Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Anak merupakan hal yang penting artinya bagi sebuah keluarga. Selain
sebagai penerus keturunan, anak pada akhirnya juga sebagai generasi penerus
bangsa. Oleh karena itu tidak satupun orang tua yang menginginkan anaknya
pada anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh
Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 5 bulan
sampai 4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah
menderita kejang demam. Kejang demam lebih sering didapatkan pada laki-
Sumijati, 2000;72-73)
adanya cacat baik secara fisik, mental atau sosial yang mengganggu
1
Epilepsi merupakan kedaruratan medis yang memerlukan pertolongan segera.
Diagnosa secara dini serta pengelolaan yang tepat sangat diperlukan untuk
menghindari cacat yang lebih parah, yang diakibatkan bangkitan kejang yang
1.2.Tujuan Penulisan
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk menegetahui Asuhan Keperawatan pada kasus Epilepsi di
Ruang Anak RSUD Jend. A.Yani Metro.
2
e. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan
1.3.Manfaat Penulisan
pengobatan.
keluarga
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Pengertian
Epilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-gejala yang
muatan listrik abnormal sel-sel saraf otak, yang bersifat reversibel dengan
berbagai etiologi .
Epilepsi adalah sindroma otak kronis dengan berbagai macam etiologi dengan
ciri-ciri timbulnya serangan paroksismal dan berkala akibat lepas muatan listrik
laboratorik.
Epilepsi dapat menyerang anak-anak, orang dewasa, para orang tua bahkan
2.2. Etiologi
4
5.Tumor Otak
simtomatik akut, dan epilepsi pada anak-anak yang didasari oleh kerusakan
otak pada saat peri- atau antenatal. Dalam klasifikasi tersebut ada dua jenis
epilepsi menonjol, ialah epilepsi idiopatik dan RSE. Dari kedua tersebut
Epilepsi simtomatik yang didasari oleh kerusakan jaringan otak yang tampak
jelas pada CT scan atau magnetic resonance imaging (MRI) maupun kerusakan
otak yang tak jelas tetapi dilatarbelakangi oleh masalah antenatal atau perinatal
dalam kaitannya dengan umur saat awitan mempunyai nilai prediksi sebagai
berikut:
Apabila pada saat lahir telah terjadi defisit neurologik maka dalam waktu 12
bulan pertama seluruh kasus akan mengalami bangkitan ulang, Apabila defisit
neurologik terjadi pada saat pascalahir maka resiko terjadinya bangkitan ulang
adalah 75% pada 12 bulan pertama dan 85% dalam 36 bulan pertama. Kecuali
itu, bangkitan pertama yang terjadi pada saat terkena gangguan otak akut akan
mempunyai resiko 40% dalam 12 bulan pertama dan 36 bulan pertama untuk
5
terjadinya bangkitan ulang. Secara keseluruhan resiko untuk terjadinya
(Tarwoto,2007)
Epilepsi grand mal ditandai dengan timbulnya lepas muatan listrik yang
serebrum, dan bahkan di batang otak dan talamus. Kejang grand mal
Epilepsi ini biasanya ditandai dengan timbulnya keadaan tidak sadar atau
3. Epilepsi Fokal
Epilepsi fokal dapat melibatkan hampir setiap bagian otak, baik regoi
setempat pada korteks serebri atau struktur-struktur yang lebih dalam pada
serebrum dan batang otak. Epilepsi fokal disebabkan oleh resi organik
(Tarwoto,2007)
6
2.4. Patofisiologi
Dispnea O2 Menurun
Parsial Umum
klonik Tonik-klonik
7
Otak merupakan pusat penerima pesan (impuls sensorik) dan sekaligus
merupakan pusat pengirim pesan (impuls motorik). Otak ialah rangkaian berjuta-
juta neuron. Pada hakekatnya tugas neron ialah menyalurkan dan mengolah
aktivitas listrik saraf yang berhubungan satu dengan yang lain melalui sinaps.
sarafi dalam sinaps. Bangkitan epilepsi dicetuskan oleh suatu sumber gaya listrik
saraf di otak yang dinamakan fokus epileptogen. Dari fokus ini aktivitas listrik
tubuh/anggota gerak yang lain pada satu sisi tanpa disertai hilangnya kesadaran.
merangsang substansia retikularis dan inti pada talamus yang selanjutnya akan
(Hidayat,2009)
8
2. 5 Manifestasi klinik
penginderaan.
