau jatuh dari ketinggian (6 25 %). Trauma uretra lebih sering terjadi
pada pria dibandingkan wanita, dan lebih sering terjadi pada anak anak di bandingkan pada
dewasa. Ketika ditemukan kasus trauma ini pada wanita, biasanya berkaitan dengan fraktur
pelvis yang signifikan. Tipe trauma terdiri atas komplit (90 %) dan parsial (10 %). Trauma uretra
anterior lebih sering mengenai segmen bulbar (85 %).8,9,10

Trauma uretra yang paling umum terjadi ialah trauma uretra posterior, dimana 3 - 25 %
pasien dengan fraktur pelvis. Trauma uretra anterior pada kurang lebih 33 % pasien dengan
straddle injury terjadi akibat kompresi uretra oleh pubis, merupakan tipe trauma yang paling
sering terjadi. Trauma uretra pada wanita jarang terjadi ( < 6 % dari wanita dengan fraktur
pelvis) di banding pria, di antaranya karena uretra wanita ukurannya lebih pendek dan lokasinya

3
di dalam. Perry and Husman melaporkan bahwa 4,6 % wanita dengan fraktur pelvis yang
disebabkan kecelakaan lalu lintas mengalami trauma pada leher vesica urinaria sampai uretra.
Trauma uretra pada wanita muncul pada kasus trauma pelvis berat. Mundy melaporkan trauma
uretra pada wanita, sering berhubungan dengan trauma vaginal (75 %) atau trauma rektum
(33%).11

C. Anatomi

Uretra adalah saluran kecil sempit dan dapat mengembang yang berpangkal dan berjalan
dari kandung kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar tubuh. Uretra merupakan
saluran fibromuskular yang berawal di leher vesika urinaria dan menyalurkan urin ke bagian luar
tubuh. Lapisan luminal uretra merupakan suatu membran mukosa pelindung, dimana terdapat
glandula uretral yang menghasilkan musin. Dinding uretra terdiri dari 3 lapisan: 1) Lapisan otot
polos merupakan kelanjutan otot polos dari vesika urinaria. Mengandung jaringan elastis dan
otot polos. Sphincter urethra menjaga agar uretra tetap tertutup. 2) Lapisan submukosa, lapisan
longgar mengandung pembuluh darah dan saraf. 3) Lapisan mukosa. 1,2,3,16

Terdapat dua sphincter urethra yang mencegah urin keluar sampai vesika urinaria penuh
dan mengaktifkan aktivitas volunter yang di butuhkan untuk pelepasan urin. Sphincter urethra
internal merupakan sphincter involunter, superior, dan mengelilingi leher vesica urinaria, yang
berawal di uretra. Sphincter ini di kendalikan oleh sistem saraf otonom. Sphincter urethral
external terletak inferior dari sphincter urethra internal dan di bentuk oleh serat otot skeletal dari
diafragma urogenital. Sphincter ini merupakan sphincter volunter yang di kendalikan oleh sistem
saraf somatik. 1,2,3,16

Uretra laki laki dewasa mempunyai panjang 15 20 cm . Pada laki- laki uretra berjalan
berkelok kelok melalui pertengahan prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang
menembus tulang pubis ke bagian penis.. 1,2,3,4,5,16

Uretra pria meluas dari leher vesika urinaria menuju meatus eksternus pada gland penis.
Uretra laki laki terdiri dari: a. Uretra pars prostatika b. Uretra pars membranosa ( terdapat
spinchter uretra eksterna) c. Uretra pars spongiosa/penil. Uretra pars prostatika panjangnya
sekitar 1,25 inchi (3 cm) dan berjalan melalui prostat dari dasar ke apeks. Merupakan bagian

4
uretra yang terlebar . Uretra pars membranosa panjangnya sekitar 0,5 inchi (1,25 cm) dan
terletak di dalam diafgrama urogenital, di kelilingi oleh otot sphincter urethra dan otot perineal.
Uretra pars spongiosa/penile panjangnya sekitar 6 inchi (15,75 cm), dan di bagi lagi menjadi
bulbar (proksimal) dan pendulous (distal). Bagian uretra yang terletak dalam , glans penis yang
melebar membentuk fossa terminalis (fossa navicular).1,2,4,16

Secara radiologis, uretra pria dapat di bagi menjadi bagian posterior dan bagian anterior.
Uretra posterior terdiri dari prostatika dan membranosa, sedangkan uretra anterior terdiri dari
bulbosa dan penil.1,2,4,16

Pada wanita uretra pendek dan terletak didekat vagina, dibelakang simfisis pubis berjalan
miring sedikit kearah atas, panjangnya 3 4 cm. Lapisan uretra pada wanita terdiri dari tunika
muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena vena, dan lapisan
mukosa ( sebelah dalam). Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara
klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai saluran ekskresi. Uretra pada wanita
memiliki fungsi bulbouretral tunggal yaitu menyalurkan urin ke luar tubuh. Lumennya terutama
di lapisi oleh epitel skuamosa bertingkat. Panjangnya 3 cm sampai 5 cm, dan membuka ke
bagian luar di orificium uretral eksterna yang terletak di perineum.1,2,4,16

Pada uretra laki-laki, pars prostatika mendapat suplai darah terutama dari arteri vesikalis
inferior dan arteri rektalis media. Uretra pars membranosa diberi suplai darah dari cabang-
cabang arteri dorsalis penis dan arteri profunda penis. Aliran darah venous menuju pleksus
venosus prostatikus dan ke vena pudenda interna. Aliran limfe dari uretra pars prostatika dan
pars membranosa dibawa oleh pembuluh-pembuluh limfe yang berjalan mengikuti vasa pudenda
interna menuju ke lymphonodus iliaka interna (sebagian besar) dan ke lymphonodus iliaka
eksterna (sebagian kecil). Aliran limfe dari uretra pars spongiosa, sebagian besar dibawa menuju
lymphonodus inguinalis profunda dan sebagian besar dibawa menuju ke lymphonodus iliaka
interna. 15

Uretra wanita pars kranialis mendapatkan vaskularisasi dari arteri vesikalis. Pars medialis
mendapatkannya dari arteri vesikalis inferior dan cabang-cabang dari arteri uterine, sedangkan
pars kaudalis disuplai oleh arteri pudenda interna. Pembuluh darah vena membawa aliran darah
venous menuju ke plexus venosus vesikalis dan vena pudenda interna. 15

5
Uretra laki-laki, pars prostatika menerima persarafan dari pleksus nervosus prostatikus.
Uretra pars membranosa dipersarafi oleh nervus kavernosus penis, pars spongiosa dipersarafi
oleh pleksus nervosus vesikalis dan pleksus nervosus uretrovaginalis, pars kaudalis dipersarafi
oleh nervus pudendus. 15

