Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR FEMUR

1. Pengertian Fraktur Femur


Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang disebabkan
oleh rudapaksa (Mansjoer, 2000). Fraktur adalah terputusnya kontinuitas sebuah tulang
sebagai akibat dari cedera (Hinchliff, 2002). Fraktur adalah terputusnya kesinambungan
sebagian atau seluruh tulang/bahkan tulang rawan (Pusponegoro, 2012). Fraktur adalah
terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Smeltzer,
2002). Fraktur merupakan hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik yang
bersifat total maupun sebagian yang disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik (Helmi, 2012).
Fraktur Femur adalah hilangnya kontinuitas tulang paha, kondisi fraktur femur secara
klinis bisa berupa fraktur femur terbuka yang disertai adanya kerusakan jaringan lunak (otot,
kulit, jaringan saraf dan pembuluh darah) danfraktur femur tertutup yang dapat disebabkan
oleh trauma langsung pada paha(Helmi, 2012).
Kesimpulan dari fraktur femur adalah patah tulang yang mengenai daerah tulang paha
yang dikarenakan tekanan, benturan, pukulan akibat dari kecelakaan serta kelainan patologik
pada tulang seperti adanya tumor, infeksi, pada pendertia penyakit paget) yang
mengakibatkan kerusakan jaringan tulang paha.
2. Anatomi Fisiologi Tulang Femur
Dibawah ini adalah gambar anatomi tulang femur.
Tulang bukan saja merupakan kerangka penguat tubuh, tetapi jugamerupakan bagian
untuk susunan sendi dan di samping itu pada tulang melekatorigo dan insertio dari otot-
otot yang menggerakan kerangka tubuh. Tulang juga mempunyai fungsi sebagai tempat
mengatur dan menyimpan kalsium, fosfat, magnesium dan garam. Bagian ruang di tengah
tulang-tulang tertentu memiliki jaringan hemopoietik yang berfungsi untuk memproduksi sel
darah merah, sel darah putih, trombosit (Helmi, 2012).
Rangka manusia dewasa tersusun dari tulang-tulang (sekitar 206 tulang) yang
membentuk suatu kerangka tubuh yang kokoh. Walaupun rangka utama tersusun dari tulang,
rangka di sebagian tempat dilengkapi dengan kartilago(Sloane, 2004).
a. Tungkai Bawah
Secara anatomis, bagian proksimal dari tungkai bawah antara girdel pelvis dan lutut
adalah paha, bagian antara lutut dan pergelangan kaki adalah tungkai.
1.Femur
Bahasa latin yang berarti paha adalah tulang terpanjang, terkuat dan terberat dari semua
tulang pada rangka tubuh.
a. Ujung proksimal femur memiliki kepala yang membulat untuk beartikulasi dengan
asetabulum. Permukaan lembut dari bagian kepala mengalami depresi dan fovea kapitis
untuk tempat perlekatan ligamen yang menyanggah kepala tulang agar tetap di
tempatnya dan membawa pembuluh darah ke kepala tersebut.
b. Femur tidak berada pada garis vertikal tubuh. Kepala femur masuk dengan pas ke
asetabulum untuk membentuk sudut sekitar 125 dari bagian leher femur. Dengan
demikian, batang tulang paha dapat bergerak bebas tanpa terhalang pelvis saat paha
bergerak.
c. Sudut femoral pada wanita biasanya lebih miring (kurang dari 125) karena pelvis lebih
lebar dan femur lebih pendek.
d. Di bawah bagian kepala yang tirus adalah bagian leher yang tebal, yang terus memanjang
sebagai batang. Garis intertrokanter pada permukaan anterior dan krista intertrokanter di
permukaan posterior tulang membatasi bagian leher dan bagian batang.
e. Ujung atas batang memiliki dua prosesus yang menonjol. Trokanter besar dan trokanter
kecil, sebagai tempat perlekatan otot untuk menggerakan persendian panggul.
f. Bagian batang permukaannya halus dan memiliki satu tanda saja. Linea aspera, yaitu
lekak kasar untuk perlekatan beberapa otot
g. Ujung bawah batang melebar ke dalam kondilus medial dan kondilus lateral.
h. Pada permukaan posterior, dua kondilus tersebut membesar dengan fosa interkondiler
yang terletak di antara keduanya. Area triangular di atas fosa interkondiler disebut
permukaan popliteal.
i. Pada permukaan anterior, epikondilus medial dan lateral berada di atas dua kondilus
besar. Permukaan artikular halus yang terdapat di antara kedua kondilus adalah
permukaan patellar. Yang berbentuk konkaf untuk menerima patella (tempurung lutut).
b. Komponen Jaringan Tulang
a. Komponen-komponen utama dari jaringan tulang adalah mineral-mineral dan jaringan
organik (kolagen dan proteoglikan).
b. Kalsium dan fosfat membentuk suatu kristal garam (hidroksiapatit), yang tertimbun pada
matriks kolagen dan proteoglikan.
c. Matriks organik tulang disebut juga sebagai suatu osteoid. Sekitar 70% dari osteoid
adalah kolagen tipe I yang kaku dan memberikan ketegaran tinggi pada tulang.
d. Materi organik lain yang juga menyusun tulang berupa proteoglikan.

c. Fisiologi Sel-sel Tulang

. Endosteum dalam gambaran lapisan seluler tidak sempurna; terdiri atas sel-sel epitel,
osteoblas, sel-sel osteoprogenerator, osteoid, dan osteoklas
a. 3 jenis sel pada tulang
1. Osteoblas
Membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan proteoglikan
sebagai matriks tulang atau jaringan osteoid melalui suatu proses yang disebut
osifikasi.
2. Osteosit
Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu lintasan untuk
pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.
3. Osteoklas
Osteoklas adalah sel-sel besar berinti banyak yang memungkinkan mineral dan
matriks tulang dapat di absorpsi.

3. Etiologi
Fraktur dapat terjadi akibat hal-hal berikut ini:
1. Peristiwa tunggal
Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan yang
dapat berupa benturan, pemukulan, penghancuran, penekukan atau terjatuh dengan
posisi miring, pemuntiran serta penarikan.
2. Kelemahan abnormal pada tulang (fraktur patologik)
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal jika tulang itu lemah (misalnya
oleh tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh (misalnya pada penyakit paget).

4. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala fraktur femur umumnya antara lain (Helmi, 2012) :
a) Nyeri.
b) Kehilangan fungsi.
c) Deformitas.
d) Pemendekan ekstermitas karena kontraksi otot.
e) Krepitasi.
f) Pembengkakan.
g)Perubahan warna lokal pada kulit yang terjadi akibat trauma dan perdarahan yang
mengikuti fraktur.
c. Klasifikasi Fraktur
Klasifikasi fraktur dapat dibagi dalam klasifikasi penyebab, klasifikasi jenis,klasifikasi
klinis, klasifikasi radiologis (Helmi, 2012).
Klasifikasi Penyebab
1. Fraktur traumatik
Disebabkan oleh trauma yang tiba-tiba mengenai tulang dengan kekuatan yang
besar. Tulang tidak mampu menahan trauma tersebut sehingga terjadi fraktur.
2. Fraktur patologis
Disebabkan oleh kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan patologis di dalam
tulang. Fraktur patologis terjadi di dalam tulang yang telah menjadi lemah karena tumor atau
proses patologis lainnya. Tulang seringkali menunjukan penurunan densitas. Penyebab yang
paling sering dari fraktur semacam ini adalah tumor, baik primer maupun metastasis.
Fraktur stres
Disebabkan oleh trauma yang terus-menerus pada suatu tempat tertentu.
Klasifikasi Jenis Fraktur
Berbagai jenis fraktur tersebut adalah sebagai berikut:
1. Fraktur terbuka.
2. Fraktur tertutup.
3. Fraktur kompresi.
4. Fraktur stress.
5. Fraktur avulsi.
6. Greenstick fraktur (fraktur lentuk/salah satu tulang patah sedang sisi lainnya membengkok).
7. Fraktur tranversal.
8. Fraktur kominutif (tulang pecah menjadi beberapa fragmen).
9. Fraktur impaksi (sebagian fragmen tulang masuk ke fragmen lainnya).

