Anda di halaman 1dari 12

Keutamaan Surah Al Baqarah.

Ibnu Katsir mengatakan dalam tafsirnya, bahwa Ad Darimi berkata di Musnad-nya


melalui Ibnu Masud yang mengatakan: Tiada suatu rumah pun yang dibacakan surah Al
Baqarah di dalamnya melainkan setan keluar darinya terburu-buru. Selanjutnya Ibnu Masud r.a
mengatakan pula:Sesungguhnya segala sesuatu mempunyai punuk, dan sesungguhnya punuk Al
Quran ialah Surah Al Baqarah. Sesungguhnya segala sesuatu mempunyai inti, dan inti dari Al
Quran ialah Surah Mufassal.
Khalid Ibn Madan mengatakan: Surah Al Baqarah ialah fustat (perhiasan) Al Quran.
Ibnu Huraij mengatakan dari Ata dari Ibnu Abbas, bahwa surat Al Baqarah di turunkan di
Madinah. Khasif mengatakan dari mujahid,dari Abdullah Ibnu Zubair yang mengatakan bahwa
Surah Al Baqarah diturunkan di Madinah.

Tafsir Al Baqarah ayat 1 4


( Alif laam Miim)
Para ulama tafsir berselisih pendapat tentang huruf huruf yang mengawali dibanyak
surah Al Quran. Di antaranya ada yang mengatakan bahwa hal ini merupakan sesuatu yang
hanya di mengerti oleh Allah swt saja, maka mereka pun mengembalikan pengertian ini kepada
Allah dan tidak berani mentafsirkannya. Hal diatas menurut riwayat Al Qurtubi melalui kitab
tafsirnya melalui Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, dan Ibnu Masud.
Ada juga yang mengatakan bahwa alif lam mim, ha mim, alif lam mim sad, dan sad
merupakan pembuka pembuka surat yang diberlakukan oleh Nya dalam Al Quran. Hal ini dari
Sofyan As Sauri meriwayatkan dari Ibnu Abu Nujaih, dari Mujahid.
As syabi mengatakan, fawatihus suwar merupakan asma asma Allah. Hal senada
dikatakan oleh Salim Ibnu Abdullah dan Ismail Ibnu Abdur Rahman As Syaddiyyul Kabir
Syubah mengatakan dari As Saddi, telah sampai kepadanya suatu berita yang mengatakan
bahwa Ibnu Abbas pernah berkata: alif lam mim merupakan asma Allah yang teragung
Ada juga yang berpendapat bahwa alif lam mim merupakan qasam (sumpah),yang
dipakai oleh Allah karena merupakan salah satu dari asma-asmaNya. Dan Ibnu Jarir telah
mengumpulkan semua pendapat pendapat diatas dan menyimpulkan bahwa pendapat pendapat
diatas sebenarnya tidak ada yang bertentangan dan semua pendapat dapat disimpulkan, yaitu:
huruf-huruf tersebut merupakan nama surat-surat, nama asma-asma-Nya, dan pendahuluan
surat-surat.
Ibnu Jarir melanjutkan bahwa tidak menutup kemungkinan bilamana sebagian dari huruf-
huruf diatas mewakili dari nama-nama atau sifat-sifat Allah.
Singkatnya alif lam mim dan huruf sejenisnya sebenarnya mempunyai banyak makna, seperti
lafaz al ummah adakalanya bermakna agama, seperti yang terdapat dalam lafaz Nya:

"Dan demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi Peringatan pun dalam
suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: Sesungguhnya
kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah
pengikut jejak-jejak mereka.
Adakalanya lafaz al ummah menunjukan kata jamaah, seperti makna yang terkandung
dalam firmanNya:

"Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada
Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan
(Tuhan)."
Ibnu Katsir pun mengungkapkan pendapat pribadinya, bahwa mengingat kembali surah-
surah yang diawali dengan huruf-huruf tersebut pasti didalamnya disebutkan keunggulan dari Al
Quran dan keterangan mengenai mujizatnya serta keagungannya. Hal ini dapat diketahui
melalui penelitian, dan hal ini terjadi pada dua puluh Sembilan surat, seperti Surah Al baqarah
1-2, Ali Imran 1-3, Al Araf 1-3 dan masih banyak lagi ayat yang lainya yang menunjukan
kebenaran bagi orang yang berfikir secara dalam serta menekuninya.

