Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

Sepsis neonatorum adalah infeksi aliran darah yang bersifat invasif dan ditandai

dengan ditemukannya bakteri dalam cairan tubuh seperti darah, sumsum tulang atau air

kemih pada bayi dalam 28 hari pertama setelah kelahiran. Infeksi merupakan salah satu

penyebab terpenting morbiditas dan mortalitas pada bayi baru lahir. Sepsis berhubungan

dengan angka kematian 13% - 50% dan kemungkinan morbiditas yang kuat pada bayi yang

bertahan hidup. Infeksi pada neonatus di negeri kita masih merupakan masalah yang gawat.

Sepsis neonatus, sepsis neonatorum, dan septikemia neonatus merupakan istilah yang telah

digunakan untuk menggambarkan respon sistemik terhadap infeksi pada bayi baru lahir. Ada

sedikit kesepakatan pada penggunaan istilah secara tepat, yaitu apakah harus dibatasi pada

infeksi bakteri, biakan darah positif, atau keparahan sakit

Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda,

tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.

Sedangkan pengertian mengenai apa yang dimaksud dengan pertumbuhan dan perkembangan

per definisi adalah pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar,

jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa diukur dengan

ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan

keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh) sedangkan perkembangan

(development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi yang lebih

kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses

pematangan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. SEPSIS NEONATORUM

1. DEFINISI

Sepsis neonatorum adalah infeksi aliran darah yang bersifat invasif dan

ditandai dengan ditemukannya bakteri dalam cairan tubuh seperti darah, sumsum

tulang atau air kemih pada bayi dalam 28 hari pertama setelah kelahiran. Infeksi

merupakan salah satu penyebab terpenting morbiditas dan mortalitas pada bayi baru

lahir. Sepsis berhubungan dengan angka kematian 13% - 50% dan kemungkinan

morbiditas yang kuat pada bayi yang bertahan hidup. Infeksi pada neonatus di negeri

kita masih merupakan masalah yang gawat. Sepsis neonatus, sepsis neonatorum, dan

septikemia neonatus merupakan istilah yang telah digunakan untuk menggambarkan

respon sistemik terhadap infeksi pada bayi baru lahir. Ada sedikit kesepakatan pada

penggunaan istilah secara tepat, yaitu apakah harus dibatasi pada infeksi bakteri,

biakan darah positif, atau keparahan sakit. Manifestasi klinis yang ada pasien dapat

dikategorikan sebagai dengan mengamati kriteria yang ada.

Kategori A : Kategori B :

- Persalinan dilingkungan - Tremor


kurang higienis - Letargi/lunglai
- Gangguan nafas : Apneu, - Iritabel/rewel
Napas >60 x/menit, - Kurang Aktif
Retraksi dinding dada, - Gangguan minum/muntah
merintih, Sianosis sentral - Mulai muncul hari ke-4
- Gangguan kesadaran
- Kejang
- Hipo/hipertermia
- Kondisi memburuk secara
cepat dan dramatis
Kecurigaan sepsis : 2 atau lebih A ; 3 atau lebih B

Dugaan sepsis : 1 A dan 1/2 B

Neonatus diduga mengalami sepsis (tersangka sepsis) bila ditemukan

tandatanda dan gejala yang akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Untuk bayi berumur sampai dengan tiga hari

- Bila ada riwayat ibu dengan infeksi intrauterin, demam yang dicurigai sebagai

infeksi berat atau KPD (ketuban pecah dini)

- Bila bayi mempunyai dua tanda atau lebih pada Kategori A , atau tiga tanda

atau lebih pada Kategori B

- Bila bayi mempunyai satu tanda pada Kategori A dan satu tanda pada Kategori

B, atau dua tanda pada Kategori B Bila selama pengamatan terdapat tambahan

tanda sepsis, kapan saja timbulnya

- Bila selama pengamatan tidak terdapat tambahan tanda sepsis, tetapi tanda

awalnya tidak membaik, lanjutkan pengamatan selama 12 jam lagi.

b. Bayi berumur lebih dari tiga hari

- Bila bayi mempunyai dua tanda atau lebih pada Kategori A atau tiga tanda

atau lebih pada Kategori B

- Bila bayi mempunyai satu tanda pada Kategori A dan satu tanda pada Kategori

B, atau dua tanda pada Kategori B.

2. EPIDEMIOLOGI

Insidens sepsis neonatorum di negara berkembang masih tinggi, 1,8- 18/1000

kelahiran dibandingkan dengan negara maju, 1-5/1000 kelahiran, dengan angka


kematian 5%-20%. Di Rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta, insidens

sepsis neonatorum masih tinggi mencapai 13,7% dengan angka kematian 14%. Pada

BBLSR kejadian SAD terjadi pada 26/1000 kelahiran demikian pula pada bayi

prematur.

3. KLASIFIKASI SEPSIS

Berdasarkan waktu terjadinya, sepsis neonatorum dapat diklasifikasikan

menjadi dua bentuk yaitu sepsis neonatorum awitan dini (early-onset neonatal sepsis)

dan sepsis neonatorum awitan lambat (late-onset neonatal sepsis). Sepsis awitan dini

(SAD) merupakan infeksi perinatal yang terjadi segera dalam periode postnatal

(kurang dari 72 jam) dan biasanya diperoleh pada saat proses kelahiran atau in utero.

