Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KIMIA ANALITIK

Pemicu 1
Elektrokimia dan Potensiometri

Kelompok 3:

1. Ade Sari Triana (1506673284)


2. Aditya Haryanto (1506673492)
3. Atha Hamzah (1506673366)
4. Sendy Winata (1506724991)
5. Syafira Deani Tiaradiba (1506673422)

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2016

i
DAFTAR ISI

Daftar Isi ..... ii

BAB I Pendahuluan ..................................................................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan .................................................................................................................. 1
1.3 Rumusan Masalah .. 2

BAB II Pembahasan .......................................................................................................................... 3


2.1 Soal dan Pembahasan ...3

BAB III Penutup ... 19


3.1 Kesimpulan ... 19

Daftar Pustaka .. 20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Baterai merupakan sumber energi yang banyak digunakan di era modern seperti
saat ini. Berbagai perangkat elektronik, seperti jam dinding, remote kontrol, telepon
seluler, laptop, dan sebagainya menggunakan baterai sebagai sumber energi.

Namun, penggunaan baterai dapat memberikan dampak merugikan bagi


lingkungan maupun kesehatan. Logam yang digunakan sebagai elektroda pada baterai
merupakan golongan limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun). Bahkan pada tahun
1990-an, industri batu baterai menggunakan merkuri (Hg) sebagai pengganti batang
katoda karbon pada batu baterai. Secara tidak langsung, merkuri masuk kedalam tubuh
manusia melalui air minum atau bahan pangan baik hewan maupun tumbuhan yang
telah terkontaminasi oleh merkuri. Gejala kerecunan kronis oleh logam ditandai dengan
muntah-muntah, diare berdarah, kerusakan ginjal, danpembengkakan kelenjar ludah.

Untuk menanggulangi dampak berbahaya dari limbah baterai tersebut maka


diperlukan suatu material pengganti pada baterai yang dapat menggantikan komponen
logam berbahaya. Mikroalga diketahui memiliki kemampuan untuk menyerap
kandungan logam berat. Selain itu, mikroalga dapat menggantikan bahan-bahan kimia
pada elektrolit baterai biasa.

Untuk mencegah masuknya kandungan logam berbahaya dalam tubuh manusia,


diperlukan juga suatu metode analisis untuk mengetahui kandungan logam yang
terdapat pada air, sehingga kita dapat mencegah masuknya logam berat ke tubuh
melalui air minum. Kandungan logam berat dari limbah baterai ini dapat dianalisis
dengan metode Potensiometri, yaitu berdasarkan pengukuran beda potensial dari
elektroda-elektroda yang peka terhadap ion yang bersangkutan dengan konsentrasi
larutan dalam suatu sel potensiometri.

Dengan mengetahui bagaimana mekanisme kerja sel baterai mikroalga dan


teknik potensiometri dalam pengukuran kandungan logam, maka dampak berbahaya
dari limbah yang ditimbulkann baterai biasa dapat berkurang.

1.2 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui mekanisme kerja sel elektrokimia.


2. Mengetahui mekanisme kerja sel baterai mikroalga.
3. Membandingkan hasil perhitungan potensial sel teoritis dan eksperimental.
4. Mengetahui metode-metode yang dapat digunakan untuk analisis kandungan logam
dalam air.

1
5. Memahami teknik potensiometri sebagai cara untuk menentukan kandungan logam
dalam air.
6. Memahami cara perhitungan dengan metoda yang digunakan dalam analisis
kandungan logam.
7. Mengetahui kelebihan dan kekurangan metode-metode dalam analisis dengan
potensiometri.

1.3 Rumusan Masalah

1. Mengetahui prinsip kerja dari sel elektrokimia dan sel baterai mikroalga.
2. Memahami konsep mengenai elektrokimia, potensiometri, kalibrasi dan larutan
standar.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Soal dan Pembahasan

1. Bagaimana anda menjelaskan mekanisme kerja sel baterai mikroalga tersebut?

Jawaban:

Pemanfaatan mikroalga sebagai baterai ramah lingkungan, menggunakan prinsip


kerja sel volta sama halnya dengan pembuatan baterai biasa atau baterai konvensional.
Prinsip kerja sel volta, yaitu oksidasi melepaskan elektron oleh atom, molekul atau ion dan
reduksi memperoleh elektron oleh suatu partikel (Keenan et al 1980).
Baterai memiliki beberapa komponen penting yang terdapat di dalamnya, yaitu
anoda (kutub positif), katoda (kutub negatif), jembatan garam dan larutan elektrolit. Beterai
memiliki reaksi kimia antara elektroda dengan larutan elektrolitnya sehingga akan
menghasilkan suatu beda potensial. Beda potensial antara elektroda positif dan negatif akan
menghasilkan tegangan sel baterai (Kiehne 2003). Hanya saja yang membedakan baterai
mikroalga dengan baterai biasa adalah bahan elekrolit yang digunakan pada baterai. Baterai
biasa menggunakan Kalium (K), Kadmium (Cd), Merkuri (Hg) dan Natrium (Na), namun
baterai mikroalga mengganti bahan-bahan kimia pada elektrolit baterai biasa dengan pasta
mikroalga. Pasta mikroalga merupakan kumpulan mikroalga hasil kultivasi mikroalga yang
berbentuk cairan kental, sedangkan tahap kultivasi dilakukan untuk mendapatkan biomassa
mikroalga yang nantinya akan digunakan untuk pembuatan pasta.
Elektroda baterai terdiri dari tembaga (Cu) dan seng (Zn). Elektroda positif berasal
dari Tembaga (Cu) dan elektroda negatif berasal dari Seng (Zn). Berdasarkan prinsip kerja
dari sel volta, maka diketahui bahwa listrik mengalir dari tembaga menuju seng. Kedua
elektroda tersebut dihubungkan dengan sebuah kabel, dan kabel tersebut dipasangkan ke
benda yang akan dinyalakan seperti lampu. Alat multimeter digunakan untuk mengukur
daya listrik yang dihasilkan dari mikroalga dan benda yang dinyalakan akan menjadi
indikator adanya listrik.

Gambar 1. Skema Rancang Bangun Baterai Mikroalga. (sumber: PKM-P Baterai Ramah
Lingkungan Berbahan Dasar Mikroalga: IPB)

3
2. Dapatkah anda menjelaskan mengapa penggunaan alga ini menghasilkan baterai
yang ramah lingkungan?

Jawaban:

Beberapa komponen logam berat yang digunkan pada industri baterai konvensional
akan berdampak negatif atau dapat merusak lingkungan, misalnya kadnium dan mangan.
Kenaikan konsentrasi kadmium dalam tanah akan memperbesar penangkapan unsur logam
tersebut oleh tanaman dan selanjutnya memasuki rantai makanan. Dari seluruh logam
kadmium yang masuk kedalam ubuh manusia, sebesar 6% melalui makanan. Sedangkan
mangan dalam jumlah besar akan menyebabkan kerusakan syaraf dan keracunan pada
manusia. Bahkan pada tahun 1990-an, industri batu baterai menggunakan merkuri (Hg)
sebagai pengganti batang katoda karbon pada batu baterai. Secara tidak langsung, merkuri
masuk kedalam tubuh manusia melalui air minum atau bahan pangan baik hewan maupun
tumbuhan yang telah terkontaminasi oleh merkuri. Gejala kerecunan kronis oleh logam
ditandai dengan muntah-muntah, diare berdarah, kerusakan ginjal, danpembengkakan
kelenjar ludah.

Baterai mikroalga memang dikembangkan untuk menggantikan baterai konvensional


yang limbahnya tergolong dalam bahan beracun dan berbahaya (B3) dan di Indonesia
pengelolaan batu baterai bekas belum mendapat perhatian khusus dikarenakan kurangnya
kepedulian pemerintah dan kesadaran masyarakat terhadap bahaya limbah batu baterai.
Untuk mengurangi pencemaran logam berat telah banyak teknik yang digunakan antara
lain dengan metode: koagulasi, kompleksasi, pertukaran ion dan teknik adsorpsi. Namun,
metode adsorpsi merupakan metode yang paling banyak digunakan untuk mengurangi
dampak pencemaran logam berat karena prosesnya sangat sederhana dan biaya yang
digunakan sekitar 60% lebih murah dibandingkan dengan metode lainnya (Buhani et al.,
2010) serta tak memiliki efek samping yang beracun (Purwaningsih, 2009). Salah satu
contoh adsorben alternatif yang diketahui memiliki kemampuan adsorpsi cukup baik yaitu
mikroalga (Cervantes et al., 2001). Secara biokimia alga mudah terdegradasi oleh aktivitas
bakteri sehingga penggunaan biomassa alga sebagai bioadsorben relatif lebih aman bagi
lingkungan karena tidak menghasilkan produk sampingan yang berbahaya, alga dapat
diregenerasi, alga mudah dipatkan, biaya operasional yang murah, efisiensi dan kapasitas
pengikatan logam yang tinggi.

3. Anda ingin mengetahui reaksi yang terjadi dalam sel elektrokimia selain sel baterai
di atas. Untuk itu Anda melakukan percobaan kecil di laboratorium membuat baterai
sederhana yang terdiri dari lempengan seng (Zn) dan batang timbal (Pb). Larutan
seng sulfat dengan konsentrasi 0.05 M dimasukkan ke dalam gelas kimia dan
ditambahkan timbal sulfat padat sampai larutan menjadi jenuh oleh timbal sulfat.
Dapatkah anda menggambar sel baterai tersebut? Dapatkah anda menjelaskan peran
lempengan-lempengan logam di atas?

4
Jawaban:

Katode (reduksi) : Pb2+(aq) + 2e- Pb(s)


Anode (oksidasi) : Zn(s) Zn2+(aq) + 2e-

Diagram sel baterai:


Zn(s) | Zn2+(aq) || Pb2+(aq) | Pb(s)

4. Reaksi apa yang terjadi sewaktu lempengan seng dan batang timbal dimasukkan ke
dalam gelas dan kedua elektroda tersebut dihubungkan dengan kawat tembaga?