"Inilah kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan didalamnya; petunjuk bagi mereka yang
bertakwa"
Ibnu Juraij mengatakan bahwa Ibnu Abbas pernah berkata makna zalikal kitabu adalah
kitab ini, yaitu Al Quran. Hal yang senada dikatakan oleh Mujahid, ikhrima,Said Ibnu jabir, dan
As Saddi. Memang kebiasaan orang-orang arab itu menyilih gantikan isim isyaroh (kata
petunjuk) dalam percakapan sehari hari.
Sedangkan Ibnu Jarir berpendapat bahwa zalikal kitabu merupakan isyaroh kepada Kitab
Taurat dan Injil. Namun hal ini jauh sekali dari kebenaran, sebab menurut Ibnu Katsir dia seperti
tenggelam dalam perselisihan dan pemaksaan pendapat, karena dia sendiri tak mengetahui
pengetahuan tentangnya.
Sebagian mufasir mengatakan, meski ayat ini berupa berita, maknanya adalah perintah.
Yakni, janganlah kalian meragukannya. Hidayah dikhususkan bagi orang-orang yang bertaqwa,
sebagaimana firman-Nya, Katakanlah., Al-Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-
orang yang beriman. (QS Fush-shilat:44).
As-Sudi mengatakan hudan lil muttaqin artinya cahaya bagi orang-orang yang bertaqwa.
Dari Ibn Abbas disebutkan, Al muttaqun adalah orang-orang beriman yang menjauhkan diri dari
syirik dan menjalankan ketaatan kepada Allah. Al Hasan al Bishri berkata, mereka menjauhkan
diri dari apa-apa yang diharamkan atas mereka dan mereka menunaikan apa-apa yang diwajibkan
atas mereka.
Qatadah mengatakan bahwa muttaqin merupakan orang orang yang disebut dalam firman
Allah yang artinya: (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat (Al
Baqarah: 3)


(yaitu) orang orang yang beriman kepada yang ghaib
Abu Jafar Ar Razi meriwayatkan dari Al Ala ibnu Musayyab ibnu Rafi, dari Abu Ishaq
dari Abu Ahwas, dari Abdulloh (Ibnu Masud) yang pernah mengatakan bahwasanya iman ialah
percaya.
Ibnu Abbas r.a mengatakan bahwa orang orang yang beriman ialah orang orang yang
percaya (membenarkan). Dari Abu Jafar Ar razi mengatakan dari Ar Rabi, Ibnu Anas bahwa
orang orang yang beriman ialah orang orang yang takut (kepada Allah).
Hakikat keimanan adalah pembenaran yang total terhadap apapun yang dikabarkan oleh
para Rasul, yang meliputi ketundukan anggota tubuh, dan tidaklah perkara dalam keimanan itu
hanya kepada hal-hal yang dapat diperoleh oleh panca indera semata, karena hal itu tidaklah
mampu membedakan antara seorang muslim dengan seorang kafir, namun perkara yang
dianggap dalam keimanan kepada yang ghaib adalah yang tidak kita lihat dan saksikan, namun
kita hanya bisa mengimaninya saja karena ada kabar dari Allah dan kabar dari RasulNya.
Menurut sebagian imam, jika digunakan secara mutlak, maka iman yang dikehendaki
oleh syara ialah iman yang memiliki tiga unsur: keyakinan,ucapan,dan perbuatan. Bahkan
menurut riwayat Imam Syafii, Imam Ahmad Ibnu hambal, dan Abu Ubaidillah, ijma dengan
pengertian sebagai berikut: Iman ialah ucapan dan perbuatan serta dapat bertambah dan
berkurang.
Mengenai yang dimaksud dengan lafaz al gaib, menurut Abdul Aliyah makna yang
dimaksud adalah mereka yang beriman kepada Allah, para malaikat Nya, kitab kitabNya, rasul
rasul Nya, hari kemudian, surga dan neraka, juga beriman kepada hari sesudah mati dan hari
bangkit.