D.Etiologi

Seperti pada kejadian trauma, etiologi trauma uretra dapat diklasifikasikan sebagai
trauma tumpul dan penetrasi. Trauma uretra anterior secara khas disebabkan oleh cedera
langsung pada pelvis dan uretra. Secara klasik, trauma uretra anterior disebabkan oleh straddle
injury atau tendangan atau pukulan pada daerah perineum, dimana uretra pars bulbosa terjepit
diantara tulang pubis dan benda tumpul. Straddle injury dapat menyebabkan laserasi atau
kontusio dari uretra. Trauma tembus uretra (luka tembak atau luka tusuk) dapat juga
menyebabkan trauma uretra anterior. Penyebab lain dari trauma uretra anterior adalah trauma
penis yang berat, trauma iatrogenic dari kateterisasi, atau masuknya benda asing. Instrumentasi
atau iatrogenik dapat menyebabkan disrupsi parsial. Trauma tumpul uretra anterior paling sering
terjadi pada pukulan ke segmen bulbar seperti terjadi ketika mengangkangi suatu objek atau dari
serangan langsung atau tendangan ke perineum. 1,2,6,12,13

E. Mekanisme trauma

Trauma uretra anterior paling sering terjadi karena pukulan benda tumpul ke perineum
yang menyebabkan rusaknya jaringan uretra. Luka-luka awal sering diabaikan oleh pasien dan
pada akhirnya trauma uretra anterior tersebut dapat memberikan manifestasi klinis beberapa
tahun kemudian sebagai striktur yang merupakan hasil penyempitan dari jaringan parut yang
1,2
disebabkan oleh iskemia pada tempat trauma.

Trauma tumpul atau tembus dapat menyebabkan trauma uretra anterior. Trauma tumpul
adalah diagnosis yang sering dan cedera pada segmen uretra pars bulbosa paling sering (85%),
karena fiksasi uretra pars bulbosa dibawah dari tulang pubis, tidak seperti uretra pars pendulosa
yang mobile. Trauma tumpul pada uretra pars bulbosa biasanya disebabkan oleh straddle injury
atau trauma pada daerah perineum. Uretra pars bulbosa terjepit diantara ramus inferior pubis dan
benda tumpul, menyebabkan memar atau laserasi pada uretra. 6

6
Tidak seperti trauma pada uretra pars prostatomembranous, Trauma tumpul uretra
anterior jarang berhubungan dengan trauma organ lainnya. Kenyataannya, straddle injury
menimbulkan cedera cukup ringan, membuat pasien tidak mencari penanganan pada saat
kejadian. Pasien biasanya datang dengan striktur uretra setelah kejadian yang intervalnya bulan
atau tahun. 6

Cedera uretra anterior dapat juga berhubungan dengan trauma penis (10% - 20% dari
kasus). Mekanisme cedera adalah trauma langsung atau cedera pada saat berhubungan intim,
dimana penis yang sementara ereksi menghantam ramus pubis wanita, menyebabkan robeknya
tunika albuginea. 6

Trauma uretra posterior terjadi ketika ada gesekan yang kuat pada persimpangan
prostatomembranous pada trauma tumpul panggul. Uretra pars prostatika dalam posisi tetap
karena adanya tarikan dari ligamen puboprostatic. Pergeseran tulang panggul pada fraktur akibat
trauma (fracture type injury) menyebabkan uretra pars membranosa mengalami peregangan atau
bahkan robek. 1,2,4

F. Gambaran Klinis

Cedera uretra karena kateterisasi dapat menyebabkan obstruksi karena udem atau bekuan
darah. Abses periuretral atau sepsis dapat mengakibatkan demam. Ekstravasasi urin dengan atau
tanpa darah dapat meluas jauh, tergantung fascia yang ikut rusak. Pada ekstravasasi ini mudah
timbul infiltrat yang disebut infiltrat urin yang mengakibatkan selulitis dan septisemia, bila
terjadi infeksi. 13

Jika terjadi ruptur uretra beserta korpus spongiosum, darah dan urin keluar dari uretra
tetapi masih terbatas pada fascia Buck, dan secara klinis terlihat hematoma yang terbatas pada
penis. Namun jika fascia Buck ikut robek, ekstravasasi urin dan darah hanya dibatasi oleh fascia
Colles sehingga darah dapat menjalar hingga skrotum atau dinding abdomen. Oleh karena itu
robekan ini memberikan gambaran seperti kupu-kupu sehingga disebut butterfly hematoma atau
hematoma kupu-kupu. 1

Pada ruptur uretra posterior terdapat tanda patah tulang pelvis. Pada daerah suprapubik
dan abdomen bagian bawah, dijumpai jejas hematom, dan nyeri tekan. Bila disertai

7
ruptur kandung kemih, bisa dijumpai tanda rangsangan peritoneum. Pasien biasanya mengeluh
tidak bisa kencing dan sakit pada daerah perut bagian bawah. 13,17

Kemungkinan terjadinya cedera uretra posterior harus segera dicurigai pada pasien yang
telah didiagnosis fraktur pelvis. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, beberapa jenis
fraktur pelvis lebih sering berhubungan dengan cedera uretra posterior dan terlihat pada 87% -
93% kasus. Akan tetapi, banyaknya darah pada meatus uretra tidak berhubungan dengan
beratnya cedera. Teraba buli-buli yang cembung (distended), urin tidak bisa keluar dari kandung
kemih atau memar pada perineum atau ekimosis perineal merupakan tanda tambahan yang
merujuk pada gangguan uretra. Trias diagnostik dari gangguan uretra prostatomembranosa
adalah fraktur pelvis, darah pada meatus dan urin tidak bisa keluar dari kandung kemih. 6

Keluarnya darah dari ostium uretra eksterna merupakan tanda yang paling penting dari
kerusakan uretra. Pada kerusakan uretra tidak diperbolehkan melakukan pemasangan kateter,
karena dapat menyebabkan infeksi pada periprostatik dan perivesical dan konversi dari
inkomplet laserasi menjadi komplet laserasi. Cedera uretra karena pemasangan kateter dapat
menyebabkan obstruksi karena edema dan bekuan darah. Abses periuretral atau sepsis dapat
mengakibatkan demam. Ekstravasasi urin dengan atau tanpa darah dapat meluas jauh tergantung
fascia yang rusak. Pada ekstravasasi ini mudah timbul infiltrat urin yang mengakibatkan selulitis
dan septisemia, bila terjadi infeksi. Adanya darah pada ostium uretra eksterna mengindikasikan
pentingnya uretrografi untuk menegakkan diagnosis. 13,14

Pada pemeriksaan rektum bisa didapatkan hematoma pada pelvis dengan pengeseran
prostat ke superior. Bagaimanapun pemeriksaan rektum dapat diinprestasikan salah, karena
hematoma pelvis bisa mirip denagan prostat pada palpasi. Pergeseran prostat ke superior tidak
ditemukan jika ligament puboprostikum tetap utuh. Disrupsi parsial dari uretra membranasea
tidak disertai oleh pergeseran prostat. 14

Prostat dan buli-buli terpisah dengan uretra pars membranosa dan terdorong ke atas oleh
penyebaran dari hematoma pada pelvis. High riding prostat merupakan tanda klasik yang biasa
ditemukan pada ruptur uretra posterior. Hematoma pada pelvis, ditambah dengan fraktur pelvis
kadang-kadang menghalangi palpasi yang adekuat pada prostat yang ukurannya kecil.
Sebaliknya terkadang apa yang dipikirkan sebagai prostat yang normal mungkin adalah

