Makalah Kitik PBL 1
Makalah Kitik PBL 1
Pemicu 1
Elektrokimia dan Potensiometri
Kelompok 3:
i
DAFTAR ISI
Daftar Pustaka .. 20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Baterai merupakan sumber energi yang banyak digunakan di era modern seperti
saat ini. Berbagai perangkat elektronik, seperti jam dinding, remote kontrol, telepon
seluler, laptop, dan sebagainya menggunakan baterai sebagai sumber energi.
1
5. Memahami teknik potensiometri sebagai cara untuk menentukan kandungan logam
dalam air.
6. Memahami cara perhitungan dengan metoda yang digunakan dalam analisis
kandungan logam.
7. Mengetahui kelebihan dan kekurangan metode-metode dalam analisis dengan
potensiometri.
1. Mengetahui prinsip kerja dari sel elektrokimia dan sel baterai mikroalga.
2. Memahami konsep mengenai elektrokimia, potensiometri, kalibrasi dan larutan
standar.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Jawaban:
Gambar 1. Skema Rancang Bangun Baterai Mikroalga. (sumber: PKM-P Baterai Ramah
Lingkungan Berbahan Dasar Mikroalga: IPB)
3
2. Dapatkah anda menjelaskan mengapa penggunaan alga ini menghasilkan baterai
yang ramah lingkungan?
Jawaban:
Beberapa komponen logam berat yang digunkan pada industri baterai konvensional
akan berdampak negatif atau dapat merusak lingkungan, misalnya kadnium dan mangan.
Kenaikan konsentrasi kadmium dalam tanah akan memperbesar penangkapan unsur logam
tersebut oleh tanaman dan selanjutnya memasuki rantai makanan. Dari seluruh logam
kadmium yang masuk kedalam ubuh manusia, sebesar 6% melalui makanan. Sedangkan
mangan dalam jumlah besar akan menyebabkan kerusakan syaraf dan keracunan pada
manusia. Bahkan pada tahun 1990-an, industri batu baterai menggunakan merkuri (Hg)
sebagai pengganti batang katoda karbon pada batu baterai. Secara tidak langsung, merkuri
masuk kedalam tubuh manusia melalui air minum atau bahan pangan baik hewan maupun
tumbuhan yang telah terkontaminasi oleh merkuri. Gejala kerecunan kronis oleh logam
ditandai dengan muntah-muntah, diare berdarah, kerusakan ginjal, danpembengkakan
kelenjar ludah.
3. Anda ingin mengetahui reaksi yang terjadi dalam sel elektrokimia selain sel baterai
di atas. Untuk itu Anda melakukan percobaan kecil di laboratorium membuat baterai
sederhana yang terdiri dari lempengan seng (Zn) dan batang timbal (Pb). Larutan
seng sulfat dengan konsentrasi 0.05 M dimasukkan ke dalam gelas kimia dan
ditambahkan timbal sulfat padat sampai larutan menjadi jenuh oleh timbal sulfat.
Dapatkah anda menggambar sel baterai tersebut? Dapatkah anda menjelaskan peran
lempengan-lempengan logam di atas?
4
Jawaban:
4. Reaksi apa yang terjadi sewaktu lempengan seng dan batang timbal dimasukkan ke
dalam gelas dan kedua elektroda tersebut dihubungkan dengan kawat tembaga?
Jawaban:
Reaksi yang terjadi adalah reaksi reduksi dan oksidasi. Elektron berpindah melalui kawat
tembaga dari Zn (anode) ke ion Pb2+ (katode) sehingga terjadi beda potensial antara anode
dan katode yang menimbulkan arus listrik.