Klasifikasi jenis fraktur yang umum digunakan dalam konsep fraktur


(Sumber : Helmi, 2012)
Klasifikasi klinis
Manifestasi dari kelainan akibat trauma pada tulang bervariasi. Klinis yang didapatkan
akan memberikan gambaran pada kelainan tulang. Secara umum keadaan patah tulang
secara klinis dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Fraktur tertutup (closed fracture)
Fraktur tertutup adalah fraktur dimana keadaan kulit tidak ditembus oleh fragmen tulang
sehingga lokasi fraktur tidak tercemar oleh lingkungan atau tidak mempunyai hubungan
dengan dunia luar.
Fraktur terbuka (open fracture)
Fraktur terbuka adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui
luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat terbentuk dari dalam (from within) atau dari luar
(from without).
Fraktur dengan komplikasi (complicated fracture)
Fraktur dengan komplikasi adalah fraktur yang disertai dengan komplikasi misalnya mal-
union, delayed union, serta infeksi tulang.
(2) Klasifikasi Radiologis
1. Fraktur tranversal

Gambar 5. Rontgen pada fraktur tranversal


(Sumber : Helmi, 2012)
Fraktur tranversal adalah fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu
panjang tulang. Pada fraktur semacam ini, segmen-segmen tulang yang patah di reposisi atau di
reduksi kembali ketempatnya semula, maka segmen-segmen itu akan stabil, dan biasanya
dikontrol dengan bidai gips.
2. Fraktur kominutif

Fraktur kominutif adalah serpihan-serpihan atau terputusnya keutuhan jaringan dimana


terdapat lebih dari dua fragmen tulang.
3. Fraktur oblik

5. Patofisiologi
Pada kondisi trauma diperlukan gaya yang besar untuk mematahkan femur pada orang
dewasa. Kebanyakan fraktur ini terjadi pada pria muda yang mengalami kecelakaan kendaraan
bermotor atau mengalami jatuh dari ketinggian. Biasanya pasien mengalami multipel trauma
yang menyertainya.
Secara klinis fraktur femur terbuka sering didapatkan adanya kerusakan neurovaskuler
yang akan memberikan manifestasi peningkatan resiko syok, baik syok hipovolemik karena
kehilangan darah (pada setiap patah satu tulang femur diprediksi akan hilangnya darah 500 cc
dari sistem vaskular), maupun syok neurologik disebabkan rasa nyeri yang sangat hebat akibat
kompresi atau kerusakan saraf yang berjalan di bawah tulang femur.

. Berbagai kondisi gambaran klinis fraktur femur terbuka dengan kerusakan jaringan lunak
a. Proses Fraktur
Trauma muskuluskeletal bisa menjadi fraktur dapat dibagi menjadi trauma langsung dan
trauma tidak langsung.
a) Trauma langsung
Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi pada daerah
tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat kominutif dan jaringan lunak ikut
mengalami kerusakan.
b) Trauma tidak langsung
Trauma tidak langsung merupakan suatu kondisi trauma dihantarkan ke daerah yang
lebih jauh dari daerah fraktur. Misalnya, jatuh dengan tangan ekstensi dapat
menyebabkan fraktur pada klavikula. Pada keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap
utuh.
b. Penyembuhan Tulang Normal
Ketika mengalami cedera fragmen. Tulang tidak hanya ditambal dengan jaringan
parut, tetapi juga akan mengalami regenerasi secara bertahap. Ada beberapa tahapan
dalam penyembuhan tulang :
Fase 1 : Inflamasi
Respon tubuh pada saat mengalami fraktur sama dengan respon apabila ada
cedera di bagian tubuh lain. Terjadi perdarahan pada jaringan yang cedera dan
pembentukan hematoma pada lokasi fraktur. Ujung fragmen tulang mengalami
devitalisasi karena terputusnya pasokan darah. Tempat cedera kemudian akan diinvasi
oleh makrofag (sel darah putih besar) yang akan membersihkan daerah tersebut dari zat
asing. Pada saat ini terjadi inflamasi, pembengkakan, dan nyeri. Tahap inflamasi
berlangsung beberapa hari dan hilang dengan berkurangnya pembengkakan dan nyeri.
Fase 2 : Proliferasi sel
Dalam sekitar 5 hari, hematoma akan mengalami organisasi. Terbentuk benang-benang
fibrin pada darah dan membentuk jaringan untuk revaskularisasi, serta invasi fibroblast dan
osteoblas.
Fibroblas dan osteoblas (berkembang dari osteosit, sel endostel, dan sel periosteum) akan
menghasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai matriks kolagen pada patahan tulang. Terbentuk
jaringan ikat fibrus dan tulang rawan (osteoid). Dari periosteum tampak pertumbuhan melingkar.
Kalus tulang rawan tersebut di rangsang oleh gerakan mikro minimal pada tempat patah tulang.
Namun, gerakan yang berlebihan akan merusak struktur kalus. Tulang yang sedang aktif tumbuh
menunjukan potensial.

Fase 3 : Pembentukan dan Penulangan kalus (osifikasi)


Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai sisi lain
sampai celah terhubungkan. Fragmen patahan tulang digabungkan dengan jaringan fibrus, tulang
rawan dan serat tulang imatur. Bentuk kalus dan volume yang dibutuhkan untuk menghubungkan
defek secara langsung berhubungan dengan jumlah kerusakan dan pergeseran tulang. Perlu
waktu tiga sampai empat minggu agar fragmen tulang terhubung dalam tulang rawan atau
jaringan fibrus. Secara klinis, fragmen tulang tak bisa lagi digerakan.
Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam dua sampai tiga minggu patah
tulang melalui proses penulangan endokondrial. Mineral terus-menerus ditimbun sampai tulang
benar-benar telah bersatu dengan keras. Pada patah tulang panjang orang dewasa normal,
penulangan memerlukan waktu tiga sampai empat bulan.
. Fase 3: Pembentukan dan Penulangan kalus
Fase 4 : Remodeling
Tahap akhir perbaikan patah tulang meliputi pengambilan jaringan mati dan reorganisasi
tulang baru ke susunan struktural sebelumnya. Remodeling memerlukan waktu berbulan-bulan
sampai bertahun-tahun pada beratnya modifikasi tulang yang dibutuhkan, fungsi tulang dan stres
fungsional pada tulang (pada kasus yang melibatkan tulang kompak dan kanselus). Tulang
kanselus mengalami penyembuhan dan remodeling lebih cepat dari pada tulang kortikal kompak,
khususnya pada titik kontak langsung. Ketika remodeling telah sempurna, muatan permukaan
patah tulang tidak lagi negatif.