8
hematoma pada pelvis. Pemeriksaan rektal lebih penting untuk mengetahui ada tidaknya jejas
pada rektal yang dapat dihubungkan dengan fraktur pelvis. Darah yang ditemukan pada jari
pemeriksa menunjukkan adanya suatu jejas pada lokasi yang diperiksa. 18

Gejala klinis trauma uretra diantaranya ialah nyeri daerah perineum, nyeri abdomen
bawah, nyeri berkemih atau ketidakmampuan berkemih.13,15,16 Tanda klinis trauma uretra di
antaranya ialah a) adanya darah di meatus di temukan 37 93 % pada pasien dengan trauma
uretra posterior dan 75 % pasien dengan trauma uretra anterior b). adanya darah di introitus
vagina di temukan lebih dari 80 % pasien wanita dengan trauma pelvis dan bersamaan dengan
trauma uretra. c). Hematuria jumlah perdarahan uretra berkaitan dengan tingkat keparahan
trauma. d). Hematoma atau pembengkakan, pada trauma uretra pola haematom dapat digunakan
dalam identifikasi batasan anatominya. Ekstravasasi darah atau urin dalam suatu distribusi sleeve
sepanjang batang penis mengindikasikan bahwa trauma terbatas pada fascia Bucks. Gangguan
fascia Bucks mengakibatkan suatu pola ekstravasasi dibatasi hanya oleh fascia colles, meluas
hingga fascia coracoclavicular superior dan fascia lata inferior. Keadaan ini mengakibatkan luka
memar pola khas kupu-kupu pada perineum. Pada pasien wanita dengan fraktur pelvis yang
berat, adanya pembengkakan labia dapat sebagai indikator adanya trauma uretra. Hal ini
disebabkan oleh ekstravasasi urin dari suatu fistula dan memerlukan perhatian dengan segera. e).
High riding prostat, merupakan temuan yang relatif tidak di percaya pada fase akut karena
haematom pada pelvis terkait dengan fraktur pelvis sering menghalangi palpasi adekuat dari
prostat yang kecil terutama pada pria muda.20

G. Diagnosis

Diagnosis trauma uretra ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan


pemeriksaan penunjang (radiologis).

Dari anamnesis kecurigaan ruptur uretra anterior timbul bila ada riwayat cedera kangkang
(straddle injury) atau instrumentasi dan ada darah yang menetes dari uretra. Pada ruptur uretra
anterior terdapat memar atau hematom pada penis dan skrotum. Beberapa tetes darah segar di
meatus uretra merupakan tanda klasik cedera uretra. Bila terjadi ruptur uretra total, penderita

9
mengeluh tidak bisa kencing sejak terjadi trauma dan nyeri perut bagian bawah dan daerah
suprapubik. Pada perabaan mungkin ditemukan kandung kemih yang penuh. 13

Pemeriksaan fisik bisa menunjukkan adanya darah pada meatus atau kelenjar prostat
yang melayang pada pemeriksaan colok dubur. Ekstravasasi darah di sepanjang jalur fasia
perineum merupakan indikasi trauma pada uretra. Adanya temuan pie in the sky dapat
diungkapkan dengan sistografi biasanya menunjukkan adanya gangguan uretra.20

Pemeriksaan radiologis trauma uretra yang sering dilakukan uretrografi retrograd,


pemeriksaan ini harus dilakukan sebelum pemasangan kateter uretra untuk menghindari trauma
lebih lanjut pada uretra. Ekstravasasi kontras menunjukkan lokasi kerusakan. Pengelolaan
selanjutnya didasarkan pada temuan uretrografi dan kombinasi dengan kondisi umum pasien.
1,3,20

Uretrografi retrograd adalah studi pencitraan standar untuk diagnosis cedera


uretra. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan injeksi kontras pelan-pelan 20-30 ml ke
dalam uretra. Pemeriksaan dilakukan untuk melihat ekstravasasi, yang dapat diketahui dengan
adanya titik-titik dan lokasi dari gambaran air mata (urethral tear) pada uretra. 20

Sistokopi dapat menjadi pemeriksaan tambahan yang berharga dalam evaluasi trauma
uretra laki-laki. Pada penanganan akut, kelayakan pemeriksaan endoskopi awal dapat
ditentukan. Pada penanganan tertunda, kualitas uretra dapat dievaluasi untuk perbaikan
bedah. Ketika sistoskopi dikombinasikan dengan uretrografi retrograd dan sistografi, estimasi
yang lebih akurat dari panjang striktur dapat diketahui, memfasilitasi keputusan dalam strategi
operasi. 20

H. Gambaran Radiologis

Pemeriksaan radiologi yang dapat digunakan adalah uretrografi , USG, CT Scan


dan MRI. Pemeriksaan uretrografi retrograde dapat memberi keterangan letak dan tipe ruptur
uretra. Uretrografi retrograde akan menunjukkan gambaran ekstravasasi, bila terdapat laserasi
uretra, sedangkan kontusio uretra tidak tampak adanya ekstravasasi. Bila tidak tampak adanya
ekstravasasi maka kateter uretra boleh dipasang.13,17

10
Pemeriksaan ultrasonografi bukan merupakan pemeriksaan rutin dalam penilaian awal
trauma uretra, tetapi dapat sangat berguna dalam menentukan posisi dari haematom pelvis dan
high- riding vesica urinaria saat diindikasikan pemasangan kateter suprapubis. CT dan MRI
bukan merupakan pemeriksaan awal untuk penilaian awal trauma uretra, tetapi berguna dalam
menentukan distorsi anatomi pelvis setelah trauma berat dan menilai hubungan trauma dengan
uretra penil, vesica urinaria, ginjal dan organ intraabdominal.

Temuan CT dapat membantu dalam memprediksi adanya kemungkinan trauma uretra.


Pada CT scan dapat ditemukan adanya distorsi struktur periprostatik atau haematom muskulus
ischiocavernosus atau obturator pada CT tanpa kontras, ekstravasasi bahan kontras sekitar dasar
VU pada CT fase ekskretori. MRI memiliki kegunaan dalam merencanakan pendekatan
pembedahan pada gangguan uretra posterior. Meskipun MRI tidak memiliki peran dalam evaluasi
uretra pada keadaan akut, MRI berguna dalam menilai anatomi pelvis pasca trauma, menentukan
posisi/letak prostat dan sejumlah fibrosis pelvis, dan mengestimasi panjang defek
prostatomembraneous.9,23

Klasifikasi trauma uretra posterior menurut Colapinto & McCallum (1977) :