5. Apakah anda dapat memperkirakan besarnya tegangan potensial dalam sel tersebut?
Jawaban:
Jawaban:
Ada dua penyebab perbedaan hasil pengukuran teoritis dan eksperimen. Pertama adalah
penggunaan nilai aktivitas pada persamaan Nerst yang seringkali disubstitusi dengan nilai
konsentrasi analit. Untuk analit dengan muatan tunggal, penyimpangan yang terjadi tidak
terlalu jauh, namun untuk analit dengan muatan lebih dari satu, akan terjadi penyimpangan
yang cukup signifikan. Nilai aktivitas itu sendiri dapat dihitung dengan persamaan Debye-
Huckel, namun hanya berlaku untuk larutan dengan konsentrasi di bawah 0.1 M.
5
Penyebab kesalahan yang kedua adalah suatu analit dalam suatu sampel terkadang memiliki
lebih dari satu kesetimbangan. Kesetimbangan tersebut tidak diperhitungkan sehingga
menyebabkan terjadinya penyimpangan antara hasil teoritis dan ekperimental.
7. Bagaimana anda menjelaskan kemampuan alga dalam menyerap logam pada bacaan
di atas?
Jawaban:
Fitoplankton ini memiliki sel tunggal dengan ukuran sel antara 7-12 mikron, karena
ukuran sel sangat kecil, fitoplankton memiliki luas permukaan yang jauh lebih besar
dibandingkan organisme lain yang mempunyai ukuran massa sama. Oleh sebab itu,
fitoplankton diharapkan dapat menyerap ion logam jauh lebih besar dibanding organisme
lain. Sel alga dan mikroorganisme lain dapat menyerap berbagai macam logam dari larutan
di lingkungan.
Beberapa spesies alga telah ditemukan mempunyai kemampuan yang cukup tinggi
untuk mengadsorpsi ion-ion logam dalam keadaan hidup maupun dalam bentuk sel mati
(biomassa). Cara alga menyerap logam berat adalah dengan gugus fungsi yang terdapat
dalam alga. Gugus fungsi tersebut mampu melakukan pengikatan dengan ion logam
terutama gugus karboksil, hidroksil, sulfudril, amino, iomodazol, sulfat, dan sulfonat yang
terdapat didalam dinding sel dalam sitoplasma pada alga.
6
Proses utama pada bioremediasi adalah biodegradasi, biotransformasi dan biokatalis.
Saat bioremediasi terjadi, enzim-enzim yang diproduksi oleh mikroorganisme
memodifikasi polutan beracun dengan mengubah struktur kimia polutan tersebut. Enzim
mempercepat proses tersebut dengan cara menurunkan energi aktivasi, yaitu energi yang
dibutuhkan untuk memulai suatu reaksi. Pada proses ini terjadi biotransformasi atau
biodetoksifikasi senyawa toksik menjadi senyawa yang kurang toksik atau tidak toksik.
Proses bioremediasi ion logam berat umumnya terdiri dari dua mekanisme yang melibatkan
proses pengambilan aktif dan pengambilan pasif. Pada saat ion logam berat tersebar pada
permukaan sel, ion akan mengikat pada bagian permukaan sel berdasarkan kemampuan
daya affinitas kimia yang dimilikinya. Namun menurut Harris dan Ramelow (1990),
terdapat beberapa kelemahan alga dalam menyerap ion-ion logam adalah ukurannya yang
sangat kecil, berat jenisnya yang rendah dan mudah rusak karena degradasi oleh
mikroorganisme lain. Agar hal tersebut bisa dihindari maka dilakukan immobilisasi pada
biomassa mengunakan matrik polimer (polietilena glikol, akrilat), oksida (alumina, silica),
campuran oksida (kristal aluminasilikat, asam polihetero) dan karbon. Beberapa penelitian
telah menunjukkan bahwa berbagai spesies alga baik dalam keadaan hidup (sel hidup)
maupun dalam bentuk sel mati (biomassa) dan biomassa terimmobilisasi dapat digunakan
untuk mengadsorpsi ion logam.
8. Jika dalam suatu tim riset ilmiah anda diputuskan untuk menggunakan
potensiometri untuk mengukur kandungan logam dalam air secara instrumental, apa
yang anda dapat jelaskan tentang metode tersebut ?