Fase 4: Remodeling
Korteks mengalami revitalisasi
a. Faktor-faktor Penyembuhan Fraktur
1. Umur penderita.
2. Lokalisasi dan konfigurasi fraktur.
3. Pergeseran awal fraktur.
4. Vaskularisasi pada kedua fragmen.
5. Reduksi serta imobilisasi.
6. Waktu imobilisasi.
7. Ruangan diantara kedua fragmen serta interposisi oleh jaringan lunak.
8. Faktor adanya infeksi dan keganasan lokal.
9. Cairan sinovia.
10. Gerakan aktif dan pasif pada anggota gerak.
11. Nutrisi.
12. Vitamin D.
b. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan radiologi
pada diagnosis fraktur, pemeriksaan yang penting adalah menggunakan sinar rontgen (X-
ray). Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam membaca gambaran radiologis adalah
6A, yaitu sebagai berikut :
1. Anatomi (misalnya proksimal tibia).
2. Artikular (misalnya intra-Vs ekstra-artikular).
3. Alignment (misalnya : first plane).
4. Angulation.
5. Apeks (maksudnya fragmen distal fraktur).
6. Apposition.
CT scan biasanya dilakukan hanya dilakukan pada beberapa kondisi fraktur yang mana
pemeriksaan radiografi tidak mencapai kebutuhan diagnosis.
b. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang lazim dilakukan untuk mengetahui lebih jauh kelainan
yang terjadi seperti berikut :
1. Alkalin fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukan kegiatan
osteoblastik dalam membentuk tulang.
2. Kalsium serum dan fosfor serum meningkat pada tahap penyembuhan tulang.
3. Enzim otot seperti kreatinin kinase, Laktat Dehidrogenase (LDH -5), Asparat Amino
Transferase (AST), aldolase meningkat pada tahap penyembuhan tulang.
c. Pemeriksaan lainnya
1. Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan tes sensitivitas: Dilakukan pada kondisi
fraktur dengan komplikasi, pada kondisi infeksi, maka biasanya didapatkan
mikroorganisme penyebab infeksi.
2. Biopsy tulang dan otot : Diindikasikan bila terjadi infeksi.
3. Elektromiografi : Terdapat kerusakan konduksi saraf yang diakibatkan fraktur.
4. Arthroscopi : Didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena trauma yang
berlebihan.
5. Indium imaging : Pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi.
6. MRI : Menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.
7. Komplikasi Fraktur
Secara umum komplikasi fraktur meliputi :
1. komplikasi awal
a. Syok.
b. Kerusakan Arteri.
c. Sindrom Kompartemen.
d. Infeksi.
e. Avaskular Nekrosis.
f. Fat Embolism Syndrome.
2. komplikasi lama
a. Delayed union.
b. Non-union.
c. Mal-union.
8. Penatalaksanaan
Menurut Mansjoer (2000) penatalaksanaan fraktur di antaranya :
Pada fraktur femur tertutup, untuk sementara dilakukan traksi kulit dengan metode
ekstensi Buck, atau didahului pemakaian Thomas splint, tungkai ditraksi dalam keadaan ekstensi.
Tujuan traksi kulit tersebut untuk mengurangi rasa sakit dan mencegah kerusakan jaringan
lunak lebih lanjut di sekitar daerah yang patah.
Setelah dilakukan traksi kulit dapat dipilih pengobatan non-operatif atau operatif. Fraktur
batang femur pada anak-anak umumnya dengan terapi non-operatif, karena akan menyambung
baik. Perpendekan kurang dari 2 cm masih dapat diterima karena di kemudian hari akan sama
panjangnya dengan tungkai yang normal. Hal ini dimungkinkan karena daya proses remodelling
anak-anak.

a. Pengobatan non-operatif
Dilakukan traksi skeletal, yang sering metode perkin dan metodebalance skeletal traction, pada
anak di bawah 3 tahun digunakan traksi kulit Bryant, sedangkan anak usia 3-13 tahun dengan
traksi Russell.
1. Metode perkin.
Pasien tidur terlentang. Satu jari dibawah tuberositas tibia dibor dengan Steinman pin,
lalu ditarik dengan tali. Paha ditopang dengan 3-4 bantal. Tarikan dipertahankan sampai
12 minggu lebih sampai terbentuk kalus yang cukup kuat. Sementara itu tungkai bawah
dapat dilatih untuk gerakan ekstensi dan fleksi.
2. Metode balance skeletal traction.
Pasien tidur terlentang dan satu jari di bawah tuberositas tibia dibor dengan Steinman
pin. Paha ditopang dengan Thomas splint, sedang tungkai bawah ditopang oleh pearson
attachment. Tarikan dipertahankan sampai 12 minggu atau lebih sampai tulangnya
membentuk kalus yang cukup. Kadang-kadang untuk mempersingkat waktu rawat,
setelah ditraksi 8 minggu dipasang gips hemispica atau cast bracing.
3. Traksi kulit Bryant.
Anak tidur terlentang di tempat tidur. Kedua tulang dipasang traksi kulit, kemudian
ditegakan ke atas, ditarik dengan tali yang diberikan beban 1-2 kg sampai kedua bokong
anak tersebut terangkat dari tempat tidur.
4. Traksi russel.
Anak tidur terlentang, di pasang plester dari batas lutut. Dipasang sling di daerah
popliteal, sling dihubungkan dengan tali yang dihubungkan dengan beban penarik.
Untuk mempersingkat waktu rawat, setelah 4 minggu ditraksi, dipasang gips hemispica
karena kalus yang terbentuk belum kuat benar.
b. Operatif
Indikasi operasi antara lain :
a. Penanggulangan non-operatif gagal.
b. Fraktur multipel.
c. Robeknya arteri femoralis.
d. Fraktur patologik.
e. Fraktur pada orang-orang tua.
Pada fraktur 1/3 tengah sangat baik untuk dipasang intramedullary nail.Bermacam-
macam intramedullary nail untuk femur, di antaranya kuntscher nail, AO nail, dan
interlocking nail.
Operasi dapat dilakukan dengan cara terbuka atau cara tertutup. Cara terbuka yaitu
dengan menyayat kulit-fasia sampai ke tulang yang patah. Pen dipasang secara retrograde.
Cara interlocking nail dilakukan tanpa menyayat di daerah yang patah. Pen dimasukan melalui
ujung trokhanter mayor dengan bantuan image intersifier. Tulang dapat direposisi dan pen dapat
masuk ke dalam fragmen bagian distal melalui guide tube. Keuntungan cara ini tidak
menimbulkan bekas sayatan lebar dan perdarahan terbatas.

A. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


Keterampilan dokumentasi proses keperawatan adalah keterampilan
Proses keperawatan sebagai proses yang terdiri atas 3 tahap : pengkajian, perencanaan
dan evaluasi yang di dasarkan pada metode ilmiah pengamatan, pengukuran, pengumpulan data
dan penganalisaan temuan (Doenges, 2000).
Dalam proses keperawatan mencakup pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
8. Pengkajian
Pengkajian adalah dasar pengidentifikasian kebutuhan, respon dan masalah individu
(Doenges, 2000).
Menurut Hidayat (2001) pengkajian merupakan langkah pertama dari proses
keperawatan melalui kegiatan pengumpulan data atau perolehan data dari pasien guna
mengetahui berbagai permasalahan yang ada.
Data dasar pengkajian klien dengan Fraktur menurut Doenges (2000) adalah:
a) Aktivitas/istirahat
Tanda : Keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin segera,
fraktur itu sendiri, terjadi secara sekunder dari pembengkakan jaringan, nyeri).
b) Sirkulasi
Tanda : Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri/ansietas) atau
hipotensi (kehilangan darah). Takikardi (respon stres, hipovolemia). Penurunan/tak ada
nadi pada bagian distal yang cedera; pengisian kapiler lambat, pucat pada bagian
yang terkena.Pembengkakan jaringan atau massa hematoma pada sisi cedera.
c) Neurosensori
Gejala : Hilang gerakan/sensasi, spasme otot, parestesis.
Tanda : Deformitas lokal, angulasi abnormal dan pemendekan, rotasi, krepitasi (bunyi
berderit), spasme otot, terlihat kelemahan atau hilang fungsi. Agitasi (mungkin
berhubungan dengan nyeri ansietas atau trauma lain).
d) Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera. (mungkin terlokalisasi pada area jaringan
atau kerusakan tulang; dapat berkurang pada imobilisasi); tak ada nyeri akibat
kerusakan saraf. Spasme/kram otot (setelah imobilisasi).
e) Keamanan
Tanda : Laserasi kulit, avulsi jaringan, perdarahan, perubahan warna.Pembengkakan
lokal (dapat meningkat secara bertahap/tiba-tiba).
f) Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Lingkungan cedera.
Pertimbangkan rencana pemulangan : DRG menunjukan rerata lama dirawat: femur 7,8
hari; panggul/pelvis, 6,7 hari; lainnya 4,4 hari bila memerlukan perawatan di rumah
sakit.
Memerlukan bantuan dengan transportasi, aktivitas perawatan diri dan tugas
pemeliharaan/perawatan rumah.

