Pendahuluan
BAB II
1
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
selama 2 tahun. 1
sama lain dipisahkan oleh jantung dan pembuluh pembuluh besar serta
pulmonis. 3
Lobus superior, medius dan inferior. Paru-paru kiri dibagi fisura obliqua
2.3. Etiologi
1. Kebiasaan merokok
2. Polusi udara
3. Paparan debu dan asap
4. Riwayat infeksi saluran nafas.
2.4. Epidemiologi
mukus merupakan suatu gejala yang paling sering terjadi pada PPOK,
pria paruh umur, dengan prevalensi yang lebih rendah pada wanita
sebanyak 8-22%. Studi prevalensi PPOK pada tahun 1987 di Inggris dari
2484 pria dan 3063 wanita yang berumur 18-64 tahun dengan nilai VEP1
meningkat dari ke-6 menjadi ke-3. Pada 12 negara Asia Pasifik, WHO
6,7%.6
Indonesia.4
seluruh dunia. Hal ini di buktikan dengan besarnya kejadian rawat inap,
4
seperti di Amerika Serikat pada tahun 2000 terdapat 8 juta penderita
PPOK rawat jalan dan sebesar 1,5 juta kunjungan pada Unit Gawat
Darurat dan 673.000 kejadian rawat inap. Angka kematian sendiri juga
100.000 populasi.
persisten.
banyak faktor risiko yang diduga kuat merupakan etiologi dari PPOK.
komorbiditas.1,4,5
5
2.5.1. Genetik
dapat muncul baik pada perokok maupun bukan perokok, tetapi memang
risiko dan total dari risiko ini akan terintegrasi secara langsung terhadap
yang ada selama kehidupan, hanya asap rokok dan debu-debu pada
tempat kerja serta zat-zat kimia yang diketahui sebagai penyebab PPOK.
perokok aktif, bahkan pada perokok pasif atau dengan kata lain
perokok.10,11
Bahkan yang lebih menarik adalah pengaruh rokok pada bayi jika
6
ibunya perokok aktif atau bapaknya perokok aktif dan ibunya menjadi
perokok pasif, selain didapati berat bayi lebih rendah, maka insidensi
III didapati hampir 10.000 orang dewasa berumur 30-75 tahun menderita
wanita. Selain itu, polusi udara diluar ruangan juga dapat menyebabkan
paru.1,13,14
status nutrisi bayi bayi pada saat dalam kandungan, saat lahir, dan
didapatkan hubungan yang positif antara berat lahir dan VEP1 pada
masa dewasanya.2
yang ada akan menyebabkan stres oksidasi pada paru-paru. Hal ini akan
patogenesis PPOK.2
pada PPOK. Pada beberapa waktu yang lalu memang tampak bahwa
lebih rentan untuk dirusak oleh asap rokok dibandingkan pria. Hal ini
2.5.5. Infeksi
saluran nafas pada dewasa tua pada saat umur diatas 40 tahun. 2,16,17
polutan baik indoor maupun outdoor dan status nutrisi yang jelek serta
2.5.7. Komorbiditas
9
Airway Obstructive Disease, bahwa orang dewasa dengan asma akan
10
2.4. Patogenesis
kondisi pada PPOK yang menjadi dasar patologi yaitu bronkitis kronis
pembesaran permanen dari ruang udara yang ada, mulai dari distal
nyata.16,17,18
nafas terhadap respon inflamasi yang persisten. Epitel saluran nafas yang
mengalami atropii dan kelenjar mukus menjadi hipertropi. Proses ini akan
polos.17,18
11
Gambar 1. Gambaran Epitel saluran nafas pada PPOK dan orang
sehat.18
alveolar dan septal dari alveolus yang rusak, dapat terbagi atas emfisema
emfisema atau irreguler dan emfisema dengan bulla yang agak jarang
inflamasi.16,17,18
12
struktur sel pada saluran nafas dan parenkim.
antiprotease, adanya stres oksidatif dan paparan faktor risiko juga akan
dengan diameter < 2 mm dan air trapping pada emfisema paru. Proses ini
perfusi yang pada tahap lanjut dapat berupa hipoksemia arterial dengan
13
polos) dan destruksi Pulmonary capillary bad menjadi faktor yang turut
peningkatan kadar sitokin pro inflamasi dan protein fase akut tampak pada
bahwa kedua faktor inflamasi itu terkait dengan eksaserbasi pada PPOK.