Jawaban:
Potensiometri adalah suatu metode kuantitatif analisa ion berdasarkan pengukuran beda
potensial dari elektroda-elektroda yang peka terhadap ion yang bersangkutan dengan
konsentrasi larutan dalam suatu sel potensiometri. Sel potensiometri merupakan sel
elektrokimia yang terdiri dari dua setengah sel elektroda yang tercelup dalam larutan
elektrolit untuk ditentukan konsentrasinya. Metode ini digunakan untuk menentukan nilai
potensial elektroda, konsentrasi suatu ion, pH suatu larutan, titik akhir titrasi, serta nilai
Kp, Kc, dan Ksp dalam reaksi kimia. Alat-alat yang digunakan dalam potensiometri adalah:
a. Elektroda Pembanding, yaitu elektroda yang diketahui harga potensial setengah selnya
b. Elektroda Indikator, yaitu elektroda yang potensial elektrodanya bergantung aktivitas
analit
c. Jembatan Garam, yaitu penyeimbang muatan-muatan larutan dalam sel potensiometri
d. Larutan Analit, yaitu larutan yang sedang diteliti kandungan di dalamnya
7
e. Alat pengukur potensial seperti pH meter atau voltmeter.
Sel-sel pada analisis potensiometri adalah elektroda pembanding (Eref), jembatan garam
(Ej), larutan analit, dan elektroda indikator (Eind), sehingga perhitungan potensial sel pada
potensiometri adalah Ecell = Eind + Ej - Eref.
Jawaban:
1. Elektroda Indikator
Adalah elektroda yang potensialnya merespons perubahan aktivitas dalam larutan
uji. Terdapat beberapa macam elektroda indikator yaitu:
a. Elektroda Logam
Potensial dari elektroda logam ditentukan dari posisi reaksi redoks ketika
elektroda dan larutan bertemu. Terdapat tiga macam elektroda logam yaitu
elektroda logam jenis pertama, elektroda logam jenis kedua, dan elektroda logam
jenis ketiga.
Elektroda jenis pertama
Elektroda jenis pertama adalah elektroda yang langsung berkeseimbangan
dengan kation yang berasal dari logam tersebut. Contohnya elektroda tembaga.
Cu2+ + 2e Cu(s)
Elektroda jenis kedua
Elektroda jenis kedua adalah elektroda yang harga potensialnya bergantung
pada konsentrasi suatu anion yang dengan ion yang berasal dari elektroda endapan
suatu ion kompleks yang stabil. Contohnya elektroda perak untuk halida,
reaksinya dapat ditulis sebagai berikut: AgCl(s) Ag(s) + Cl
8
Elektroda jenis ketiga
Elektroda jenis ketiga adalah elektroda logam yang harga potensialnya
bergantung pada konsentrasi ion logam lain. Contohnya elektroda Hg dapat
digunakan untuk menentukan konsentrasi Ca2+, Zn2+, atau Cd2+ yang terdapat
dalam larutan.
b. Elektroda Membran
Elektroda membran telah digunakan dan dikembangakan cukup luas, karena
dapat menentukan ion tertentu. Elektroda membran biasa disebut dengan elektroda
selektif ion (ion selective electrode). Elektroda membran juga digunakan untuk
penentuan pH dengan mengukur perbedaan potensial antara larutan pembanding
yang keasamannya tetap dan larutan yang dianalisis. Elektroda membran dibagi
empat macam, yaitu elektroda membran kaca, elektroda membran cairan, elektroda
padatan, dan elektroda penunjuk gas.
9
campuran Hg, Hg2Cl2 dan KCl jenuh dan dihubungkan dengan larutan KCl jenuh
melalui lubang kecil.
Jawaban:
10
konsentrasinya juga dipersiapkan dalam jumlah yang jauh lebih banyak daripada
larutan sampel.
2) Menyiapkan Peralatan
Peralatan yang dipergunakan adalah voltmeter, elektrode acuan kalomel jenuh,
dan elektroda indikator untuk analisis logam. Elektroda acuan dihubungkan dengan
kutub negatif voltmeter dan elektoda sensitf logam ditempatkan pada kutub positif
voltmeter. Larutan standar dimasukkan ke dalam wadah setelah dilakukan pengukuran
volume.