9. Diagnosa keperawatan
Menurut Doenges (2000), diagnosa yang muncul pada fraktur antara lain :
1. Risiko tinggi trauma berhubungan dengan kehilangan integritas tulang (fraktur).
2. Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot; gerakan fragmen tulang, edema, dan cedera
pada jaringan lunak; alat traksi/imobilisasi; stress, ansietas.
3. Risiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler berhubungan dengan penurunan/interupsi
aliran darah: cedera vascular langsung, edema berlebihan, pembentukan thrombus;
hipovolemia.
4. Risiko tinggi kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan aliran;
darah/emboli lemak; perubahan membrane alveolar/kapiler; interstisial, edema paru,
kongesti.
5. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka neuromuskular; nyeri
atau ketidaknyamanan; terapi restriktif (imobilisasi tungkai).
6. Kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan cedera tusuk; fraktur terbuka,
bedah perbaikan; pemasangan traksi pen, kawat, sekrup; perubahan sensasi, sirkulasi;
akumulasi ekskresi/secret; imobilisasi fisik.
7. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tak adekuatnya pertahanan primer;
kerusakan kulit, trauma jaringan, terpajan pada lingkungan; Prosedur invasif, traksi
tulang.
8. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan.
10. Perencanaan
Dari diagnosa keperawatan yang telah disusun, maka rencana tindakan keperawatan klien
dengan fraktur menurut Doenges (2000) adalah:
Risiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan kehilangan integritas tulang (fraktur) :
(a) Tujuan : Meminimalkan terjadinya trauma.
(b) Kriteria hasil : Mempertahankan stabilisasi dan posisi fraktur; menunjukan mekanika tubuh
yang meningkatkan stabilitas pada sisi fraktur.
(c) Intervensi :
Mandiri
Pertahankan tirah baring/ekstermitas sesuai indikasi. Berikan sokongan sendi di atas dan
di bawah fraktur bila bergerak atau membalik.
Rasional : Meningkatkan stabilitas, menurunkan kemungkinan gangguan posisi atau
penyembuhan.
Letakan papan di bawah tempat tidur atau tempatkan pasien pada tempat tidur ortopedik.
Rasional : Tempat tidur lentur atau lembut dapat membuat deformasi gips yang masih
basah, mematahkan gips yang sudah kering atau mempengaruhi dengan penarikan traksi.
Gips/ Bebat
Sokong fraktur dengan bantal atau gulungan selimut. Pertahankan posisi netral pada
bagian yang sakit dengan bantal pasir, pembebat, gulungan trokanter, papan kaki.
Rasional : Mencegah gerakan yang tak perlu dan perubahan posisi. Posisi yang tepat dari
bantal juga dapat mencegah tekanan deformitas pada gips yang kering.
Tugaskan petugas yang cukup untuk membalik pasien. Hindari menggunakan papan
abduksi untuk membalik pasien dengan gips spika.
Rasional : Gips panggul, tubuh atau multipel dapat membuat berat dan tidak praktis
secara ekstrem. Kegagalan untuk menyokong ekstermitas yang di gips dapat
menyebabkan gips patah.
Evaluasi pembebat ekstermitas terhadap resolusi edema.
Rasional : Pembebat koaptasi (contoh jepitan jones-sugar) mungkin diberikan untuk
memberikan imobilisasi fraktur di mana pembengkakan jaringan berlebihan. Seiring
dengan berkurangnya edema, penilaian kembali pembelat atau penggunaan gips plester
mungkin diperlukan untuk mempertahankan kesejajaran fraktur.
Traksi
Pertahankan posisi/integritas traksi (contoh Buck, Dunlop, pearson, Russel).
Rasional : Traksi memungkinkan tarikan pada aksis panjang fraktur tulang dan mengatasi
tegangan otot atau pemendekan untuk memudahkan posisi atau penyatuan. Traksi tulang
(pen, kawat, jepitan) memungkinkan penggunaan berat lebih besar untuk penarikan traksi
daripada digunakan untuk jaringan kulit.
Yakinkan bahwa semua klem berfungsi. Minyaki katrol dan periksa tali terhadap
tegangan. Amankan dan tutup ikatan dengan plester perekat.
Rasional : Yakinkan bahwa susunan traksi berfungsi dengan tepat untuk menghindari
interupsi penyambungan fraktur.
Pertahankan katrol tidak terhambat dengan beban bebas menggantung, hindari
menghilangkan berat.
Rasional : Jumlah beban traksi optimal dipertahankan. Catatan : Memastikan gerakan
bebas selama mengganti posisi pasien menghindari penarikan berlebihan tiba-tiba pada
fraktur yang menimbulkan nyeri dan spasme otot.
Bantu meletakan beban di bawah roda tempat tidur bila diindikasikan.
Rasional : Membantu posisi tepat pasien dan fungsi traksi dengan memberikan
keseimbangan timbal balik.
Kaji ulang tahanan yang mungkin timbul akibat terapi, contoh pergelangan tidak
menekuk/duduk dengan traksi Buck atau tidak memutar di bawah pergelangan dengan
traksi Russell.
Rasional : Mempertahankan integritas tarikan traksi.
Kaji integritas alat fiksasi eksterbal.
Rasional : Traksi Hoffman memberikan stabilisasi dan sokongan kaku untuk tulang
fraktur tanpa menggunakan katrol, tali/beban, memungkinkan mobilitas/kenyamanan
pasien lebih besar dan memudahkan perawatan luka. Kurang atau berlebihannya
keketatan klem atau ikatan dapat mengubah tekanan kerangka, menyebabkan kesalahan
posisi.
Kolaborasi
Kaji ulang evaluasi/foto.
Rasional : Memberikan bukti visual mulainya pembentukan kalus atau proses
penyembuhan untuk menentukan tingkat aktivitas dan kebutuhan perubahan atau
tambahan terapi.
Berikan/pertahankan stimulasi listrik bila digunakan.
Rasional : Mungkin diindikasikan untuk meningkatkan pertumbuhan tulang pada
keterlambatan penyembuhan atau tidak menyatu.
Nyeri Akut berhubungan dengan spasme otot; gerakan fragmen tulang, edema dan
cedera pada jaringan lunak; alat traksi atau imobilisasi; stress, ansietas.
(a) Tujuan : Keadaan nyeri teratasi atau berkurang.
(b) Kriteria hasil : Klien tampak rileks, klien mampu tidur atau istirahat dengan tepat.
(c) Intervensi :
Mandiri
Pertahankan imobilisasi yang bagian sakit dengan tirah baring, gips, pembebat, traksi.
Rasional : Menghilangkan nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang atau tegangan
jaringan yang cedera.
Tinggikan dan dukung ekstermitas yang terkena.
Rasional : Meningkatkan aliran balik vena, menurunkan edema dan menurunkan nyeri.
Hindari penggunaan sprei atau bantal plastik dibawah ekstermitas dalam gips.
Rasional : Dapat meningkatkan ketidaknyamanan akibat peningkatan produksi panas
dalam gips yang kering.
Tinggikan penutup tempat tidur; pertahankan linen terbuka pada ibu jari kaki.
Rasional : Mempertahankan kehangatan tubuh tanpa ketidaknyamanan karena tekanan
selimut pada bagian yang sakit.
Evaluasi keluhan nyeri atau ketidaknyamanan, perhatikan lokasi dan karaterisktik,
termasuk intensitas (skala0-10). Perhatikan petunjuk nyeri nonverbal (perubahan pada
tanda vital dan emosi/perilaku).
Rasional : Mempengaruhi pilihan atau pengawasan keefektifan intervensi. Tingkat
ansietas dapat mempengaruhi persepsi atau reaksi terhadap nyeri.
Dorong pasien mendiskusikan masalah sehubungan dengan cedera.
Rasional : Membantu untuk menghilangkan ansietas. Pasien dapat merasakan
kebutuhan untuk menghilangkan pengalaman kecelakaan.
Jelaskan prosedur sebelum memulai.
Rasional : Memungkinkan pasien untuk siap secara mental untuk aktivitas juga
berpartisipasi dalam mengontrol tingkat ketidaknyamanan.
Beri obat sebelum perawatan aktivitas.
Rasional : Meningkatkan relaksasi otot dan meningkatkan partisipasi.
Lakukan dan awasi latihan rentang gerak pasif atau aktif.
Rasional : Mempertahankan kekuatan atau mobilitas otot yang sakit dan memudahkan
resolusi inflamasi pada jaringan yang cedera.
Berikan alternatif tindakan kenyamanan, contoh pijatan punggung, perubahan posisi.
Rasional : Meningkatkan sirkulasi umum, menurunkan area tekanan lokal dan kelelahan
otot.
Dorong menggunakan teknik manajemen stress, contoh napas dalam, imajinasi,
visualisasi. Sentuhan terapeutik.
Rasional : Memfokuskan kembali perhatian meningkatkan rasa kontrol dan dapat
meningkatkan kemampuan koping dalam manajemen nyeri, yang mungkin menetap
untuk periode lebih lama.
Identifikasi aktivitas terpeutik yang tepat untuk usia pasien, kemampuan fisik, dan
penampilan pribadi.
Rasional : Mencegah kebosanan, menurunkan tegangan dan dapat meningkatkan
kekuatan otot; dapat meningkatkan harga diri dan kemampuan koping.
Selidiki adanya keluhan nyeri yang tak biasa/tiba-tiba/dalam, lokasi progresif/buruk tidak
hilang dengan analgesik.
Rasional : Dapat menandakan terjadinya komplikasi, contoh infeksi, iskemia jaringan,
sindrom kompartemen.
Kolaborasi
xiv. Lakukan kompres dingin/es 24-48 jam pertama dan sesuei keperluan.
