92657-Raisani Rusli-Fkik - 2 PDF
92657-Raisani Rusli-Fkik - 2 PDF
Skripsi
OLEH :
RAISANI RUSLI
NIM : 105102003340
NIM : 105102003340
PEREAKSI KURKUMIN
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
ii
Skripsi dengan judul
RAISANI RUSLI
NIM 105102003340
Pembimbing
Penguji
Supandi, M.Si,Apt Azri Fitria, M.Si, Apt Eka Putri, M.Si, Apt
Penguji I Penguji II Penguji III
Mengetahui,
Ketua Program Studi Farmasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Penulis
iv
KATA PENGANTAR
v
7. Para staf dan karyawan program studi Farmasi. Staf Administrasi Farmasi
yang telah banyak membantu selama penelitian dan penyelesaian skripsi.
8. Kakak Erlis dan Kakak Nurul selaku asisten laboratorium kimia farmasi UIN
Syarif Hidayatullah dan Kakak Prita dan Kakak Pipit selaku asisten
laboratorium pangan PLT UIN Syarif Hidayatullah yang telah banyak
membantu selama penelitian berlangsung.
9. Kepada teman-teman Farmasi angkatan 2005, terimakasih untuk kebersamaan,
dukungan, saran dan kritiknya. Kebersamaan kita didalam suka dan duka akan
selalu terkenang di dalam hati sanubari.
10. Kepada adik-adik Farmasi 2007 dan Tim Saman 02-03 yang telah membantu
dan menemani melewati semua perjuangan ini dengan berbagi tangis dan
tawa, serta semua kisah selama penelitian dan penulisan skripsi ini.
11. Teman-teman Farmasi UP Lena dan Farmasi UNAIR Ratna terimakasih
untuk bantuan, dukungan, saran dan kritiknya selama penelitian dan penulisan
skripsi ini.
12. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut
membantu menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih belum sempurna.
Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan guna tercapainya kesempurnaan skripsi ini.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis berharap semoga hasil
penelitian ini dapat bermanfaat baik bagi kalangan akademis, khususnya bagi
mahasiswa farmasi, masyarakat pada umumnya dan bagi dunia ilmu pengetahuan.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN. iii
LEMBAR PERNYATAAN. iv
KATA PENGANTAR.. v
DAFTAR ISI. vii
DAFTAR TABEL. ix
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN xi
ABSTRAK. xii
ABSTRACT.. xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang. 1
1.2. Perumusan masalah .3
1.3. Hipotesa...3
1.4. Tujuan Penelitian..4
1.5. Manfaat Penelitian... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bahan tambahan makanan... 5
2.1.1. Peranan Bahan Tambahan Makanan. 5
2.1.2. Jenis dan Golongan Bahan Tambahan Makanan..7
2.2. Boraks ... 8
2.2.1. Sifat Kimia Boraks. 8
2.2.2. Sifat Farmakologi . 9
2.3. Spektrofotometer UV-Vis.. 11
2.4. Metode Validasi . 19
2.5. Metode Analisa Boraks 24
2.5.1. Kurkumin 27
2.6. Teknik sampling 29
vii
4.4.4. Analisa sampel pasar.. 38
A. Uji Kualitatif .. ... 38
B. Uji kuantitatif .. 39
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian ... 41
5.2. Pembahasan . 42
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan 51
6.2. Saran .. 51
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 53
LAMPIRAN 55
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 sampel boraks.. 56
Lampiran 2. Skema kerja......................................................................... 57
Lampiran 3. Penentuan panjang gelombang maksimum..... 65
Lampiran 4. Pembuatan kurva kalibrasi...... 66
Lampiran 5. Penentuan batas deteksi dan batas kuantitasi boraks pada
mie basah simulasi .... 67
Lampiran 6. Uji perolehan kembali mie basah simulasi. 68
Lampiran 7. Uji presisi simulasi mie basah..... 69
Lampiran 8. Penetapan kadar boraks pada mie basah yang beredar di
pasar Ciputat ........................................................................ 70
Lampiran 9. Alat yang digunakan dalam penelitian.. 71
Lampiran 10. Sampel mie basah dari pasar Ciputat.................................... 72