3) Pengukuran Potensial Sel
Pengukuran dilakukan setelah beberapa waktu larutan standar dimasukkan ke
dalam wadah. Pengukuran untuk kedua kalinya dilakukan setelah pada larutan standar
yang sama ditambahkan dengan larutan sampel dalam jumlah yang lebih sedikit.
4) Menentukan Konsentrasi Ion Logam dalam Sampel
Setelah dilakukan tiga langkah di atas, didapatkan potensial sel sebelum dan
setelah penambahan sampel. Sebelum penambahan sampel, nilai potensial sel E1
adalah:
1 = + S log CS
0.0592
Dimana = = 0.0592 .............................................................................. (1)
n
dengan n = 1 untuk ion natrium, K adalah konstanta, dan CS adalah konsentrasi larutan
standar yang digunakan, serta volume larutan standar, VS. Setelah diberi sampel
sebanyak VU dengan konsentrasi yang tidak diketahui, CU, potensial sel campuran E2
menjadi:
VS CS +VU CU
2 = + Slog C2 = + Slog . (2)
VS +VU
karena berlaku persamaan:
VS CS +VU CU
2 = .. (3)
VS +VU
11. Bagaimana anda menjelaskan tentang yang anda baca di beberapa literatur
bahwa bila menggunakan teknik potensiometri langsung perlu penambahan
senyawa penjaga kekuatan ion dalam larutan atau TISAB (Total Ionic Strenght
Adjustment Buffer), dan untuk apa dilakukan teknik penambahan larutan standar
atau larutan sampel tak diketahui (standar addition atau sample addition method)?
11
Jawaban:
TISAB adalah sebuah reagen yang ditambahkan pada larutan sampel dan
standar yang berfungsi untuk menjaga pH, aktifitas ion, dan kekuatan ion dari larutan
standar. Hal ini disebabkan karena TISAB memiliki koefisien aktifitas ion yang sama,
tetapi memiliki aktifitas ion yang lebih tinggi sehingga aktifitas ion sampel akan
terabaikan. Maka jika ada senyawa ionik kuat lain seperti yang memungkinkan
terjadinya ion kompleks pada sampel yang akan dianalisis, hal tersebut dapat dijaga
kestabilannya dengan TISAB tersebut.
12. Bila anda menggunakan metode sample addition pada teknik potensiometri,
bagaimana anda menjelaskan cara penentuan konsentrasi logam pada sampel?
Jelaskan juga penurunan persamaannya!
Jawaban:
Setelah didapatkan potensial sel sebelum dan setelah penambahan sampel. Selanjutnya
dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut:
1 = + S log CS
0.0592
Dimana = = 0.0592 .............................................................................. (1)
n
dengan n = 1 untuk ion natrium, K adalah konstanta, dan CS adalah konsentrasi larutan
standar yang digunakan, serta VS adalah volume larutan standar. Setelah diberi sampel
sebanyak VU dengan konsentrasi yang tidak diketahui (CU), potensial sel campuran E2
menjadi:
VS CS +VU CU
2 = + Slog C2 = + S log . (2)
VS +VU
12
karena berlaku persamaan:
VS CS +VU CU
2 = .. (3)
VS +VU
13. Jika anda memperoleh data logam Cr dari laboratorium sebagai berikut:
Jawaban:
Respon dari sebuah elektoda ion positif adalah fungsi dari aktivitas ionik dalam
larutan. Ketika aktivitas meningkat, potensial elektroda menjadi lebih positif apabila
elektroda mendeteksi kation, dan lebih negatif apabila elektroda mendeteksi anion.
Berdasarkan teori tersebut, maka penentuan kurva kalibrasi yang menunjukkan respons
terhadap ion selektif yang digunakan dilakukan dengan cara memposisikan elektroda
dalam serangkaian konsentrasi larutan standar dan merencanakan grafik pembacaan
potensial terhadap log aktivitas (yang direpresentasikan disini oleh nilai konsentrasi).
