PENDAHULUAN
1
BAB II
ISI
2. Tetapan dielektriknya ( kemampuan zat cair untuk melarutkan zat padat ion )
2
Sifat sifat pelarut anorganik :
1. Pelarut Anorganik memisahkan diri ke dalam ion-ion murni sehingga
mempunyai konduktor elektrisitas lemah.
2. Pelarut Anorganik biasanya adalah molekul polar yang dapat mensolvasi
ion-ion menjadi interaksi ion dipole dan melemahkan, daya tarik antar ion
yang ada dalam kristal padatan.
3. Pelarut Anorganik mempunyai konstanta dielektrik tinggi (momen dipole
tergantung pada jarak antara ujung muatan yang berlawanan dalam suatu
molekul, sedangkan konstanta dielektrik tergantung pada tingkat orientasi
antar molekul itu sendiri dalam medan listrik untuk merusak medan)
4. Pelarut Anorganik cenderung untuk berasosiasi karena adanya interaksi
dipol-dipol. Asosiasi ini lebih banyak dalam so;lven protonik karena
adanya ikatan hydrogen dan mengarah ke titik didih yang lebih tinggi
sehingga meningkatkan ranah larutan
5. Pelarut Anorganik seharusnya tersedia dengan mudah dan harus
mempunyai ranah (range) cairan yang cukup baik
3
konduktimetrik pada BrF3. Proses ionisasi terjadi sesuai dengan persamaan
sebagai berikut :
2BrF3 BrF2+ + BrF4- (2.1)
5. Asam sulfat
Lebih tingginya konstanta dielektrik asam sulfat seharusnya menyebabkan
asam sulfat lebih baik dari pada air untuk melarutkan solute ionic, tetapi tingginya
visikositas (245,4 milipoise, kira-kira 25 x dibanding air) menyebabkan kelarutan
dan kristalisasi solute merupakan proses yang lambat. Demikian juga adanya
kesulitan untuk memindahkan solven yang menempel pada kristal.
4
2.3. Reaksi Reaksi Anorganik dalam Pelarut Bukan Air
Sifat fisikanya mirip dengan air kecuali permitivitasnya yang relatif kecil .
Tetapan dielektrik mengakibatkan penurunan kemampuan untuk melarutkan
senyawa ionik, khususnya yang mengandung ion bermuatan tinggi (misalnya
karbonat, sulfat, dan fosfat yang praktis 6 tidak larut dalam amonia). Dalam
beberapa kondisi kelarutannya lebih tinggi bila berdasar hanya permitivitas saja.
Dalam hal ini, ada yang menstabilkan interaksi antara zat terlarut dan amonia.
Salah satunya adalah interaksi antara ion logam seperti Ni2+, Cu2+, dan Zn2+ dan
molekul amonia, yang berperan sebagai ligan membentuk senyawa kompleks
amina yang stabil. Jenis kedua adalah antara molekul amonia yang mempolarisasi
dan dapat dipolarisasi dengan molekul atau ion zat terlarut yang dapat
terpolarisasi. Amonia, dengan demikian, bisa lebih baik dari air terhadap molekul
non polar. Senyawa ionik yang mengandung ion besar yang dapat terpolarisasi
seperti iodida dan tiosianat juga sangat larut dalam amonia.
5
Selanjutnya, sifat amfoter yang berasal dari pembentukan kompleks dengan amida
berlebih juga paralel dengan yang terjadi dalam air :
Semua asam yang bertindak sebagai asam kuat dalam air bereaksi secara
sempurna dengan amonia (disetarakan = dilevelkan) membentuk ion amonium :
Selain itu, sejumlah asam yang berkelakukan sebagai asam lemah dalam air
(dengan pKa hingga sekitar 12) bereaksi secara sempurna dengan amonia dan
oleh karena itu menjadi asam kuat dalam amonia :
Selanjutnya, molekul yang tidak bersifat asam sama sekali dalam air, bisa bersifat
sebagai asam lemah dalam amonia :
6
Reaksi solvolisis dalam amonia banyak diketahui, dan juga beberapa reaksi yang
paralel dengan yang terjadi dalam air. Misalnya, solvolisis dan disproporsionasi
halogen bisa diilustrasikan dengan :
Metoda lain yang sudah terbukti sangat berguna dalam menghasilkan informasi
mengenai sifat zat terlarut dalam asam sulfat adalah pengukuran penurunan titik
beku. Untuk larutan ideal, penurunan titik beku ditentukan oleh :
Td = kmv
7
Dimana m adalah molalitas dan v adalah jumlah partikel yang terbentuk ketika
satu molekul zat terlarut larut dalam asam sulfat. Sebagai contoh, etanol bereaksi
dengan asam sulfat sebagai berikut :
Amida, seperti urea, yang merupakan nonelektrolit dalam air dan asam dalam
amonia menerima proton dari asam sulfat :
Asam sulfat adalah medium yang sangat asam, sehingga hampir semua zat
kimia bersifat asam yang bereaksi dan larut dalam asam sulfat akan membentuk
ion hidrogen sulfat dan bersifat basa. Karena kuatnya kecenderungan molekul
untuk menyumbangkan proton, molekul yang cenderung basa akan disetarakan
terhadap HSO4-. Asam perklorat dikenal sebagai asam sangat kuat, tetapi dalam
asam sulfat, asam perklorat bersifat non elektrolit karena berkelakuan sebagai
asam lemah :
Sifat yang sangat menonjol dari HF adalah ikatan hidrogen yang sangat kuat
sehingga sebenarnya HF selalu dalam keadaan dimer. HF sebagai pelarut ada
sebagai asam konjugat atau basa konjugat, tergantung pada keasaman atau
kebasaan solut. Jika solut lebih bersifat asam dibandingkan HF maka pelarut ada
sebagai asam konjugat, sebaliknya jika solut lebih basa maka pelarut ada sebagai
basa konjugat. HF memiliki sifat sulit teroksidasi maupun tereduksi sehingga
spesies-spesies yang pada pelarut air maupun amoniak tereduksi ataupun
teroksidasi maka pada pelarut HF lebih stabil. Penstabilam spesies MnO 4- dapat
dilakukan dengan pelarut HF:
8
Penanganan pelarut HF tidak diperbolehkan menggunakan wadah terbuat dari
gelas (SiO2) melainkan menggunakan wadah polipropilen atau polietilen untuk
menghindari reaksi antara pelarut dengan wadah sebagai berikut:
9
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan uraian makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Pelarut adalah suatu zat atau senyawa dalam bentuk cairan yang mampu
melarutkan suatu zat terlarut
2. Pelarut non aqueous adalah pelarut bukan air yang dapat melarutkan
senyawa organik yang tidak dapat disosiasi oleh pelarut air.
3. Sifat sifat pelarut anorganik , diantaranyakonstanta dielektrik tinggi
cenderung untuk berasosiasi karena adanya interaksi dipol-dipol.
4. Contoh umum pelarut non air adalah cairan amonia, cairan sulfur dioksida, ,
asam sulfat murni, dan asam-asam anorganik lain.
10