4. Dapat mengalami Aura yaitu suatu sensasi tanda sebelum kejang epileptik
(Aura dapat berupa perasaan tidak enak, melihat sesuatu, men cium bau-
bauan tak enak, mendengar suara gemuruh, mengecap sesuatu, sakit kepala
dan sebagainya)
(Hidayat,2009)
2. 6 Penatalaksanaan
1) Pengobatan medikamentosa
9
c. Obat yang diberikan sisesuaikan dengan jenis sawan.
dosisnya.
- Phenobarbital (luminal).
- Primidone (mysolin)
phenyletylmalonamid.
10
- Difenilhidantoin (DPH, dilantin, phenytoin).
ialah PH. Berhasiat terhadap epilepsi grand mal, fokal dan lobus
darah.
- Carbamazine (tegretol).
Mempunyaikhasiatpsikotropikyangmungkindisebabkanpengontrol
anbangkitanepilepsiitusendiriataumungkinjugacarbamazinemema
gangguanfungsi hati.
- Diazepam.
rektal.
- Nitrazepam (inogadon).
Terutamadipakaiuntukspasmeinfantildanbangkitanmioklonus.
- Ethosuximide (zarontine).
- Na-valproat (dopakene)
11
obat pilihan kedua pada petit mal
- Acetazolamide (diamox).
Kadang-
kadangdipakaisebagaiobattambahandalampengobatanepilepsi.Zat
keadaan hiperpolarisasi.
- ACTH
Seringkalimemberikanperbaikan yang
dramatispadaspasmeinfantil.
(Hidayat,2009)
2)Pengobatan Psikososial.
sebagian besar akan terbebas dari sawan. Pasien harus patuh dalam menjalani
pengobatannya sehingga dapat bebas dari sawan dan dapat belajar, bekerja dan
berikutnya.
12
- Beri oksigen lewat kanul nasal atau masker, atur posisi kepala dan jalan
- Pasang jalur intravena dengan NaC10,9%, periksa gula darah, kimia darah,
intravena.
sampai maksimum 20 mg. Jika serangan masih ada setelah 5 menit, dapat
dan 1 mg/kbBB/menit pada anak; monitor EKG dan tekanan darah selama
pemberian.
Jika status masih berlanjut setelah fenitoin 20 mg/kg maka berikan fenitoin
13
berikan bantuan ventilasi (intubasi). Jika status menetap, anestasia umum
a. Berikan privasi dan perlindungan pada pasien dari penonton yang ingin
e. Jika pasien ditempat tidur singkirkan bantal dan tinggikan pagar tempat
tidur.
f. Jika aura mendahului kejang, masukkan spatel lidah yang diberi bantalan
untuk memasukkan sesuatu, gigi yang patah cidera pada bibir dan lidah
h. Tidak ada upaya dibuat untuk merestrein pasien selama kejang karena
i. Jika mungkin tempatkan pasien miring pada salah satu sisi dengan kepala
14
pengeluaran salifa dan mucus. Jika disediakan pengisap gunakan jika perlu
j. Setelah kejang: pertahankan pasien pada salah satu sisi untuk mencegah
ekonfusi setelah kejang grand mal. Periode apnoe pendek dapat terjadi
selama atau secara tiba-tiba setelah kejang. Pasien pada saat bangun harus
2. 7 Pemeriksaan Diagnostik
aktivitas kejang.
kejang.
