MINI PROJECT Faza
MINI PROJECT Faza
PENDAHULUAN
utama di Indonesia. Sekalipun angka kematian DBD dapat ditekan hingga di bawah 1 per
100 orang penderita, namun jumlah dan sebaran kasusnya semakin meningkat. Tahun
2013 jumlah penderita sebanyak 112.511 orang dengan area penyebaran hingga 498
Kabupaten/Kota.
Peran serta masyarakat merupakan komponen utama dalam pengendalian DBD,
mengingat vektor DBD nyamuk Aedes aegypti jentiknya ada di sekitar permukiman dan
tempat istirahat nyamuk dewasa sebagian besar ada di dalam rumah. Peran serta
masyarakat dalam hal ini adalah peran serta dalam pelaksanaan PSN secara rutin
seminggu sekali. PSN secara rutin dapat membantu menurunkan kepadatan vektor,
berdampak pada menurunnya kontak antara manusia dengan vektor, akhirnya terjadinya
masih banyak masyarakat yang belum melakukan PSN secara rutin. Banyak faktor yang
menjadi penyebab rendahnya peran masyarakat dalam PSN, di antaranya adalah kurang
kampanye PSN.
Kasus DBD di Indonesia mempunyai kasus yang paling banyak terjadi, walaupun
jumlah kasus DBD mengalami penurunan di daerah DKI Jakarta, dari 10.156 pada tahun
2013 menjadi 8.532 kasus DBD di tahun 2014.Berdasarkan jumlah kasus di Kota
Administrasi Jakarta Timur, yaitu Kecamatan Duren Sawit memiliki jumlah kasus DBD
1
tertinggi. Untuk di wilayah Kecamatan Duren Sawit khususnya di Kelurahan Pondok
kopi 1 kasus DBD sendiri mempunyai peningkatan jumlah kasus setiap tahunnya, data
terakhir menyebutkan pada tahun 2017 yang di peroleh dari bulan januari hingga april
didapatkan kasus DBD sebesar 7 kasus DBD, khususnya di RW.03 kasus DBD
Pondok Kopi 1.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis ingin melakukan suatu usaha
untuk mengatasi masalah tersebut dalam bentuk mini project, diharapkan dengan adanya
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Meningkatkan peran serta kader sebagai Jumantik dalam pelaksanaan PSN
berkesinambungan.
d. Meningkatkan kesadaran kader terhadap pemberantasan DBD di wilayah
kerjanya.
2
e. Terbentuknya program PSN syang aktif dan berjalan continue dengan penuh
pengawasan dari puskesmas
f. Terbentuknya jumantik yang edukatif dan persuasif bagi warga dan lingkungan
sekitar.
g. Mendukung upaya penurunan kasus DBD lingkungan tempat tinggal dan di
Indonesia
Dari data yang ada, dapat dirumuskan masalah pada mini project ini adalah :
c. Bagaimana penurunan kasus DBD di pondok kopi 1 setelah adanya program PSN.
pondok Kopi 1.
Melatih menemukan masalah, identifikasi, perencanaan, serta mengatasi dan
b. Puskesmas
Menjadi salah satu program unggulan puskesmas dalam pemberantasan DBD.
3
Mendapatkan data hasil rekapitulasi tiap minggu dari kader di tiap RW yang
bersangkutan.
Menurunkan angka kejadian DBD di kelurahan pondok kopi 1.
c. Kader
Meningkatkan kesadaran warga tentang perilaku dan gaya hidup sehat, serta
pentingnya menciptakan suatu kondisi yang sehat dan bebas jentik nyamuk.
menurunkan angka kejadian DBD di lingkungan sekitar maupun tempat tinggal.