Di negara maju, kuman tersering yang ditemukan pada kasus SAD adalah

Streptokokus Grup B (SGB) [(>40% kasus)], Escherichia coli, Haemophilus

influenza, dan Listeria monocytogenes, sedangkan di negara berkembang termasuk

Indonesia, mikroorganisme penyebabnya adalah batang Gramnegatif. Sepsis

neonatorum awitan dini memiliki kekerapan 3,5 kasus per 1000 kelahiran hidup

dengan angka mortalitas sebesar 15-50%.(1), (3) Sepsis awitan lambat (SAL)

merupakan infeksi postnatal (lebih dari 72 jam) yang diperoleh dari lingkungan

sekitar atau rumah sakit (infeksi nosokomial). Proses infeksi pasien semacam ini

disebut juga infeksi dengan transmisi horizontal. Angka mortalitas SAL lebih rendah

daripada SAD yaitu kira-kira 10-20%. Di negara maju, Coagulasenegative

Staphilococci (CoNS) dan Candida albicans merupakan penyebab utama SAL,

sedangkan di negara berkembang didominasi oleh mikroorganisme batang Gram

negatif (E. coli, Klebsiella, dan Pseudomonas aeruginosa).

4. PATOFISIOLOGI

a. Imunitas seluler
Pada neonatus, sel neutrofil dan sel PMN yang sepatutnya mempertahankan

tubuh dengan membunuh bakteri dengan efektif masih kekurangan kapasitas

kemotaksis dan membunuh. Kekurangan faktor adherensi pada lapisan kapiler

pembuluh darah menyebabkan sel-sel ini tidap dapat bermigrasi ke dalam jaringan

tubuh. Meskipun ada sel neutrofil dan sel PMN yang berjaya menembus ke

jaringan, proses degranulasi sel terhadap respons faktor kemotaktik mungkin tidak

berhasil. Selain itu, sel PMN pada neonatus juga kurang mampu deformasi,

menyebabkan kurang mampu bergerak melalui jaringan matriks ekstraselluler

untuk mencapai lokasi peradangan dan infeksi. Kemampuan terbatas sel PMN

neonatal untuk fagositosis dan membunuh bakteri ini lebih nyata bila bayi secara

klinis sakit. Cadangan neutrofil yang mudah habis karena respon yang berkurang

dari sumsum tulang juga menyumbang kepada rentannya neonatus terhadap

infeksi. Prematurius (berat badan bayi kurang dari 1500 gram), merupakan faktor

resiko utama untuk sepsis neonatal. Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih

rendah dari pada bayi cukup bulan. Transpor imunuglobulin melalui plasenta

terutama terjadi pada paruh terakhir trimester ketiga. Setelah lahir, konsentrasi

imunoglobulin serum terus menurun, menyebabkan hipigamaglobulinemia berat.

Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan kulit. Konsentrasi monosit neonatal

berada pada tingkat manusia dewasa yang normal, namun kemotaksis makrofag

terganggu dan terus menunjukkan penurunan fungsi pada awal kehidupan

neonatus. Jumlah mutlak makrofag mengalami penurunan di paru-paru dan

cenderung menurun di hati dan juga limpa. Kemotaksis dan aktivitas bacteriocidal

dan presentasi antigen oleh sel-sel ini juga tidak sepenuhnya kompeten saat lahir,

hal ini dapat menyebebakan metabolisme pada tubuh neonatus, terutama

termoregulator yang berada di hipothalamus dan membuat suhu nenatus tidak


normal, hipotermi atau hipertemi. Produksi sitokin oleh makrofag menurun, yang

mungkin terjadi sehubungan dengan penurunan nilai produksi T-sel. Meskipun sel

T ditemukan di awal kehamilan dalam sirkulasi janin dan semakin meningkat

jumlahnya dari lahir sampai sekitar usia 6 bulan, sel-sel ini merupakan sel yang

belum matang sepenuhnya. Sel-sel ini tidak berploriferasi seperti sel-T dewasa

ketika diaktifkan dan tidak efektif menghasilkan sitokin yang membantu stimulasi

diferensiasi sel-B, granulosit dan proliferasi monosit. Keterlambatan tersebut

terjadi dalam pembentukan fungsi memori antigen spesifik berikutan infeksi

primer, dan fungsi sel T sitotoksik neonatal adalah 50-100% kurang efektif

berbanding sel T dewasa. Saat lahir, neonatus kekurangan memori T sel. Natural

killer sel (NK) ditemukan dalam jumlah kecil dalam darah perifer neonatus. Sel-

sel ini juga secara fungsional masih belum matang, dan menghasilkan gama

interferon yang jauh lebih rendah terhadap rangsangan antigen berbanding sel NK

dewasa.

b. Imunitas humoral

Janin memiliki beberapa imunoglobulin yang berperan, terutama yang

diperoleh melalui transfer plasenta spesifik dari ibu. Kebanyakan dari transfer ini

terjadi pada akhir kehamilan, sehingga tingkat terendah ditemukan dengan

meningkatnya usia neonatus. Kemampuan neonatus untuk menghasilkan

imunoglobulin dalam menanggapi rangsangan antigenik masih belum sempurna,

namun besarnya respon yang pada awalnya kurang, cepat meningkat dengan

bertambahnya usia pascakelahiran. Neonatus juga mampu mensintesis

imunoglobulin M (IgM) di dalam rahim pada kehamilan 10 minggu, namun

tingkat IgM umumnya rendah saat lahir, kecuali bayi itu terkena agen infeksi

selama kehamilan, sehingga merangsang peningkatan produksi IgM.


