ELEKTROKARDIOGRAFI
A. PENDAHULUAN
Sejak Einthoven pada tahun 1903 berhasil mencatat potensial listrik yang terjadi
pada waktu jantung berkontraksi, pemeriksaan elektrokardiogram (EKG) menjadi
pemeriksaan diagnostik yang penting. Saat ini pemeriksaan jantung tanpa pemeriksaan
EKG dianggap kurang lengkap. Beberapa kelainan jantung sering hanya diketahui
berdasarkan EKG saja. Tetapi sebaliknya juga, jangan memberikan penilaian yang
berlebihan pada hasil pemeriksaan EKG dan mengabaikan anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Keadaan pasien harus diperhatikan secara keseluruhan, misalnya umur, jenis
kelamin, berat badan, tekanan darah, obat-obat yang diminum, dan sebagainya. EKG
adalah pencatatan grafis potensial listrik yang ditimbulkan oleh jantung pada waktu
berkontraksi.2
2. Potensial aksi2
97
Bila kita mengukur potensial listrik yang terjadi di dalam sel otot jantung
dibandingkan dengan potensial di luar sel, pada saat sel mendapat stimulus, maka
perubahan potensial yang terjadi sebagai fungsi dari waktu, disebut potensial aksi.
Kurva potensial aksi menunjukkan karakteristik yang khas dan dibagi menjadi 4 fase
yaitu :
a. Fase 0 : awal potensial aksi yang berupa garis vertikal ke atas yang
merupakan lonjakan potensial hingga mencapai +20 mV. Lonjakan potensial
dalam daerah intraselular ini disebabkan oleh masuknya ion Na + dari luar ke
dalam sel.
b. Fase 1 : masa repolarisasi awal yang pendek, di mana potensial kembali dari
+20 mV mendekati 0 mV.
c. Fase 2 : fase datar di mana potensial berkisar pada 0 mV. Dalam fase ini
terjadi gerak masuk dari ion Ca++ untuk mengimbangi gerak keluar dari ion K+.
d. Fase 3 : masa repolarisasi cepat dimana potensial kembali secara tajam pada
tingkat awal yaitu fase 4.
e. Anatomi Jantung
Jantung terletak di cavum thoracica, tepatnya di mediastinum media,
posterior terhadap korpus sterni dan cartilago costa II-VI. Didalamnya,
jantung dilapisi oleh pericardium yang merupakan kantung fibroserosa.
Fungsinya adalah untuk membatasi pergerakan jantung dan menyediakan
pelumas sehingga bagian-bagian jantung yang berbeda dapat berkontraksi.
Morfologi jantung pada manusia dewasa mepunyai ukuran panjang 12 cm,
lebar 8-9 cm, diameter antero-posterior 6 cm.
Pada pria, jantung memiliki massa 340-380 gr dan pada wanita 230-
280 gr. Jantung memiliki bagian atas yang lebar (basis jantung) yang
mengarah ke bahu kanan dan bagian bawah mengerucut (apex jantung) yang
mengarah ke panggul kiri. Dinding jantung terdiri dari lapisan tebal yang
terdiri dari luar ke dalam yaitu epikardium, miokardium, dan endokardium.
Jantung dibagi oleh septa vertical menjadi empat ruang: atrium dextra, atrium
sinistra, ventrikel dextra, dan ventrikel sinistra. (Lab. Anatomi Unissula,
2009).
98
Gambar : anatomi jantung
Simpul ini terletak pada batas antara vena kava superior atrium kanan.
Simpul ini mempunyai sifat automatisitas yang tertinggi dalam sistem konduksi
jantung.
99
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi 6, hal 296
100
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi 6, hal 297
Simpul ini terletak di bagian bawah atrium kanan, antara sinus koronarius
dan daun katup trikuspid bagian septal.
d. Berkas His
e. Cabang berkas
Ke arah distal, berkas his bercabang menjadi dua bagian, yaitu cabang
berkas kiri dan cabang berkas kanan. Cabang berkas kiri memberikan cabang-
cabang ke ventrikel kiri, sedangkan cabang berkas kanan bercabang-cabang ke
arah ventrikel kanan.
f. Fasikel
Cabang berkas kiri bercabang menjadi dua bagian, yaitu fasikel kiri
anterior dan fasikel kiri posterior.
g. Serabut purkinje
101
Bagian terakhir dari sistem konduksi jantung ialah serabut-serabut
Purkinje, yang merupakan anyaman halus dan berhubungan erat dengan sel-sel
otot jantung.
b. Segmen PR.