meningkatkan produktifitas kader dalam belajar mengenai DBD dan jumantik.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Definisi
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti1, yang ditandai dengan demam
mendadak dua sampai tujuh hari tanpa penyebab yang jelas, lemah/lesu, gelisah, nyeri hulu hati,
disertai tanda perdarahan dikulit berupa petechie, purpura, echymosis, epistaksis, perdarahan
renjatan.1,2,3
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue. Virus ini termasuk dalam grup B Antropod
Borne Virus (Arboviroses) kelompok flavivirus dari family flaviviridae, yang terdiri dari empat
serotipe, yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3, DEN 4. 2 Masing masing saling berkaitan sifat antigennya
dan dapat menyebabkan sakit pada manusia. Keempat tipe virus ini telah ditemukan di berbagai
daerah di Indonesia. DEN 3 merupakan serotipe yang paling sering ditemui selama terjadinya
KLB di Indonesia diikuti DEN 2, DEN 1, dan DEN 4. DEN 3 juga merupakan serotipe yang
paling dominan yang berhubungan dengan tingkat keparahan penyakit yang menyebabkan gejala
5
2.1.3 Vektor Penular
dengue dari penderita kepada orang lain melalui gigitannya. Nyamuk Aedes aegypti merupakan
vektor penting di daerah perkotaan (daerah urban) sedangkan daerah pedesaan (daerah rural)
Demam berdarah dengue tidak menular melalui kontak manusia dengan manusia. Virus
dengue sebagai penyebab demam berdarah hanya dapat ditularkan melalui nyamuk. Oleh karena
itu, penyakit ini termasuk kedalam kelompok arthropod borne diseases. Virus dengue berukuran
35-45 nm. Virus ini dapat terus tumbuh dan berkembang dalam tubuh manusia dan nyamuk 1,3.
Terdapat tiga faktor yang memegang peran pada penularan infeksi dengue, yaitu manusia, virus,
dan vektor perantara.3 Virus dengue masuk ke dalam tubuh nyamuk pada saat menggigit manusia
yang sedang mengalami viremia, kemudian virus dengue ditularkan kepada manusia melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang infeksius. Seseorang yang di dalam
darahnya memiliki virus dengue (infektif) merupakan sumber penular DBD. 1,2,3
Virus dengue berada dalam darah selama 4-7 hari mulai 1-2 hari sebelum demam (masa
inkubasi instrinsik). Bila penderita DBD digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan
ikut terhisap masuk ke dalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan berkembangbiak dan
menyebar ke seluruh bagian tubuh nyamuk, dan juga dalam kelenjar saliva. Kira-kira satu
minggu setelah menghisap darah penderita (masa inkubasi ekstrinsik), nyamuk tersebut siap
untuk menularkan kepada orang lain. Virus ini akan tetap berada dalam tubuh nyamuk sepanjang
6
hidupnya. Oleh karena itu nyamuk Aedes aegypti yang telah menghisap virus dengue menjadi
penular (infektif) sepanjang hidupnya. Penularan ini terjadi karena setiap kali nyamuk menggigit
(menusuk), sebelum menghisap darah akan mengeluarkan air liur melalui saluran alat tusuknya
(probosis), agar darah yang dihisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus dengue
Hanya nyamuk Aedes aegypti betina yang dapat menularkan virus dengue. Nyamuk
betina sangat menyukai darah manusia (anthropophilic) dari pada darah binatang. Kebiasaan
menghisap darah terutama pada pagi hari jam 08.00-10.00 dan sore hari jam 16.00-18.00.
Nyamuk betina mempunyai kebiasaan menghisap darah berpindah-pindah berkali-kali dari satu
individu ke individu lain (multiple biter). Hal ini disebabkan karena pada siang hari manusia
yang menjadi sumber makanan darah utamanya dalam keadaan aktif bekerja/bergerak sehingga
nyamuk tidak bisa menghisap darah dengan tenang sampai kenyang pada satu individu. Keadaan
inilah yang menyebabkan penularan penyakit DBD menjadi lebih mudah terjadi.1,2,3
Penularan penyakit DBD dapat terjadi di semua tempat yang terdapat nyamuk
7
Orang datang dari berbagai wilayah dan kemungkinan diantaranya adalah
berbagai wilayah, maka kemungkinan diantaranya terdapat penderita atau carier yang
membawa tipe virus dengue yang berlainan dari masing-masing lokasi awal.1,2,3,4
Nyamuk Aedes memiliki siklus hidup (tahapan kehidupan) secara sempurna, antara lain
telur, jentik, kepompong dan nyamuk dewasa. Masa pertumbuhan dari telur, jentik, kepompong
hingga menjadi nyamuk sekitar 8-12 hari, tergantung dari suhu dan kelembaban. Semakin tinggi
8
Gambar 2.1. Siklus Hidup Nyamuk Aedes
Telur
Telur diletakkan satu persatu di atas permukaan air, biasanya pada dinding bagian
dalam kontainer di permukaan air. Jumlah telur nyamuk untuk sekali bertelur dapat
mencapai 300 butir dengan ukuran . Telurnya berbentuk elips berwarna hitam dan
terpisah satu dengan yang lain. Pada kondisi yang buruk (dalam kondisi musim kering
yang lama), telur dapat bertahan hingga lebih dari satu tahun. Telur akan menetas menjadi
9
Gambar 2.2. Telur Nyamuk Aedes
Jentik
Setelah telur terendam 2-3 hari, selanjutnya menetas menjadi jentik. Jentik mengalami 4
tingkatan atau stadium yang disebut instar, yaitu instar I, II, III dan IV. Waktu
pertumbuhan dari masing-masing stadium adalah jentik instar I selama 1 hari, jentik
instar II selama 1-2 hari, jentik instar III selama 2 hari, jentik instar IV selama 2-3 hari.