Rasional : Menurunkan edema/pembentukan hematoma, menurunkan sensasi nyeri.
Berikan obat sesuai indikasi : Narkotik dan analgesik non narkotik; NSAID injeksi
contoh ketorolac (toradol); dan relaksan otot, contoh siklobenzaprin (flekseril), hidroksin
(vistaril). Berikan narkotik sekitar pada jamnya selama 3-5 hari.
Rasional : Diberikan untuk menurunkan nyeri dan spasme otot. Penelitian toradol telah
diperbaiki menjadi lebih efektif dalam menghilangkan nyeri tulang, dengan masa kerja
lebih lama dan sedikit efek samping bila dibandingkan dengan agen narkotik.
Berikan/awasi analgesik yang dikontrol pasien (ADP) bila indikasi.
Rasional : Pemberian rutin ADP mempertahankan kadar analgesik darah adekuat,
mencegah fluktuasi dalam penghilangan nyeri sehubungan dengan tegangan otot/spasme.
Risiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan
penurunan/interupsi aliran darah: cedera vaskular langsung, edema berlebihan, pembentukan
thrombus; hipovolemia.
Tujuan : Tidak terjadi disfungsi neurovaskuler perifer.
Kriteria hasil : Mempertahankan perfusi jaringan dibuktikan oleh terabanya nadi, kulit
hangat atau kering, sensasi normal, sensori biasa, tanda vital stabil dan haluaran urine
adekuat untuk situasi individu.
Intervensi :
Mandiri
Lepaskan hiasan dari ekstermitas yang sakit.
Rasional : Dapat membendung sirkulasi bila terjadi edema.
Evaluasi adanya/kualitas nadi perifer distal terhadap cedera melalui palpasi atau doopler.
Bandingkan dengan ekstermitas yang sakit.
Rasional : Penurunan atau tak adanya nadi menggambarkan cedera vaskuler dan
perlunya evaluasi medik segera terhadap status sirkulasi. Waspadai bahwa kadang-
kadang nadi dapat terhambat oleh bekuan halus di mana pulsasi mungkin teraba. Selain
itu, perfusi melalui arteri lebih besar dapat berlanjut setelah meningkatnya tekanan
kompartemen yang telah mengempiskan sirkulasi arteriol/venula otot.
Kaji aliran kapiler, warna kulit, dan kehangatan distal pada fraktur.
Rasional : Kembalinya warna harus cepat (3-5 detik). Warna kulit putih menunjukan
gangguan arterial. Sianosis diduga ada gangguan vena.
Lakukan pengkajian neuromuskuler. Perhatikan perubahan fungsi motorik/sensori. Minta
pasien untuk melokalisasi nyeri atau ketidaknyamanan.
Rasional : Gangguan perasaan kebas, kesemutan peningkatan atau penyebaran nyeri
terjadi bila sirkulasi pada saraf tidak adekuat atau saraf rusak.
Tes sensasi saraf perifer dengan menusuk pada kedua selaput antara ibu jari pertama dan
kaji kemampuan untuk dorsofleksi ibu jari bila diindikasikan.
Rasional : Panjang dan posisi saraf perineal meningkatkan risiko cedera pada adanya
fraktur kaki, edema atau malposisi alat traksi.
Kaji jaringan sekitar akhir gips untuk titik yang kasar atau tekanan.
Rasional : Faktor ini mengindikasikan tekanan jaringan atau iskemia, menimbulkan
kerusakan atau nekrosis.
Awasi posisi atau luka cincin penyokong bebat.
Rasional : Alat traksi dapat menyebabkan tekanan pada pembuluh darah/saraf, terutama
pada aksila dan lipat paha, mengakibatkan iskemia dan kerusakan saraf permanen.
Pertahankan peninggian ekstermitas cedera kecuali dikontraindikasikan dengan
menyakinkan pasien adanya sindrom kompartemen.
Rasional : Meningkatkan drainase vena atau menurunkan edema.
Kaji keseluruhan panjang ekstermitas yang cedera untuk pembengkakan/pembentukan
edema.
Rasional : Peningkatan lingkar ekstermitas yang cedera dapat di duga ada pembengkakan
jaringan atau edema umum tetapi dapat menunjukan perdarahan.
Perhatikan keluhan nyeri ekstrem untuk tipe cedera atau peningkatan nyeri pada gerakan
pasif ekstermitas, terjadinya parestesia, tegangan otot/nyeri tekan dengan eritema dan
perubahan nadi distal.
Rasional : Perdarahan edema berlanjut dalam otot tertutup dengan fasia ketat dapat
menyebabkan gangguan aliran darah dan iskemia miositis/sindrom kompartemen, perlu
intervensi darurat untuk menghilangkan tekanan/memperbaiki sirkulasi.
Selidiki tanda iskemia ekstermitas tiba-tiba, contoh penurunan suhu kulit dan
peningkatan nyeri.
Rasional : Dislokasi fraktur sendi (khususnya lutut) dapat menyebutkan kerusakan arteri
yang berdekatan, dengan akibat hilangnya darah ke distal.
Dorong secara rutin latihan jari/sendi distal cedera. Ambulasi sesegera mungkin.
Rasional : Meningkatkan sirkulasi dan menurunkan pengumpulan darah khususnya pada
ekstermitas bawah.
Selidiki nyeri tekan, pembengkakan pada dorsofleksi kaki (tanda human positif).
Rasional : Terdapat peningkatan potensial untuk tromboflebitis dan emboli paru pada
pasien imobilisasi selama 5 hari atau lebih.
Awasi tanda-tanda vital. Perhatikan tanda-tanda pucat/sianosis umum, kulit dingin,
perubahan mental.
Rasional : Ketidakadekuatan volume sirkulasi akan mempengaruhi sistem perfusi
jaringan.
Tes feses atau aspirasi gaster terhadap darah nyata. Perhatikan perdarahan lanjut pada sisi
trauma atau injeksi dan perdarahan terus-menerus dari membrane mukosa.
Rasional : Peningkatan insiden perdarahan gaster menyertai fraktur/trauma dan dapat
berhubungan dengan stress dan kadang-kadang menunjukan gangguan pembekuan yang
memerlukan intervensi lanjut.
Kolaborasi
Berikan kompres es pada sekitar fraktur sesuai indikasi.
Rasional : Menurunkan edema/pembentukan hematoma yang dapat mengganggu
sirkulasi.
Bebat/buat spalk sesuai kebutuhan.
Rasional : Mungkin dilakukan pada keadaan darurat untuk menghilangkan restriksi
sirkulasi yang diakibatkan oleh pembentukan edema pada ekstermitas yang cedera.
Kaji/awasi tekanan intrakompartemen.
Rasional : Peninggian tekanan (biasanya sampai 30 mm Hg atau lebih) menunjukan
kebutuhan evaluasi segera dan intervensi.
Siapkan untuk intervensi bedah (contoh, fibulektomi atau fasiotomi) sesuei indikasi.
Rasional : Kegagalan untuk menghilangkan tekanan atau memperbaiki sindrom
kompartemen dalam 4 sampai 6 jam dari timbulnya dapat mengakibatkan kontraktur
berat/kehilangan fungsi dan kecacatan ekstermitas distal cedera atau perlu amputasi.
Awasi Hb atau Ht, pemeriksaan koagulasi, contoh kadar protrombin.
Rasional : Membantu dalam kalkulasi hilangnya darah dan membutuhkan keefektifan
terapi pergantian.
Berikan warfarin natrium (Coumadin) bila diindikasikan.
Rasional : Mungkin diberikan secara profilaktik untuk menurunkan thrombus vena
dalam.
Berikan kaus kaki antiembolitik/tekanan berurutan sesuai indikasi.
Rasional : Menurunkan pengumpulan vena dan dapat meningkatkan aliran balik vena,
sehingga menurunkan risiko pembentukan thrombus.
Risiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan aliran;
darah/emboli lemak; perubahan membran alveolar/kapiler; interstisial, edema paru, kongesti.
(1) Tujuan : Kerusakan pertukaran gas membaik.
(2) Kriteria hasil : Fungsi pernapasan adekuat dibuktikan oleh adanya dispnea/sianosis:
frekuensi pernapasan dan GDA dalam batas normal.
(3) Intervensi :
Mandiri
Awasi frekuensi pernapasan dan upayanya. Perhatikan stridor, penggunaan otot
bantu,retraksi, terjadinya sianosis sentral.
Rasional : Takipnea, dispnea, dan perubahan dalam mental dan tanda dini insufiensi
pernapasan dan mungkin hanya indikator terjadinya emboli paru ada tahap awal.
Auskultasi bunyi napas perhatikan terjadinya ketidaksamaan, bunyi hiperesonan, juga
adanya gemericik/ronkhi/mengi dan inspirasi mengorok atau bunyi sesak napas.
Rasional : Perubahan dalam atau adanya bunyi adventisius menunjukan terjadinya
komplikasi pernapasan, contoh atelekstatis, pneumonia, emboli, SDPD.
Atasi jaringan cedera tulang dengan lembut, khususnya selama beberapa hari pertama.
Rasional : Ini dapat mencegah terjadinya emboli lemak (biasanya terlihat pada 12-72 jam
pertama), yang erat berhubungan dengan fraktur, khususnya tulang panjang dan pelvis.
Instruksikan dan bantu dalam latihan napas dalam dan batuk, reposisi dengan sering.
Rasional : Meningkatkan ventilasi alveolar dan perfusi, reposisi meningkatkan drainase
secret dan menurunkan kongesti pada area paru dependen.
Perhatikan peningkatan kegelisahan, kacau, letargi, stupor.
Rasional : Gangguan pertukaran gas atau adanya emboli paru dapat menyebabkan
penyimpangan pada tingkat kesadaran pasien seperti terjadinya hipoksemia/asidosis.
Observasi sputum atau tanda adanya darah.
Rasional : Hemodialisa dapat terjadi dengan emboli paru.
Inspeksi kulit untuk petekie di atas garis putting; pada aksila, meluas ke abdomen atau
tubuh; mukosa mulut, palatum keras; kantung konjungtiva dan retina.
Rasional : Ini adalah karateristik paling nyata dari tanda emboli lemak, yang tampak 2-3
hari setelah cedera.