102
yang pertama, gelombang R yang merupakan gelombang ke atas yang pertama,
dan gelombang S yang merupakan gelombang ke bawah pertama setelah
gelombang R.
d. Segmen ST.
e. Gelombang T.
f. Gelombang U.
Gelombang ini berukuran kecil dan sering tidak ada. Asal gelombang ini
masih belum jelas.
103
buah elektroda, yaitu 4 buah elektroda ekstremitas dan 6 buah elektroda pprekordial.
Elelktroda-elektroda ekstremitas masing-masing dilekatkan pada lengan kanan (LKa),
lengan kiri (LKi), tungkai kanan (TKa), tungkai kiri (TKi).
Elektroda TKa selalu dihubingkan dengan bumi untuk menjamin potensial nol
stabil.
104
Kadang-kadang diperlukan elektroda-elektroda precordial sebelah kanan, yang
disebut V3R, V4R, VSR dan V6R yang letaknya berseberangan dengan V3, V4, V5
dan V6.
Karena gaya listrik mempunyai besar dan arah, maka ia adalah sebuah vector.
Suatu vector dapat dinyatakan dengan sebuah anak panah dengan arah anak panah
menunjukkan arah vector dan panjang anak panah menyatakan besarnya vector.
Dalam satu siklus jantung, terjadi gaya listrik pada saat depolarisasi atrium,
ventrikel, dan repolarisasi ventrikel. Pada rekaman disebut sebagai gelombang P, QRS,
dan T. yang sebenarnya gelombang P, QRS, dan T ini adalah vector-vektor ruang yang
105
selalu berubah-ubah besar dan arahnya sehingga disebut vector P, vector QRS, dan vector
T.
Untuk mempelajari vector pada umumnya dipakai suatu sistem sumbu. Untuk
vector ruang, dipakai sistem sumbu ruang yang terdiri dari tiga buah bidang yang saling
tegak lurus. Untuk mempelajari vector-vektor listrikpada jantung, ketiga bidang berikut
ini dipilih : bidang Horisontal (H), bidang Frontal (F) dan bidang Sagital (S). untuk
keperluan elektrokardiografi yang konvensional, cukup dipakai dua bidang saja yaitu
bidang H dan bidang F.
a. = pusat jantung
b. I = garis mendatar 00
c. II = membuat sudut 60 dengan I, searah jarum jam, yaitu +60
106
d. III = +120
e. aVR = -150
f. aVL = -30
g. aVF = +90
Bila selama siklus jantung kita tinjau vector-vektor listrik yang timbul, maka
selama depolarisasi atrium, terjadi vector P dalam ruang yang dimulai dari nol,
muncul dengan besar dan arah yang berubah-ubah dan akhirnya menjadi nol lagi. Bila
vector P ini diproyeksikan pada bidang H dan bidang F, maka terdapat garis tertutup
107
yang mulai dari titik awal 0 dan kembali lagi pada titik 0. Garis tertutup yang
menggambarkan perjalanan dari vector P ini disebut bulatan P.
Jadi depolarisasi atrium menghasilkan bulatan P pada bidang Fdan juga pada
bidang H. demikian juga selama depolarisasi ventrikel, timbul bulatan QRS pada
bidang F dan bidang H. pada repolarisasi dari ventrikel timbul juga bulatan T. Dari
ketiga bulatan vector itu, bulatan vector QRS ialah yang terpenting dan terbesar
ukurannya.
Suatu vector yang menjalani bulatan vector, besar dan arahnya selalu berubah-
ubah. Tetapi selama perubahan itu, dapat ditentukan satu vector yang merupakan rata-
rata atau sumbu listrik. Secara pendekatan, sumbu listrik ialah vector yang membagi
bulatan vector menjadi dua yang sama. Sumbu listrik merupakan sifat penting dari
masing-masing ruang jantung. 2
108
dengan defleksi negatif). Maka sumbu QRS adalah tegak lurus pada sandapan ini.
Dalam menentukan arah sumbu QRS, dapat ditinjau salah satu dari sandapan lainnya,
untuk memilih satu dari dua arah.
Untuk lebih tepatnya, yang diukur bukan tingginya defleksin, tetapi dari luas
area yang berada di bawah defleksi itu.
2. Kelainan sumbu QRS pada Bidang Frontal
Sumbu QRS pada bidang frontal yang dianggap normal bervariasi antara-300 hingga
+90.
a. Sumbu QRS antara -30 hingga -90 disebut deviasi sumbu ke kiri (DSKi)
b. Sumbu QRS antara +90 hingga -180 disebut deviasi sumbu ke kanan (DSKa)
c. Sumbu QRS antara +180 hingga -90 disebut sumbu superior.