Jawaban:

Reaksi yang terjadi adalah reaksi reduksi dan oksidasi. Elektron berpindah melalui kawat
tembaga dari Zn (anode) ke ion Pb2+ (katode) sehingga terjadi beda potensial antara anode
dan katode yang menimbulkan arus listrik.

5. Apakah anda dapat memperkirakan besarnya tegangan potensial dalam sel tersebut?

Jawaban:

Besarnya tegangan potensial dapat diperkirakan dengan menghitung potensial sel


berdasarkan potensial reduksi standar yang telah diketahui.

Katode (reduksi) : Pb2+(aq) + 2e- Pb(s) Eo = - 0.13 V


Anode (oksidasi) : Zn(s) Zn2+(aq) + 2e- Eo = - 0.76 V

Eosel = Eoreduksi - Eooksidasi


Eosel = - 0.13 V (- 0.76 V) = + 0.63 V

6. Sewaktu sel tersebut dihubungkan dengan voltmeter terbaca pengukuran sekitar


0.529 V. Bagaimana penjelasan anda tentang adanya perbedaan potensial antara
hasil eksperimen dengan hasil teoritis?

Jawaban:

Ada dua penyebab perbedaan hasil pengukuran teoritis dan eksperimen. Pertama adalah
penggunaan nilai aktivitas pada persamaan Nerst yang seringkali disubstitusi dengan nilai
konsentrasi analit. Untuk analit dengan muatan tunggal, penyimpangan yang terjadi tidak
terlalu jauh, namun untuk analit dengan muatan lebih dari satu, akan terjadi penyimpangan
yang cukup signifikan. Nilai aktivitas itu sendiri dapat dihitung dengan persamaan Debye-
Huckel, namun hanya berlaku untuk larutan dengan konsentrasi di bawah 0.1 M.

5
Penyebab kesalahan yang kedua adalah suatu analit dalam suatu sampel terkadang memiliki
lebih dari satu kesetimbangan. Kesetimbangan tersebut tidak diperhitungkan sehingga
menyebabkan terjadinya penyimpangan antara hasil teoritis dan ekperimental.

7. Bagaimana anda menjelaskan kemampuan alga dalam menyerap logam pada bacaan
di atas?

Jawaban:

Fitoplankton ini memiliki sel tunggal dengan ukuran sel antara 7-12 mikron, karena
ukuran sel sangat kecil, fitoplankton memiliki luas permukaan yang jauh lebih besar
dibandingkan organisme lain yang mempunyai ukuran massa sama. Oleh sebab itu,
fitoplankton diharapkan dapat menyerap ion logam jauh lebih besar dibanding organisme
lain. Sel alga dan mikroorganisme lain dapat menyerap berbagai macam logam dari larutan
di lingkungan.
Beberapa spesies alga telah ditemukan mempunyai kemampuan yang cukup tinggi
untuk mengadsorpsi ion-ion logam dalam keadaan hidup maupun dalam bentuk sel mati
(biomassa). Cara alga menyerap logam berat adalah dengan gugus fungsi yang terdapat
dalam alga. Gugus fungsi tersebut mampu melakukan pengikatan dengan ion logam
terutama gugus karboksil, hidroksil, sulfudril, amino, iomodazol, sulfat, dan sulfonat yang
terdapat didalam dinding sel dalam sitoplasma pada alga.

6
Proses utama pada bioremediasi adalah biodegradasi, biotransformasi dan biokatalis.
Saat bioremediasi terjadi, enzim-enzim yang diproduksi oleh mikroorganisme
memodifikasi polutan beracun dengan mengubah struktur kimia polutan tersebut. Enzim
mempercepat proses tersebut dengan cara menurunkan energi aktivasi, yaitu energi yang
dibutuhkan untuk memulai suatu reaksi. Pada proses ini terjadi biotransformasi atau
biodetoksifikasi senyawa toksik menjadi senyawa yang kurang toksik atau tidak toksik.
Proses bioremediasi ion logam berat umumnya terdiri dari dua mekanisme yang melibatkan
proses pengambilan aktif dan pengambilan pasif. Pada saat ion logam berat tersebar pada
permukaan sel, ion akan mengikat pada bagian permukaan sel berdasarkan kemampuan
daya affinitas kimia yang dimilikinya. Namun menurut Harris dan Ramelow (1990),
terdapat beberapa kelemahan alga dalam menyerap ion-ion logam adalah ukurannya yang
sangat kecil, berat jenisnya yang rendah dan mudah rusak karena degradasi oleh
mikroorganisme lain. Agar hal tersebut bisa dihindari maka dilakukan immobilisasi pada
biomassa mengunakan matrik polimer (polietilena glikol, akrilat), oksida (alumina, silica),
campuran oksida (kristal aluminasilikat, asam polihetero) dan karbon. Beberapa penelitian
telah menunjukkan bahwa berbagai spesies alga baik dalam keadaan hidup (sel hidup)
maupun dalam bentuk sel mati (biomassa) dan biomassa terimmobilisasi dapat digunakan
untuk mengadsorpsi ion logam.