Kolaborasi
Bantu dalam spirometri insentif.
Rasional : Memaksimalkan ventilasi atau oksigenasi dan meminimalkan atelekstatis.
Berikan O2 tambahan bila diindikasikan.
Rasional : Meningkatkan sediaan O2 untuk oksigenasi optimal Jaringan.
Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh seri GDA.
Rasional : Menurunkan PaO2 dan peningkatan PaCO2 menunjukan gangguan pertukaran
gas atau terjadinya kegagalan.
Hb, kalsium, LED, lipase serum, lemak, trombosit.
Rasional : Anemia, hipokalsemia, peningkatan LED dan kadar lipase, gelembung lemak
dalam darah/urine/sputum dan penurunan jumlah trombosit (trombositopenia) sering
berhubungan dengan emboli lemak.
Berikan obat sesuai indikasi : Heparin dosis rendah
Rasional : Blok siklus pembekuan dan mencegah bertambahnya pembekuan pada adanya
trombofebitis.
Kortikosteroid
Rasional : Steroid telah digunakan dengan beberapa keberhasilan untuk mencegah atau
mengatasi emboli lemak.
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka neurumuskular; nyeri atau
ketidaknyamanan; terapi restriktif (imobilisasi tungkai).
Tujuan : Meminimalkan kerusakkan mobilitas fisik.
Kriteria hasil : Peningkatan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin.
Mempertahankan posisi fungsional.
Meningkatkan fungsi yang sakit dan mengkompensasi bagian tubuh.
Menunjukan teknik yang memampukan melakukan aktivitas.
(3) Intervensi :
Mandiri
Kaji derajat imobilitas yang dihasilkan oleh cedera/pengobatan dan perhatikan persepsi
pasien terhadap imobilisasi.
Rasional : Pasien mungkin dibatasi oleh pandangan diri/persepsi diri tentang keterbatasan
fisik actual, memerlukan informasi atau intervensi untuk meningkatkan kemajuan
kesehatan
Dorong partisipasi pada aktivitas terapeutik atau rekreasi. Pertahankan rangsang
lingkungan contoh, radio, TV, Koran, barang milik pribadi atau lukisan, jam, kalender,
kunjungan keluarga atau teman.
Rasional : Memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energy, memfokuskan kembali
perhatian, meningkatkan rasa control diri atau harga diri dan membantu menurunkan
isolasi sosial.
Instruksikan pasien dan bantu dalam rentang gerak/aktif pada ekstermitas yang sakit dan
yang tak sakit.
Rasional : Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan tonus otot,
mempertahankan gerak sendi; mencegah kontraktur/atrofi dan resorpsi.
Dorong penggunaan latihan isometric mulai dengan tungkai yang sakit.
Rasional : Kontraksi otot isometric tanpa menekuk sendi/membantu mempertahankan
kekuatan dan massa otot.
Berikan papan kaki, bebat pergelangan, gulungan trokhanter/tangan yang sesuai.
Rasional : Berguna dalam mempertahankan posisi fungsional ekstermitas, tangan/kaki
dan mencegah komplikasi (contoh kontraktur/kaki jatuh)
Tempatkan pada posisi terlentang secara periodic bila mungkin, bila traksi digunakan
untuk menstabilkan fraktur tungkai bawah.
Rasional : Menurunkan resiko kontraktur tungkai bawah.
Instruksikan atau dorong menggunakan trapeze dan pasca posisi untuk fraktur tungkai
bawah.
Rasional : Memudahkan gerakan selama perawatan kulit dan penggantian linen;
menurunkan ketidaknyamanan dengan tetap datar ditempat tidur.
Bantu/dorong perawatan diri/kebersihan diri.
Rasional : Meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi, meningkatkan kesehatan diri
langsung.
Berikan atau bantu dalam mobilisasi denga kursi roda, kruk, tongkat, sesegera mungkin.
Rasional : Mobilisasi dini menurunkan komplikasi tirah baring dan meningkatkan
penyembuhan.
Awasi TD dengan melakukan aktivitas.
Rasional : Hipotensi postural adalah masalah umum menyertai tirah baring dan
memerlukan intervensi khusus.
Ubah posisi secara periodic dan dorong untuk latihan batuk/napas dalam.
Rasional : Mencegah atau menurunkan insiden komplikasi kulit/pernapasan.
Auskultasi bising usus. Kebiasaan eliminasi dan berikan keteraturan defekasi rutin.
Rasional : perubahan dalam kebiasaan diet dapat memperlambat peristaltik usus dan
menghasilkan konstipasi. Tindakan keperawatan yang memudahkan eliminasi dapat
mencegah atau membatasi komplikasi.
Dorong masukan cairan sampai 2000-3000 ml/hari, termasuk air asam atau jus.
Rasional : Mempertahankan hidrasi tubuh, menurunkan resiko infeksi urinarius,
pembentukan batu dan konstipasi.
Berikan diet tinggi protein, karbohidrat, vitamin dan mineral, pertahankan penurunan
protein sampai setelah defekasi pertama.
Rasional : Pada adanya cedera musculoskeletal. Nutrisi yang diperlukan untuk
penyembuhan berkurang dengan cepat, sering mengakibatkan penurunan berat badan
sebanyak 20-30 pon selama traksi tulang.
Tingkatkan jumlah diet kasar. Batasi makanan pembentuk gas.
Rasional : Penambahan bulk pada feses membantu mencegah konstipasi.
Kolaborasi
xvi. Konsul dengan ahli terapi fisik/okupasi dan rehabilitasi spesialis.
Rasional : Berguna dalam membuat aktivitas individual/program latihan.
Rujuk keperawat spesialis psikiatrik klinikal atau ahli terapi sesuai indikasi.
Rasional : Pasien/orang terdekat memerluka tindakan intensif lebih untuk menerima
kenyataan kondisi/prognosis, imobilisasi lama, mengalami kehilangan kontrol
Kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan cedera tusuk; fraktur terbuka, bedah
perbaikan; pemasangan traksi pen, kawat, sekrup; perubahan sensasi, sirkulasi; akumulasi
ekskresi/sekret; imobilisasi fisik.
Tujuan : Integritas kulit/ jaringan membaik.
Kriteria hasil : Ketidaknyamanan hilang, luka sembuh sesuai waktu dan tidak terjadi
lesi.
Mencegah kerusakan kulit dan memudahkan penyembuhan sesuai indikasi.
Intervensi :
Mandiri
Kaji kulit untuk luka terbuka, benda asing, kemerahan, perdarahan, perubahan warna,
kelabu, memutih.
Rasional : Memberikan informasi tentang sirkulasi kulit dan masalah yang mungkin