3. Menentukan sumbu QRS pada bidang horisontal
Pada dasarnya menentukan sumbu QRS pada bidang horizontal adalah sama
dengan sumbu QRS pada bidang frontal. Yang umum dipakai ialah cara II, yaitu
mencari sandapan yang jumlah aljabar defleksinya nol. Dari sini didapatkan arah
vector yaitu tegak lurus pada sandapan ini. Suatu kebiasaan, bahwa sumbu QRS pada
bidang horizontal tidak dinyatakan dalam derajat, tetapi cukup ditentukan sadapan
yang tegak lururs pada sumbu itu. Jadi cukup ditentukan sadapan yang mempunyai
jumlah ljabar defleksi nol. Sadapan ini disebut daerah transisi pada bidang precordial.
Dianggap bahwa daerah transisi yang normal ialah V3 dan V4. Bila daerah
transisi berpindah kea rah jarum jam (dilihat dari arah tungkai), misalnya di V5 atau
V6, maka dikatakan bahwa sumbu QRS mengalami rotasi searah jarum jam. Bila
daerah transisi berpindah ke arah V2, maka dikatakan terjadi rotasi lawan arah jarum
jam.
109
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi 6, hal 300
110
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi 6, hal 300
111
Gelombang P yang berasal dari simpul sinus mempunyai sumbu yang arahnya
sekitar di tengah-tengah antara V1 dan V6. Sumbu P yang bukan berasal dari simpul
sinus mempunyai arah yang tergantung dari letak pemacu ektopik dari gelombang P.
112
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi 6, hal 301
F. INTERPETASI ELEKTROKARDIOGRAM2
Bila kita membuat rekaman sebuah elektrokardiogram, pada awal rekaman kita
harus membuat kalibrasi, yaitu satu atau lebih defleksi yang sesuai dengan 1 milivolt
(mV). Secara baku, defleksi 10 mm sesuai dengan 1 mV. Kecepatan kertas perekam
secara baku adalah 25 mm/dt.
Garis rekaman mendatar tanpa ada potensi listrik disebut garis isoelektrik.
Defleksi yang arahnya ke atas disebut defleksi positif dan yang ke bawah disebut defleksi
negatif.
113
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi 6
1. Gelombang P
Gelombang P ialah dfeleksi pertama siklus jantung yang menunjukkan aktivasi
atrium. Gelombang P bisa positif, negatif, bifasik, atau bentuk lain yang khas.
114
Kompleks ini menunjukkan depolarisasi ventrikel. Istilah-istilah tentang
bagian-bagian kompleks QRS ialah : a. Gelombang Q yaitu defleksi negatif pertama;
b. Gelombang R yaitu defleksi positif pertama. Defleksi berikutnya di gelombang R,
R dan seterusnya; c. Gelombang S yaitu defleksi negatif pertama setelah R.
Gelombang S berikutnya disebut S, S dan seterusnya.
QRS yang monofasik terdiri dari satu defleksi saja yaitu R atau defleksi
tunggal negatif yang disebut QS. Untuk defleksi yang lebih dari 5 mm, dipakai huruf-
huruf besar Q, R dan S. sedangkan untuk defleksi yang kurang dari 5 mm dipakai
huruf kecil q,r, dan s.
3. Gelombang T
Gelombang ini menunjukkan repolarisasi ventrikel. Gelombang T bisa positif, negatif
atau bifasik.
4. Gelombang U
Gelombang U adalah gelombang kecil yang mengikuti gelombang T yang asalnya
tidak jelas.
5. Pengukuran Waktu
a. Penentuan frekuensi. Frekuensi jantung (atrial atau ventrikular) dapat dihitung
berdasarkan kecepatan kertas. Karena kecepatan kertas ialah 25 mm/detik, maka
kertas menempuh 60 x 25 mm = 1500 mm dalam 1 menit. Jadi frekuensi jantung
adalah 1500 yaitu sama dengan jarak siklus dalam mm (yaitu jarak R-R atau P-P).
b. Penentuan interval-interval. Untuk pengukuran suatu interval, maka dengan
kecepatan baku 25 mm/detik terdapat 1 mm = 1/25 detik = 0,04 detik, atau 5 mm
= 0,20 detik.