Tipe I : uretra teregang (stretched) akibat ruptur ligamentum puboprostatikum dan hematom
periuretra. Uretra masih intak. Tipe II: uretra pars membranosa rupture, diatas diafragma
urogenital yang masih intak. Ekstravasasi kontras ke ekstraperitoneal pelvic space. Tipe III :
Uretra pars membranosa ruptur . Diafragma urogenital ruptur. Trauma uretra bulbosa proksimal.
Ekstravasasi kontras ke peritoneum.6
Klasifikasi ruptur uretra anterior yang dideskripsikan oleh McAninch dan Armenakas
berdasarkan gambaran radiologi yaitu a) Contusio : Gambaran klinis memberi kesan cedera
uretra, tetapi uretrografi retrograde normal. b) Incomplete disruption : Uretrografi menunjukkan
ekstravasasi, tetapi masih ada kontinuitas uretra sebagian. Kontras terlihat mengisi uretra
proksimal atau vesika urinaria. c) Complete disruption : Uretrografi menunjukkan ekstravasasi
dengan tidak ada kontras mengisi uretra proksimal atau vesika urinaria. Kontinuitas uretra
seluruhnya terganggu. 6

Klasifikasi ruptur uretra menurut Goldman dkk adalah Tipe 1. Ruptur dari ligamentum
puboprostatika dan hematom disekitar periprostatika dan regangan dari uretra membranosa tanpa

11
ruptur uretra, Tipe 2. Ruptur parsial atau komplet dari uretra membranosa diatas diafragma
urogenital atau membran perineal. Pada urografi bahan kontras terlihat ekstravasasi diatas
membrane perineal sampai pelvis, Tipe 3. Ruptur parsial atau komplet dari uretra membranosa
dengan robekan pada diafragma urogenital. Tampak kontras ekstravasasi masuk ke pelvis
maupun keluar ke perineum, Tipe 4. Trauma pada leher vesica urinaria yang meluas ke uretra,
4a. ruptur vesica urinaria extraperitoneal atau dasar vesica urinaria dengan ekstravasasi ke
periuretral, kelanjutan dari type 4, Tipe 5. Trauma hanya pada uretra anterior.6

I. Diagnosis banding

Diagnosis banding gambaran uretrografi pada trauma uretra adalah gambaran uretrografi
pada uretritis dan divertikel. Uretritis merupakan inflamasi pada uretra yang dapat di sebabkan
oleh bakteri atau virus. Patogen yang paling umum ialah Neisseria gonorrhea, Chlamydia
trachomatis, Candida albicans, Herpes simplex, Trichomonas vaginalis, dan organism fekal
seperti Escherichia coli dan Streptococcus fecalis. Uretritis pada pria lebih simptomatik daripada
pada wanita.7

J. Penatalaksanan

Kehilangan darah yang banyak biasanya tidak ditemukan pada straddle injury. Jika
terdapat pendarahan yang berat dilakukan bebat tekan dan resusitasi. Armenakas dan McAninch
(1996) merencanakan skema klasifikasi praktis sederhana yang membagi cedera uretra anterior
berdasarkan penemuan radiografi menjadi kontusio, ruptur inkomplit, dan ruptur komplit.
Kontusio dan cedera inkomplit dapat ditatalaksana dengan diversi kateter uretra. Tindakan awal
sistotomi suprapubik adalah pilihan penanganan pada cedera staddle mayor yang melibatkan
uretra.14

Pilihan utama berupa surgical repair direkomendasikan pada luka tembak dengan
kecepatan rendah, Ukuran kateter disesuaikan dengan berat dari striktur uretra. Debridement dari
korpus spongiosum setelah trauma seharusnya dibatasi karena aliran darah korpus dapat
terganggu sehingga menghambat penyembuhan spontan dari area yang mengalami kontusi.
Diversi urin dengan suprapubik direkomendasikan setelah luka tembak uretra dengan kecepatan
tinggi, diikuti dengan rekonstruksi lambat. 14,19

12
Trauma uretra bulbar sering bermanifestasi dalam waktu bulanan sampai tahunan setelah
trauma perineum tumpul. Presentasi untuk cedera ini sering berupa pancaran yang menurun dan
gejala berkemih lainnya. Diagnosis striktur uretra kemudian dibuat dengan uretrografi dan
sistoskopi. Striktur uretra ini dapat dikelola dengan eksisi anastomosis striktur dan end-to-end
melalui pendekatan perineal. Kebanyakan panjang striktur < 2 cm. Striktur yang panjang
mungkin memerlukan flaps (penis fasciocutaneous) atau cangkok (mukosa bukal) untuk
mencapai anastomosis tanpa adanya peregangan (tensionless). 3,20

Trauma tembus uretra anterior harus dieksplorasi. Daerah cedera harus diperiksa, dan
jaringan didevitalisasi dengan debridement hati-hati untuk meminimalkan kehilangan
jaringan. Defek hingga 2 cm pada uretra bulbar dan sampai 1,5 cm pada uretra penis dapat
diperbaiki terutama melalui anastomosis langsung atas kateter dengan jahitan diserap dengan
baik. Ini adalah metode yang disukai untuk perbaikan trauma ini. Defek tidak lagi harus
diperbaiki secara emergensi, mereka harus direkonstruksi pada interval setelah cedera untuk
memungkinkan resolusi luka lain dan perencanaan yang tepat dari transfer jaringan yang
dibutuhkan untuk perbaikan. Diversi urin dapat dilakukan dengan kateter suprapubik selama
jangka waktu tersebut. 1,3,20

Drainase kandung kemih harus ditetapkan cara termudah dan tercepat adalah penempatan
kateter suprapubik diikuti dengan evaluasi tertunda dan rekonstruksi. Jika pasien sedang
dieksplorasi untuk luka lain atau jika kateter suprapubik perkutan tidak dapat dengan aman
ditempatkan, dengan kateter uretra cystotomy antegrade dapat dilakukan untuk perbaikan
definitif dini dan meminimalkan morbiditas lebih lanjut. Tindak lanjut secara hati-hati diperlukan
untuk mengelola setiap inkontinensia yang dihasilkan atau gangguan ginekologis. 20

13
BAB III

LAPORAN KASUS

Seorang anak laki-laki umur 12 tahun datang ke RSS dengan keluhan buang air kecil
darah dan nyeri saat kencing rujukan dari RS Sleman. 2 hari sebelum masuk RS Sleman os
terjatuh dari ketinggian sekitar 1 meter saat memanjat tiang, selangkangan membentur sudut
teras. Buang air kecil darah (+), nyeri saat kencing (+), bengkak (-).

Pada pemeriksaan fisik : KU, sedang, CM. HR: 92 x/menit, RR: 22 x/menit, T: afebrile.

Status urologi: flank : bulging -/-, NT -/-, NK -/-; suprapubik : bulging -/-, NT -/-, NK -/-; Genital
: OUE dbn, meatal bleding -/-; scrotum : testis teraba +/+, NT -/-, hematom -/-.

Hasil pemeriksaan analisis urin didapatkan Sel : leko pucat 0-1, glitter cell 0, leko gelap
0-1, eritrosit +++, epitel tubuli 0, epitel vesica urinaria 0, epitel vagina 0, epitel uretra 0. Silinder
: hialin 0, granuler 0, epitel 0, eritrosit 0, Kristal 0, Ca oksalat 0, trifosfat 0, asam urat 0.