4. Sel Darah Merah : Anemia Aplastik mungkin sebagai akibat terapi obat.
5. Kadar obat pada serum: Untuk membuktikan batas obat anti epilepsi.
tersebut.
karakteristik dari gelombang pada masing masing tipe dari aktivitas kejang
tersebut.
15
9. Pemantauan video EEG 24 jam : dapat mengidentifikasikan fokus kejang
secara tepat.
16
2.8.ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN EPILEPSI
1. Pengkajian
faktor atau kejadian yang dapat menimbulkan kejang. Asupan alkohol dicatat.
c. pengalaman kerja
e. Obsevasi dan pengkajian selama dan setelah kejang akan membantu dalam
1. Selama serangan :
d.disertai komponen motorik seperti kejang tonik, kejang klonik, kejang tonik-
f.mulut berbuih.
17
i.mata atau kepala menyimpang pada satu posisi.
j.Berapa lama gerakan tersebut, apakah lokasi atau sifatnya berubah pada satu
keadaan emosional.
2. Sesudah serangan
c.Sesudah serangan pasien masih ingat yang terjadi sebelum, selama dan
sesudah serangan.
maupun visual.
18
4. Riwayat Penyakit
b.Padausiaberapaseranganpertama.
c.Frekuensi serangan.
5. Riwayat kesehatan
c.Tumor intrakranial.
6. Riwayat kejang
b. Dosis obat
19
8.Pemeriksaan fisik
a.Tingkat kesadaran
c.Perubahan pupil
d.Garakan motorik
f.Apnea
g.Cyanosis
h.Saliva banyak
9. Psikososial
a. Usia
b.Jenis kelamin
c.Pekerjaan
b. Kondisi kronik
(Utopias,2008)
20
2. Diagnosa Keperawatan secara teoritis
21
3. Rencana asuhan Keperawatan Teoritis
INTERVENSI RASIONAL
22
2. Termogulasi tidak efektif : Hipertermi berhubungan dengan peningkatan
metabolik, proses infeksi
Kriterua hasil : Demam berkurang, suhu normal 36,5 37,5 C , Nadi dan
RR normal, tidak ada perubahan warna kulit
INTERVENSI RASIONAL
23
1. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan perubahan kesadaran, keruskan
kognitif selama kejang, atau kerusakan mekanisme perlindungan diri dan
aktivitas kejang yang terkontrol ( gangguan keseimbangan )
Kriteria Hasil : tidak terjadi cidera fisik pada klien, klien dalam kondisi
aman, tidak ada memar dan tidak ada resiko terjatuh.
INERVENSI RASIONAL
3. Letakkan klien ditempat tidur 3. Area yang rendah dan datar dapat
yang rendah & datar mencegah terjadinya cidera pada
klien
24
4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan berhubungan
dengan kurang pemanjaan, kesalahan interprestasi, kurang mengingat.
INTERVENSI RASIONAL
1. Jelaskan mengenai prognosis 1. Memberikan kesempatan untuk
penyakit dan perlunya mengklarifikasi kesalahan
pengobatan persepsi & keadaan penyakit yang
ada
25
2.3.4 Pelaksanaan
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan
dapat bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan
perlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien ( Santosa. NI,
1989;162 )
2.3.5 Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut
pengumpulan data subyektif dan obyektif yang akan menunjukkan apakah
tujuan pelayanan keperawatan sudah dicapai atau belum. Bila perlu
langkah evaluasi ini merupakan langkah awal dari identifikasi dan analisa
masalah selanjutnya ( Santosa.NI, 1989;162).
26
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.B
Dengan Diagnosa MedisEpilepsi
3.1. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS PASIEN
No. MR : 235615
Nama : An.B
Usia : 5 bulan
Agama : Islam
27
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
Keluhan utama masalah kesehatan yang dialami oleh An.B adalah Kejang
Demam.