Interval PR : interval PR diukur dari awal gelombang P hingga awal kompleks
QRS. Interval QRS : interval ini diukur dari awal kompleks QRS hingga akhir
dari kompleks QRS. Interval QT : interval ini diukur dari awal QRS hingga
akhir dari gelombang T. 2
115
G. ELEKTROKARDIOGRAM NORMAL2
1. Gelombang P
Gelombang P dari sinus yang normal tidak lebih lebar dari 0,11 detik dan
tingginya tak melebihi 2,5 mm.
2. Kompleks QRS
Impuls listrik yang datang dari simpul AV melanjutkan diri melalui berkas His.
Dari berkas His ini keluar cabang awal yang mengaktivasi septum dari kiri ke kanan.
Ini mengawali vector QRS yang menimbulkan gelombang Q di I, II, III, aVL, V5 dan
V6, tergantung dari arah vector awal tersebut. Selanjutnya impuls berlanjut melalui
cabang berkas kiri (CBKi), cabang berkas kanan (CBKa), dan mengaktivasi ventrikel
kiri dan kanan.
Karena dinding ventrikel kanan jauh lebih tipis daripada ventrikel kiri, maka
gaya listrik yang ditimbulkan ventrikel kiri jauh lebih kuat dari pada ventrikel kanan.
Gambaran kompleks QRS pada bidang horizontal yang normal mempunyai corak
khas. Sandapan V1 dan V2 terletak paling dekat dengan ventrikel kanan sehingga
disebut kompleks ventrikel kanan. Di sini gaya listrik dari ventrikel kanan
menimbulkan gelombang R yang selanjutnya diikuti gelombang S yang
menggambarkan gaya listrik dari ventrikel kiri.
116
3. Gelombang T
4. Gelombang U
Gelombang U biasanya tegak dan paling besar terdapat di V2 dan V3. Sering
gelombang U tak jelas karena bersatu dengan gelombang T.
6. Interval QT
Interval ini tergantung dari frekuensi jantung, yang dapat ditentukan dengan
suatu rumus atau table. Untuk praktisnya, diberikan 3 nilai sebagai berikut : frekuensi
60/menit : 0,33 0,43 detik, 80 kali/menit: 0,29-0,38 detik, dan 100 kali/menit : 0,27-
0,35 detik. 2
H. ABNORMALITAS ATRIUM2
Akhir-akhir ini dianggap bahwa konduksi impuls dari simpul sinus kea rah simpul
AV melibatkan jalur-jalur khusus yaitu jalur-jalur intermodal. Sedangkan atrium kiri
dicapai melalui jalur Bachman. Bila terjadi gangguan konduksi intra-atrial, maka bentuk
gelombang P mengalami kelainan yang disebut abnormalitas gelombang P. abnormalitas
gelombang P tidak selalu disebabkan pembesaran atau hipertrofi atrium seperti yang
dianggap di masa lalu. Aktivasi atrium kanan terjadi lebih dulu daripada atrium kiri
sehingga suatu abnormalitas gelombang P dapat menunjukkan suatu abnormalitas atrium
kiri atau abnormalitas atrium kanan. Dalam hal ini abnormalitas merupakan kelainan
konduksi dengan atu tanpa pembesaran atau hipertrofi.
117
1) P tinggi dan lancip di II, III dan aVF : tinggi > 2,5 mm dan interval > 0,11
detik
2) Defleksi awal di V1 > 1,5 mm. bentuk gelombang P pada AAKa sering disebut
P pulmonal
I. HIPERTROFI VENTRIKEL2
118
1. Hipertrofi ventrikel kiri (HVKi)
Hipertrofi ventrikel kiri memberikan tanda-tanda yang cukup jelas pada EKG.
Meskipun demikian, akurasinya tak dapat dianggap mutlak. Berbagai kriteria telah
disusun untuk mempertinggi sensitivitas dan spesifitas diagnosis HVKi pada EKG. 2
119
1) Gambaran HVKi pada EKG terutama berkorelasi dengan masa otot ventrikel
kiri, dan kurang berkorelasi dengan tebal otot atau volumenya;
2) Pada HVKi yang disebabkan karena beban volume, gambaran EKG terutama
menunjukkan aktivasi septal awal yang menonjol, yaitu adanya gelombang Q
di I, aVL, V5 dan V6, dan gelombang yang menojol di V1 dan V2;
3) Pada HVKi yang disebabkan karena beban tekanan, gambaran EKG terutama
menunjukkan R yang tinggi disertai depresi ST dan inversi T pada sandapan
ventrikel kiri (V5 dan V6).