8. Jika dalam suatu tim riset ilmiah anda diputuskan untuk menggunakan
potensiometri untuk mengukur kandungan logam dalam air secara instrumental, apa
yang anda dapat jelaskan tentang metode tersebut ?

Jawaban:

Potensiometri adalah suatu metode kuantitatif analisa ion berdasarkan pengukuran beda
potensial dari elektroda-elektroda yang peka terhadap ion yang bersangkutan dengan
konsentrasi larutan dalam suatu sel potensiometri. Sel potensiometri merupakan sel
elektrokimia yang terdiri dari dua setengah sel elektroda yang tercelup dalam larutan
elektrolit untuk ditentukan konsentrasinya. Metode ini digunakan untuk menentukan nilai
potensial elektroda, konsentrasi suatu ion, pH suatu larutan, titik akhir titrasi, serta nilai
Kp, Kc, dan Ksp dalam reaksi kimia. Alat-alat yang digunakan dalam potensiometri adalah:

a. Elektroda Pembanding, yaitu elektroda yang diketahui harga potensial setengah selnya
b. Elektroda Indikator, yaitu elektroda yang potensial elektrodanya bergantung aktivitas
analit
c. Jembatan Garam, yaitu penyeimbang muatan-muatan larutan dalam sel potensiometri
d. Larutan Analit, yaitu larutan yang sedang diteliti kandungan di dalamnya

7
e. Alat pengukur potensial seperti pH meter atau voltmeter.

Gambar 2. Komponen - komponen dalam potensiometri

Sel-sel pada analisis potensiometri adalah elektroda pembanding (Eref), jembatan garam
(Ej), larutan analit, dan elektroda indikator (Eind), sehingga perhitungan potensial sel pada
potensiometri adalah Ecell = Eind + Ej - Eref.

9. Dalam teknik potensiometri, digunakan berbagai jenis elektroda. Dapatkah


menjelaskan tentang penggunaan berbagai jenis elektroda tersebut?

Jawaban:

Elektroda yang digunakan dalam potensiometri adalah

1. Elektroda Indikator
Adalah elektroda yang potensialnya merespons perubahan aktivitas dalam larutan
uji. Terdapat beberapa macam elektroda indikator yaitu:
a. Elektroda Logam
Potensial dari elektroda logam ditentukan dari posisi reaksi redoks ketika
elektroda dan larutan bertemu. Terdapat tiga macam elektroda logam yaitu
elektroda logam jenis pertama, elektroda logam jenis kedua, dan elektroda logam
jenis ketiga.
Elektroda jenis pertama
Elektroda jenis pertama adalah elektroda yang langsung berkeseimbangan
dengan kation yang berasal dari logam tersebut. Contohnya elektroda tembaga.
Cu2+ + 2e Cu(s)
Elektroda jenis kedua
Elektroda jenis kedua adalah elektroda yang harga potensialnya bergantung
pada konsentrasi suatu anion yang dengan ion yang berasal dari elektroda endapan
suatu ion kompleks yang stabil. Contohnya elektroda perak untuk halida,
reaksinya dapat ditulis sebagai berikut: AgCl(s) Ag(s) + Cl

8
Elektroda jenis ketiga
Elektroda jenis ketiga adalah elektroda logam yang harga potensialnya
bergantung pada konsentrasi ion logam lain. Contohnya elektroda Hg dapat
digunakan untuk menentukan konsentrasi Ca2+, Zn2+, atau Cd2+ yang terdapat
dalam larutan.

b. Elektroda Membran
Elektroda membran telah digunakan dan dikembangakan cukup luas, karena
dapat menentukan ion tertentu. Elektroda membran biasa disebut dengan elektroda
selektif ion (ion selective electrode). Elektroda membran juga digunakan untuk
penentuan pH dengan mengukur perbedaan potensial antara larutan pembanding
yang keasamannya tetap dan larutan yang dianalisis. Elektroda membran dibagi
empat macam, yaitu elektroda membran kaca, elektroda membran cairan, elektroda
padatan, dan elektroda penunjuk gas.

2. Elektroda Pembanding (Reference Electrodes)

Elektroda referensi adalah elektroda yang telah diketahui potensialnya secara


pasti dan potensialnya bernilai konstan pada temperatur konstan selama pengukuran
berlangsung. Syarat elektroda referensi adalah:

Mematuhi persamaan Nersnt, bersifat reversible.


Memiliki potensial elektroda yang konstan oleh waktu.
Segera kembali ke harga potensial semula apabila dialiri arus yang kecil.
Hanya memiliki efek hysterisis yang kecil jika diberi suatu siklus suhu.
Merupakan elektroda yang bersifat nonpolarisasi secara ideal.