"Dan mereka mendirikan shalat serta menafkahkan sebagian rizki yang kami anugerahkan
kepada mereka."
Ibnu Abbas mengatakan, makna mereka mendirikan shalat ialah mereka yang
mendirikan fardu fardu shalat. Sedang Qatadah berpendapat mendirikan shalat ialah memelihara
waktu waktunya, menyempurnakan wudu, sujud, bacaan Al Quran, bacaan tasyahud, dan
Shalawat buat nabi di dalam shalat.
Qatadah juga mengatakan bahwa menafkahkan sebagian rizeki artinya nafkahkanlah
sebagian dari apa yang telah Allah berikan kepada kalian, sebab harta didunia merupakan titipan
dan pinjaman ditanganmu.
Menurut Ibnu Katsir sendiri Allah swt sering kali menggandengkan antara shalat dan
member nafkah, karena shalat sebagai hak Allah dan sebagai penyembahan kepadaNya. Di
dalam shalat terkandung makna mentauhidkan Allah, memuji, mengagungkan, dan bertawakal
kepadaNya. Sedang didalam infak terkandung pengertian perbuatan bijak kepada makhluk, yaitu
dengan mengulurkan bantuan kepada mereka.
Karena itu, didalam kitab sohihain telah disebutkan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh
Ibnu Umar r.a yang menceritakan bahwa Rasulullah pernah bersabda: islam dibangun atas lima
perkara, yaitu kesaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusanNya,
mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa dibulan ramadhan, dan menunaikan haji.

"Dan mereka beriman kepada kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan kitab kitab
yang telah diturunkan sebelum kamu, serta mereka yang meyakini akan adanya (kehidupan)
akherat."
Ibnu Abbas r.a mengatakan bahwa makna firmanNya dalam surah Al Baqarah ayat 4 di
atas ialah mereka percaya apa yang engkau datangkan dari Allah, dan percaya kepada apa yang
telah diturunkan kepada Rasul Rasul sebelum kamu tanpa membeda bedakan diantara mereka.
Mereka yakin akan adanya kehidupan akherat yakni percaya akan adanya hari bangkit, surga,
neraka, hisab dan mizan,. Sesungguhnya hari kemudian disebut hari akherat karena terjadi
setelah kehidupan di dunia.