disebabkan oleh alat pemasangan gips atau traksi.
Masase kulit dan penonjolan tulang.
Rasional : Menurunkan tekanan pada area yang peka dan resiko abrasi/kerusakan kulit.
Kaji posisi cincin bebat pada alat traksi.
Rasional : Posisi yang tak tepat dapat menyebabkan cedera kulit/kerusakan.
Ubah posisi dengan sering.
Rasional : Mengurangi tekanan konstan pada area yang sama dan meminimalkan resiko
kerusakan kulit.
Penggunaan gips dan perawatan kulit.
Bersihkan kulit dengan sabun dan air. Gosok perlahan dengan alkohol dan bedak dengan
jumlah sedikit borat atau stearat seng.
Rasional : Memberikan gips tetap kering, dan area bersih
Potong pakaian dalam yang menutupi area dan perlebar beberapa inci diatas gips.
Rasional : Berguna untuk bantalan tonjolan tulang, mengakhiri akhir gips, dan
melindungi kulit.
Gunakan telapak tangan untuk memasang, pertahankan atau lepaskan gips dan dukung
bantal setelah pemasangan.
Rasional : Mencegah perlekukan atau pendataran diatas tonjolan tulang dan area
menyokong berat badan (contoh punggung, tumit) yang akan menyebabkan abrasi/trauma
jaringan.
Potong kelebihan plester dari akhir gips sesegera mungkin saat gips lengkap.
Rasional : Plester yang lebih dapat mengiritasi kulit dan dapat mengakibatkan abrasi.
Tingkatkan pengeringan gips dengan mengangkat linen tempat tidur, memajankan pada
sirkulasi udara.
Rasional : Mencegah kerusakan kulit yang dapat disebabkan oleh tertutup pada
kelembapan di bawah gips dalam jangka lama.
Observasi untuk potensial area yang tertekan, khususnya pada akhir dan bawah
bebatan/gips.
Rasional : Tekanan dapat menyebabkan ulserasi, nekrosis, dan kelumpuhan saraf.
Beri bantalan (petal) pada akhir gips dengan plester tahanan air.
Rasional : Memberikan perlindungan efektif pada lapisan gips dan kelembapan.
Bersihkan kelebihan plester dari kulit saat masih basah, bila mungkin.
Rasional : Plester yang kering dapat melekat kedalam gips yang telah lengkap dan
menyebabkan kerusakan kulit.
Lindungi gips dan kulit pada area perineal. Berikan perawatan sering.
Rasional : Mencegah kerusakan jaringan dan infeksi oleh kontaminasi fekal.
Instruksikan pasien/orang terdekat untuk menghindari memasukan objek kedalam gips.
Rasional : sakit gesekan dapat menyebabkan cedera jaringan.
Masase kulit pada sekitar akhir gips dengan alkohol.
Rasional : Mempunyai efek pengering, yang menguatkan kulit.
Balik pasien dengan sering untuk melibatkan sisi yang tak sakit dan posisi tengkurap
dengan kaki pasien diatas kasur.
Rasional : Meminimalkan tekanan pada kaki dan sekitar tepi gips.
Traksi kulit dan perawatan kulit.
Bersihkan kulit dengan air sabun hangat.
Rasional : Menurunkan kadar kontaminasi kulit.
Berikan tintur bezoin.
Rasional : kekuatan kulit untuk penggunaan traksi kulit.
Gunakan plester traksi kulit (buat beberapa strip moleskin/plester perekat) memanjang
pada sisi tungkai yang sakit.
Rasional : Plester traksi melingkari tungkai dapat mempengaruhi sirkulasi.
Lebarkan plester sepanjang tungkai.
Rasional : Traksi dimasukan dalam garis dengan akhir plester yang bebas.
Tandai garis di mana plester keluar sepanjang ekstermitas.
Rasional : Memungkinkan untuk pengkajian cepat terhadap benda yang terselip.
Letakan bantalan pelindung di bawah kaki dan di atas tonjolan tulang.
Rasional : Meminimalkan tekanan pada area ini.
Balut lingkar tungkai, termasuk plester dan bantalan, dengan verban elastik, hati-hati
untuk membalut dengan rapat tetapi tidak terlalu ketat.
Rasional : Memberikan tarikan traksi yang tepat tanpa mempengaruhi sirkulasi.
Palpasi jaringan yang diplester tiap hari dan catat adanya nyeri tekan atau nyeri.
Rasional : Bila area di bawah plester nyeri tekan, diduga ada iritasi kulit dan siapkan
untuk membuka sistem balutan.
Lepaskan traksi kulit tiap 24 jam, sesuai protokol, inspeksi dan berikan perawatan kulit.
Rasional : Mempertahankan integritas kulit.
Traksi tulang dan perawatan kulit.
Tekuk ujung kawat atau tutup ujung kawat atau pen dengan karet atau gabus pelindung
atau tutup jarum.
Rasional : Mencegah cedera pada bagian tubuh lain.
Beri bantalan atau pelindung dari kulit domba, busa.
Rasional : Mencegah tekanan berlebihan pada kulit meningkatkan evaporasi kelembapan
yang menurunkan risiko ekskoriasi.
Kolaborasi
Gunakan tempat tidur busa, bulu domba, bantal apung atau kasur udara sesuei indikasi.
Rasional : Karena imobilisasi bagian tubuh, tonjolan tulang lebih dari area yang sakit
oleh gips mungkin sakit karena penurunan sirkulasi.
Buat gips dengan katup tunggal, katup ganda atau jendela, sesuei protokol.
Rasional : Memungkinkan pengurangan tekanan dan memberikan akses untuk perawatan
luka/kulit.
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tak adekuatnya pertahanan primer;
kerusakan kulit, trauma jaringan, terpajan pada lingkungan.
Prosedur invasif, traksi tulang.
Tujuan : Meningkatkan penyembuhan luka dengan benar.
Kriteria hasil : Bebas tanda infeksi/inflamasi, mencapai penyembuhan luka sesuai waktu,
bebas drainase purulen atau eritema, demam.
Intervensi :
Mandiri
Inspeksi kulit untuk adanya iritasi atau robekan kontinuitas.
Rasional : Pen atau kawat tidak harus dimasukan melalui kulit yang terinfeksi.
Kaji sisi pen atau kulit perhatikan keluhan peningkatan nyeri/rasa terbakar atau adanya
edema.
Rasional : Dapat mengindikasikan timbulnya infeksi lokal/nekrosis jaringan, yang dapat
menimbulkan osteomilitis.
Berikan perawatan pen/kawat steril sesuai protokol dan latihan mencuci tangan.
Rasional : Dapat mencegah kontaminasi silang dan kemungkinan infeksi.
Instruksikan pasien untuk tidak menyebutkan sisi insersi.
Rasional : Meminimalkan kesempatan untuk kontaminasi.
Tutupi pada akhir gips peritoneal dengan plastik.