Terdapat beberapa macam elektroda pembanading yaitu:


a. Elektroda Hidrogen Standar
Elektroda Hidrogen Standar adalah elektroda yang terbuat dari platina hitam
agar penyerapan gas hidrogen pada permukaan elektroda dapat terjadi secara
maksimal, sehingga reaksi menjadi H2 2 H+ + 2 e-
Dapat berlangsung dengan cepat dan reversible. Potensial setengah sel dari
elektroda pembanding primer adalah nol volt. Elektroda standar hidrogen jarang
digunakan dalam proses analisis, tetapi hal ini penting karena elektroda standar yang
digunakan untuk menentukan standar potensial sel pada standar setengah sel
elektrokimia.
b. Elektroda Kalomel
Elektroda ini terbuat dari tabung gelas atau plastik dengan panjang 10 cm dan
garis tengah 0,5-1 cm yang dicelupkan ke dalam air raksa yang kontak dengan
lapisan pasta Hg/Hg2Cl2 yang terdapat pada tabung bagian dalam yang berisi

9
campuran Hg, Hg2Cl2 dan KCl jenuh dan dihubungkan dengan larutan KCl jenuh
melalui lubang kecil.

Gambar 3. Elektroda Kalomel (kiri) dan Elektroda Perak (kanan)

c. Elektroda Perak/Perak Klorida


Elektroda Perak/Perak Klorida adalah suatu elektroda perak yang dicelupkan
kedalam larutan KCI yang dijenuhkan dengan AgCI. Jika dibandingkan dengan
elektroda referensi kalomel, elektroda perak lebih unggul dalam temperatur yang
tinggi. Namun, elektroda perak/perak klorida mempunyai kecenderungan untuk
bereaksi dengan larutan membentuk kompleks perak yang tidak larut yang
memungkinkan menyumbat jembatan garam yang menghubungkan larutan dan
elektroda.

10. Laboratorium di tempat anda memiliki sebuah pH meter/volt meter, sebuah


elektroda standar kalomel jenuh serta berbagai elektroda indikator untuk
beberapa jenis kation. Dapatkah anda menjelaskan usulan tentang metode
analisis untuk menentukan kandungan logam dalam air dengan menggunakan
peralatan yang ada? Lengkapi dengan informasi yang cukup jelas baik dari segi
instrumentasi maupun prinsip dasar teoritis tentang metode analisis ini

Jawaban:

Berdasarkan peralatan yang tersedia, kelompok kami memilih metode adisi


sampel diantara 4 metode analisis elektrokimiawi (potensiometri langsung, metode
adisi sampel, metode adisi standar, dan titrasi potensiometri). Langkah langkah yang
akan dilakukan untuk mengetahui kandungan logam dalam air dengan menggunakan
metode adisi sampel adalah sebagai berikut.

1) Preparasi Larutan Sampel dan Larutan Standar


Larutan sampel, yaitu air yang akan diuji kandungan logamnya dipersiapkan
dalam jumlah yang cukup. Kemudian larutan standar yang telah diketahui

10
konsentrasinya juga dipersiapkan dalam jumlah yang jauh lebih banyak daripada
larutan sampel.
2) Menyiapkan Peralatan
Peralatan yang dipergunakan adalah voltmeter, elektrode acuan kalomel jenuh,
dan elektroda indikator untuk analisis logam. Elektroda acuan dihubungkan dengan
kutub negatif voltmeter dan elektoda sensitf logam ditempatkan pada kutub positif
voltmeter. Larutan standar dimasukkan ke dalam wadah setelah dilakukan pengukuran
volume.
3) Pengukuran Potensial Sel
Pengukuran dilakukan setelah beberapa waktu larutan standar dimasukkan ke
dalam wadah. Pengukuran untuk kedua kalinya dilakukan setelah pada larutan standar
yang sama ditambahkan dengan larutan sampel dalam jumlah yang lebih sedikit.
4) Menentukan Konsentrasi Ion Logam dalam Sampel
Setelah dilakukan tiga langkah di atas, didapatkan potensial sel sebelum dan
setelah penambahan sampel. Sebelum penambahan sampel, nilai potensial sel E1
adalah:

1 = + S log CS
0.0592
Dimana = = 0.0592 .............................................................................. (1)
n

dengan n = 1 untuk ion natrium, K adalah konstanta, dan CS adalah konsentrasi larutan
standar yang digunakan, serta volume larutan standar, VS. Setelah diberi sampel
sebanyak VU dengan konsentrasi yang tidak diketahui, CU, potensial sel campuran E2
menjadi:
VS CS +VU CU
2 = + Slog C2 = + Slog . (2)
VS +VU
karena berlaku persamaan:
VS CS +VU CU
2 = .. (3)
VS +VU

Pengurangan Persamaan (2) dan (1) menghasilkan Persamaan (4)


2 1
VU CU
(VS + VU ). 10 = VS + .. (4)
CS
dan konsentrasi sampel CU dapat ditentukan dengan persamaan berikut :
2 1
(VS +VU ).10 VS )CS
CU = VU

11. Bagaimana anda menjelaskan tentang yang anda baca di beberapa literatur
bahwa bila menggunakan teknik potensiometri langsung perlu penambahan
senyawa penjaga kekuatan ion dalam larutan atau TISAB (Total Ionic Strenght
Adjustment Buffer), dan untuk apa dilakukan teknik penambahan larutan standar
atau larutan sampel tak diketahui (standar addition atau sample addition method)?