Lampiran 11. Hasil uji kualitatif mie basah dari pasar Ciputat.................... 73
xi
ABSTRAK
Judul : Penetapan Kadar Boraks pada Mie Basah yang Beredar di Pasar
Ciputat Dengan Metode Spektrofotometri UV-Vis Menggunakan
Pereaksi Kurkumin
xii
ABSTRACT
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
Boraks yang berasal dari bahasa arab yaitu Bouraq pada awal mula
bahan pembersih, pengawet kayu, dan herbisida. Namun saat ini boraks tidak
makanan. Dengan adanya boraks, adonan dapat lebih liat dan elastis, sehingga
tidak cepat molor atau sagging. Boraks banyak digunakan oleh industri kecil
atau industri rumah tangga, dalam pembuatan adonan mie, gendar, atau
kerupuk gendar (kerupuk nasi). Mie merupakan salah satu produk makanan
yang sangat digemari oleh masyarakat, baik anakanak maupun orang dewasa,
terbuat dari tepung gandum, tepung beras, atau tepung tapioka. Pada proses
pembuatannya terutama pada mie basah yang memiliki kadar air 51 % sering
campuran natrium metaborat dan asam borat. Sedangkan dalam suasana asam
boraks terurai menjadi asam borat. Dengan demikian, baik waktu pengolahan
makanan dengan air maupun karena dimakan dan melalui lambung yang
1
akut meliputi rasa mula, muntah-muntah, diare, kejang perut, bercakbercak
pada kulit, temperatur tubuh menurun, ruam eritema kulit yang menyerupai
campak dan kerusakan pada ginjal, gelisah, dan lemah juga dapat terjadi,
kali pada tahun 1907. Menurut laporan tersebut, banyak anak usia dini
boraks. Ternyata kelainan pasca pengolesan pada kulit, terjadi eritema, dan
terjadi kasus keracunan boraks yang berasal dari makanan pada pertengahan
penetapan kadar boraks pada mie basah yang dijual di pasar Ciputat. Pasar
Ciputat dipilih karena letak pasar yang dekat dengan kampus UIN Syarif
2
Hidayatullah dan merupakan pasar tradisional besar sehingga penelitian ini
tampak, dimana pada metode ini ada dua pereaksi pembentuk kompleks warna
Pada penelitian ini yang menjadi perumusan masalah adalah sebagai berikut :.
1.3 Hipotesis
3
2. Mie Basah yang dijual di pasar Ciputat mengandung bahan tambahan
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui adanya boraks pada mie basah
dan mengetahui kadar boraks pada mie basah yang dijual di pasar Ciputat.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
tertentu.
berikut:
makanan diit.
5
Misalnya penambahan bahan pemanis buatan seperti sakarin ke dalam
makanan tersebut.
dalam jarak yang jauh, disimpan untuk waktu yang lama, tetapi masih
6
2.1.2 Jenis dan Penggolongan Bahan Tambahan Makanan (BMT)
aroma.
BTM ini tidak mempunyai fungsi dalam makanan, terdapat secara fisik
sengaja baik dalam jumlah sedikit atau cukup banyak akibat perlakuan
pula merupakan residu atau kontaminan dari bahan yang sengaja yang
makanan.
7
sifat metabolismenya, seperti asam askorbat.Pada umunya bahan
(Winarno,1988).
2.2 Boraks
(B). Boraks merupakan kristal lunak tidak berwarna, terjadi dalam suatu
deposit hasil proses penguapan hot spring (pancuran air panas) atau danau
kima alami yang terbentuk dari boron (B) dan oksigen (O2). Beberapa
jenis boraks jarang ditemui, dan terjadi pada daerah tertentu saja,
8
Boraks berupa hablur transparan tidak berwarna atau serbuk hablur
putih dan tidak berbau. Larutannya bersifat basa terhadap fenoftalen. Pada
udara kering merapuh. Hablur sering dilapisi serbuk warna putih. Larut
dalam 20 bagian air, 0,6 bagian air mendidih dan 1 bagian gliserol, praktis
III,1979).
A. Absorbsi
terbakar dan pada kulit yang terluka. Namun boraks tidak diabsorpsi
secara baik pada kulit yang utuh. Boraks didistribusikan ke seluruh tubuh
dan memiliki afinitas yang besar terhadap hati, otak dan ginjal, sehingga
Haddad et al,1990)
(Flanaga et al,1995).
B. Ekskresi
jam dan 90% setelah 96 jam. Sebagian kecil dikeluarkan melalui kelenjar
(Haddad et al,1990).