Hasil pemeriksaan darah rutin didapatkan WBC 7.450 /ul, RBC 4.710.000 /ul, HGB 13,2
g/dl, HCT 37,3 %, MCV 79,2 fl, MCH 28 pg, MCHC 35,4 g/dl, PLT 294.000/ul, RDW-CV 13,2
%, RDW-SD 37,7 fl, PDW 32,2 fl, MPV 10,5 fl, P-LCR 30,1 %, Diferential : Neutrophil 5
103/dl, Limfosit 1,62 103/ul, Monosit 0,69 103/ul, Eosinofil 0,09 103/ul, Basofil 0,05 103/dl,
neutrophil% 67,1 %, limfosit% 21,7 %, monosit% 9,3 %, eosinophil% 1,2 %, basophil% 0,7
%

Hasil kimia darah didapatkan BUN 12 mg/dl, Kreatinin 0,93 mg/dl, Albumin 3,94 g/dl,
SGOT 14 u/l, SGPT 18 u/l, Gula darah sesaat 128 mg/dl, Natrium 4,1 mmol/l, Klorida 100
mmol/l. Hasil pemeriksaan homeostasis didapatkan PPT 14,6 detik, INR 1,07, kontrol 13,3 detik,
APTT 27,7 detik, kontrol 31,7 detik.

Di RS Sleman telah dilakukan foto pelvis dengan hasil tak tampak fraktur maupun
dislokasi pada pelvis maupun femur bilateral yang tervisualisasi. Di RSS dilakukan pemeriksaan
thorax dengan hasil pulmo dan besar cor normal. Kemudian di lakukan pemeriksaan uretrografi
dengan lembar pengantar diagnosis klinis ruptur uretra posterior. Hasil uretrografi didapatkan
kesan ruptur parsial uretra anterior (pars bulbosa) - klasifikasi goldman type V.

14
Terapi : ceftriaxone 2x 500 mg, inj ketorolac 2x 15 mg. Tindakan pada pasien ini
dilakukan open sistotomy. Perawatan : monitoring keluarnya urin, kontrol infeksi.

15
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada penelitian Gupta M di dapatkan manifestasi klinis paling sering pada pasien dengan
trauma uretra ialah hematuria ( 95 % ) dan kesulitan miksi. Shalmovitz dan McCullough (2007)
mereview semua kasus trauma uretra dan menyimpulkan bahwa gross hematuria tanda paling
sensitif adanya trauma uretra.21

Pada pasien ini mempunyai gejala nyeri di selangkangan dan keluar darah dari penis.
Uretra rentan terkena trauma karena hubungannya yang erat dengan tulang pubis dan ligamen
puboprostatik. Pada pria, bagian eksternal rentan terhadap trauma langsung dari fragmen tulang
ramus pubis. Terutama sekali resiko trauma pada uretra membranosa distal yang dapat
menggangu mekanisme kontinensia aktif.11

Uretrografi merupakan pemeriksaan radiografi pada uretra setelah injeksi bahan kontras
ke dalam uretra melalui suatu kateter. Bahan kontras water soluble tersebut di masukkan sampai
ke uretra distal yang telah tersumbat oleh foley kateter. Pemeriksaan ini merupakan prosedur
rutin untuk mengetahui kondisi atau keadaan uretra, sehingga penting untuk diagnosis trauma
uretra. Sebelum menjalani pemeriksaan uretrografi, pasien dengan multi trauma
hemodinamiknya harus stabil. Khususnya pada pasien dengan perdarahan karena cedera visceral
atau vaskular harus mendapat penanganan yang tepat sebelum melakukan uretrografi. Pasien
dengan satu atau lebih tanda klinis yang menunjukkan resiko tinggi trauma uretra harus di
pertimbangkan di lakukan uretrografi dengan segera.11,22

Uretrografi retrograde merupakan pemeriksaan pilihan dalam mendiagnosis trauma


uretra, dimana pemeriksaan ini akurat, sederhana, dan dapat di lakukan dengan cepat pada
keadaan trauma. Uretrografi retrograde merupakan prosedur diagnostik untuk menilai pasien
dengan suspek trauma uretra, diantaranya pasien dengan darah di meatus, hematuria,
ketidakmampuan berkemih. Dengan pemeriksaan ini kita dapat mengetahui lokasi trauma.1,4,21

Untuk mendapatkan hasil gambar yang optimal dalam rangka menegakkan diagnosis,
maka perlu di lakukan tehnik uretrografi dengan tehnik yang tepat. Perlu di tanyakan riwayat

16
reaksi alergi sebelumnya terhadap bahan kontras. Uretrografi di lakukan dengan menggunakan
kateter foley dan kontras media larut dalam air, di mana ujung kateter di masukkan sampai fossa
navicularis dan balon di kembangkan dengan 1-2 ml air. Bahan kontras di masukkan di bawah
fluroskopi dan foto di ambil dalam posisi LAO 30 derajat( dengan kaki kanan di abduksi dan
lutut di fleksi), PA supine, dan RAO 30 derajat, (dengan kaki kiri di abduksi dan lutut di
fleksi).23

Uretrografi yang di lakukan dapat mengevaluasi uretra anterior atau posterior dengan
tehnik ascending (retrograde) dan descending (antegrade). Pemeriksaan uretrografi yang lengkap
dan baik membutuhkan pasien yang cukup mobile dan kooperatif, namun pergerakan pasien
dapat terhambat karena rasa nyeri atau oleh adanya kateter sebelumnya atau adanya alat fiksasi
eksternal. Akhirnya dapat mengaburkan gambar floroskopi. Selain itu hematom penil atau pelvis
dapat menggangu pengisian uretra atau vesica urinaria. Keterbatasan ini dapat di atasi dengan
melakukan metode yang tepat. Komplikasi setelah uretrografi secara signifikan jarang terjadi,
namun dapat di hindari dengan penggunaaan tehnik yang tepat. Komplikasi tersebut di antaranya
infeksi akut traktus urinarius, efek merugikan kontras media dan trauma uretra tambahan. 11
Cedera atau trauma uretra pada pemeriksaan uretrografi memberikan gambaran adanya
ekstravasasi bahan kontras di tempat terjadinya trauma. Uretrografi akan menggambarkan
ekstravasasi jika terjadi ruptur pada uretra, dan menggambarkan irregularitas lumen uretra jika
hanya terjadi kontusio. Trauma uretra dapat pula memberikan gambaran adanya peregangan atau
elongasi uretra tetapi intak. Gangguan atau cedera uretra kompleta di tandai dengan tidak tampak
adanya bahan kontras pada vesica urinaria dan uretra proksimal, sedangkan cedera parsial di
tandai dengan ekstravasasi bahan kontras dengan parsial filling uretra proksimal dan vesika
urinaria.20
Klasifikasi trauma uretra menurut Goldman dkk merupakan suatu sistem yang telah di
terima secara luas di mana sistem ini menekankan pada lokasi anatomi trauma atau cedera.
Sistem ini termasuk kategori untuk trauma vesica urinaria yang melibatkan atau mensimulasi
trauma uretra posterior. Klasifikasi trauma uretra menurut Goldman dkk terbagi atas lima tipe,
yaitu tipe I, II, III, IV, IVa dan V.11
Trauma uretra Goldman tipe I yaitu adanya peregangan atau elongasi uretra posterior
tetapi intak. Goldman tipe I ini memiliki gambaran uretrografi yang intak tetapi uretra tampak