Imunoglobulin G (IgG) dan imunoglobulin E (IgE) dapat disintesis di dalam

rahim. Sebagian besar IgG tersebut diperoleh dari ibu selama kehamilan akhir.

neonatus dapat menerima imunoglobulin A (IgA) dari ASI tetapi tidak

mensekresikan IgA sampai 2-5 minggu setelah kelahiran. Respon untuk antigen

polisakarida bakteri juga masih kurang dan mula berfungsi sempurna setelah

tahun ke dua kehidupan. Produksi komplemen protein dapat dideteksi sedini

kehamilan 6 minggu, namun konsentrasi berbagai komponen sistem komplemen

luas bervariasi antara individu neonatus. Komponen komplemen sitotoksik

terminal kaskade yang mengarah ke pembunuhan organisme, terutama bakteri

gram-negatif masih belum terbentuk sempurna. Kekurangan ini lebih ditandai

pada bayi prematur. Aktivitas komplemen yang sempurna tidak akan terbentuk

sehingga berumur 6-10 bulan yang menyebabkan berkurangnya efisiensi

opsonisasi terhadap E coli,dan S pneumoniae karena tingkat penurunan

fibronektin, suatu protein serum yang membantu keberkesanan fungsi neutrofil

dan memiliki sifat opsonisasi. Ketika fetus menghisap/aspirasi cairan amnion yang

terkontaminasi.mikroorganisme mencapai bagian bawah saluran sistem

pemapasan dan menyebabkan kerusakan sel epitel dari paru- paru.sebagai hasilnya

adalah pnemonia dan distres pernapasan.

International Consensus Definitions for Pediatric Sepsis

Infeksi : infeksi yang dicurigai atau yang sudah terbukti, atau sebuah sindrom

klinis yang terkait dengan kemungkinan infeksi yang tinggi

SIRS : memenuhi 2 dari 4 kriteria berikut dengan salah satunya harus suhu

abnormal atau jumlah leukosit yang abnormal

a. Suhu core > 38.5 C atau < 36 C 2


b. Takikardi : mean heart rate > 2 SD diatas normal untuk umur tanpa stimuli

dari luar, obat obatan, ataupun stimuli nyeri; ATAU elevasi yang menetap

tanpa penjelasan selama 0.5 4 jam; ATAU pada anak anak < 1 tahun

terdapat bradikardi persisten lebih dari 0.5 jam ( mean heart rate < persentil

10 tanpa rangsangan vagal, obat- obatan, ataupun penyakit jantung kongenital)

c. Takipneu > 2 SD diatas normal atau perlunya ventilator mekanik yang tidak

terkait dengan kelainan neuromuskular atau anestesi umum

d. Leukositosis atau leukopeni; atau leukosit imatur > 10%

Sepsis : SIRS dengan infeksi yang terbukti

Sepsis berat : Sepsis yang disertai dengan 1 dari hal berikut :

a. Disfungsi kardiovaskuler

Meskipun diberikan IV fluid sebanyak > 40 mL/kg dalam satu jam,

terdapat hipotensi < persentil ke 5 untuk umur, tekanan darah sistolik < 2

SD dibawah normal untuk umur.

ATAU

Perlunya obat-obatan vasoaktif untuk mempertahankan tekanan darah

ATAU

2 dari hal berikut :

Asidosis metabolik yang tidak diketahui sebabnya > 5 mEq/L

Peningkatan kadar laktat arteri > 2 x batas atas normal

Oliguri < 0.5 mL/kg/jam

Capillary Refill Time yang menurun > 5 detik

Beda suhu akral dan tubuh > 3 C 2.


b. Acute respiratory distress syndrome yang didefinisikan dengan

terdapatnya rasio PaO2/FiO2 300 mm Hg, infiltrat bilateral pada foto

thoraks, dan tidak terbuktinya gagal jantung kiri

ATAU

Sepsis disertai dengan kegagalan organ 2 atau lebih ( Respirasi, Renal,

Neurologi, hematologi, atau hepar )

Syok Sepsis : Sepsis yang disertai dengan kegagalan organ kardiovaskuler

Multiple Organ Dysfunction Syndrome : Kegagalan organ yang tidak bisa

dipertahankan homeostasis tubuh tanpa bantuan obat-obatan

Selain itu, menurut Buku Pedoman Integrated Management of Childhood

Illnesses tahun 2000 mengemukakan bahwa kriteria klinis sepsis neonatorum

berat bila ditemukan satu atau lebih dari gejala-gejala berikut :

- Laju napas > 60 kali per menit

- Retraksi dada yang dalam

- Cuping hidung kembang kempis

- Merintih

- Ubun ubun besar membonjol

- Kejang

- Keluar pus dari telinga

- Kemerahan di sekitar umbilikus yang melebar ke kulit

- Suhu >37,7C (atau akral teraba hangat) atau < 35,5C (atau akral teraba

dingin)

- Letargi atau tidak sadar


- Penurunan aktivitas /gerakan

- Tidak dapat minum

- Tidak mau menyusui

5. LABORATORIUM

a. Pemeriksaan kuman dengan kultur darah

Sampai saat ini pemeriksaan biakan darah merupakan baku emas dalam

menentukan diagnosis sepsis. Pemeriksaan ini mempunyai kelemahan karena hasil

biakan baru akan diketahui dalam waktu minimal 3-5 hari. Hasil kultur perlu

dipertimbangkan secara hati-hati apalagi bila ditemukan kuman yang berlainan

dari jenis kuman yang biasa ditemukan di masing- masing klinik. Kultur darah

dapat dilakukan baik pada kasus sepsis neonatorum onset dini maupun lanjut.