9
C. Toksisitas.
segera dari saluran pencernaan makanan, kulit yang terluka, lecet, atau
atau larutan asam borat. Selain itu, ekskresi boraks yang lambat juga
dan kematian dapat terjadi setelah penggunaan topikal dari serbuk boraks
anuria.
ruam eritema kulit yang menyerupai campak dan kerusakan pada ginjal,
gelisah, dan lemah juga dapat terjadi, kematian terjadi akibat kolaps
penggunaan oral adalah 3,0 g/kg berat badan. Uji yang dilakukan terhadap
muntah, diare, atau gangguan mental selama beberapa hari. Anak kecil
10
yang baru lahir yang diberi asam borat pada makanannya, karena 5 anak
tampak, tapi juga jenis radiasi elektromagnetik yang lain seperti sinar X,
adalah alat yang digunakan untuk mengukur serapan yang dihasilkan dari
dari suatu zat kimia pada daerah UV-Vis (FI edisi IV, 1995).
inframerah.
11
Gambar 1. Spektrum elektromagnit
250 cm-1
(190-380 nm) dan sinar tampak (380-780 nm) dengan memakai instrument
spektrofotometer.
a) Membandingkan maksimum.
12
b) Membandingkan serapan (A), daya serap (a), .
(A), yang setara dengan nilai konsentrasi larutan tersebut dan panjang
1. Sumber radiasi
13
2. Monokromator
3. Kuvet
4. Detektor
5. Amplifier
6. Recorder
1. Single Beam
14
Gambar 3 . Skema spektrofotometri tipe single beam
Keterangan gambar:
2). Wadah atau kuvet yang dapat dilalui sinar hanya satu.
2. Double Beam
Keterangan gambar:
3). Alat hanya di auto zero satu kali dengan cara mengisi kedua kuvet
15
Persyaratan suatu sampel dapat dianalisa menggunakan Spektrofotometri
UV Vis adalah :
dalam bidang-bidang yang tegak lurus satu sama lain dan masing-masing
pada medium homogen, maka sebagian dari cahaya ini akan dipantulkan,
sebagian akan diabsorbsi dan sisanya akan diteruskan, sehingga dalam hal
IO = Ir + Ia + It
16
Dimana :
blanko/kontrol, sehingga :
I0 = Ia + It
(Sudjadi, 1983)
(Depkes,1995).
Rumus :
Dimana : A = Serapan
17
b = Tebal larutan / kuvet (cm)
visible, dan terpisah dari senyawa pengganggu lain yang memiki serapan
di daerah UV. Selain itu, modifikasi kimia ini dapat digunakan untuk
18
menghitung jumlah senyawa dalam sampel. Jika konsentrasi senyawa
semakin tinggi maka lebih banyak cahaya yang diabsorbsi oleh sampel.
penggunaanya.
1. Kecermatan (Accuracy)
Cara penentuan akurasi dapat dilakukan dengan cara absolute dan cara
berikut :
Kadar sesungguhnya
19
Dianjurkan untuk melakukan penentuan akurasi dengan 5
2009)
2. Keseksamaan (precision)
dari rata rata jika prosedur diterapkan secara berulang pada sampel
SD = ( (x x )2 )
n1
b. Simpangan baku relatif atau koefisien variasi (KV) adalah :
3. Selektivitas (specificity)
hanya mengukur zat tertentu saja secara cermat dan seksama dengan
20
Selektivitas seringkali dapat dinyatakan sebagai derajat penyimpangan
square):
21
a =
(y
i) (xi)2
(xi) (yi)
N (xi2) (yi2)
b = N(xi.yi) - (xi) (yi)
N (xi2) (xi) 2
N2
Sx0 = Sy Sx0 = standar deviasi dari fungsi
b
Vx0 = Sx0 X 100% Vx0 = koefisien variasi dari fungsi
x
r 0,9990
b) Jumlah kuadrat sisa masing-masing titik temu (ri) mendekati nol (0)
ri = yi (b x i + a)
22
5,0% (sediaan biologi)
y/x = y2 y1 y3 y2 y4 y5 yn yn-1
X2 x1 X3 x2 x4 x5 xn xn-1 (Harmita, 2006)
lalu dihitung simpangan baku respon blangko dan formula di bawah ini
Q= 1
Keterangan :
S1 = arah garis linear (kepekaan arah) dari kurva antara respon terhadap
23
Batas deteksi dan kuantitasi dapat dihitung secara statistik melalui garis
regresi linier dari kurva kalibrasi. Nilai pengukuran akan sama dengan
karena k = 3 atau 10
3 /
Q= 1
10 /
Q= 1
(Harmita, 2006; Gandjar, 2009;Snyder, dkk, 1988)
1. Kualitatif
terjadi :
(Setiono, et al 1985)
24
nyala hijau, disebabkan oleh pembentukan etil borat atau
25
Na2B4O7 + 10H2 2NaBO2 + 2 H3 BO3 + 7 H2 O
2. Kuantitatif
pada metoda ini ada dua pereaksi pembentuk kompleks warna yaitu
26
digunakan karena bentuk kompleks warna yang terjadi harus
(Dibble,1965).