nafas sentral dan perifer. Neutrofil yang juga meningkat pada kelenjar
14
TNF yang merupakan sitokin proinflamasi yang potensial akan
tepi.5
15
Gambar 2. Mekanisme Inflamasi Pada PPOK.18
ini juga akan dialami oleh perokok pasif meski hanya terpapar beberapa
tahun.
begitu juga inflamasi sistemik. Hal ini dibuktikan dari penelitian akan
kadar TNFR dan IL8 pada sputum yang ternyata meskipun tinggi pada
berat. Begitu juga pada orang sehat yang dipaparkan akan produk
16
Gambar 3. Lingkaran terjadinya proses kerusakan pada PPOK.26
sitokin inflamasi pleotropik . Teori tentang respon anti tumoral dari sistim
imun secara in vivo sudah di ketahui sejak 100 tahun yang lalu oleh
seorang medis William B. Coley. Pada tahun 1968 Dr. Gale A Granger
itu pada tahun 1975 Dr. Lloyd J.Old dari Memorial Sloan-Kettering Cancer
oleh makrofag dan diberi nama Tumor Necrosis Factor (TNF). 18,19
17
yang berimplikasi terhadap beberapa kondisi inflamasi.
Sitokin ini tidak hanya diproduksi oleh aktivasi makrofag tetapi juga
oleh sistim imun yang lainnya meliputi : lymphocytes, natural killer cells,
dapat mempengaruhi tipe dari sel, aktivasi dari sel, dan menstimulus
produksi dari TNF, aktifitas TACE, dan ekspresi dari endogenous TACE
18
bahwa alveolar macrophages berhubungan dengan sel phagositosis dari
sistem imun bawaan pada paru-paru. Sel ini memegang peranan sebagai
nafas, parenkim paru, Broncho Alveolar Lavage (BAL) dan sputum pada
PPOK, di mana sebagai akibat dari asap rokok ini akan mengaktivasi
adalah TNF.
pada darah perifer, biopsi bronkhial, induksi sputum dan BAL dari pasien-
2.6. Diagnosis
atau produksi sputum dengan atau tanpa riwayat paparan faktor risiko
19
sesak nafas dan dada terasa menyempit merupakan gejala non spesifik
yang dapat bervariasi seiring waktu yang dapat muncul pada seluruh
PPOK. Tanda fisik hambatan aliran udara biasanya tidak muncul hingga
terdapat kerusakan yang bermakna dari fungsi paru muncul, dan deteksi
Uji faal paru dengan spirometri merupakan suatu hal yang wajib di
lakukan pada penderita yang memang sudah di curigai PPOK untuk lebih
penyakit.
nafas. Spirometri akan menilai Kapasitas Vital Paksa (KVP) Paru dan
Volume Ekspirasi Paksa 1 detik (VEP1) yang didasarkan pada umur, tinggi
badan, jenis kelamin dan ras. Diagnosa PPOK ditegakkan bila didapati
nilai paksa paska bronkodilatornya VEP1/KVP < 0,70 dan VEP1 < 80%
20
keparahan dari PPOK.22,23
dapat dilakukan secara rawat jalan atau rawat inap dan dilakukan di
poliklinik rawat jalan, ruang rawat inap, unit gawat darurat, atau ruang ICU
(PDPI, 2003).
2.7.1. Bronkodilator
21
adalah short-acting inhaled B2-agonists. Jika respon segera dari obat ini
22
2.7.2. Kortikosteroid
sebesar 30-40 mg/hari selama 7-10 hari adalah efektif dan aman
lebih dari dua minggu tidak memberikan manfaat yang lebih baik, tetapi
2.7.3. Antibiotik
peningkatan sesak
23
rumah sakit sebaiknya per drip atau intravena, sedangkan untuk rawat
makrolid, dan bila ringan dapat diberkan tunggal. Antibiotik yang dapat
pada pasien PPOK yang tidak ada komplikasi, tetapi retensi CO2 dapat
kadar yang sudah ditentukan (ventury mask) 24%, 28% atau 32%.
tergantung kadar PaCO2 dan PaO2. Bila terapi oksigen tidak dapat
(PDPI, 2003).
24
2.7.5. Ventilasi Mekanik
2009).
25
lebih dari 20%.