17
teregang. Pasien dengan Goldman tipe I ini dapat dilakukan tata laksana konservatif, sedangkan
terkait cedera intraperitoneal, rektal dan vesica urinaria membutuhkan pembedahan dengan
segera.11
Trauma uretra Goldman tipe II yaitu adanya gangguan uretra di atas diafragma urogenital
sementara segmen membranosa tetap intak. Goldman Tipe II ini memiliki gambaran uretrografi
adanya ekstravasasi bahan kontras hanya di atas diafragma urogenital. Tipe ini di laporkan
terjadi sekitar 15% kasus.11,15
Trauma uretra Goldman tipe III yaitu gangguan pada uretra membranosa, meluas di
bawah diafragma urogenital dan melibatkan uretra anterior. Goldman tipe III ini memiliki
gambaran uretrografi adanya ekstravasasi bahan kontras di bawah diafragma urogenital,
kemungkinan meluas ke pelvis atau perineum; leher vesica urinaria tampak intak. Tipe ini
merupakan bentuk yang paling sering terjadi. Gangguan komplit uretra membranosa pada pria
yang terjadi pada tipe II dan tipe III, dapat mengakibatkan dislokasi vesica urinaria dari pelvis,
yang tampak sebagai pie in the sky pada urografi ekskretori. Goldman tipe II dan tipe III dapat
berhubungan dengan inkontinensia terkait dengan kerusakan traumatik ke sphincter
eksternal.11,15
Trauma uretra Goldman tipe IV yaitu trauma pada leher vesica urinaria meluas ke uretra
proksimal. Goldman tipe IV ini memiliki gambaran uretrografi ekstravasai bahan kontras
ekstraperitoneal, tampak gangguan leher vesica urinaria.11 Trauma uretra Goldman tipe IVa
yaitu trauma dasar vesica urinaria. Goldman tipe IVa ini memiliki gambaran uretrografi
ekstravasasi bahan kontras periurethra; tampak gangguan dasar vesica urinaria. Ruptur vesica
urinaria ekstraperitoneal tidak akan meluas ke leher vesica urinaria, hal ini di masukkan dalam
klasifikasi karena di yakini bahwa ekstravasasi dari lokasi ini akan menyamai atau mirip trauma
uretra tipe IV yang sebenarnya. Karena tipe IVa tidak meluas ke leher vesica urinaria, adanya
kurang perhatian terhadap inkontinensia sebagai suatu akibat kerusakan sphincter internal; tipe
ini dapat di kelola tanpa pembedahan hanya dengan kateter vesica urinaria drainase saja. Atas
dasar temuan radiografi, perluasan trauma ke leher vesica urinaria tidak dapat di eksklusi, dan
trauma uretra tipe IVa secara radiologis dapat di bedakan dari trauma tipe IV.11,15
Trauma uretra Goldman tipe V yaitu trauma uretra anterior terisolasi. Tipe trauma ini
memiliki gambaran uretrografi ekstravasasi bahan kontras di bawah diafragma urogenital,
terbatas pada uretra anterior. Tauma uretra tipe V ini di sebabkan trauma straddle dan terjadi di

18
bulbous uretra. Bulbous Uretra dan corpus spongiosum mengalami kompresi di antara benda
keras dan aspek inferior os pubis. Kompresi ini dapat menyebabkan kontusio uretra tetapi tetap
intak atau ruptur parsial atau ruptur komplit dari bulbous uretra. Secara umum, trauma uretra tipe
straddle tidak berhubungan dengan trauma tulang. Jika fascia Buck tetap intak, ekstravasasi
terbatas pada ruang di antara fascia Buck dan tunika albuginea pada corpus spongiosum. Jika
fascia Buck ruptur, pada uretrografi ekstravasasi bahan kontras tampak dalam batas fascia
Colle.11,15
Pada pasien ini hasil dari pemeriksaan uretrografi adalah tampak pasase kontras lancar,
tampak bahan kontras mengisi uretra pars spongiosa, pars bulbosa, pars membranosa dan pars
prostatika sampai vesika urinaria. Tampak ekstravasasi kontras di pars bulbosa, inferior dari
diafragma urogenital. Tampak dinding uretra pars spongiosa, pars membranosa dan pars
prostatika intak. Mengesankan rupture parsial uretra anterior sesuai klasifikasi Goldman tipe V.
Penatalaksanaan pasien ini sesuai dengan algoritma pada penanganan trauma uretra
anterior, dimana pasien dengan suspek trauma uretra dilakukan uretrografi retrogard jika ada
ekstravasasi yang sifatnya parsial oleh karena trauma tumpul yang tanpa trauma pada uretra pars
penil maka penatalaksanaanya dengan suprapubik sistotomi (open cystotomi).

19
BAB V

KESIMPULAN

Telah dilaporkan kasus ruptur parsial uretra anterior pada seorang anak laki-laki umur 12
tahun oleh karena trauma tumpul di selangkangan karena terjatuh dari ketinggian. Ruptur uretra
anterior paling sering karena straddle injury. Manifestasi klinis sesuai dengan ruptur uretra yaitu
nyeri pada saat kencing, kencing keluar darah dari penis.

Uretrografi retrograde merupakan pemeriksaan standar dalam mendiagnosis trauma


uretra, dimana pemeriksaan ini akurat, sederhana, dan dapat di lakukan dengan cepat pada
keadaan trauma. Uretrografi retrograde merupakan prosedur diagnostik untuk menilai pasien
dengan suspek trauma uretra, diantaranya pasien dengan darah di meatus, hematuria,
ketidakmampuan berkemih. Dengan pemeriksaan ini kita dapat mengetahui lokasi trauma.

Pada pemeriksaan uretrografi pada pasien ini didapatkan kesan ruptur parsial uretra
anterior, sesuai klasifikasi goldman tipe V. Hasil post operasi open sistotomi sesuai dengan hasil
uretrografi yaitu rupture parsial uretra anterior (pars bulbosa).