b. Pungsi lumbal

Kemungkinan terjadinya meningitis pada sepsis neonatorum sangat tinggi. Bayi

dengan meningitis mungkin saja tidak menunjukkan gejala spesifik. Punksi

lumbal dilakukan untuk mendiagnosis atau menyingkirkan sepsis neonatorum bila

dicurigai terdapat meningitis. Pemeriksaan ini dilakukan baik pada sepsis

neonatorum dini maupun lanjut. Kemudian dilakukan pemeriksaan kultur dari

cairan serebrospinal (LCS). Apabila hasil kultur positif, punksi lumbal diulang 24-

36 jam setelah pemberian antibiotikuntuk menilai apakah pengobatan cukup

efektif. Apabila pada pengulangan pemeriksaan masih didapatkan kuman pada

LCS, diperlukan modifikasi tipe antibiotic dan dosis. Dari penelitian, terdapat

15% bayi dengan meningitis yang menunjukkan kultur darah negative

c. Pewarnaan Gram

Selain biakan kuman, pewarnaan Gram merupakan teknik tertua dan sampai saat

ini masih sering dipakai di laboratorium dalam melakukan identifikasi kuman.


Pemeriksaan dengan pewarnaan Gram ini dilakukan untuk membedakan apakah

bakteri penyebab termasuk golongan bakteri Gram positif atau Gram negatif.

Walaupun dilaporkan terdapat kesalahan baca pada 0,7% kasus, pemeriksaan

untuk identifikasi awal kuman ini dapat dilaksanakan pada rumah sakit dengan

fasilitas laboratorium yang terbatas dan bermanfaat dalam menentukan

penggunaan antibiotik pada awal pengobatan sebelum didapatkan hasil

pemeriksaan kultur bakteri.

d. Pemeriksaan Hematologi

Beberapa parameter hematologi yang banyak dipakai untuk menunjang diagnosis

sepsis neonatorum adalah sebagai berikut :

- Hitung trombosit

Pada bayi baru lahir jumlah trombosit yang kurang dari 100.000/L jarang

ditemukan pada 10 hari pertama kehidupannya. Pada penderita sepsis

neonatorum dapat terjadi trombositopenia (jumlah trombosit kurang dari

100.0000/L), MPV (mean platelet volume) dan PDW (platelet distribution

width) meningkat secara signifikan pada 2-3 hari pertama kehidupan.

- Hitung leukosit dan hitung jenis leukosit

Pada sepsis neonatorum jumlah leukosit dapat meningkat atau menurun,

walaupun jumlah leukosit yang normal juga dapat ditemukan pada 50% kasus

sepsis dengan kultur bakteri positif. Pemeriksaan ini tidak spesifik. Bayi yang

tidak terinfeksi pun dapat memberikan hasil yang abnormal, bila berkaitan

dengan stress saat proses persalinan. Jumlah total neutrofil (sel-sel PMN dan

bentuk imatur) lebih sensitif dibandingkan dengan jumlah total leukosit

(basofil, eosinofil, batang, PMN, limfosit dan monosit). Jumlah neutrofil

abnormal yang terjadi pada saat mulainya onset ditemukan pada 2/3 bayi.
e. Pemeriksaan radiologi

- Pemeriksaan foto toraks

- Pemeriksaan CT-scan atau MRI mungkin diperlukan apabila timbulnya

neonatal meningitis kompleks.

- Pemeriksaan USG pada kepala neonatus dapat menunjukkan gambaran

ventrikulitis, cairan ekstrasel dan dapat menunjukkan progresivitas komplikasi

sepsis.

6. DIAGNOSIS

Diagnosis dini sepsis neonatal penting artinya dalam penatalaksanaan dan

prognosis pasien. Keterlambatan diagnosis berpotensi mengancam kelangsungan

hidup bayi dan memperburuk prognosis pasien. Seperti yang telah dikemukakan

sebelumnya, diagnosis sepsis neonatal sulit ditegakkan karena gambaran klinis pasien

tidak spesifik. Gejala spesis klasik yang ditemukan pada anak lebih besar jarang

ditemukan pada neonatus. Tanda dan gejala sepsis neonatal tidak berbeda dengan

gejala penyakit non infeksi berat lain pada neonatus. Selain itu tidak ada satupun

pemeriksaan penunjang yang dapat dipakai sebagai pegangan tunggal dalam diagnosis

pasti pasien sepsis.

Dalam menentukan diagnosis diperlukan berbagai informasi antara lain :

- Faktor Resiko

- Gambaran Klinik

- Pemeriksaan Penunjang

Ketiga faktor ini perlu dipertimbangkan saat menghadapi pasien karena salah

satu faktor saja tidak mungkin dipakai sebagai pegangan dalam menegakkan

diagnosis pasien. Faktor resiko sepsis dapat bervariasi tergantung awitan sepsis yang

diderita pasien. Pada awitan dini berbagai faktor yang terjadi selama kehamilan,
persalinan ataupun kelahiran dapat dipakai sebagai indikator untuk melakukan

elaborasi lebih lanjut sepsis neonatal. Berlainan dengan awitan dini, pada pasien

awitan lambat, infeksi terjadi karena sumber infeksi yang terdapat dalam lingkungan

pasien.

Pada sepsis awitan dini faktor resiko dikelompokan menjadi :

a. Faktor ibu

- Persalinan dan kelahiran kurang bulan

- Ketuban pecah lebih dari 18 24 jam

- Chorioamnionitis

- Persalinan dengan tindakan

- Demam pada ibu ( > 38,4 C )

- Infeksi saluran kencing pada ibu

- Faktor sosial ekonomi dan gizi ibu 2.

b. Faktor bayi

- Asfiksia perinatal

- Berat lahir rendah

- Bayi kurang bulan

- Prosedur invasive

- Kelainan bawaan

Berlainan dengan awitan dini, pada pasien awitan lambat, infeksi terjadi

karena sumber infeksi yang berasal dari lingkungan tempat perawatan pasien.