Jentik Aedes di dalam air dapat dikenali dengan ciriciri berukuran 0,51 cm dan selalu
bergerak aktif dalam air. Pada waktu istirahat posisinya hampir tegak lurus dengan
menjadi kepompong.2,4
10
Gambar 2.3. Jentik Nyamuk Aedes
Kepompong
Kepompong adalah periode puasa, membutuhkan waktu 1-2 hari. Kepompong berbentuk
seperti koma dan lebih pendek dibandingkan jentik, aktif bergerak dalam air terutama bila
terganggu. Pada tingkat kepompong ini tidak memerlukan makan, tetapi perlu udara.
Dalam waktu 1-2 hari perkembangan kepompong sudah sempurna, maka kulit
kepompong pecah dan nyamuk dewasa muda segera keluar dan terbang. Pada umumnya
11
Gambar 2.4. Kepompong Aedes
Periode Dewasa
Secara umum nyamuk Aedes terdiri tiga bagian, yaitu kepala, thorax dan abdomen,
mempunyai dua pasang sayap dan tiga pasang kaki. Nyamuk Aedes dewasa memiliki
ukuran sedang dengan tubuh berwarna hitam bercak putih. Tubuh dan tungkainya ditutupi
sisik dengan bercak putih. Ae.aegypti di bagian punggung tubuhnya tampak dua garis
melengkung vertikal di bagian kiri dan kanan berwarna putih, sedangkan Ae.albopictus di
bagian punggung tubuhnya tampak satu garis lurus tebal berwarna putih. Kemampuan
terbang nyamuk betina rata-rata 40 meter maksimal 100 meter, namun secara pasif karena
faktor angin atau terbawa kendaraan dapat berpindah lebih jauh. Nyamuk ini dapat hidup
dan berkembang biak sampai ketinggian daerah sekitar 1.000 meter dari permukaan laut,
di atas ketinggian 1.000 meter dengan suhu udara terlalu rendah nyamuk tidak dapat
12
2.3.3. Tempat Perkembangbiakan Jentik Aedes
Buatan
Tempat perkembangbiakan jentik buatan adalah segala sesuatu yang dibuat oleh manusia
dapat berfungsi menampung air dan jernih, yang kemudian digunakan oleh nyamuk
Aedes untuk tempat berkembangbiak, seperti bak mandi, ember, dispenser, kulkas, ban
bekas, pot/vas bunga, kaleng, plastik, dan lain-lain. Tempat penampungan air tersebut
dibuat/disediakan oleh manusia, seperti tempat penampungan air bersih (bak mandi,
ember, dispenser, kulkas, dan lain-lain), maupun tempat-tempat penampungan air lainnya
lingkungan pemukiman berupa tanaman yang dapat menampung air jernih sebagai tempat
13
perindukan nyamuk pada tempat alami, seperti , ketiak daun, tempurung kelapa, lubang
kepadatan nyamuk pada jam 08.00-10.00 dan jam 15.00-17.00. Nyamuk betina
perutnya, nyamuk Aedes dapat menghisap darah beberapa kali dari 1 orang atau lebih,
sehingga potensi untuk menularkan penyakit demam berdarah semakin banyak. Nyamuk
Aedes aegypti lebih banyak menghisap darah manusia di dalam rumah, sedangkan
14
Nyamuk Aedes setelah mengisap darah akan beristirahat untuk proses pematangan telur,
setelah bertelur nyamuk beristirahat untuk kemudian menghisap darah kembali. Nyamuk
Aedes aegypti lebih menyukai beristirahat di tempat yang gelap, lembab, tempat
tersembunyi di dalam rumah atau bangunan, termasuk kolong tempat tidur, kloset, kamar
mandi dan dapur. Selain itu juga bersembunyi pada benda-benda yang digantungkan
seperti baju, tirai dan dinding. Walaupun jarang, bisa ditemukan di luar rumah, di
tanaman atau tempat terlindung lainnya. Sedangkan nyamuk Aedes albopictus jarang
Salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan PSN DBD adalah meningkatnya angka
bebas jentik. Angka bebas jentik diperoleh dengan melakukan survei atau
1. Semua tempat atau bejana yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk
Aedes aegypti diperiksa (dengan mata telanjang) untuk mengetahui ada tidaknya
jentik.