2.5.1 Kurkumin
Rumus bangun :
27
Curcuma domestica Val, sedangkan nama daerahnya adalah kunir,
atau prisma, berwarna kuning jingga. Larut dalam etanol dan asam
asetat glacial, tidak larut dalam air dan dietil eter. Dalam alkali
(Windholz et al,1983).
(Roth,1978).
28
diare dan reumatik. Kandungan kurkumin didalam kunyit berkisar
dan biaya; lebih cepat dan lebih mudah; memberi informasi yang lebih
sebagai berikut :
diperkirakan.
29
Ada 5 cara pengambilan sampel yang termasuk secara random, yaitu
sebagai berikut :
anggota sampel.
tepat.
30
Pengambilan sampel dilakukan terhadap sampling unit, dimana
sampel.
secara random. Cara ini dipergunakan : bila biaya sangat sedikit, hasil
31
c. Quota Sampling : Pengambilan sampel hanya berdasarkan pertimbangan peneliti
saja, hanya disini besar dan kriteria sampel telah ditentukan lebih dahulu.
Cara ini dipergunakan kalau peneliti mengenal betul daerah dan situasi
3. Investigatif Sampel : pemilihan sampel diambil secara acak dan dilihat dari
tersebut.
32
BAB III
KERANGKA KONSEP
3
3
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
Sampel yang digunakan terdiri dari 5 Mie basah yang beredar di pasar Ciputat.
Mie basah yang diambil berdasarkan teknik sampling investigativ, yaitu mencari
tahu secara langsung asal pabrik pembuat mie basah yang dijual para pedagang
tersebut. Dari hasil investigasi seluruh pedagang mie basah yang berjumlah 20
daerah Parung, pabrik dari Tangerang, dan 2 sampel dari pabrik di Ciputat
berlangsung dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan November 2009.
4.3.1 Alat
penggiling mie sederhana, oven, tanur, alat refluks, kertas saring, Bunsen,
Boraks proanalisa (Merck), Kurkumin proanalisa (Merck), tepung terigu merk cakra
kembar, telur, garam dapur, soda kue (natrium karbonat), Alkohol 96%, asam asetat
pekat, asam sulfat pekat, NaOH 10%, H2 O2 30%, Ca(OH)2, asam oksalat, mie basah,
aquades,
100 ml, ditambahkan asam asetat pekat sampai larut dan ditambahkan
Erlenmeyer 250 ml. diukur asam sulfat pekat 100 ml, dicampurkan
garis tanda.
Ditimbang 250 gram tepung terigu, 1 buah telur ayam (62,5 gram),
garam 0,5 gram, soda kue (natrium bikarbonat) 0,4 gram dan air suling
15 ml. campurkan semua bahan dalam wadah plastik, dan aduk hingga
35
tercampr rata. Timbang adonan 20 gram sebanyak 12 buah. Kemudian
mg boraks untuk 12,5 g/ml, 7mg boraks untuk 18,75 g/ml, 8mg
mie.