Keadaan ini sering ditemukan pada bayi yang dirawat di ruang intensif neonatus, bayi

kurang bulan yang mengalamai lama rawat, nutrisi parenteral yang berlarut-larut,

infeksi yang bersumber dari alat perawatan bayi, infeksi nosokomial atau infeksi
silang dari bayi lain atau dari tenaga medik yang merawat bayi. Faktor resiko awitan

dini maupun lambat ini walaupun tidak selalu berakhir dengan infeksi, harus tetap

mendapatkan perhatian khusus terutama bila disertai gejala klinis. Hal ini akan

meningkatkan identifikasi dini dan tata laksana yang lebih efisien pada sepsis

neonatal sehingga dapat memperbaiki mortalitas dan morbiditas pasien

Gangguan fungsi organ tersebut antara lain kelainan susunan saraf pusat

seperti letargi, refleks hisap buruk, menangis lemah, kadang-kadang terdengar high

pitch cry dan bayi menjadi iritabel serta mungkin disertai kejang. Kelainan

kardiovaskular seperti hipotensim pucat, sianosis, dingin, dan clammy skin. Bayi

dapat pula memperlihatkan kelainan hematologik, gastrointestinal ataupun gangguan

respirasi seperti perdarahan, ikterus, muntah, diare, distensi abdomen, intoleransi

minum, waktu pengosongan lambung yang memanjang, takipneu, apneu, merintih,

dan retraksi

7. PENATALAKSANAAN

a. Pemilihan antibiotik untuk sepsis awitan dini (SAD)

Kombinasi penisilin atau ampisilin ditambah aminoglikosida mempunyai aktivitas

antimikroba lebih luas dan umumnya efektif terhadap semua organisme penyebab

SAD. Kombinasi ini sangat dianjurkan karena akan meningkatkan aktivitas

antibakteri.

Antibiotika yang menjadi pilihan pertama ialah sefalosporin (sefotaksim) dengan

dosis 200 mg/kgBB/hari intravena dibagi dalam 2 dosis, atau dengan gentamisin 6

mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis. Pilihan kedua ialah ampisilin

100mg/kgBB/hari intravena, dibagi dalam 4 dosis, dikombinasikan dengan

kloramfenikol 50 mg/kgBB/hari intravena dibagi dalam 4 dosis.

b. Pemilihan antibiotik untuk sepsis awitan lambat (SAL)


Pada infeksi nosokomial lebih dipilih pemakaian netilmisin atau amikasin.

Amikasin resisten terhadap proses degradasi yang dilakukan oleh sebagian besar

enzim bakteri yang diperantarai plasmid, begitu juga yang dapat menginaktifkan

aminoglikosida lain. Infeksi bakteri Gram negatif dapat diobati dengan kombinasi

turunan penisilin (ampisilin atau penisilin spektrum luas) dan aminoglikosida.

Sefalosporin generasi ketiga yang dikombinasikan dengan aminoglikosida atau

penisilin spektrum luas dapat digunakan pada terapi sepsis yang disebabkan oleh

bakteri Gram negatif. Pilihan antibiotik baru untuk bakteri Gram negatif yang

resisten terhadap antibiotik lain adalah karbapenem, aztreonam, dan isepamisin.

c. Terapi suportif (adjuvant)

Pada sepsis neonatorum berat mungkin terlihat disfungsi dua sistem organ atau

lebih yang disebut Disfungsi Multi Organ, seperti gangguan fungsi respirasi,

gangguan kardiovaskular dengan manifestasi syok septik, gangguan hematologik

seperti koagulasi intravaskular diseminata (KID), dan/atau supresi sistem imun.

Pada keadaan tersebut dibutuhkan terapi suportif seperti pemberian oksigen,

pemberian inotropik, dan pemberian komponen darah. Terapi suportif ini dalam

kepustakaan disebut terapi adjuvant dan beberapa terapi yang dilaporkan

dikepustakaan antara lain pemberian intravenous immunoglobulin (IVIG),

pemberian tranfusi dan komponen darah, granulocyte-macrophage colony

stimulating factor (GCSF dan GM-CSF), inhibitor reseptor IL-1, transfusi tukar

(TT) dan lain-lain.

d. Pemberian Kortikosteroid pada Sepsis Neonatorum

Pada saat ini pemberian kortikosteroid pada pasien sepsis lebih ditujukan untuk

mengatasi kekurangan kortisol endogen akibat insufisiensi renal. Kortikosteroid

dosis rendah bermanfaat pada pasien syok sepsis karena terbukti memperbaiki
status hemodinamik, memperpendek masa syok, memperbaiki respons terhadap

katekolamin, dan meningkatkan survival. Pada keadaan ini dapat diberikan

hidrokortison dengan dosis 2mg/kgBB/hari. Sebuah meta-analisis memperkuat hal

ini dengan menunjukkan penurunan angka mortalitas 28 hari secara signifikan.

8. KOMPLIKASI

Komplikasi sepsis neonatorum antara lain:

a. Meningitis

b. Neonatus dengan meningitis dapat menyebabkan terjadinya hidrosefalus dan/atau

leukomalasia periventrikular.

c. Pada sekitar 60 % keadaan syok septik akan menimbulkan komplikasi acute

respiratory distress syndrome (ARDS).

d. Komplikasi yang berhubungan dengan penggunaan aminoglikosida, seperti

ketulian dan/atau toksisitas pada ginjal.

e. Komplikasi akibat gejala sisa atau sekuele berupa defisit neurologis mulai dari

gangguan perkembangan sampai dengan retardasi mental

f. Kematian

Pada komplikasi dari sepsis neonatorum terdapat gangguan perkembangan sampai

retardasi mental. Gangguan perkembangan biasanya terjadi karena Ensefalopati.