Rasional : Gips yang lembap, padat meningkatkan pertumbuhan bakteri.
Observasi luka untuk pembentukan bulla, krepitasi, perubahan warna kulit kecoklatan,
bau drainase yang tak enak/asam.
Rasional : Tanda infeksi gas gangren.
Kaji tonus otot, reflek tendon dalam dan kemampuan untuk berbicara.
Rasional : Kekakuan otot, spasme tonik otot rahang dan disfagia menunjukan terjadinya
tetanus.
Selidiki tiba-tiba/keterbatasan gerakan dengan edema lokal/eritema ekstermitas cedera.
Rasional : Dapat mengindikasikan terjadinya osteomielitis.
Lakukan prosedur isolasi.
Rasional : Adanya drainase purulen akan memerlukan kewaspadaan luka/linen untuk
mencegah kontaminasi silang.
Kolaborasi
Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh:
Hitung darah lengkap.
Rasional : Anemia dapat terjadi pada osteomielitis, leukositosis, biasanya ada dengan
proses infeksi.
LED.
Rasional:peningkatan pada osteomielitis.
Kultur dan sensitivitas luka atau serum/tulang.
Rasional :Mengidentifikasi organisme infeksi
Skan radioisotop.
Rasional :Titik puas menunjukan peningkatan area vaskularitas.
Berikan obat sesuei indikasi, contoh :
Antibiotik
Rasional : Antibiotik spectrum luas dapat digunakan secara profilaktik atau dapat
ditujukan pada mikroorganisme khusus.
Tetanus toksoid
Rasional : Diberikan secara profilaktif karena kemungkinan adanya tetanus pada luka
terbuka.
Berikan irigasi luka/tulang dan berikan sabun basah/hangat sesuai indikasi.
Rasional : Debridemen lokal/pembersihan luka menurunkan mikroorganisme dan insiden
infeksi sistemik.
Bantu prosedur contoh insisi, drainase pemsangan drain, terapi O2 hiperbarik.
Rasional : Banyak prosedur pada pengobatan infeksi lokal, osteomielitis, gangren gas.
Siapkan pembedahan sesuei indikasi.
Rasional : Sequestrektomi (pengangkatan tulang nekrotik) perlu untuk membantu
penyembuhan dan mencegah perluasan proses infeksi.
Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan kurang terpanjan/mengingat; salah interpretasi informasi/tidak mengenal sumber
informasi.
Tujuan : Klien memahami tentang manfaat perawatan dan pengobatannya.
Kriteria hasil : Menyatakan pemahaman proses penyakit pengobatan dan potensial
komplikasi, berpartisipasi dalam program pengobatan.
Intervensi :
Mandiri
Kaji ulang patologi, prognosis dan harapan yang akan datang.
Rasional : Memberikan dasar pengetahuan di mana pasien dapat membuat pilihan
informasi.
Beri penguatan metode mobilitas dan ambulasi sesuai instruksi dengan terapis fisik bila
diindikasikan.
Rasional : Banyak fraktur memerlukan gips, bebat atau penjepit selama proses
penyembuhan.
Anjurkan penggunaan Backpack.
Rasional : Memberikan tempat untuk membawa artikel tertentu dan membiarkan tangan
bebas untuk memanipulasi kruk atau dapat mencegah kelelahan otot yang tak perlu bila
satu tangan di gips.
Buat daftar aktivitas di mana pasien dapat melakukan secara mandiri dan yang
memerlukan bantuan.
Rasional : Penyusunan aktivitas sekitar kebutuhan dan yang memerlukan bantuan.
Identifikasi tersedianya sumber pelayanan dimasyarakat, contoh tim rehabilitasi,
pelayanan perawatan di rumah.
Rasional : Memberikan bantuan untuk memudahkan perawatan diri dan mendukung
kemandirian.
Dorong pasien untuk melanjutkan latihan aktif untuk sendi di atas dan di bawah fraktur.
Rasional : Mencegah kekakuan sendi. Kontraktur, dan kelelahan otot, meningkatkan
kembalinya aktivitas sehari-hari secara dini.
Diskusikan pentingnya perjanjian evaluasi klinis.
Rasional : Penyembuhan fraktur memerlukan waktu tahunan untuk sembuh lengkap, dan
kerjasama pasien dalam program pengobatan membantu untuk penyatuan yang tepat dari
tulang.
Kaji ulang perawatan pen/luka yang tepat.
Rasional : Menurunkan resiko trauma tulang atau jaringan dan infeksi yang dapat
berlanjut menjadi osteomielitis.
Identifikasi tanda-tanda dan gejala-gejala yang memerlukan evaluasi medik.
Rasional : Intervensi cepat dapat menurunkan beratnya komplikasi seperti
infeksi/gangguan sirkulasi.
Diskusikan perawatan gips yang hijau atau basah.
Rasional : Meningkatkan pengobatan tepat untuk mencegah deformitas gips dan iritasi
kulit/kesalahan postur.
Anjurkan penggunaan pengering rambut untuk mengeringkan area gips yang lembap.
Rasional : Penggunaan yang hati-hati dapat mempercepat pengeringan.
Demonstrasikan penggunaan kantong plastik untuk menutup plester gips selama cuaca
lembap atau saat mandi. Gips bersih dengan pakaian agak lembap dan bedak penggosok.
Rasional : Melindungi dari kelembapan, yang melunakan plester gips.
Anjurkan penggunaan pakaian yang adaptif.
Rasional : Membantu aktivitas berpakaian atau kerapihan.
Anjurkan cara-cara menutupi ibu jari kaki, bila tepat, contoh sarung tangan atau kaus
kaki halus.
Rasional : Membantu mempertahankan kehangatan atau bmelindungi dari cedera.
Diskusikan intruksi pasca pengangkatan gips.
Instruksikan pasien untuk melanjutkan latihan sesuai izin.
Rasional : Menurunkan kekakuan dan memperbaiki kekuatan serta fungsi ekstermitas
yang sakit.
Informasikan pasien bahwa kulit di bawah gips secara umum lembap dan tertutup dengan
kalus atau serpihan kulit yang mati.
Rasional : Ini akan memerlukan waktu berminggu-minggu sebelum kembali
kepenampilan normal.
Cuci kulit dengan perlahan dengan sabun, povidon iodine (betadin) atau pHisoHex dan
air.
Rasional : Kulit yang baru secara ekstrem nyeri tekan karena telah dilindungi oleh gips.
Informasikan pasien bahwa otot dapat tampak lembek dan atrofi (massa otot kurang).
Rasional : Kekuatan otot akan menurun dan rasa sakit yang baru dan nyeri sementara
sekunder terhadap kehilangan dukungan.
Tinggikan ekstermitas sesuai kebutuhan.
Rasional : Pembengkakan dan edema cenderung terjadi setelah pengangkatan gips.

Anda mungkin juga menyukai