Ditimbang mie yang sudah dicampur boraks dengan kadar 6,25 g/ml
larutan asam, sampai permukaan larutan mulai bergerak dan larutan akan
menjadi hitam dan licin kemudian labu tersebut didinginkan dalam air es
dan bila terdapat asap dibiarkan terbuka beberapa saat. Kemudian larutan
sehingga mie yang padat berubah menjadi cairan, dan akan keluar asap
selama 15 detik, dinginkan didalam air es, didiamkan pada suhu ruangan.
dengan aquadest pada suhu ruangan. Lakukan cara yang sama pada mie
36
dengan boraks pada kadar 10 g/ml, 12,5 g/ml, 18,75 g/ml, 20 g/ml,
dipanaskan sambil diaduk sampai tidak ada warna kuning, baik pada cawan
100 ml, diencerkan dengan alkohol sampai garis tanda. Kemudian larutan
penangas air sampai kering, kemudian pemanasan dilanjutkan dengan oven pada
sulfatasetat (1:1) dipanaskan sambil diaduk sampai tidak ada warna kuning,
37
Ditambahkan sedikit alkohol kemudian dimasukkan ke dalam labu kur
100 ml, diencerkan dengan alkohol sampai garis tanda. Disaring dengan kertas
gelombang 545,95 nm. Lakukan hal yang sama pada, 12,5 g/ml, 18,75 g/ml, ,
25 g/ml, , 31,25 g/ml, 37 g/ml, 43,75 g/ml, 50 g/ml untuk kurva kalibrasi
a. Analisa kualitatif
methanol dan dibakar. Bila timbul nyala hijau akan terdapat senyawa
2. Uji kurkumin
tanur listrik. Dinginkan, lalu tambahkan air dan beberapa tetes asam
ekstak etil alkohol dan kurkumin. Uapkan di atas penangas air, bila
residu berwarna merah ceri dan berubah menjadi hijau kehitaman setelah
38
b. Analisa Kuantitatif dengan Spektrofotometri Uv-Vis
permukaan larutan mulai bergerak dan larutan akan menjadi hitam dan
licin kemudian labu tersebut didinginkan dalam air es dan bila terdapat
larutan akan bergolak sehingga mie yang padat berubah menjadi cairan,
ukur 100 ml, dan diencerkan dengan aquadest pada suhu ruangan.
didinginkan.
ada warna kuning, baik pada cawan maupun pada pengaduk, didiamkan
selama 15 menit.
39
Ditambahkan sedikit alkohol kemudian dimasukkan ke dalam
labu ukur 100 ml, diencerkan dengan alkohol sampai garis tanda.
40
BAB V
5.1 Hasil
kurva Kalibrasi
0.6
y = 0.012x + 0.008
0.5
R = 0.999
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 10 20 30 40 50
konsentrasi (g/ml)
pada lampiran 5.
lampiran 7.
6. Pada 2 uji kualitatif sampel mie basah yang beredar di pasar Ciputat
11.
7. Penetuan kadar sampel mie basah yang beredar di pasar Ciputat dari
5.2 Pembahasan
42
pengawet. Pada penelitian ini menggunakan sampel mie basah yaitu mie
asam boraks terurai menjadi asam borat. Dengan demikian, baik waktu
lambung yang bersifat asam, didalam tubuh akan ditemukan asam borat
berupa mual, muntah, diare, suhu tubuh menurun, lemah, sakit kepala,
sampel yang berupa padatan dapat dijadikan larutan yang dapat dibaca
mie basah menggunakan larutan H2SO4 pekat yang ditutup dengan refluks
dan dipanaskan dengan suhu kecil 500-700 C untuk meratakan larutan asam
selama 30 menit atau sampai larutan menjadi hitam dan licin. Kemudian
menit dan dikeringkan dengan oven pada suhu 1005 0 C selama 30 menit.
43
Hal ini dilakukan karena senyawa kompleks ini mudah terhidrolisis oleh
adanya boraks pada makanan. Oleh asam kuat, boraks terurai dari ikatan-
kompleks warna rosa yang sering disebut kelat rosasianin atau senyawa
Boron Cyano Kurkumin Kompleks. yaitu suatu zat yang berwarna merah,
44
O OH
O O
C C
C C C
C H
H2 CH CH
CH CH
CH CH
CH CH
H 3 CO OCH3
OCH3
H 3 CO
OH OH
OH OH
+ H3 BO 3
Kurkumin
(OH)3
B
O O
HC CH
C
H2
CH CH
CH CH
H 3 CO OCH3
OH OH
45
kadar boraks sebesar 25 g/ml. Dari hasil pengukuran panjang gelombang
akurat, spesifik, dan tahan pada kisaran analit yang akan dianalisis dan
penambahan boraks pada kadar tertentu, hal ini dimaksudkan agar tidak
g/ml dan kurva kalibrasi ini untuk memperoleh hasil-hasil uji secara
penerimaan dari koefisien korelasi adalah (r) sebesar 0,9995 yang berarti
bahwa hasil kurva antara absorban dan konsentrasi tersebut linier, yaitu
46
apabila terjadi peningkatan pada nilai konsentrasi, nilai absorban juga
linier Y = a + bx. Hubungan linear yang ideal dicapai jika nilai b = 0 dan r
yaitu parameter batas deteksi dan batas kuantitas. Batas deteksi adalah
jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih
parameter pada analisa sebagai kuantitas terkecil analit dalam sampel yang
deteksi dan kuantitasi dihitung secara statistik melalui garis linier dari
kurva kalibrasi. Pada penelitian ini didapatkan nilai batas deteksi sebesar
47
terkecil yaitu sebesar 10,3775 g/ml yang masih dapat memenuhi kriteria
metode dapat dilihat dari persen perolehan kembali boraks pada mie.