Ensepaopati adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan kelainan fungsi otak

menyeluruh yang dapat akut atau kronik, progresif atau statis. Ensefalopati yang

terjadi sejak dini dapat menyebabkan gangguan perkembangan neurologis. Pasien

dengan ensefalopati dapat mengalami kemunduran dalam fungsi kognitif umum,

prestasi akademis, fungsi neuropsikologik dan kebiasaan.


Ensefalopati akibat infeksi sistem saraf pusat termasuk didalamnya meningitis,

meningoensefalitis, ensefalitis, empiema subdural atau epidural dan abses otak. Virus

dan bakteri menyebabkan meningitis, infeksi jamur dapat terjadi pada pasien yang

menjalani transplantasi dan pada pasien yang mengalami imunosupresi. Ensefalitis

dan ensefalopati harus dapat dibedakan, dimana pada ensefalopati terjadi kerusakan

fungsi otak tanpa adanya proses inflamasi langsung di dalam parenkim otak. Pada

neonatus tidak selalu memberikan gejala ubun ubun besar yang menonjol. Pasien

dapat menunjukkan gejala ensefalopati global seperti koma atau status epileptikus.

Diagnosis dan pengobatan awal dengan antibiotik atau antiviral yang sesuai menjadi

penting.

Ensefalopati sepsis pada umumnya terjadi awal sepsis berat dan menyebabkan

gagal multiorgan. Keadaan klinis yang paling sering ditimbulkan adalah penurunan

tingkat kesadaran dari mulai penurunan kewaspadaan ringan hingga tak berespon dan

koma. Status konfusional fluktuatif, inatensi dan kebiasaan yang tidak sesuai juga

terkadang timbul pada pasien ensefalopati ringan. Pada kasus yang lebih berat dapat

menimbulkan delirium, agitasi dan deteriorasi kesadaran dan koma

Selain itu juga bayi dengan sepsis mempunyai peningkatan insiden palsi serebral

dan abnormalitas white matter. Penelitian Vilela et menilai efek sepsis pada

perubahan mikrovaskuler disebutkan produksi sitokin pada kontrol tampak lebih

tinggi secara angka dibanding dan kemokin otak pada fase awal berperan dalam

disfungsi dari SSP dan perubahan permiabilitas sawar darah tetapi dapat juga

menyebabkan defisit kognitif meningkatkan kerentanan sel yang sedang maturasi.


B. TUMBUH KEMBANG

Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup dua (2) peristiwa yang sifatnya

berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit di pisahkan, yaitu pertumbuhan dan

perkembangan. Sedangkan pengertia mengenai apa yang di maksud dengan pertumbuan

dan perkembangan per definisi adalah sebagai berikut :

1. Pertumbuhan (growt) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah,

ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan

ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan

keseimbanga metabolic (retensi kalsium dan nitrogen tubuh).

2. Perkembangan (developmen) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur

dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan,

sebagai hasil dari proses pematangan. Di sini menyangkut adanya proses diferensiasi

dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organorgan dan sistem organ yang berkembang

sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga

perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan

lingkungannya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan mempunyai dampat terhadap

aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi

organ/individu. Walaupun demikian kedua peristiwa itu terjadi secara sinkron pada

setiap individu. Sedangkan untuk tercapainya tumbuh kembang yang optimal

tergantung pada potensi biologiknya. Tingkat tercapainya potensi biologik seseorang,

merupakan hasil interaksi berbagai factor yang saling berkaitan, yaitu faktor genetik,

lingkungan biofisiko-psiko-sosial dan perilaku. Proses yang unik dan hasil akhir yang

berbeda-beda yang memberikan cirri tersendiri pada setiap anak.


Ciri-ciri Pertumbuhan

Terdapat 4 indikator perubahan, yaitu:

a. Perubahan ukuran

Tampak jelas pada perubahan fisik, yang dengan bertambahnya umur anak akan

terjadi perubahan tinggi, berat badan, lingkar kepala, organ tubuh sesuai

kebutuhannya.

b. Perubahan proporsi

Perubahan proporsi tubuh dimulai dari usia kehamilan dua bulan sampai dewasa.

c. Hilangnya ciri-ciri lama

Menghilangnya kelenjar timus, lepasnya gigi susu, dan menghilangnya refleks-refleks

primitif.

d. Timbulnya ciri-ciri baru

Tumbuhnya ciri-ciri baru ini adalah akibat pematangan fungsi-fungsi organ seperti

munculnya gigi tetap, munculnya tanda-tanda seks sekunder

Ciri-ciri Perkembangan

Perkembangan merupakan sederetan perubahan fungsi organ tubuh yang berkelanjutan,

teratur dan saling berkaitan. Ciri-ciri perkembangan adalah:

a. Melibatkan perubahan Karena perubahan perkembangan terjadi bersamaan dengan

pertumbuhan, maka setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya,

perkembangan sistem reproduksi, disertai perubahan pada organ kelamin.

b. Perkembangan awal menentukan pertumbuhan selanjutnya Misalnya, seorang anak

tidak bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri.

c. Mempunyai pola yang tetap

Pola sefalokaudal dan proksimodistal.

d. Memiliki tahap yang berurutan


e. Mempunyai kecepatan yang berbeda Misalnya, kaki dan tangan berkembang pesat

pada awal masa remaja.

f. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan Pada saat pertumbuhan berlangsung

cepat, perkembanganpun demikian, seperti terjadi peningkatan mental, daya nalar,

asosiasi, dan lain-lain.

Secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang

anak, yaitu :

a. Faktor genetik (internal) Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil

akhir proses tumbuh kembang anak. Melalui instruksi genetik yang terkandung di

dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas

pertumbuhan. Ditandai dengan intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat

sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas dan berhentinya

pertumbuhan tulang. Termasuk faktor genetik antara lain adalah berbagai faktor

bawaan yang normal dan patologik, jenis kelamin, suku bangsa. Potensi genetik yang

bermutu hendaknya berinteraksi dengan lingkungan secara positif sehingga diperoleh

hasil akhir yang optimal. Gangguan pertumbuhan di negara maju lebih sering

diakibatkan oleh faktor genetik ini. Sedangkan di negara yang sedang berkembang,

gangguan pertumbuhan selain diakibatkan oleh faktor genetik juga oleh faktor

lingkungan yang kurang memadai untuk tumbuh kembang anak yang optimal bahkan

kedua faktor ini dapat menyebabkan kematian anak-anak sebelum mencapai usia

balita. Di samping itu banyak penyakit keturunan yang disebabkan oleh kelainan

kromosom seperti sindrom down, sindrom turner dan lain-lain.

b. Faktor lingkungan (eksternal)

Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi

bawaan. Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi


bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan ini

merupakan lingkungan bio-fisikopsiko-sosial yang mempengaruhi individu setiap

hari, mulai dari konsepsi sampai akhir hayat, diantaranya:

a. Gizi ibu pada waktu hamil Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan

maupun pada waktu sedang hamil, lebih sering menghasilkan bayi BBLR (berat

badan lahir rendah) atau lahir mati dan jarang menyebabkan cacat bawaan.

Disamping itu pula menyebabkan hambatan pertumbuhan otak janin, anemia pada

bayi baru lahir, bayi baru lahir mudah terkena infeksi, abortus dan

sebagainya.anak yang lahir dari ibu yang gizinya kurang dan hidup di lingkungan

miskin maka akan mengalami kurang gizi juga dan mudah terkena infeksi

selanjutnya akan menghasilkan wanita dewasa yang berat dan tinggi badannya

kurang pula.

b. Mekanis Trauma dan cairan ketuban yang kurang menyebabkan kelaianan bawaan

pada bayi yang dilahirkan.

c. Infeksi

Infeksi yang sering menyebabkan cacat bawaan adalah TORCH (Toxoplasmosis,

Rubella, Cytomegalovirus, Herpes simplex). Sedangkan infeksi lainnya yang juga

menyebabkan penyakit pada janin adalah varisela, Coxsackie, Echovirus, Malaria,

lues, HIV, polio, campak, listeriosis, leptospira, mikoplasma, virus influenza dan

virus hepatitis.

d. Toksin/ zat kimia Masa organogenesis adalah masa yang sangat peka terhadap

teratogen. Misalnya obat-obatan seperti thalidomide, phenitoin, methadion, obat-

obat anti kanker dan lainnya. Demikian pula pada ibu hamil perokok

berat/peminum alkohol kronis sering melahirkan bayi BBLR, lahir mati, cacat

atau retardasi mental.


e. Endokrin Hormon-hormon yang mungkin berperan dalam pertumbuhan janin

adalah somatotropin, hormone plasenta, hormone tiroid, insulin dan peptida-

peptida lain dengan aktivitas mirip insulin (Insulin like growth factors/IGFs).

f. Stress Stres yang dialami ibu pada waktu hamil dapat mempengaruhi tumbuh

kembang janin antara lain cacat bawaan,kelainan kejiwaan.

g. Radiasi Radiasi pada janin sebelum umur 18 minggu dapat menyebabkan

kematian janin, kerusakan otak, mikrosefali atau cacat bawaan lainnya.

Penilaian Pertumbuhan Fisik Anak

Pertumbuhan fisik adalah hasil dari pertumbuhan atau perubahan bentuk dan

fungsi dari organisme.

a. Pertumbuhan janin intrauterine Pertumbuhan pada masa janin merupakan

pertumbuhan yang paling pesat yang dialami seseorang dalam kehidupannya.

Dinamika pertumbuhan antenatal ini sangat menakjubkan yaitu sejak konsepsi

sampai lahir.

b. Pertumbuhan setelah lahir

Indikator pertumbuhan setelah lahir, yaitu dilihat dari ukuran antropometrik yang

dipakai pada penilaian pertumbuhan fisik, antara lain :

- Berat badan Pada bayi yang cukup bulan, berat badan lahir normal adalah

2500-4000 gram dengan rata-rata berat badan lahir 3000 gram.

- Tinggi Badan / Panjang Badan Rata-rata tinggi (panjang) badan lahir adalah

50 cm (48-53 cm). Panjang badan / tinggi badan anak menjadi 1 kali dari

panjang badan lahir pada umur 1 tahun, menjadi 2x panjang badan lahir pada

waktu umur 4 tahun. Menjadi 1,5x tinggi badan setahun pada umur 6 tahun.

Menjadi 3x tinggi badan lahir pada umur 13 tahun. Dan pada dewasa 3,5x
tinggi badan lahir atau 2x tinggi badan 2 tahun. Perhitungan panjang badan

normal anak dapat juga dihitung dengan menggunakan rumus Behrman.

- Lingkar kepala pada waktu lahir rata-rata 34 cm dan besarnya lingkar kepala

ini lebih besar dari lingkar dada. Pada anak umur 6 bulan lingkar kepala rata-

rata 44 cm, umur 1 tahn 47 cm dan pada anak umur 2 tahun lingkar kepala 49

cm.