Masalah yang dialami oleh An.B saat ini adalah Kejang Demam. Ibu klien
ketika dirumah saat terjadi kejang pada An.B berlangsung selama kira-kira
3-5 menit dan biasanya terjadi di pagi hari dan di sore hari. Ibu klien juga
pagi hari dan di sore hari.Kejang yang dialami An.B selalu disertai dengan
demam tinggi dan terdengar ada suara batuk yang di sertai dengan adanya
penumpukan sekret.
a) Prenatal
28
hipertensi namun klien tidak memiliki riwayat jatuh ataupun riwayat
kecelakaan.
b) Intranatal
c) Postnatal
melakukan tindakan operasi apapun, tidak ada riwayat alergi, tidak ada
Dan ibu klien juga mengatakan sampai dengan usia An.B 5 bulan saat
29
3. RIWAYAT KELUARGA
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Tinggal 1 rumah
: Keturunan
: Pernikahan
: Klien
An. B adalah anak kedua dari dua orang bersaudara, An.B tinggal bersama
kedua orang tuannya yaitu ayah dan ibunya beserta kakak laki-lakinya. Ibu
An.B mengatakan bahwa didalam keluarganya tidak ada riwayat kejang yang
seperti dialami An.B saat ini. Namun Ibu klien mengatakan bahwa sebelumnya
30
kakak An.B ketika berusia 2 tahun juga pernah mengalami kejang, namun tidak
sampai dibawa kerumah sakit dan dirawat berhari-hari seperti An.B saat ini.
4. RIWAYAT SOSIAL
Ibu An.B mengatakan bahwa sejak kecil kedua orang tuanyalah yang merawat,
Hubungan An.B didalam keluarga nya sangat baik, kehadiran An.B di tengah-
tengah keluarga nya sangat diterima dengan baik. Banyak diantara keluarga-
menggendong An.B. An.B anak yang cukup kooperatif, tidak rewel dan jarang
5. KEBUTUHAN DASAR
a. Pola Makan
Ibu An.B mengatakan karena saat ini usia An.B masih 5 bulan,jadi ibu
31
b. Pola Tidur
An.B tidak memiliki kebiasaan apapun sebelum tidur. ibu klien mengatakan
jika sebelum tidur siang ataupun malam hari An.B minum ASI. Tidur An.B
dirasa cukup baik tidak ada masalah dan tidak ada gangguan apapun saat
c. Mandi
An.B mandi 2x dalam sehari dengan menggunakan washlap dan air hangat.
d. Aktivitas Bermain
Ibu An.B mengatakan dalam kesehariannya An.B adalah anak yang cukup
aktif dan kooperatif. An.B saat ini belum bisa menggunakan alat-alat
mulutnya dan kini An.B sedang pada masa tahapan Tumbuh kembang
belajar telengkup.
e. Eliminasi
Ibu An.B mengatakan kebiasaan BAK dalam keseharian An.B 4-6x dalam
sehari. Konsistensi urine berwarna kuning, dengan bau yang khas, kira-kira
100cc/hari.
Untuk BAB ibu klien dalam sehari 1-2x/sehari dengan konsistensi cair
warna kuning kecoklatan dengan bau yang khas. dan ibu An.B juga
32
6. KEADAAN KESEHATANSAATINI
a. Diagnosamedisawaltanggal21april214KejangDemam
c. Status nutrisi
Ibu An.B mengatakan karena saat ini usia An.B masih 5 bulan,jadi ibu
d. Status cairan
e. Obat-obatan
1) Ampicilin 3x150 mg
33
f. Hasil Laboratorium tanggal 20 april 2014
g. Pemeriksaan EEG
Dari hasil pemeriksaan EEG yang telah dilakukan pada tanggal 23 April
2014 menunjukkan hasil bahwa An.B dinyatakan hasil EEG abnormal yang
34
7. PEMERIKSAAN FISIK
No Pemeriksaan Hasil
a. Tanda-tanda vital
Nadi 120x/menit
RR 42x/menit
Suhu 37.7 OC
Panjang Badan 58 cm
b. Kepala-leher
35
c. Thorax/paru-paru RR= 42x/menit, Retraksi dinding dada (-),
d. Jantung Perifer :
Jantung :
HR=120x/menit
hemoroid
36
8. PEMERIKSAAN NEOROLOGIS
37
a. Kemandirian dan bergaul
Klien saat ini masih dalam tahap tumbang bayi berusia 5 bulan
dansaatinikemampuankemandiriankliensudahmampumeraihbenda yang
b. Motorik halus
diberikanpadanya.