Tafsir QS. Al - Baqarah ayat 255 - 257


Tafsir QS. Al - Baqarah ayat 255

Allah tidak ada Ilah (yang berhak untuk diibadahi) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus-
menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang
di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah
mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak
mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi
langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya dan Allah Mahatinggi lagi
Maha besar. (QS. Al-Baqarah: 255)
Inilah yang disebut ayat kursi. Ayat ini mengandung suatu hal yang sangat agung. Dan
terdapat sebuah hadits shahih dari Rasulullah, yang menyebutkan bahwa ayat tersebut adalah
ayat yang paling utama di dalam kitab Allah (al-Quran).
Imam Ahmad meriwayatkan dari Ubay bin Kaab, bahwa Nabi pernah bertanya
kepadanya: Apakah ayat yang paling agung di dalam kitab Allah?Allah dan rasul-Nya lebih
mengetahui, sahut Ubay bin Kaab. Maka Nabi saw. mengulang-ulang pertanyaan tersebut, dan
kemudian Ubay bin Kaab menjawab: Ayat kursi. Lalu beliau mengatakan: Engkau akan
dilelahkan oleh ilmu, hai Abu Mundzir. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya,
sesungguhnya ayat kursi itu mempunyai satu lidah dan dua bibir yang senantiasa menyucikan al-
Malik (Allah) di sisi tiang Arsy.
Hadits tersebut juga diriwayatkan Imam Muslim tanpa adanya tambahan: Demi Dzat
yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya ayat kursi itu mempunyai satu lidah dua bibir
yang senantiasa menyucikan al-Malik (Allah) sisi tiang Arsy.
Hadits yang lain, yang menjelaskan bahwa ayat ini mengandung nama Allah yang paling
agung, diriwayatkan Imam Ahmad, dari Asma binti Yazid bin Sakan, ia berkata, aku pernah
mendengar Rasulullah bersabda mengenai dua ayat ini, allaaHu laa ilaaHa illaa Huwal hayyul
qayyuum (Allah, tidak ada Ilah yang berhak diibadahi melainkan Dia yang Mahahidup kekal
lagi terus-menerus mengurus makhluk-Nya,) Dan ayat, Alif laam miim. allaaHu laa ilaaHa
illaa Huwal hayyul qayyuum (Aliif laam miim. Allah, tidak ada Ilah yang berhak diibadahi
melainkan Dia yang Mahahidup kekal lagi terus-menerus mengurus makhluk-Nya,) (QS. Ali
Imraan: 1-2): Sesungguhnya pada kedua ayat tersebut terdapat nama Allah yang paling agung.
Demikian hadits yang diriwayatkan Abu Dawud, Imam Tirmidzi dan Ibnu Majah. Imam
Tirmidzi mengatakan: Hadits ini hasan shahih. Ayat ini mencakup 10 (sepuluh) kalimat yang
berdiri sendiri, yaitu firman Allah Taala: AllaaHu laa ilaaHa illaa Huwa (Allah, tidak ada ilah
[yang berhak di-ibadahi] melainkan Dia.) Yang demikian itu memberitahukan, bahwasanya
Allah-lah yang Tunggal dalam uluhiyah-Nya (ketuhanan-Nya) bagi seluruh makhluk-Nya. Al
hayyul qayyuum (Yang Mahahidup kekal lagi terus-menerus mengurus makhluk-Nya.)
Artinya, yang hidup kekal, dan tidak akan pernah mati selamanya, yang mengendalikan semua
yang ada. Dengan demikian, semua yang ada di dunia ini sangat membutuhkan-Nya, sedang Dia
sama sekali tidak membutuhkan mereka, tidak akan tegak semuanya itu tanpa adanya perintah-
Nya. seperti firman-Nya berikut ini: wa min aayaatiHii an taquumas samaa-u wal ardlu bi amri
(Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah berdirinya langit dan bumi dengan iradah-
Nya.) (QS. Ar-Ruum: 25).
Dan firman-Nya: laa takhudzuHu sinatuw walaa naum (Tidak mengantuk dan tidak
pula tidur) Artinya, la suci dari cacat (kekurangan), kelengahan dan kelalaian tidur dalam
mengurusi makhluk-Nya. Bahkan sebaliknya, Dia senantiasa mengurus dan memperhatikan apa
yang dikerjakan setiap individu. Dan Dia senantiasa menyaksikan segala sesuatu, tidak ada
sesuatu pun yang tersembunyi dari-Nya. Dan di antara kesempurnaan sifat-Nya adalah Dia tidak
pernah dikalahkan (dikuasai) kantuk dan tidur. Firman-Nya: laa takhudzuHu; berarti Dia tidak
dikalahkan (dikuasai) oleh kantuk. Oleh karena itu Dia juga berkata: Dan tidak juga tidur.
Karena tidur itu lebih kuat dari mengantuk.
Dan firman-Nya: laHuu maa fis samaawaati wa maa fil ardli (Kepunyaan-Nya apa yang
ada di langit dan di bumi.) Hal itu merupakan pemberitahuan bahwaa makhluk ini adalah