Kalibrasi yang dilakukan harus memberikan garis lurus seluruh rentang konsentrasi
linier.
13
Melalui kurva kalibrasi, dapat dilihat hubungan antara log10C (log aktivitas) dan
potensial sel untuk ion natrium sebagai berikut
0.0592
= = +
C adalah konsentrasi ion natrium dalam larutan dan S adalah kemiringan (slope) kurva.
Pada data, diketahui bahwa satuan volume larutan Cr standar adalah dalam mg/L, atau
masih dalam dimensi masa per volume. Oleh karena itu, untuk mengubahnya kedalam
bentuk konsentrasi dengan dimensi mol per volume, data harus diubah dulu ke dalam
bentuk berikut :
Selanjutnya akan dilakukan perhitungan, dimana telah diketahui massa molekul relative
dari Na adalah 23 gr/mol. Kemudian didapatkan data hubungan antara nilai log10C
dengan potensial sel sebagai berikut
Konsentrasi Potesial
Vol. Larutan Standar Potensial
Larutan Standar log10C Sel
(750 mg/L) (m)l sel(V)
(C) (mol/L) (mV)
200 0.163043 -0.7877 -35.6 -0.0356
100 0.326087 -0.48667 -17.8 -0.0178
50 0.652174 -0.18564 0.4 0.0004
25 1.304348 0.115393 16.8 0.0168
12.5 2.608696 0.416423 34.9 0.0349
62.5 5.217391 0.717453 52.8 0.0528
3.125 10.43478 1.018483 70.4 0.0704
1.563 20.86289 1.319374 89.3 0.0893
0.781 41.75249 1.620682 107.1 0.1071
0.391 83.3982 1.921157 125.5 0.1255
0.195 167.2241 2.223299 142.9 0.1429
14
Kurva Hubungan log10C dan Potensial Sel
2.5
y = 16.84x - 0.1807
2
1.5
0.5
0
-0.06 -0.04 -0.02 0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.16
-0.5
-1
Pada grafik tersebut, yang tercantum pada sumbu x adalah log10C sedangkan sumbu y
adalah potensial sel dalam Volt.
14. Bagaimana anda membuat 500 ml larutan H2SO4 0.25 M yang berasal dari asam
sulfat pekat 21.8 % (w/w) dengan densitas 1.1539 g/ml di laboratorium?
Jawaban:
Basis: 1000 g
1.11539 1 3
Densitas H2SO4 pekat = x 103 3 x 1000 g = 1153.9 g/dm3
1 3
15
Pengenceran:
M1. V1 = M2 . V2
Langkah-langkah pengenceran:
1. Menuangkan asam sulfat 21.8% ke dalam gelas ukur sebanyak 48.7 ml.
2. Mencampurkan 48.7 ml asam sulfat 21.8% dengan akuades sebanyak 451.3 ml ke
dalam labu Erlenmeyer.
3. Mengguncangkan labu Erlenmeyer sehingga campuran memiliki konsentrasi yang
homogen.
15. Tentukan konsentrasi larutan KMnO4 bila perubahan warna terjadi sewaktu
43.31 ml larutan tersebut dititrasi oleh larutan garam Na2C2O4 yang berasal dari
padatannya seberat 0.2121 g. Diketahui berat formula Na2C2O4 adalah 134 g/mol.