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Purnomo, B. Dasar-dasar Urologi. Edisi kedua. Jakarta: Sagung Seto; 2008. hal. 93-9.
2. Anonym, anatomi dan fisiologi traktur urinarius.. Diunduh dari:
http://digilib.unimus.ac.id /files/disk1/114/jtptunimus-gdl-langgengse-5657-2-babii.pdf
3. Cumming J.urethral trauma. diunduh dari http :emedicine.medscape.com/article/451797-
workup#showall
4. McAninch JW. Smiths General Urology. 17 th edition. New York: McGraw
Hill;2008.p.278-93
5. Anonym, Notes of male reproductive anantomy. Diunduh dari : http://legacy.owensboro.
Kctcs.edu/gcaplan/anat2/notes/APIINotes2%20male%20reproductive%20anatomy.htm
Diakses pada hari selasa, tanggal 13 April 2013.
6. Rosentein DI, Alsikafi NF. Diagnosis and Classification of urethral Injuries. Uro; clin N
Am. 2006; 33:73-85
7. Vorvick LJ. Traumatic injury of the bladder and urethra. 2010. Diunduh dari :
http://adam.about.net/encyclopedia/infectiousdiseases.htm
8. Rembacz J. Genitourinary Trauma. State of Illinois Trauma Nurse Specialist Program
9. Ali M, Safriel Y, Sclafani SA, Schulze R. CT Signs of Urethral Injury. Radiographics.
2003;23:951-63
10. Bockholt NA, Nepple KG, Powell CR. Traumatic Urethral Injury without Pelvic Fracture
in Adult Female. The Scientific World Journal. 2010; 10:308-10
11. Ingram MD, Watson SG, Skippage PL, Patel U. Urethral Injury After Pelvic Trauma:
Evaluation with Urethrography. Radiographics. 2008;28:1631-43
12. Brandes S. Initial management of anterior and posterior urethral injuries . In : McAninch
JW, Resinck MI, editors. Urologic clinics of north america. Philadelpia : Elseivers
Sanders; 2006. p. 87-95
13. Sjamsuhidajat R, Jong WM. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC; 2005. p. 770-2
14. Tanago EA. Injuries to the genitourinary tract. In: McAnich, editor. Smith General
Urology. 17th edition. United States of America: MC Graw Hill;2008. P.278-93
15. Kawashima A, Sandler CM, Wasserman NF, LeRoy A, King BF, Goldman SM. Imaging
of Urethral Disease: A Pictorial Review. RadioGraphics. 2004; 24:S195-S216

21
16. Ryan S, Mc Nicholas M, Eustace S. The central nervous system. In : Anatomy for
diagnostic imaging. 2nd ed. Philadelphia : Elsevier; 2004.p 64-8
17. Bhatt S, Kocakoc E, Rubens DJ, Seftel AD, Dogra VS. Sonographic Evaluation of penil
Trauma. J Ultrasound Med 2005; 24: 993-1000
18. Reynard J, Brewster S, Biers S. Oxford handbook of urology. England: Oxford
University; 2006. p. 442-7
19. Wein AJ, Kavoussi LR, Novick AC, Partin AW, Peters CA. Campbell-walsh urology. 9th
Edition. Philadelphia : Saunders elsevier; 2007
20. Daller M, Carpinto G. Genitourinary trauma and emergencies. In : Siroky MB, Oates
RD,Babayan RK, editors. Handbook of urology diagnosis and therapy. 3 rd Edition.
Philadelphia : Lippincott William & Wilkins;2004.p. 165-82
21. Sander aleq. Male urethra. Diunduh dari
: http://bedahunmuh.wordpress.com/2010/05/13/ urethra-male/ Diakses pada hari selasa,
tanggal 03 April 2013.
22. Anonym. Trauma : The lower urinary and genital tract : The general method for an injury
of the lower urinary tract. Diunduh dari: http://www.primary-surgery.org/
ps/vol2/html/sect0300.htm. Diakses pada hari Selasa, tanggal 03 April 2013.
23. Pineiro LM, Djakov M, Plas E, et al. EAU guidelines on urethral trauma. European
Urology 57 (2010) 79-803. Diunduh dari: http://www.europeanurology.com/article/
S0302-2838(10)000242/pdf/EAU+Guidelines+on+Urethral+Trauma. Diakses pada hari
Selasa, tanggal 03 April 2013.

22
LAMPIRAN

Tabel 1. Etiologi trauma uretra anterior2

Tabel 2. Klasifikasi trauma uretra menurut Goldman et al11

23
Tabel 3. Klasifikasi trauma tumpul uretra anterior dan posterior dengan tata laksana sesuai derajat
trauma23

Tabel 4. Tata laksana trauma uretra anterior pada pria23

24
Gambar 1. Anatomi urethra a. Pria b. Wanita7

25
Gambar 2 .Skema anatomi normal urethra pria pada potongan sagital. Selama urethrografi
setelah trauma pelvis, penting untuk mengidentifikasi lokasi leher VU (bintang putih) dan
sphincter urethra eksternal atau diafragma urogenital (bintang merah) karena merupakan kunci
penunjuk anatomi pada klasifikasi trauma urethra. VM = veromontanum.11

Gambar 3.Urethrogram retrograde pada pria: obliq view11


1. Balloon of catheter in navicular fossa
2. Penile urethra
3. Bulbous urethra
4. Membranous urethra
5. Impression of verumontanum in prostatic urethra
6. Filling of utricle (not usually seen)
7. Air bubbles in contrast

26
Gambar 4.Posisi yang benar pada uretrografi retrograde. Angle of pelvis obliq. Tangan
pemeriksa menjauh dari sinar X-ray4. (From Armenakas NA, McAninch JW. Acute anterior
urethral injuries: diagnosis and initial management. In: McAninch JW, editor. Traumatic and
reconstructive urology. Philadelphia: W.B. Saunders; 1996. p. 547).

Gambar 5. Retrograde urethrogram normal. Tampak pengisian bahan kontras pada urethra sampai vesica
urinaria tanpa ekstravasasi bahan kontras.3/

27
Gambar 6. Urethra posterior teregang, namun tetap intak (trauma urethra tipe I). (a) Urethrogram
retrograde menggambarkan urethra posterior yang teregang. (b) Ilustrasi trauma urethra tipe I.15

Gambar 7. Gambar dari uretrografi ascending pada pasien pria dengan fraktur pelvis karena trauma
menunjukkan urethra posterior (tanda panah), dimana tampak urethra teregang namun tetap intak (trauma
urethra Goldman tipe I).11

28
Gambar 8. Ruptur urethra posterior di atas diafragma urogenital intak (trauma urethra tipe II). (a) Trauma
urethra parsial tipe II. Urethrogram retrograde meggambarkan ekstravasasi bahan kontras terbatas pada
area di atas normal cone-shaped bagian proksimal bulbous urethra. Bagaimanapun, bahan kontras
mengalir melalui lumen urethra prostatik ke dalam VU. (b) Trauma urethra komplit tipe II. Urethrogram
retrograde menggambarakan sejumlah besar ekstravasasi bahan kontras tanpa mengalir ke dalam urethra
prostatic atau VU. (c) Ilustrasi trauma urethra tipe II.15

Gambar 9. Goldman tipe II. Uretrografi ascenden meggambarkan ekstravasasi bahan kontras (panah
putih) indikatif trauma urethra posterior, dengan diafragma urogeniatl intak (tanda panah hitam).11

29
Gambar 10. Ruptur urethra posterior meluas melewati diafragma urogenital melibatkan bulbous urethra
akibat trauma tumpul (trauma urethra tipe III). (a) Urethrogram retrograde menggambarkan ekstravasasi
bahan kontras pada urethra membranosa (tanda panah). Bahan kontras meluas bawah diafragma
urogenital dan melingkupi bulbous urethra proksimal. (b) Ilustrasi trauma urethra tipe III.15

Gambar 11 . Gambar dari uretrografi ascending (a) dan uretrografi descending kateter suprapubik (b),
diperoleh dari pasien pria setelah fiksasi pelvis karena kecelakaan lalu lintas, menunjukkan transeksi
urethra posterior komplit yang meluas melalui diafragma urogenital ke urethra anterior tanda panah pada
gambar a), dengan ekstravasasi bahan kontras extraperitoneal (tanda panah hitam pada gambar b). Karena
leher vesica urinaria (tanda panah putih pada gambar b) intak, trauma ini di golongkan sebagai Goldman
tipe III. Dasar VU terelevasi karena hematom pelvis.11