d. Motorik kasar
38
b. Pengkajian fungsi motorik
39
c. Pengkajian fungsi sensorik
N. III Okumolotorius Memeriksa ukuran dan reaksi pupil, Respon pupil terhadap
dan periksa kelopak mata terhadap cahaya (+), ukuran
posisi pupil 2mm, posisi
kelopak mata simetris
dan sejajar dengan garis
telinga
40
N. XVagus Kemampuan terhadap reflek Reflek menelan (+) saat
menelan spatel dimasukkan
kedalam mulut si anak
9. KEBUTUHAN CAIRAN
a. Intake
1) Minum 750cc
41
Jumlah volume cairan infus yang telah masuk ke
tubuh pasien adalah
= BB 10 Kg I x 100 cc
= 8.5 Kg x 100 cc
= 850 cc/hari
= 1730 cc/hari
b. Output
2) Urine = 2 cc / Kg BB / jam
= 2 cc x 8.5 Kg / jam
= 17 cc / jam
= 17 cc x 24 jam
= 408 cc / hari
42
c. IWL
= ( 30 5 bulan ) x 8.5 Kg
12 bulan
=30 5 = 360 5
12 12 12
= 355 x 8.5
12
= 251 cc
= 1730 cc 659 cc
= 1071 cc
= 251 + 180
= 431 cc
43
pukul 09.00 WIB
= 251 + 340 x 10 %
= 251 + 34
= 285 cc
= 251 + 520 x 10 %
= 251 + 52
= 303 cc
44
3.2. ANALISA DATA
45
2 DS: Termogulasi tidak Peningkatan
- Ibu klien mengatakan efektif metabolic
demam An.B semalam
saat sebelum dibawa ke proses infeksi
Rumah Sakit.
- Ibu Klien mengatakan peningkatan suhu
An.B mengalami demam
setelah 2x mengalami
Kejang
- Ibu Klien mengakatan
kondisi demam yang saat
ini dialami oleh An.B
membuat klien menjadi
gelisah
DO :
- Klien tampak lemas &
lemah
- Suhu An.B (21/04/2014)
Pagi : 37,7 C
Siang : 38,5 C
- Klien An.B tampak
Gelisah
- Klien tampak banyak
mengeluarkan keringat
- Mukosa bibir pucat
46
3 DS: Resiko Terhadap Perubahan
- Ibu An.B mengatakan cidera kesadaran
An.B sebelumnya tidak
pernah mengalami kejang kerusakan kognitif
- Ibu An.B kejang yang di selama kejang
alami An.B sebelum
dibawa Ke Rumah Sakit kerusakan
sudah 2x terjadi yaitu pagi mekanisme
& siang. perlindungan diri
- Ibu An.B mengatakan saat
kejang tubuh anaknya aktivitas kejang
bergetar & kakinya yang tidak terkontrol
menendang-nendang
- Ibu An.B mengatakan
kejang yang terjadi
berlangsung kira-kira 5
menit
DO:
- Klien tampak terlihat
gelisah
- Klien terlihat saat demam
tubuhnya bergetar
- Kejang berlangsung 5
menit
- Saat kejang terlihat
ibunya memasukkan kain
kedalam mulutnya
47
4 DS: Kurang pengetahuan Kurang pemajaran
- Ibu klien mengatakan mengenai kondisi
tidak tahu apa yg terjadi dan aturan kesalahan
pada An.B pengobatan interpretasi
- Ibu klien mengatakan informasi
setiap An.B kejang, ibu
klien selalu panik kurang mengingat.