hal tersebut, dalam analisa ini dibuat keseragaman proses antara lain
penggilingan mie dilakukan tiga kali dengan alat penggiling mie, waktu
pemanasan pada penangas air sama yaitu 1 jam dan pengeringan dengan
oven sama yaitu selama 30 menit dan setelah terbentuk kompleks warna
dalam larutan alkohol diamati pada waktu tidak kurang dari 2 jam.
dalam mie sebanyak tiga kali dalam satu hari. Keseksamaan metode dapat
48
diukur dari nilai keofisien variansi dari data tersebut. Nilai koefisien
variasi yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu 1,12 %. Nilai yang
(Harmita,2006).
diambil sebanyak lima sampel mie basah dari pasar Ciputat. Identifikasi
pertama dilakukan secara kualitatif dengan dua pengujian, yaitu uji nyala
api dan uji kurkumin. Pada uji nyala api, sampel ditambahkan asam sulfaft
pekat 1ml dan methanol 5ml yang kemudian dibakar. Indikasi adanya
boraks pada sampel adalah dengan adanya nyala hijau pada saat pertama
dibakar. Hasil pada kelima sampel pasaran tersebut negatif atau tidak
dihasilkan nyala hijau pada saat dibakar. Methanol akan terbakar dengan
nyala hijau disebabkan oleh pembentukan etil borat atau metal borat
(soetiono,1985;Basir,1992).
Tambahkan asam oksalat jenuh dan kurkumin yang dilarutkan dengan etil
indikator posistif yang terjadi yaitu merah ceri yang akan berubah warna
49
menjadi hijau kehitaman setelah diberi natrium hidroksida encer. Pada
sampel pasaran warna yang timbul yaitu merah ceri, namun ketika
berwarna merah ceri. Sehingga disimpulkan tidak ada boraks pada sampel
diikat oleh kurkkumin membentuk kompleks warna rosa. Dari lima sampel
50
BAB VI
6.1 Kesimpulan
sebagai berikut :
dari hasil-hasil antara lain : hasil Uji linieritas pada rentang konsentrasi
deteksi dari larutan mie boraks sebesar 3,1132 g/mL dan batas
larutan mie simulasi yang diperoleh dalam penelitian ini sebesar 101,09
2. Berdsarkan hasil uji kualitatif pada lima sampel mie basah yang beredar
g/mL
6.2 Saran
1. Agar dilakukan penelitian lebih lanjut pada produk mie basah atau mie
51
2. Agar dilakukan penetapan kadar pada sampel selain mie, seperti
3. Agar adanya penertiban dan kerja sama dari berbagai pihak dalam
mengerti.