Karena dinding ventrikel kanan jauh lebih tipis dari pada dinding ventrikel
kiri, maka HVKa baru nampak pada EKG bila HVKa sudah cukup menonjol untuk
dapat mempengaruhi gaya-gaya listrik ventrikel kiri yang besar. 2
a. Tinjauan vector :
1) Pada bidang frontal : sumbu QRS bergeser ke kanan
121
Pada fase yang terakhir, vector berasal dari ventrikel kanan, yang mengarah ke depan
(pada bidang H) dan ke kanan (pada bidang F).
Dari sini didapatkan gambaran EKG pada BCBKa :
a. Interval QRS memanjang > 0,10 detik;
b. S yang lebar di I dan V6;
c. R yang lebar di V1. Bila interval QRS 0,10-0,12 detik, maka disebut BCBKa
inkomplit. Bila interval QRS > 0,12 detik, maka disebut BCBKa komplit.
122
Blok fasikular sering disebut juga hemiblok.
123
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi 6
124
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi 6
c. Sindrom Pre-eksitasi
Sindrom pre-eksitasi ialah suatu sindrom EKG di mana ventrikel
mengalami depolarisasi lebih awal dari biasa. Hal ini disebabkan karena adanya
jalur-jalur lain di samping jalur-jalur pada sitem konduksi jantung. Jalur-jalur ini
disebut jalur-jalur aksesori.
Ada 3 macam jalur aksesori, yaitu : a. Jalur Kent. Jalur ini ialah yang
terpenting di antara jalur-jalur aksesori. Jalur ini menghubungkan atrium langsung
dengan ventrikel, tanpa melalui simpul AV. Jalur ini menembus cincin AV di
tempat-tempat yang berbeda. b. Jalur James. Jalur ini berawal dari atrium dan
berakhir di berkas His. c. Jalur Mahaim. Jalur ini berawal di berkas His dan
berakhir di ventrikel.
Jalur-jalur aksesori dianggap sebagai kelainan kongenital dan terdapat
pada 1-2 permil dari populasi umum. Jalur aksesori bisa bersifat non fungsional
pada waktu lahir dan manifest pada masa kanak atau dewasa.
125
Impuls dari atrium yang melalui jalur Kent lebih cepat sampai di ventrikel
karena tidak melewati simpul AV yang mempunyai sifat memperlambat impuls.
Impuls yang melalui jalur Kent ini mengawali depolarisasi ventrikel di suatu tempat
di ventrikel, yang menyebabkan timbulnya suatu gelombang khas pada awal
kompleks QRS, yang disebut gelombang delta.
Gelombang delta merupakan bagian landau pada awal kompleks QRS. Adanya
gelombang delta ini menyebabkan kompleks QRS melebar. Waktu konduksi atrio-
ventrikular yang memendek menyebabkan interval PR yang memendek. Dengan
demikian gambaran EKG pada sindrom W-P-W ialah :
a. Interval PR memendek < 0,12 detik;
b. Adanya gelombang delta;
c. Kompleks QRS melebar (karena gelombang delta).
126
Meskipun letak jalur Kent sangat bervariasi, pada garis besarnya dapat
dibedakan 2 tipe, yaitu :
a. Sindrom W-P-W tipe A.
Di sini jalur Kent terletak di sebelah kiri, sehingga aktivasi dini terjadi
di ventrikel kiri. Gambaran EKG menyerupai bentuk BCBKa, dengan R yang
tinggi di V1 dan V2.
b. Sindrom WPW tipe B.
Di sini jalur Kent terletak di sebelah kanan, sehingga aktivasi dini
terjadi di ventrikel kanan. Gambaran EKG menyerupai bentuk BCBKi, dengan
defleksi QRS yang negatif di V1 dan V2.
127
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi 6
128
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi 6, hal 308
Masing-masing kelainan ini mempunyai ciri-ciri yang khas pada EKG. Pada
umumnya iskemia dan injuri menunjukkan kelainan pada proses repolarisasi miokard,
yaitu segmen ST dan gelombang T. Nekrosis miokard menyebabkan gangguan pada
proses depolarisasi, yaitu gelombang QRS.
1. Iskemia
a. Depresi ST
Ini ialah ciri dasar iskemia miokard. Ada 3 macam jenis depresi ST, yaitu :
1) Horisontal,
2) Landai ke bawah,
3) Landai ke atas.