- Ibu klien mengatakan jika
An.B kejang tidak tahu
apa yang harus dilakukan
DO:
- Ibu klien tampak terlihat
bingung & sangat panik
saat An.B kejang
- Ibu klien tampak terlihat
cemas & takut jika An.B
kembali kejang
48
3.4. RENCANA KEPERAWATAN
INTERVENSI RASIONAL
49
2. Termogulasi tidak efektif : peningkatan suhuberhubungan dengan
peningkatan metabolik, proses infeksi
Kriterua hasil : Demam berkurang, suhu normal 36,5 37,5 C , Nadi dan
RR normal, tidak ada perubahan warna kulit
INTERVENSI RASIONAL
50
3. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan perubahan kesadaran, keruskan
kognitif selama kejang, atau kerusakan mekanisme perlindungan diri dan
aktivitas kejang yang terkontrol ( gangguan keseimbangan )
Kriteria Hasil : tidak terjadi cidera fisik pada klien, klien dalam kondisi
aman, tidak ada memar dan tidak ada resiko terjatuh.
INERVENSI RASIONAL
3. Letakkan klien ditempat tidur 3. Area yang rendah dan datar dapat
yang rendah & datar mencegah terjadinya cidera pada
klien
51
4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan berhubungan
dengan kurang pemanjaan, kesalahan interprestasi, kurang mengingat.
INTERVENSI RASIONAL
1. Jelaskan mengenai prognosis 1. Memberikan kesempatan untuk
penyakit dan perlunya mengklarifikasi kesalahan persepsi
pengobatan & keadaan penyakit yang ada
52
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi Paraf
& jam
Senin,
21/04/2014
53
- Pukul 19.30 WIB telah
dilakukan penghisapan
secret dengan
menggunakan mesin
suction
- Klien terpasang oksigen 1
liter/menit nasal kanul
Analisis :
- Masalah bersihan jalan
nafas tidak efektif teratasi
sebagian
Planing :
- Lanjutkan Intervensi : 2,4
&5
54
2. Termogulasi tidak efektif : peningkatan suhu berhubungan dengan peningkatan
metabolik, proses infeksi
Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi Paraf
& Jam
Senin,
21/04/2014
55
- Klien tampak sering
diberikan ASI eksklusif
oleh ibunya
- PCT sirup 3 x 1 sendok
Analisis :
- Masalah
ketidakefektifan
termoregulasi teratasi
sebagian
Planing :
- Lanjutkan Intervensi :
2,3 & 5
56
3. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan perubahan kesadaran, keruskan
kognitif selama kejang, atau kerusakan mekanisme perlindungan diri dan
aktivitas kejang yang terkontrol ( gangguan keseimbangan )
57
saja pada An. B
- Pukul 19.30 WIB telah
dilakukan penghisapan
secret dengan
menggunakan mesin
suction
- Klien terpasang oksigen 1
liter/menit nasal kanul
Analisis :
- Masalah bersihan jalan
nafas tidak efektif teratasi
sebagian
Planing :
- Lanjutkan Intervensi : 2,4
&5
58
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sumbatan lidah di
endotrakea, peningkatan sekresi saliva, keruskan neromuskuler.
Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi Paraf
& Jam
Selasa,
22/04/2014
Analisis :
- Masalah bersihan jalan
nafas tidak efektif teratasi.
Planing :
- Intervensi dihentikan.