52
DAFTAR PUSTAKA
Basir. Keberadaan Asam Borat pada Bahan Makanan . Buletin penelitian dan
pengembangan Industri.1992; 15,39-40
Dit. Jen. POM. Penggunaan pengawet, Pewarna dan Pemanis pada Produk Mie,
Bakso, Kerupuk, dan Minuman Ringan. Buletin Direktorat Jendral POM.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1994; 16, 22, 26, 29
Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul Rohman. 2009. Kimia Farmasi Analisis.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal: 18-19;199;456-474
Zulharmita, Akmal. Kandungan Boraks pada Makanan Jenis Mie yang Beredar
di Kotamadya Padang. Cermin Duni
Kedokteran. Grup PT Kalbe
Farma,1995; 27
5
4
55
Lampiran 1. Sampel Boraks
56
Lampiran 2. Skema Kerja
Larutan Uji
Masukan ke labu
ukur 100 ml dan ad Tambahkan 50 ml asam sulfat
kan dengan Aquadest
pekat sedikit demi sedikit
sampai garis tanda
57
b. Pembuatan mie basah simulasi
58
c. Pembuatan larutan dari 11 mie basah simulasi yang mengandung boraks dengan
kadar 6,25-50 g/ml
Timbang 5 gr mie basah yang
sudah terdapat boraks
59
d. Penentuan panjang gelombang maksimum pada larutan mie basah simulasi
dengan kadar 25 g/ml
Pipet 1 ml Larutan mie basah dengan kadar 25 g/ml masukkan
dalam cawan penguap
Gambar 12. Skema Penentuan panjang gelombang maksimum pada larutan mie basah
simulasi dengan kadar 25 g/ml
60
e. Pembuatan kurva kalibrasi dan validasi metode
0 0
Masukkan Cawan dalam oven suhu 100 C 5 C 30 menit
61
f. Pengujian Sampel mie basah pasar
1. Uji Kualitatif
Uji Kualitatif
Dinginkan
Bakar
Tambahkan beberapa tetes asam
Indikator positif jika nyala api klorida 5 N
berwarna hijau
Gambar 14. Skema pengujian sampel mie basah pasar secara kualitatif
62
2. Uji Kuantitatif
63
Lanjutan
Gambar 15. Skema pengujian sampel mie basah pasar secara kuantitatif
64
Lampiran 3. Penentuan panjang gelombang maksimum
2.00
1.8
1.6 5 45.9 5
1.4
1.2
1.0
A
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
-0. 20
450.0 500 550 600 650 700 750.0
nm
65
Lampiran 4. Pembuatan kurva kalibrasi
Tabel 1. Pengukuran serapan konsentrasi larutan boraks pada panjang geombang
545,95 nm
Konsentrasi Serapan
(g/mL) (A)
6,25 0,0934
12,5 0,1623
31,25 0,3862
37,5 0,4752
43,75 0,5387
66
Lampiran 5. Penentuan batas deteksi dan batas kuantitasi boraks pada mie basah
simulasi
Tabel 2. Hasil penentuan batas deteksi dan batas kuantitasi boraks pada mie basah
simulasi
Konsentrasi Serapan
Jumlah 0,00046522
yy
S (y / x)2 =
2
= 0,000155073
S (y / x) = 0,000155073
= 0,01245284439
= 0,012453
a. LOD
LOD = 3. S(y / x ) = 3 x 0,012453 = 3,1132 g/mL
b 0,012
b. LOQ
LOQ = 10. S(y / x ) = 10 x 0,012453 = 10,3775 g/mL
b 0,01
67
Lampiran 6. Uji perolehan kembali mie basah simulasi
Tabel 3. Hasil uji perolehan kembali mie basah simulasi
Rata-rata Rata-rata
C sbnrnya Absorban C yang diperoleh UPK UPK UPKSD
(g/mL) (A) (g/mL) (%) (%) (%)
10 10,125 101,25 101,09
0,1295
10,117 101,01
0,1294
10,117 101,01
0,1294
20 0,2454 19,78 98,9 98,88 99,7671,114
0,2454 19,78 98,9
0,2453 19,77 98,85
30 0,3656 29,8 99,33 99,33
0,3656 29,8 99,33
0,3655 29,79 99,33
X = 99,767
68
Lampiran 7. Uji Presisis mie basah simulasi
Tabel 4. Hasil Uji Presisi mie basah simulasi
X = 99,767 = 2,481028
( ( ) 2,481028
a. SD = =
1 2
= 1,113783641
= 1,114
b. KV = 100 %
1,114
= 100 %
99,767
= 1,116601682 %
= 1,12 %
69
Lampiran 8. Penetapan kadar boraks pada mie basah yang beredar di pasar Ciputat
Tabel 5. Hasil Identifikasi boraks pada empat sampel mie basah pasar Ciputat.
70
Lampiran 9. Alat yang digunakan dalam penelitian
71
Lampiran 10. Sampel mie basah dari pasar Ciputat .
72
Lampiran 11. Hasil uji kualitatif mie basah dari pasar Ciputat
Sumber Sampel Mie Uji nyala api Uji Warna dengan
basah Kurkumin
Bandung
Ciputat 1
Ciputat 2
Parung
Tangerang
Gambar 21. Hasil Uji Kualitatif sampel mie basah dari pasar Ciputat
7
3
xiv