2.9. Komplikasi
kronik, gagal napas akut pada gagal napas kronik, infeksi berulang,
dan kor pulmonale. Gagal napas kronik ditunjukkan oleh hasil analisis
dapat normal. Gagal napas akut pada gagal napas kronik ditandai oleh
26
produksi sputum yang berlebihan menyebabkan terbentuk koloni kuman,
hal ini memudahkan terjadi infeksi berulang. Selain itu, pada kondisi
27
Daftar Pustaka
1. Tim Pokja PPOK. Definisi. Dalam: PPOK pedoman praktis diagnosis
http://www.depkes.go.id/downloads/Kepmenkes/pengendalian_ppok.p
df
5. Lopez, AD. Murray CC. The global burden of disease 1990-2020. Nat
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs315/en/
28
8. Wan ES, Silverman EK, Genetics of COPD and Emphysema. Chest
2009;136:859-866
76
1997; 89:1366-1373
2003: 21:347-60
14. Shapiro S, 2003. The pathophysiology of copd: what goes wrong and
15. Chang Cl, Marra G, Chauhan DP, et al. Oxidative stress inactivates
2002;283: C148-C154
29
accompanied by elevations of plasma fibrinogen and serum IL-6 levels
18. Tetley TD. 2002. Macrophages and the Pathogenesis of COPD. Chest
121:5
19. Safwat T, Saeed A, Dina AF,2 Weaan AMI. The Phagocytic Activity of
2008;2(2):243-252
2002;166:329-32
22. Lim S, Roche N, Oliver BG, Mattos W, Barnes PJ, Chung KF. Balance
3175
30
24. Bonniaud, P.,Kolb, M.,Galt, T.,et al. Smad3 null mice develop airspace
fibrosis.J.Immunol. 2004;173:2099-2108
2003;4:361-365
2001;17:946-953
31. Stebbins KJ, Evans JF and Lorrain DS. DP2 Receptor Antagonis:
2010;2(3):89-96
32. Lim S, Roche N, Oliver BG, Mattos W, Barnes PJ, Fan CK. Balnce of
31
alveolar macropages in cigarette smokers. Regulation by interleukin-
34. Fooladi AAI, YazdaniS, Nourani MR. Lung and Systemic Inflammation
32
BAB III
LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS
2. ANAMNESIS
kurang lebih satu minggu lalu. Sesak hilang timbul timbul dan
pasien merasa batuk berlendir. Pusing (-) sakit kepala (-), mual (-),
muntah (-), sakit ulu hati (+), sakit tenggorokan (+) dan susah menelan
33
3. PEMERIKSAAN FISIS
Keadaan Umum :
Vital Sign :
Kepala
Deformitas : (-)
Bentuk : normochepali
Leher
JVP : R1 +1 H2O
Paru-paru
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, sela iga melebar, massa (-),
34
Palpasi : nyeri tekan (-), krepitasi (-), vokal premitus kesan
Jantung
Perkusi :
Auskultasi :
BJ 1 dan BJ 2 reguler
Perut
Anggota Gerak
35
Bawah : edema (-), tophus (-)
4. RESUME
ulu hati, sakit tenggorokan dan susah menelan sejak satu bulan yang lalu.
rhonki positif pada ICS 2 kiri, dan nyeri tekan kuadran kanan atas.
6. DIAGNOSIS BANDING :
Bronkitis kronik
Emfisema pulmonum
Asma
Tuberculosis paru
7. PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa :
Tirah baring
Medikamentosa :
IVFD RL 20 tpm
Curcuma 3x1
36
Inj Ranitidin/8jam/IV
Nebulizer: combivent
GG 3x1
Salbutamol 3x1
8. HASIL LABORATORIUM
9. Follow up
PENYAKIT
TD= 110/80 mmHg (-), sakit ulu hati (+) BAB Nebulizer: combivent
37
S= 36C Rh (+), Wh (-). Lab : SGOT, SGPT,
SGPT:48, GDS: 88
Salbutamol 3x1
S= 36,5C
38
BAB IV
DISKUSI
napas sejak 1 bulan yang lalu. Sesak dirasakan sepanjang hari dan
seama 1 bulan namun sesak yang dirasakan tidak separah saat pasien
masuk ke rumah sakit saat ini. Keluhan sesak berkurang jika pasien
ulu hati, sakit tenggorokan dan susah menelan sejak satu bulan yang lalu.
Pada kasus didapatkan gejala batuk sejak 1 bulan SMRS, dahak (+),
39
antara lain adalah asma bronkial, penyakit paru obtruksi kronik (PPOK)
Pada terapi diberikan O2 2-4 L/menit hal ini bertujuan untuk perbaikan
psikis, koordinasi otot, tleransi beban kerja dan pola tidur karena
pada PPOK, karena pada PPOK obstruksi saluran napas yang terjadi
40
BAB V
KESIMPULAN
klinis yang ada pada pasien dapat mengarah ke suatu PPOK. Pada
rokok.
pasien.
41