hamba-Nya, dan berada di dalam kerajaan-Nya, pemaksaan-Nya, dan juga kekuasaan-Nya.
Firman-Nya: man dzal ladzii yasy-fau indaHuu illaa bi-idzniHi (Tiada yang dapat memberi
syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya.) Ini merupakan bagian dari keagungan, keperkasaan, dan
kebesaran Allah swt, yang mana tidak seorang pun dapat memberikan syafaat kepada orang
lain, kecuali dengan seizin-Nya. Sebagaimana yang ditegaskan dalam sebuah hadits tentang
syafaat: Aku datang ke bawah Arsy, lalu aku tunduk bersujud. Maka Dia membiarkanku
selama waktu yang Dia kehendaki. Kemudian dikatakan: Angkatlah kepalamu, katakanlah
perkataanmu akan didengar, dan berilah syafaat, dan engkau akan mendapat syafaat. Nabi
bersabda: Kemudian Allah memberikan suatu batasan kepadaku, lalu aku memasukkan mereka
ke dalam surga. (HR Al-Bukhari dan lain-lainnya).
Dan firman Allah Taala: yalamu maa baina aidiiHim wa maa khalfaHum (Allah
mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka.) Yang demikian itu
sebagai bukti yang menunjukkan bahwa ilmu-Nya meliputi segala yang ada, baik yang lalu, kini,
dan yang akan datang.
Selanjutnya penggalan ayat: walaa yuhiithuuna bibisyai-im min ilmiHii illaa bimaa
syaaa (Dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang
dikehendaki-Nya) Artinya, tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui sedikit pun dari ilmu
Allah kecuali yang telah diajarkan dan diberitahukan oleh Allah kepada-Nya. Mungkin juga
makna penggalan ayat tersebut adalah, manusia tidak akan dapat mengetahui ilmu Allah sedikit
pun, dzat dan sifatnya melainkan yang telah diperlihatkan Allah kepadanya. Hal itu seperti
firman-Nya yang artinya: Sedangkan ilmu mereka tidak dapat meliputi ilmu-Nya. (QS.
Thaahaa: 110).
Dan firman-Nya lebih lanjut: wasia kursiyyuHus samaawaati wal ardla (Kursi Allah
meliputi langit dan bumi.) Ibnu Abi Hatim menceritakan, dari Ibnu Abbas mengenai firman-
Nya, wasia kursiyyuHus samaawaati wal ardla (Kursi Allah meliputi langit dan bumi.) ia
mengatakan, Yaitu ilmu-Nya.
Pendapat yang sama juga diriwayatkan Ibnu Jarir, dari Abdullah bin Idris dan Hasyim,
keduanya dari Mutharif bin Tharif. Ibnu Abi Hatim, menceritakan, hal yang sama juga
diriwayatkan, dari Said bin Jubair.
Dalam tafsirnya, Waki telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia mengatakan: Kursi
adalah tempat pijakan dua kaki (Allah) dan Arsy tidak ada seorang pun yang mampu
memperkirakannya. Hal itu juga diriwayatkan al-Hakim dalam kitabnya al-Mustadrak, ia
mengatakan: (Riwayat tersebut) shahih menurut syarat dari Syaikhani (al-Bukhari dan Muslim)
tetapi keduanya tidak meriwayatkannya.
Dan firman-Nya, Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya. Maksudnya, Dia
tidak merasa keberatan dan kewalahan untuk memelihara langit, bumi, dan semua yang ada di
antara keduanya. Bahkan bagi-Nya semuanya itu merupakan suatu hal yang sangat mudah dan
ringan. Dia yang mengawasi setiap individu atas apa yang ia kerjakan. Yang senantiasa
memantau segala sesuatu, sehingga tidak ada sesuatu pun yang luput dan tersembunyi dari-Nya.
Dia yang menundukkan dan menghisab (memperhitungkan) segala sesuatu. Dialah Ilah Yang
Mahamengawasi, Mahatinggi, dan tidak ada Ilah selain Dia.
Dengan demikian firman-Nya: wa Huwal aliyyul adhiim (Dan Allah Mahatinggi lagi
Mahabesar,) adalah sama seperti firman-Nya: wa Huwal kabiirul mutaaal (Yang Mahabesar
lagi Mahatinggi.) (QS. Ar-Raad: 9).
Jalan terbaik dalam memahami ayat-ayat di atas berikut maknanya yang terkandung
dalam beberapa hadits shahih adalah dengan metode yang digunakan para ulama Salafush
Shaleh; Mereka memahami makna ayat-ayat tersebut (sebagaimana arti bahasa yang digunakan
dalam ayat-ayat atau hadits-hadits itu,-Pent.) tanpa takyif (menanyakan kaifiatnya/hakekatnya)
dan tanpa tasybih (menyerupakan dengan makhluk).
Dalam naskah al-Azhar: Arti memahami di sini ialah tanpa menawilkannya dengan
pandangan-pandangan manusia tetapi kita hanya beriman kepada ayat-ayat itu dengan
menyucikan Allah terhadap keserupaan-Nya dengan sesuatu pun dari makhluk-Nya.