Yang dianggap spesifik ialah a dan b. Depresi ST dianggap bermakna bila
lebih dari 1 mm, makin dalam makin spesifik.
b. Inversi T
Gelombang T yang negatif (vector T berlawanan arah dengan vector QRS)
bisa terdapat pada iskemia miokard, tetapi tanda ini tidak terlalu spesifik. Yang
lebih spesifik ialah bila gelombang T ini simetris dan berujung lancip.
c. Inversi U
Gelombang U yang negatif (terhadap 1) cukup spesifik untuk iskemia
miokard.
129
2. Injuri
Ciri dasar injuri ialah elevasi ST dan yang khas ialah konveks ke atas. Pada
umumnya dianggap bahwa elevasi ST menunjukkan injuri di daerah subepikardial,
sedangkan injuri di daerah subendokordial menunjukkan depresi ST yang dalam.
3. Nekrosis
Ciri dasar nekrosis miokard ialah adanya gelombang Q patologis yaitu Q yang
lebar dan dalam, dengan syarat-syarat : lebar > 0,04 detik, dalam > 4 mm atau > 25 %
tinggi R
4. Lokalisasi Dinding Ventrikel pada EKG
Karena iskmeia miokard sebagian besar mengenai ventrikel kiri, maka adalah
penting untuk menentukan lokalisasi bagian-bagian dindin ventrikel kiri pada EKG.
Pada umumnya dipakai istilah-istilah sebagai berikut :
a. Daerah anteroseptal : V1-V4
b. Daerah anterior ekstensif : V1-V6, I dana VL
c. Daerah anterolateral : V4-V6, I dana VL
d. Daerah anterior terbatas : V3-V5
e. Daerah inferior : II, III dan aVF
f. Daerah lateral tinggi : I dana VL
g. Daerah posterior murni memberikan bayangan cermin dari V1, V2 dan V3
terhadap garis horizontal.
Proyeksi dinding-dinding ventrikel kanan pada umumnya terlihat pada V4R-V6R.
sering bersamaan dengan II, III, dan aVF.
130
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi 6, hal 309
131
1) Elevasi ST cembung ke atas, spesifik untuk injuri (epikard)
2) Elevasi ST cekung ke atas, tidak spesifik
3) Depresi ST yang dalam, menunjukkan injuri subendokardial
132
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi 6, hal 309
1) Fase hiperakut
2) Fase ovulasi lengkap
3) Fase infark lama
133
2. Beberapa catatan tentang EKG pada infark miokard :
a. Timbulnya kelainan-kelainan EKG pada infark miokard akut bisa terlambat,
sehingga untuk menyingkirkan diagnosis infark miokard akut, diperlukan rekaman
EKG serial;
b. Fase evolusi berlangsung sangat bervariasi, bisa beberapa jam hingga 2 minggu.
Bila elevasi ST bertahan hingga 3 bulan, maka dianggap telah terjadi aneurisma
ventrikel;
c. Selama evolusi atau sesudahnya, gelombang Q bisa hilang sehingga disebut infark
miokard non-Q. ini terjadi 20-30% kasus infark miokard;
d. Gambaran infark miokard subendokardial pada EKG tidak begitu jelas dan
memerlukan konfirmasi klinis dan laboratoris. Pada umumnya terdapat depresi ST
yang disertai inversi T yang dalam yang bertahan beberapa hari;
e. Pada infark miokard pada umumnya dianggap bahwa Q menunjukkan nekrosis
miokard, sedangkan R menunjukkan miokard yang masih hidup, sehingga bentuk
Qr menunjukkan infark non-transmural sedangkan bentuk QS menunjukkan infark
transmural. Pada infark miokard non-Q, berkurangnya tinggi R menunjukkan
nekrosis miokard;
f. Pada infark miokard dinding posterior murni, gambaran EKG menunjukkan
bayang cermin dari infark miokard anteroseptal terhadap garis horizontal, jadi
terdapat R yang tinggi di V1, V2, V3 dan disertai T yang simetris.
134
N. ANEKA KELAINAN ELEKTROKARDIOGRAFI2
1. Hyperkalemia
Bila kadar kalium darah meningkat, berturut-turut akan nampak kelainan:
a. T menjadi tinggi dan lancip
b. R menjadi lebih pendek
c. QRS menjadi lebar
d. QRS bersatu dengan T, sehingga segmen ST hilang
e. P mengecil dan akhirnya menghilang.
2. Hypokalemia
Bila kadar kalium darah menurun, berturut-turut akan tampak kelainan-kelainan :
a. U menjadi prominen
b. T makin mendatar dan akhirnya terbalik
c. Depresi ST
d. Interval PR memanjang
Sering U yang prominen dikira T sehingga seolah-olah interval QT memanjang.