59
2. Termogulasi tidak efektif : peningkatan suhu berhubungan dengan peningkatan
metabolik, proses infeksi
No. Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi Paraf
DX & Jam
2. Selasa,
22/04/2014
Objektif :
- Observasi vital sign : Pagi,
Suhu : 37,5OC
Nadi : 100x/m RR : 34x/m
Siang ; S : 37,4OC N :
110x/m
RR : 30x/menit
- Ibu klien tampak sedang
memberikan kompres hangat
di bagian kepala klien
60
- Ibu klien tampak sedang
memberikan ASI saat klien
menangis kehausan
- PCT sirup 3 x 1 sendok
Analisis :
- Masalah ketidakefektifan
termoregulasi teratasi
sebagian
Planing :
- Lanjutkan Intervensi : 1 & 2
61
3. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan perubahan kesadaran, keruskan
kognitif selama kejang, atau kerusakan mekanisme perlindungan diri dan
aktivitas kejang yang terkontrol ( gangguan keseimbangan )
Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi Paraf
& Jam
Selasa,
22/04/2014
62
Analisis :
- Masalah Resiko terhadap
cidera sebagian sudah
teratasi.
Planing :
- Lanjutkan Intervensi 2 & 3.
63
2. Termogulasi tidak efektif : peningkatan suhu berhubungan dengan peningkatan
metabolik, proses infeksi
Objektif :
- Hasil observasi vital sign :
Siang,
Suhu : 39,8OC
Nadi : 118x/m RR : 46x/m
Sore ; S : 39,4OC N :
134x/m
RR : 44x/menit Malam ; S :
36,3OC N : 100x/m RR :
40x/m
- Ibu klien dan keluarga klien
tampak telah memberikan
64
kompres hangat di bagian
kepala dan ketiak An. B
- PCT sirup 3 x 1 sendok
Analisis :
- Masalah ketidakefektifan
termoregulasi belum teratasi
Planing :
- Lanjutkan Intervensi : 1 & 2
65
3. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan perubahan kesadaran, keruskan
kognitif selama kejang, atau kerusakan mekanisme perlindungan diri dan
aktivitas kejang yang terkontrol ( gangguan keseimbangan )
Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi Paraf
& Jam
Rabu,
23/04/2014
Objektif :
- Ibu klien tampak terlihat
sedang menyelipkan kain
lunak saat An. B kembali
kejang
- Klien telah diberikan obat
anti kejang stesolid
Analisis :
- Masalah Resiko terhadap
cidera teratasi.
Planing :
- Lanjutkan Intervensi ulang
66
jika klien masih
menngalami kejang
67
4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan berhubungan
dengan kurang pemanjaan, kesalahan interprestasi, kurang mengingat.
Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi Paraf
& Jam
Kamis,
24/04/2014
68
anaknya
- Ibu lien tampak sudah
memahami cara
meningkatkan kesehatan
untuk anaknya
Analisis :
- Masalah Kurang
pengetahuan mengenai
kondisi dan aturan
pengobatan teratasi.
Planing :
- Intervensi di hentikan.
- Memberikan leaflet sebagai
informasi lanjutan.
69
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
sebagai berikut:
1. Pengkajian
kejang terjadi.
mengalami Epelepsi
Pada tahap analisa data dan sintesa data dalam kasus nyata penulis
neromuskuler.
70
b. Termogulasi tidak efektif : peningkatan suhu berhubungan dengan
keseimbangan )
kurang mengingat.
4. Perencanaan
5. Pelaksanaan
karena sikap keluarga yang kooperatif dan sarana dan prasarana yang
memadai.
71
6. Evaluasi
4.2. Saran
72
4.2.4. Bagi Masyarakat
pengobatan.
4.2. Penutup
kepada ALLAH SWT atas Rahmat dan Hidayah-Nya jua kami dapat
menyelesaikan karya makalah ini, dan tidak lupa pula kepada pihak-pihak
penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Untuk itu
kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna
bermanfaat bagi sapa saja yang membacanya terutama bagi kami sendiri.
Amin.
73
DAFTAR PUSTAKA
Arif, et. All.2000.Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke-3. Jilid 2. Jakarta : Media
Aesculaius.
Doengoes, M.E , Moorhouse, M. F & Geissler, A. C. (2002). Rencana Asuhan
Keperawatan. Jakarta : EGC.
74