- Erupsis gigi. Gigi pertama tumbuh pada umur 59 bulan, pada umur 1 tahun

sebagian besar anak mempunyai 6-8 gigi susu. Selama tahun kedua gigi akan

tumbuh 8 buah lagi, sehingga jumlah seluruhnya sekitar 14-16 gigi, dan pada

umur dua setengah tahun sudah terdapat 20 gigi susu.

Penilaian Perkembangan Anak

Frankenburg dkk. (1981) melalui DDST( Denver Developmental Screening

Test) mengemukakan 4 parameter perkembangan yang dipakai dalam menilai

perkembangan anak balita yaitu:

a. Kepribadian / tingkah laku : aspek yang berhubungan dengan kemampuan

mandiri, bersosialisasi, dan berinteraksi dengan lingkungannya.

b. Gerak motorik halus : aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk

mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh

tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang

cermat. Misalnya kemampuan untuk menggambar, memegang sesuatu benda dll.

c. Bahasa : Kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti

perintah dan bicara spontan.

d. Perkembangan gerak motorik kasar : Aspek yang berhubungan dengan pergerakan

dan sikap tubuh.


Gangguan Pertumbuhan

Beberapa gangguan erkembangan yang sering ditemukan :

a. Gangguan bicara dan bahasa. Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh

perkembangan anak. Karena kemampuan berbahasa sensitif terhadap

keterlambatan atau kerusakan pada sistemlainnya, sebab melibatkan

kemampuan kognitif, motor, psikologis, emosi dan lingkungansekitar anak.

Kurangnya stimulasi akan dapat menyebabkan gangguan bicara dan berbahasa

bahkan gangguan ini dapat menetap.

b. Sindrom Down

Anak dengan Sindrom Down adalah individu yang dapat dikenal dari

fenotipnya danmempunyai kecerdasan yang terbatas, yang terjadi akibat adanya

jumlah kromosom 21yang berlebih. Perkembangannya lebih lambat dari anak

yang normal. Beberapa faktor seperti kelainan jantung kongenital, hipotonia yang

berat, masalah biologis ataulingkungan lainnya dapat menyebabkan keterlambatan

perkembangan motorik danketerampilan untuk menolong diri sendiri.

c. Perawakan Pendek

Short stature atau Perawakan Pendek merupakan suatu terminologi mengenai

tinggi badan yang berada di bawah persentil 3 atau -2 SD pada kurva

pertumbuhan yang berlaku pada populasi tersebut. Penyebabnya dapat karena

varisasi normal, gangguan gizi,kelainan kromosom, penyakit sistemik atau karena

kelainan endokrin.

d. Gangguan Autisme

Merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak yang gejalanya

muncul sebelumanak berumur 3 tahun. Pervasif berarti meliputi seluruh aspek

perkembangan sehinggagangguan tersebut sangat luas dan berat, yang


mempengaruhi anak secara mendalam.Gangguan perkembangan yang ditemukan

pada autisme mencakup bidang interaksisosial, komunikasi dan perilaku.

e. Retardasi Mental

Merupakan suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensia yang rendah (IQ<70)

yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi

terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal

f. Cerebral palsy

Merupakan suatu kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak progresif,

yang disebabkan oleh karena suatu kerusakan/gangguan pada sel-sel motorik pada

susunansaraf pusat yang sedang tumbuh/belum selesai pertumbuhannya.

Cerebral palsy merupakan kelainan diakibatkan adanya kesulitan gerak berasal

dari disfungsi otak, ada juga kelainan gerak atau palsy yang diakibatkan bukan karena

disfungsi otak, tetapi disebabkan poliomyelitis disebut dengan spinal palsy atau organ

palsy yang diakibatkan oleh kerusakan otot (distophy mascular). Karena adanya

disfungsi otak, maka penyandang cerebral palsy mempunyai kelainan dalam bahasa,

bicara, menulis, emosi, belajar, dan gangguan-gangguan psikologis. Cerebral palsy

didefinisikan sebagai laterasi perpindahan yang abnormal atau fungsi otak yang

muncul karena kerusakan, luka, atau penyakit pada jaringan saraf yang terkandung

dalam rongga tengkorak.

Cerebral palsy tidak disebabkan oleh satu penyebab. Cerebral palsy

merupakan serangkaian penyakit dengan masalah mengatur gerakan, tetapi memiliki

penyebab yang berbeda. Untuk mengetahui penyebab CP perlu digali mengenai hal

bentuk cerebral palsy, riwayat kesehatan ibu dan anak serta onset penyakitnya. Sekitar
10-20% di USA anak penderita cerebral palsy disebabkan karena penyakit setelah

lahir (prosentase tersebut akan lebih tinggi pada negara-negara yang belum

berkembang). CP juga bisa terjadi karena kerusakan otak pada bulan-bulan pertama

atau tahun-tahun pertama kehidupan yang merupakan sisa dari infeksi otak, misalnya

miningitis, bakteri atau encephalitis virus atau merupakan hasil dari trauma kepala

yang sering diakibatkan karena kecelakaan lalu lintas, jatuh dan penganiayaan anak
BAB III

KESIMPULAN

1. Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan

perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ/individu. Walaupun

demikian kedua peristiwa itu terjadi secara sinkron pada setiap individu.

2. Tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi

biologiknya. Tingkat tercapainya potensi biologik seseorang, merupakan hasil

interaksi berbagai factor yang saling berkaitan, yaitu faktor genetik, lingkungan

biofisiko-psiko-sosial dan perilaku.

3.

Anda mungkin juga menyukai