30
Gambar 12. Trauma urethra leher vesica urinaria (type IV) pada wanita berusia 23 tahun. (a) Cystogram
menggambarkan ekstravasasi bahan kontras ekstraperitoneal (tanda panah) yang meluas dari leher VU ke
sebelah bawah (kiri) balon kateter (b) Cystogram yang diperoleh e menit kemudian menggambarkan
ekstravasasi bahan kontras ekstraperitoneal progresif.15

Gambar 13. Trauma urethra tipe IV karena trauma tumpul (a) Urethrogram retrograde
menunjukkan ekstravasasi bahan kontras ekstraperitoneal periurethra pada leher VU (tanda
panah). VU bentuk pear, indikatif hematoma perivesical. (b) Ilustrasi gambara trauma urethra
tipe IV.15

31
Gambar 14 . Trauma urethra Goldman tipe IV. Gambar dari urethrografi ascending (a) dan urethrografi
descending di lakukan dengan kateter suprapubik (b) pasien pria dengan trauma pelvis menggambrakan
transeksi komplit urethra posterior dengan ekstravasasi bahan kontras ke dalam soft tissue perineal (tanda
panah pada gambar a), gangguan/ trauma leher VU dengan ekstravasasi bahan kontras lanjut (tanda panah
pada gambar b).11

Gambar 15. Urethrogram retrograde pria 32 tahun dengan trauma dasar vesica urinaria akibat trauma
tumpaul (trauma urethra tipe IV a) menggambarkan ekstravasasi bahan kontras ekstraperitoneal yang
meluas dari dasar VU yang terelevasi dan menelilingi urethra proksimal. Pasien ini di diagnose dengan
fraktur ramus pubis superior dan inferior bilateral. (b) Ilustrasi trauma urethra tipe IV a.15

32
Gambar 16. Goldman tipe IVa. Gambar diperoleh dari pria dengan fraktur pelvis open book karena
kecelakaa lalu lintas menggambarkan ekstravasasi bahan kontras ekstraperitoneal meluas dari leher VU
(tanda panah) melingkupi urethra proksimal.11

Gambar 17. Trauma urethra anterior akibat trauma tumpul (trauma urethra tipe V). (a).
Urethrogram retrograde menggambarkan rupture komplit bulbous urethra proksimal dengan
intravasasi venous luas. (b) Ilustraasi trauma urethra tipe V.15

33
Gambar 18. Goldman tipe V. Uretrografi menggambarkan transeksi komplit urethra anterior
(tanda panah).11

Gambar 19. Trauma penetrasi urethra pada luka tembak. Urethrogram retrograde
menggambarkan ekstravasasi bahan kontras pada urethra penile.15

34
Gambar 20 . Trauma urethra pada fraktur penile. Uretrogram retrograde menggambarkan ekstravasasi
bahan kontras pada urethra penile berdekatan tempat trauma corpus cavernosa.15

Gambar 21 . Striktur Gonococcal urethral. Urethrogram retrograde menggambarakn suatu segmen


irregular, beaded narrowing pada bulbous urethra distal dengan opafikasi pada duktus Cowper sinistra.15

35
Gambar 22. Striktur Gonococcal urethral dengan abses periurethral. Urethrogram retrograde
menggambarkan segmen panjang yang irregular, beaded narrowing pada bulbous urethra dengan opasitas
pada glandula Littre (tanda panah). Catatan: ruang periurethra irregular berasal dari aspek ventral
bulbous urethra.15

Gambar 23 . Hematom penis pada laki laki umur 32 tahun. Potongan longitudinal. Lesi
hipoechoic (anak panah)17

36
Gambar 24. Trauma tipe II. CT scan menggambarkan ekstravasasi bahan kontras (tanda panah) pada
traktus urinarius di atas UGD. Balon kateter tampak pada urethra prostatic. 9

Gambar 25. Foto thorax Pasien

37
Gambar 26. Foto pelvis pasien

38
Gambar 27. Uretrografi pada pasien

39
Tabel 1. Temuan Radiologis Trauma Uretra

Pemeriksaan Radiologi Temuan


1. Foto polos Adanya haematom pelvis
2. Uretrografi Ekstravasasi bahan kontras, adanya diskountinitas
3. CT scan - Distorsi struktur periprostatik atau
haematom muskulus ischiocavernosus atau
obturator pada unenhanced CT
- Ekstravasasi bahan kontras sekitar dasar
VU pada CT fase ekskretori
4. MRI - Diskountinitas
- Hypointense tunika albuginea
5. USG - Adanya haematom (lesi hypoechoic)
- Adanya high-riding bladder

Tabel 2. Diagnosa banding (1)

KRITERIA TRAUMA URETHRA URETHRITIS


A. Insidensi - Pria > wanita - Pria > wanita -
- Dekade I - III - 20-35 th
B. Riwayat (+) (+) / (-)
Trauma
C. Gejala - Nyeri daerah - Demam -
perineum - Nyeri abdomen
- Nyeri daerah - Rasa panas ketika
abdomen bawah berkemih
- Nyeri berkemih/
ketidakmampua
n berkemih
D. Gambaran - Akumulasi - Irregularitas
Uretrografi bahan kontras lumen urethra
di luar urethra - Pembentukan
(ekstravasasi) di striktur
tempat - Pengisian struktur
terjadinya ekstraluminal
trauma (kel. Periurethral,
- adanya Cowpers,
diskountinitas prostat, littre,
(parsial/ seminal vesicles)
komplit) - Kadang di temui
- Irregularitas abses urethra
lumen urethra (batas relative
- Urethra tegas, irregular,
teregang biasanya terletak
di pars bulbous
dan membranosa

40
Tabel 4. Perbandingan antara trauma uretra, dan uretritis

Trauma uretra Uretritis

Trauma / cedera yang Inflamasi pada


A. Definisi mengenai urethra akibat urethra yang di
tenaga/ tekanan dari luar & sebabkan oleh
akibat instrumentasi pada bakteri/ virus
urethra

B. Insidensi - Pria > wanita - Pria >


- Tiga dekade pertama simptomatik di
kehidupan. Wanita (masa banding wanita
prepubertas dan masa - 20-35 th
pubertas)

Nyeri daerah perineum, nyeri


C. Gejala daerah abdomen bawah, - Rasa panas ketika
nyeri berkemih/ berkemih
ketidakmampuan berkemih - Demam
- Nyeri abdomen

D. Gambaran - Akumulasi bahan kontras di - Irregularitas


Urethrografi luar urethra (ekstravasasi) di lumen urethra
tempat terjadinya trauma - Pembentukan
- adanya diskontinuitas striktur
(parsial/komplet) - pengisian struktur
- iregularitas lumen uretra ekstraluminal (kel
- uretra teregang periuretral,
cowper, prostat,
littre, vesikula
seminalis
- kadang ditemui
abses uretra (batas
relative tegas,
irregular, biasanya
terletak di pars
bulbosa dan
membranosa

41

Anda mungkin juga menyukai