2. Untuk memeriksa tempat penampungan air yang berukuran besar, seperti: bak mandi,
tempayan, drum, dan bak air lainya. Jika pada pandangan penglihatan pertama tidak
menemukan jentik, ditunggu kira-kira -1 menit untuk memastika bahwa jentik tidak
ada.
15
3. Untuk memeriksa tempat-tempat perkembangbiakan yang kecil, seperti: vas
bunga/pot tanaman air/ botol yang airnya keruh, seringkali airnya perlu dipindahkan ke
4. Untuk memeriksa jentik di tempat yang agak gelap, atau airnya keruh, biasanya
Metode survei jentik dibagi menjadi dua, yaitu metode survei dengan single larva dan
a. Single larva adalah metode yang dilakukan dengan mengambil satu jentik di setiap
tempat genangan air yang ditemukan jentik untuk diidentifikasi lebih lanjut.
b. Visual adalah metode yang dilakukan dengan cara melihat ada atau tidaknya jentik di
setiap tempat genangan air tanpa mengambil jentiknya. Program DBD biasanya
Ukuran yang dipakai untuk mengetahui kepadatan jentik Aedes aegypti adalah sebagai
berikut:
Angka Bebas Jentik adalah ukuran yang digunakan untuk mengetahui kepadatan
jentik dengan cara menghitung rumah atau bangunan yang tidak dijumpai
16
2. House Index (HI)
HI = Jumlah rumah/bangunan yang tidak ditemukan jentik
100%
Jumlah rumah/bangunan yang diperiksa
Jumlah container dengan jentik dalam 100 rumah atau bangunan. Angka bebas jentik
2.4 JUMANTIK
1. Jumantik
Juru pemantau jentik atau jumantik adalah orang yang melakukan pemeriksaan,
pemantauan dan pemberantasan jentik nyamuk khususnya Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus
Adalah peran serta dan pemberdayaan masyarakat dengan melibatkan setiap keluarga
pengendalian penyakit tular vektor khususnya DBD melalui pembudayaan PSN 3M PLUS
17
3. Jumantik Rumah
Adalah kepala keluarga / anggota keluarga / penghuni dalam satu rumah yang di sepakati
4. Jumantik Lingkungan
Adalah satu atau lebih petugas yang ditunjuk oleh pengelola tempat tempat umum (TTU)
TTU : Pasar, terminal, pelabuhan, bandara, stasiun, tempat ibadah, tempat pemakaman dan
tempat wisata.
5. Koordinator Jumantik
Adalah satu atau lebih anggota dari Pokja DBD atau orang yang ditunjuk oleh Ketua
RW / Kepala Desa / Lurah untuk melakukan pengolahan data dan pemantauan pelaksanaan
18
B. Struktur
Pembentukan kader jumantik dalam kegiatan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik yang berasal
dari masyarakat terdiri dari jumantik Rumah / Lingkungan, koordinator Jumantik dan Supervisor
Jumantik. Pembentukan dan pengawasan kinerja menjadi tanggung jawab sepenuhnya oleh
wilayahnya.
19
f Memberikan penghargaan terhadap kader yang memiliki kinerja dan prestasi yang baik
Pokjanal DBD tingkat provinsi belum terbentuk, maka laporan ditujukan kepada
a. Tata kerja PSN/Jumantik mengacu pada petunjuk teknis PSN-Jumantik dan ketentuan-
2.4.3 Kriteria Dan Perekrutan Kader Jumantik dan Penanggung Jawab PSN
A. Kriteria Jumantik
Kader Jumantik adalah pasangan ibu-ibu PKK dari setiap RT, dengan kriteria sebagai
berikut:
a. Mampu membaca dan menulis
b. Mampu dan mau melaksanakan tugas dan bertanggung jawab
c. Mampu dan mau menjadi motivator bagi rekan-rekan yang lain.
d. Mampu dan mau bekerjasama dengan petugas puskesmas, masyarakat dan
petugas lainnya.