3. Hiperkalsemia
Kelainan EKG yang terpenting ialah interval QT yang memendek.
4. Hipokalsemia
Kelainan EKG yang terpenting ialah perpanjangan segmen ST, sehingga interval QT
memanjang.
5. Digitalis
Digitalis dapat mempengaruhi bentuk QRS-T, yang disebut efek digitalis :
a. Memperpendek interval QT
b. Depresi ST, mulai dengan menurun landau disusul bagian akhir yang naik dengan
curam
c. Sering menjadi rendah. Selain itu bisa terjadi gangguan pembentukan dan
penghantar impuls.
135
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi 6, hal 310
1) U prominen, T mendatar
2) Depresi ST, T terbalik, PR memanjang
136
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi 6, hal 310
137
6. Pericarditis
Pada pericarditis, biasanya terjadi peradangan pada epikard, sehingga
gambaran EKG menyerupai gambaran injuri pada epikard berupa elevasi ST. pada
pericarditis yang hanya sedikit menimbulkan peradangan pada epikard maka EKG
bisa normal.
Kelainan EKG yang khas untuk pericarditis ialah sebagai berikut :
a. Elevasi segmen ST
1) Biasanya luas kecuali V1 dan aVR
2) Bentuk konkaf ke atas
3) Kurang dari 5 mm
b. T menjadi terbalik, terutama stelah segmen ST kembali ke garis isoelektrik
c. Tidak timbul Q.
Pada efusi pericardial, tanpa adanya peradangan epikardial, tidak terdapat
elevasi ST. dalam hal ini gambaran EKG hanya menunjukkan voltase yang rendah
pada QRS dan T.
O. TINDAKAN KEPERAWATAN1
138
Secara umum, tugas perawat dalam penatalaksanaan EKG ini adalah untuk
mendampingi pasien selama tindakan. Ada tiga fase di mana kinerja perawat dibutuhkan
dalam mendampingi pasien, yaitu fase sebelum pelaksanaan, fase selama tes, dan fase
setelah tindakan. 1
1. Sebelum Pelaksanaan
a. Konfirmasi identitas pasien
b. Jelaskan pada pasien bahwa EKG mengevaluasi aktivitas listrik jantung
c. Nasihati pasien bahwa ia tidak perlu puasa sebelum tes
d. Jelaskan tentang pelaksanaan tes, termasuk siapa yang akan melakukannya,
dimana tempatnya, dan berapa waktu yang dibutuhkan
e. Beritahu pasien bahwa elektroda akan ditempatkan di lengannya, kakinya, dan
dadanya da prosedurnya tidak menyakitkan. Jelaskan bahwa selama tes, dia
akan diminta untuk tetap tenang, berbaring diam, dan bernafas normal
f. Nasihati pasien untuk tidak bicara selama tes karena getaran suaranya dapat
mengubah perekaman EKG
g. Cek obat-obatan pasien apakah ada penggunaan obat-obatan jantung, dan catat
hasilnya di formulir
2. Selama Tes
a. Tempatkan pasien pada posisi supinasi. Jika pasien tidak mampu, bantu pasien
memposisikan semi-Fowler
b. Ekspos dada, kedua kaki, dan kedua lengan pasien untuk penempatan elektroda.
Jika pasien perempuan, sediakan drape dada sampai chest lead dipasang
c. Nyalakan mesin dan cek sediaan kertas
d. Tempatkan elektroda-elektroda sesuai lead
e. Sambungkan kabel lead setelah semua elektroda terpasang
f. Nyalakan tombol start dan rekam informasi yang dibutuhkan (misal nama
pasien dan nomor ruangan)
g. Mesin memproduksi sebuah printout menunjukan keduabelas lead secara
berkelanjutan. Cek untuk memastikan semua lead terekam. Jika tidak, tentukan
mana yang merenggang, pasang kembali, dan rekam ulang
h. Pastikan gelombang tidak berpuncak melebihi garis tepi atas kertas grid. Jika
terjadi, sesuaikan mesin untuk memasukkan gelombang tidak melebihi batas
garis.