11
Jawaban:

TISAB merupakan senyawa yang berfungsi untuk mengatasi adanya perbedaan


yang signifikan antara konsentrasi dan aktivitas dari suatu spesi kimia. Untuk larutan
ionik yang kuat, penambahan TISAB dibutuhkan sebab aktivitas ion dan
konsentrasinya memiliki perbedaan yang signifikan, sementara itu untuk larutan ionik
lemah, penambahan TISAB tidak dibutuhkan sebab tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara aktivitas dengan konsentrasi sehingga dalam perhitungan, mereka
dapat diasumsikan sama (sebanding). Larutan TISAB ini dapat digunakan pada
berbagai pengujian karena TISAB dapat menjaga pH larutan tidak terlalu asam dan
tidak terlalu basa.

TISAB adalah sebuah reagen yang ditambahkan pada larutan sampel dan
standar yang berfungsi untuk menjaga pH, aktifitas ion, dan kekuatan ion dari larutan
standar. Hal ini disebabkan karena TISAB memiliki koefisien aktifitas ion yang sama,
tetapi memiliki aktifitas ion yang lebih tinggi sehingga aktifitas ion sampel akan
terabaikan. Maka jika ada senyawa ionik kuat lain seperti yang memungkinkan
terjadinya ion kompleks pada sampel yang akan dianalisis, hal tersebut dapat dijaga
kestabilannya dengan TISAB tersebut.

Penambahan larutan standar merupakan salah satu metode analisis kuantitatif


dari suatu analit, dimana respon dari analit tersebut diukur sebelum dan sesudah sampel
ditambahkan dengan analit dengan jumlah tertentu.

12. Bila anda menggunakan metode sample addition pada teknik potensiometri,
bagaimana anda menjelaskan cara penentuan konsentrasi logam pada sampel?
Jelaskan juga penurunan persamaannya!

Jawaban:

Setelah didapatkan potensial sel sebelum dan setelah penambahan sampel. Selanjutnya
dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut:

Sebelum penambahan sampel, nilai potensial sel E1 adalah:

1 = + S log CS
0.0592
Dimana = = 0.0592 .............................................................................. (1)
n

dengan n = 1 untuk ion natrium, K adalah konstanta, dan CS adalah konsentrasi larutan
standar yang digunakan, serta VS adalah volume larutan standar. Setelah diberi sampel
sebanyak VU dengan konsentrasi yang tidak diketahui (CU), potensial sel campuran E2
menjadi:
VS CS +VU CU
2 = + Slog C2 = + S log . (2)
VS +VU

12
karena berlaku persamaan:
VS CS +VU CU
2 = .. (3)
VS +VU

Pengurangan Persamaan (2) dan (1) menghasilkan Persamaan (4)


2 1
VU CU
(VS + VU ). 10 = VS + .. (4)
CS

dan konsentrasi sampel CU dapat ditentukan dengan persamaan berikut :


2 1
(VS +VU ).10 VS )CS
CU = VU

13. Jika anda memperoleh data logam Cr dari laboratorium sebagai berikut:

Vol lar. Cr standar (750 mg/L) ml Potensial sel mV


200 -35.6
100 -17.8
50 0.4
25 16.8
12.5 34.9
6.25 52.8
3.125 70.4
1.563 89.3
0.781 107.1
0.391 125.5
0.195 142.9

Bagaimana menentukan kemiringan kurva kalibrasi yang merupakan ukuran


respon elektroda ion selektif yang digunakan?

Jawaban:

Respon dari sebuah elektoda ion positif adalah fungsi dari aktivitas ionik dalam
larutan. Ketika aktivitas meningkat, potensial elektroda menjadi lebih positif apabila
elektroda mendeteksi kation, dan lebih negatif apabila elektroda mendeteksi anion.
Berdasarkan teori tersebut, maka penentuan kurva kalibrasi yang menunjukkan respons
terhadap ion selektif yang digunakan dilakukan dengan cara memposisikan elektroda
dalam serangkaian konsentrasi larutan standar dan merencanakan grafik pembacaan
potensial terhadap log aktivitas (yang direpresentasikan disini oleh nilai konsentrasi).
Kalibrasi yang dilakukan harus memberikan garis lurus seluruh rentang konsentrasi
linier.