Tafsir QS. Al - Baqarah ayat 256 - 257

256 Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang
benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan
beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat
kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
257. Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan
(kekafiran) kepada cahaya (iman). dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah
Thoghut, yang mengeluarkan mereka dari pada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). mereka itu
adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.

Mufrodat
( ikhrah) secara etimologis berarti paksaan, terbentuk dari kata akraha-yukhrihu, yang
memiliki makna memaksa. Akar katanya ( ) , artinya ketidaksenangan atau kesulitan yang
dihadapi seseorang akibat dibebani sesuatu secara paksa. Pemaksaan adalah pekerjaan yang
menyebabkan orang lain tidak senang atau tidak suka. Dengan demikian, maksud tidak ada ikrah
dalam ayat ini adalah tidak ada paksaan dalam menganut agama. Namun perlu dicatat, bahwa
ketidak ada paksaan tersebut adalah menganut akidahnya. Ini berarti jika seseorang telah
memilih satu akidah, katakan saja akidah Islam, maka dia terikat dengan tuntutan-tuntutannya,
dia berkewajiban melaksanakan perintah-perintahnya. Dia terancam sanksi bila melanggar
ketetapannya. Dia tidak boleh berkata, Allah telah memberi saya kebebasan untuk shalat atau
tidak, berzina atau nikah. Karena bila dia telah menerima akidahnya, maka dia harus
melaksanakan tuntutannya.
Ayat ini menggunakan kata ( ) rusyd yang mengandung makna jalan lurus. Kata ini
pada akhirnya bermakna ketepatan mengelola sesuatu serta kemantapan dan kesinambungan
dalam ketepatan itu. Ini bertolak belakang dengan ( ) al-ghayy, yang memiliki makna jalan
sesat. Jika demikian, yang menelusuri jalan lurus itu pada akhirnya melakukan segala sesuatu
dengan tepat, mantap, dan berkesinambungan.
Kata ( ) thaghut, terambil dari akar kata yang berarti melampaui batas. Biasanya
digunakan untuk yang melampaui batas dalam keburukan. Setan, Dajjal, Penyihir, yang
menetapkan hukum bertentangan dengan ketentuan Ilahi, tirani, semuanya digelar dengan
Thaghut.
( )istamsaka memiliki makna berpegang teguh pada bubul tali yang amat kuat,
yakni disertai upaya yang sungguh-sungguh, bukan sekedar berpegang teguh. Kata ini
menggunakan huruf sin dan ta buka ( ) masaka. Tali yang dipegangnya pun amat kuat,
dilanjutkan dengan pernyataan tidak akan putus, sehingga pegangan yang berpegang itu amat
kuat, materi tali yang dipegangnya kuat, dan hasil jalinan materi itu tidaak akan putus.
Kata ( ) urwah yang diterjemahkan dengan gantungan tali adalah tempat tangan
memegang tali, seperti yang digunakan pada timba untuk mengambil air di sumur. Ini
memberikan kesan bahwa yang berpegang dengan gantungan itu bagaikan menurunkan timba
untuk mendapatkan air kehidupan.
( ) waliyy pada ayat 257 pada mulana berarti sesuatu yang langsung datang atau berada
sesudah sesuatu yang lain, tidak ada perantara antar keduanya. Jika demikian,