139
i. Ketika mesin selesai merekam, lepaskan elektroda dan pakaikan kembali
pakaian dan selimut pasien
3. Setelah Tindakan
a. Lepaskan sambungan alat, lepaskan elektroda, dan bersihkan jelly dari dada
pasien dengan kain lembab. Cuci gel dari elektroda dan keringkan (Jika pasien
mengalami nyeri dada berulang atau jika EKG serial dibutuhkan, bersamaan
dengan penggunaan trombolitik, elektroda tetap terpasang)
b. Beri label setiap EKG menggunakan nama pasien dan nomor ruangan, tanggal
dan waktu prosedur, dan nama praktisioner. Catat apakah EKG dilakukan
selama atau setelah terjadinya nyeri dada
c. Laporkan temuan EKG abnormal kepada praktisioner
P. IMPLIKASI KLINIS2
Beberapa implikasi klinis penggunaan EKG diantaranya (Fischbach & III, 2009; cit
Brunner and Suddarths, 2009):
1. EKG tidak menggambarkan status mekanik nyata jantung atau status fungsional
katup.
2. EKG mungkin tampak normal di kemunculan penyakit jantung kecuali jika proses
patologis mengganggu daya listrik. EKG tidak bisa memprediksi kejadian kardiak
yang akan datang.
3. EKG harus diinterpretasikan dan diberi pengobatan dalam konteks gambaran klinis
komprehensif.
4. Abnormalitas EKG dikategorisasikan menurut 5 area umum:
a. Heart rate
b. Ritme jantung
140
Gambar 2. Hasil rekam EKG, perbandingan antara ritme normal dan aritmia (sumber:
http://1.bp.blogspot.com/ FvM6Byt8rTI/VgYrlQ0WrSI/AAAAAAAAZ8o/P1z1JMGMV3M/s1600/aritmia-
dan-normal.jpg)
141
2. Tipe-tipe abnormalitas termasuk berikut:
a. Ritme patologis
b. Gangguan sistem konduksi
c. Iskemia miokardium
d. Infark miokardium
e. Hipertrofi jantung
f. Infark pulmoner
g. Alterasi level kalium, kalsium, dan magnesium
h. Perikarditis
i. Efek obat-obatan
j. Hipertrofi ventrikel
142
DAFTAR PUSTAKA
143
SOP PEMERIKSAAN EKG
DILAKUKAN
NO TINDAKAN
YA TIDAK
A. FASE PRA INTERAKSI
1. Melakukan pengecekan progam terapi
2. Mencuci tangan
3. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar
B. FASE ORIENTASI
1. Memberi salam dan menyapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan sebelum
kegiatan
C. FASE KERJA
1. Menjaga privacy pasien
2. Berikan kesempatan klien untuk bertanya
3. Mengenakan sarung tangan (bila diperlukan)
4. Membuka pakaian atas klien.
5. Membersihkan area ekstremitas dan dada yang akan
dipasangi elektroda dengan menggunakan kapas
alkohol. Bila terdapat rambut yang cukup tebal cukur
bila perlu.
6. Memberikan jelly pada area pemasangan dan pada
elektroda.
7. Pasang kabel dan elektroda (hindari memasang
elektroda pada massa otot yang terlalu tebal atau
pada struktur tulang) :
a. Kabel Merah (R) : pada lengan kanan.
b. Kabel Kuning (L) : pada lengan kiri.
c. Kabel Hijau (F) : pada kaki kiri.
d. Kabel Hitam (N) : pada kaki kanan.
e. V1 : pada interkostal ke 4 kanan.
f. V2 : pada interkostal ke 4 kiri.
g. V3 : pada interkostal ke 4 5 antara V2 dan V4.
h. V4 : pada interkostal ke-5 linea midclavicularis
144
kiri.
i. V5 : horizontal terhadap V4, di linea aksilaris
anterior.
j. V6 : horizontal terhadap V5, pada lnea
midaksilaris.
8. Menghubungkan kabel ground ke washlap basah
yang diletakkan di nierbeken.
9. Menghubungkan kabel listrik mesin EKG ke sumber
listrik.
10. Menyalakan power On mesin EKG.
11. Mengatur kecepatan gelombang pada 25 mV.
12. Mengatur ketinggian rekaman pada skala 1.
13. Melakukan kalibrasi 1 mV.
14. Melakukan rekaman 12 lead.
15. Setelah selesai, mematikan power mesin EKG dan
lepaskan kabel/elektroda dari tubuh klien, kemudian
bersihkan sisa jelly yang menempel dengan tissue.
16. Merapihkan klien dan mengembalikan alat-alat pada
tempatnya.
D. FASE TERMINASI
1. Melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan
2. Simpulkan hasil kegiatan
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Akhiri kegiatan, bereskan alat-alat
5. Melepaskan sarung tangan
6. Mencuci tangan
145