13
Melalui kurva kalibrasi, dapat dilihat hubungan antara log10C (log aktivitas) dan
potensial sel untuk ion natrium sebagai berikut

0.0592
= = +

C adalah konsentrasi ion natrium dalam larutan dan S adalah kemiringan (slope) kurva.
Pada data, diketahui bahwa satuan volume larutan Cr standar adalah dalam mg/L, atau
masih dalam dimensi masa per volume. Oleh karena itu, untuk mengubahnya kedalam
bentuk konsentrasi dengan dimensi mol per volume, data harus diubah dulu ke dalam
bentuk berikut :

Selanjutnya akan dilakukan perhitungan, dimana telah diketahui massa molekul relative
dari Na adalah 23 gr/mol. Kemudian didapatkan data hubungan antara nilai log10C
dengan potensial sel sebagai berikut

Konsentrasi Potesial
Vol. Larutan Standar Potensial
Larutan Standar log10C Sel
(750 mg/L) (m)l sel(V)
(C) (mol/L) (mV)
200 0.163043 -0.7877 -35.6 -0.0356
100 0.326087 -0.48667 -17.8 -0.0178
50 0.652174 -0.18564 0.4 0.0004
25 1.304348 0.115393 16.8 0.0168
12.5 2.608696 0.416423 34.9 0.0349
62.5 5.217391 0.717453 52.8 0.0528
3.125 10.43478 1.018483 70.4 0.0704
1.563 20.86289 1.319374 89.3 0.0893
0.781 41.75249 1.620682 107.1 0.1071
0.391 83.3982 1.921157 125.5 0.1255
0.195 167.2241 2.223299 142.9 0.1429

Dari data tersebut, dapat dibuat kurva sebagai berikut

14
Kurva Hubungan log10C dan Potensial Sel
2.5
y = 16.84x - 0.1807
2

1.5

0.5

0
-0.06 -0.04 -0.02 0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.16
-0.5

-1

Y-Values Linear (Y-Values)

Pada grafik tersebut, yang tercantum pada sumbu x adalah log10C sedangkan sumbu y
adalah potensial sel dalam Volt.

Dari kurva tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode potensiometri yang


menggunakan elektroda ion selektif ini, larutannya sudah berada pada posisi setimbang,
dimana aktivitas ion sebanding dengan konsentrasinya sehingga tidak menimbulkan
deviasi pada pengukuran potensial sel.

14. Bagaimana anda membuat 500 ml larutan H2SO4 0.25 M yang berasal dari asam
sulfat pekat 21.8 % (w/w) dengan densitas 1.1539 g/ml di laboratorium?

Jawaban:

Mol H2SO4 dalam 500 ml larutan: 0.25 M x 0.5 L = 0.125 mol

Basis: 1000 g

Komponen Persen massa Massa (g) Mr (g/g mol) Mol (g mol)


H2SO4 0.218 218 98 2.2245
H2O 0.782 782 18 43.44

1.11539 1 3
Densitas H2SO4 pekat = x 103 3 x 1000 g = 1153.9 g/dm3
1 3

massa (g) 1000


Volume H2SO4 pekat = g = g = 0.8666 L
densitas ( ) 1153.9
3 3

mol 2.2245 mol


M H2SO4: volume(L) = = 2.567 M
0.8666

15
Pengenceran:

M1. V1 = M2 . V2

25.67 . V1 = 0.25 . 0.5


0.125
V1 = 2.567 = 0.0487 L = 48.7 ml

Volume akuades yang harus ditambahkan= 500 ml 48.7 ml = 451.3 ml

Langkah-langkah pengenceran:

1. Menuangkan asam sulfat 21.8% ke dalam gelas ukur sebanyak 48.7 ml.
2. Mencampurkan 48.7 ml asam sulfat 21.8% dengan akuades sebanyak 451.3 ml ke
dalam labu Erlenmeyer.
3. Mengguncangkan labu Erlenmeyer sehingga campuran memiliki konsentrasi yang
homogen.

15. Tentukan konsentrasi larutan KMnO4 bila perubahan warna terjadi sewaktu
43.31 ml larutan tersebut dititrasi oleh larutan garam Na2C2O4 yang berasal dari
padatannya seberat 0.2121 g. Diketahui berat formula Na2C2O4 adalah 134 g/mol.

Jawaban:
massa
Na2C2O4 = Mr

0.2121 g
= g
134
mol

= 1.58 x 10-3 mol

= 1.58 mmol

Persamaan reaksi:

5 Na2C2O4 + 2 KMnO4 + 8 H2SO4 2 MnSO4 + K2SO4 + 5 Na2SO4 + 10 CO2 + 8 H2O


2
Mol KMnO4 = 5 x mol Na2C2O4

2 224
=5x 224

2 0.2121
= 5 x 134 /

= 0.633 mmol
4
Konsentrasi KMnO4 = 4

0.633 mmol
= 43.31 ml

16
= 0.0146 M

16. Bagaimana anda menentukan nilai potensial sel berikut ini:

Ag/AgCl (jenuh/s), HCl (0.02 M//KCl (jenuh), HgCl2 (jenuh)/Hg (l)

Jawaban:

Reaksi Setengah Sel

Reduksi: 2 2 + 2 2 + 2 2 2 = +0.268

Oksidasi: 2 + 2 2() + 2 = +0.222

Nilai Potensial Sel

Reaksi diatas memiliki nilai potensial selnya sama dengan nilai potensal sel standarnya
karena elektrolit 2Cl- pada reaksi oksidasi dan reduksi di atas saling menghilangkan
sehingga aktivitas molarnya tidak berpengaruh, yaitu:

= 2 2

= +0.268 (+0.222 )

= +0.046

17. Untuk sel berikut ini, bagaimana anda tentukan besarnya konstanta
kesetimbangan

2 Ag+ + Cu == 2 Ag + Cu2+

Jawaban:
Konstanta kesetimbangan dari reaksi redoks didapat dengan menghubungkan E osel.
Energi bebas standar Go untuk reaksi dihubungkan dengan kesetimbangan maka
diperoleh:

Oksidasi : Cu Cu2+ + 2e

Reduksi : Ag+ + e Ag

Go = -RT ln K -n F Eosel = -RT ln K

Eo = EoAg+/Ag - EoCu/Cu2+

17
= 0,8 V 0,34 V

= 0,46 V

n E0
ln K = 0.0257 V

n E0
K = 0.0257 V

1(0,46)
K = 0.0257(0,46)

K = 7,91016

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1) Baterai mikroalga dapat dijadikan pengganti baterai biasa dengan cara menjadikan
mikroalga sebagai pasta yang menggantikan elektrolit pada baterai.
2) Mikroalga merupakan baterai yang ramah lingkunga sebab mikroalga juga dapat
menjadi absorben logam berat.
3) Perbedaan hasil pengukuran potensial sel teoritis dan eksperimental disebabkan oleh
penggunaan persamaan Nernst yang tidak sesuai, dimana untuk mempermudah
perhitungan, nilai aktivasi ion disubstitusi dengan kosentrasi sehingga terjadi
penyimpangan hasil teoritis dan eksperimental.
4) Potensiometri merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk menganalisis
kandungan logam pada air. Potensiometri bekerja berdasarkan pengukuran beda
potensial dari elektroda-elektroda yang peka terhadap ion yang bersangkutan dengan
konsentrasi larutan dalam suatu sel potensiometri.
5) Instrumen-instrumen dalam potensiometri adalah elektroda pembanding, elektroda
indicator, jembatan garam, larutan analit, dan alat pengukur potensial
6) Elektroda pembanding terdiri dari elektroda pembanding primer, yaitu elektroda
hydrogen standard dan elektroda pembanding sekunder, yaitu elektroda perak dan
elektroda kalomel.
7) Elektroda indikator terdiri dari elektroda logam dan elektroda membran. Elektroda
logam dibagi menjadi elektroda logam jenis pertama, elektroda logam jenis kedua, dan
elekroda logam inert sedangkan elektroda membrane terdiri dari elektroda membrane
kaca, elektroda membrane cair, elektroda membrane padat, dan elektroda gas sensing.
8) Larutan TISAB adalah senyawa buffer yang dapat menghilangkan ion ion
pengganggu dari larutan sampel. Penambahan larutan TISAB pada teknik
potensiometri langsung digunakan untuk meningkatkan kekuatan ion dari larutan agar
mencapai stabil.

19
DAFTAR PUSTAKA

Bauer, Henry H. et.al. 1945. Instrumental Analysis. Massachusetts: Allyn and Bacon, Inc.

Fifield, F.W. et.al. 2000. Principles and Practice of Analytical Chemistry 5th Edition.
Cambridge: Blackwell Science.

Skoog, Douglas A., et al. 2014. Fundamental of Analytical Chemistry 9th edition. Belmont:
Brooks/Cole.

Underwood, A.L. 2002. Analisa Kimia Kuantitatif. Erlangga: Jakarta.

Penyerpan Ion oleh Alga. fmipa.unp.ac.id. 2011.[ONLINE]

Available at:
http://fmipa.unp.ac.id/artikel-128-penyerapan-ion-cui-oleh-biomassa-mikroalga-tetraselmis-
chuii-dalam-air.html

Baterai Ramah Lingkungan Berbahan Dasar Mikroalga. repository.ipb.ac.id. 2014.[ONLINE]

Available at:
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/74195/laporanAkhir_C54100052_.pdf
;jsessionid=FC99BDD446FF0677D3BE791EC561E29?sequence=1.

Dr. Suyanta, M. Si. 2015. Potensiometri. www.staff.uny.ac.id. Diakses pada 27 September


2016 pukul 20.28 WIB

http://cheamistry.blogspot.sg/2015/03/potensiometri.html diakses pada 27 September 2016


pukul 21.03 WIB

http://indralesman.blogspot.sg/2011/06/laporan-potensiometri.html diakses pada 27


September 2016 pukul 21.30 WIB

https://thanksgoditssunday.wordpress.com/2012/03/15/its-all-about-potensiometri/ diakses
pada 27 September 2016 pukul 22.00 WIB

20

Anda mungkin juga menyukai