atau Allah merupakan waliyy orang-orang beriman, sangat dekat kepada mereka, sehingga Dia
langsung menolong, melindungi, dan membantunya, apalagi Dia adalah yang terdekat kepada
mereka.
Kata terus-menerus dipahami dari bentuk kata kerja mudhari (masa kini dan datang)
yang digunakan ayat ini, yang berarti bahwa mereka terus-menerus terpelihara, sehingga bila ada
kerancuan yang mereka alami, ada keraguan yang terbetik dalam benak mereka, maka Allah
segera akan membimbing dan melenyapkan keraguan dan kerancuan itu.
( )dzulumat yang diterjemakan dengan aneka kegelapan adalah bentuk jamak dari
( ) dzulum atau gelap. Jika demikian, ada banyak kegelapan, tetapi kata ( ) nur berbenruk
tunggal. Ini karena cahaya keimanan adalah satu dalam hakekat dan substansinya, sedang
kekufuran itu beraneka ragam.

Munasabah
Relasi antara Qs. al-Baqarah ayat 256-557 dengan ayat sebelumnya, yakni
ayat 255:
Ayat terdahulu, yakni ayat 255 ini telah menjelaskan siapa Allah dan kewajaran-Nya
untuk disembah, serta keharusan mengikuti agama yang ditetapkan-Nya, serta jelas pula bahwa
Dia memiliki kekuasaan yang tidak terbendung, maka bisa jadi ada yang menduga bahwa hal
tersebut dapat menjadi alasan Allah untuk memaksa makhluk untuk menganut agama-Nya,
apalagi dengan kekuasaan-Nya yang tak terkalahkan itu. Untuk menampik dugaan itu datanglah
ayat 256 tersebut yang menegaskan tidak ada paksaan untuk masuk agama Islam.
Selain daripada itu Sayd Quthub dalam tafsirnya berpendapat bahwa seluruh penjelasan
Allah terkait kaidah-kaida tasawwur tersebut, yakni kekuasaan Allah dll itu, agar setiap muslim
berjalan di jalannya, dan jelas gambarannya terhadap akidahnya. Akidah yang menjadi dasar
pijakan seluruh manhaj hidupnya. Kemudian dia berperang di jalan Allah. Bukannya untuk
memaksa manusia kepada akidahnya dan pandangn hidupnya, tetapi untuk menunjukkan jalan
yang benar dari jalan yang sesat, dan untuk menghilangkan faktor-faktor fitnah dan kesesatan.
Setelah itu, biarlah manusia menentukan urusannya.

Ibnu Kasir. 2000. Tafsir Ibnu Kasir Juz 1 Al - Fatihah s.d Al - Baqarah. Bandung : Sinar Baru
Algensindo.
Muhammad Quraish Shihab. 2007. Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran,
Vol. 1, Cet. IX. Jakarta: Lentera Hati.
Kementrian Agama. 2011. Al-Quran dan Tafsirnya: Edisi yang disempurnakan, jilid 1. Jakarta:
Widya Cahaya.

Anda mungkin juga menyukai