Jawaban:
massa
Na2C2O4 = Mr
0.2121 g
= g
134
mol
= 1.58 mmol
Persamaan reaksi:
2 224
=5x 224
2 0.2121
= 5 x 134 /
= 0.633 mmol
4
Konsentrasi KMnO4 = 4
0.633 mmol
= 43.31 ml
16
= 0.0146 M
Jawaban:
Reduksi: 2 2 + 2 2 + 2 2 2 = +0.268
Reaksi diatas memiliki nilai potensial selnya sama dengan nilai potensal sel standarnya
karena elektrolit 2Cl- pada reaksi oksidasi dan reduksi di atas saling menghilangkan
sehingga aktivitas molarnya tidak berpengaruh, yaitu:
= 2 2
= +0.268 (+0.222 )
= +0.046
17. Untuk sel berikut ini, bagaimana anda tentukan besarnya konstanta
kesetimbangan
2 Ag+ + Cu == 2 Ag + Cu2+
Jawaban:
Konstanta kesetimbangan dari reaksi redoks didapat dengan menghubungkan E osel.
Energi bebas standar Go untuk reaksi dihubungkan dengan kesetimbangan maka
diperoleh:
Oksidasi : Cu Cu2+ + 2e
Reduksi : Ag+ + e Ag
Eo = EoAg+/Ag - EoCu/Cu2+
17
= 0,8 V 0,34 V
= 0,46 V
n E0
ln K = 0.0257 V
n E0
K = 0.0257 V
1(0,46)
K = 0.0257(0,46)
K = 7,91016
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1) Baterai mikroalga dapat dijadikan pengganti baterai biasa dengan cara menjadikan
mikroalga sebagai pasta yang menggantikan elektrolit pada baterai.
2) Mikroalga merupakan baterai yang ramah lingkunga sebab mikroalga juga dapat
menjadi absorben logam berat.
3) Perbedaan hasil pengukuran potensial sel teoritis dan eksperimental disebabkan oleh
penggunaan persamaan Nernst yang tidak sesuai, dimana untuk mempermudah
perhitungan, nilai aktivasi ion disubstitusi dengan kosentrasi sehingga terjadi
penyimpangan hasil teoritis dan eksperimental.
4) Potensiometri merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk menganalisis
kandungan logam pada air. Potensiometri bekerja berdasarkan pengukuran beda
potensial dari elektroda-elektroda yang peka terhadap ion yang bersangkutan dengan
konsentrasi larutan dalam suatu sel potensiometri.
5) Instrumen-instrumen dalam potensiometri adalah elektroda pembanding, elektroda
indicator, jembatan garam, larutan analit, dan alat pengukur potensial
6) Elektroda pembanding terdiri dari elektroda pembanding primer, yaitu elektroda
hydrogen standard dan elektroda pembanding sekunder, yaitu elektroda perak dan
elektroda kalomel.
7) Elektroda indikator terdiri dari elektroda logam dan elektroda membran. Elektroda
logam dibagi menjadi elektroda logam jenis pertama, elektroda logam jenis kedua, dan
elekroda logam inert sedangkan elektroda membrane terdiri dari elektroda membrane
kaca, elektroda membrane cair, elektroda membrane padat, dan elektroda gas sensing.
8) Larutan TISAB adalah senyawa buffer yang dapat menghilangkan ion ion
pengganggu dari larutan sampel. Penambahan larutan TISAB pada teknik
potensiometri langsung digunakan untuk meningkatkan kekuatan ion dari larutan agar
mencapai stabil.
19
DAFTAR PUSTAKA
Bauer, Henry H. et.al. 1945. Instrumental Analysis. Massachusetts: Allyn and Bacon, Inc.
Fifield, F.W. et.al. 2000. Principles and Practice of Analytical Chemistry 5th Edition.
Cambridge: Blackwell Science.
Skoog, Douglas A., et al. 2014. Fundamental of Analytical Chemistry 9th edition. Belmont:
Brooks/Cole.
Available at:
http://fmipa.unp.ac.id/artikel-128-penyerapan-ion-cui-oleh-biomassa-mikroalga-tetraselmis-
chuii-dalam-air.html
Available at:
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/74195/laporanAkhir_C54100052_.pdf
;jsessionid=FC99BDD446FF0677D3BE791EC561E29?sequence=1.
https://thanksgoditssunday.wordpress.com/2012/03/15/its-all-about-potensiometri/ diakses
pada 27 September 2016 pukul 22.00 WIB
20