B. Kriteria Penanggung Jawab Jumantik-PSN
Penunjukan Penanggung Jawab Jumatik-PSN menjadi kewenangan ketua RT yang
20
a. Mampu dan mau melaksanakan tugas dan bertanggungjawab
b. Mampu dan mau menjadi motivator bagi rekan-rekan kader jumantik
c. Mampu dan mau bekerjasama/ berkoordinasi yang baik dengan petugas
dengan tata cara yang telah diatur oleh masing-masing RT. Semakin banyak kader yang
dilibatkan akan semakin baik, bila perlu seluruh kader dilibatkan sebagai Jumantik-PSN.
2.4.5 Peran Dan Tanggung Jawab
Peran dan tanggung jawab pelaksanaan Jumantik-PSN disesuaikan dengan fungsi masing
masing, yaitu:
1. Jumantik
a) Melakukan kegiatan pemantauan jentik dan PSN di lingkungan RT secara rutin
seminggu sekali.
b) Melakukan kegiatan pemantauan jentik dan PSN di lingkungan tempat tinggalnya
tinggalnya.
d) Melaporkan hasil pemantauan jentik kepada Penanggung Jawab Jumantik-PSN
tinggalnya.
2. Penanggung Jawab PSN
a) Membuat rekapitulasi laporan mingguan hasil Jumantik-PSN di masing-masing RT
yang telah disahkan/ ditandatangani oleh ketua RT untuk diserahkan kepada kepala
21
c) Mengawasi/memberikan bimbingan teknis kepada Jumantik anak sekolah.
3. Kepala Puskesmas
a) Membina dan memantau pelaksanaan kegiatan PSN serta melaksanakan koordinasi
diperlukan dukungan biaya operasional. Dukungan dana tersebut dapat berasal dari
beberapa sumber misalnya APBD, Bantuan Operasional Kesehatan (BOK), dan lain
alat tulis, senter, pipet dan plastik tempat jentik dan larvasida.
22
Gambar 2.9. Contoh PSN kit
c Penyediaan alat lainnya misalnya media komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)
seperti leaflet, stiker, lembar balik (flipchart), buku saku, juknis/juklak dll.
d Biaya pelatihan/pembinaan kader-kader penanggung jawab PSN oleh Pokja PSN.
e Biaya pelatihan bagi jumantik oleh puskesmas/ dinas kesehatan/ Pokja PSN.
f Biaya monitoring dan evaluasi.
23
pelaksanaan, jenis tempat perkembangbiakan nyamuk, ada tidaknya jentik dan
Tinggal dan Formulir Hasil Pemantauan Jentik Mingguan dilaporkan setiap minggu
jentik maka guru wajib memberikan arahan kepada kader untuk meningkatkan
kegiatan PSN 3M, serta membuat rekap laporan ke Puskesmas terdekat untuk
ditindaklanjuti.
- Dinas Kesehatan/ Pokja PSN melalui Puskesmas setempat melakukan pembinaan ke
di lingkungan rumah.
- Setelah didapatkan, maka dilakukan penyenteran untuk mengetahui ada tidaknya
jentik
- Mencatat ada tidaknya jentik dan jenis kontainer yang diperiksa pada Formulir Hasil
24
Gambar 2.11. Tempat-tempat potensial perkembangbiakan nyamuk di dalam rumah
3. Menguras
Menguras tempat penampungan air secara rutin dan terus menerus. Menguras harus
dilakukan setiap minggu dengan pertimbangan nyamuk harus dibunuh sebelum menjadi
nyamuk dewasa, karena periode pertumbuhan telur, jentik dan kepompong selama 8-12
25
hari, sehingga sebelum 8 hari harus sudah dikuras supaya mati sebelum menjadi
nyamuk dewasa.
4. Menutup
Menutup adalah kegiatan menutup semua tempat penyimpanan air yang diperkirakan air
akan disimpan dalam waktu lama (lebih dari satu minggu). Namun apabila tetap
ditemukan jentik, maka air harus dikuras dan dapat diisi kembali kemudian ditutup
rapat.
dengan cara mengolah kembali bahan-bahan media penampungan air menjadi produk
kader, serta sebagai informasi penting dalam rangka menghadapi terjadi serangan DBD.
Pencatatan dan pelaporan PSN dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : Pencatatan
RT.
- Seminggu sekali kader melakukan pemantauan jentik dan PSN di rumahnya
26
ada tidaknya jentik dan kegiatan PSN 3M yang dilakukan Formulir Hasil
Formulir Hasil Pemantauan Jentik dan PSN Rumah, apabila laporan ditemukan
jentik maka kader wajib memberikan arahan kepada rekan kader untuk
-
Pemberantasan DBD
27
Dengan Insektisida
-
2.7 Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting dalam membentuk tindakan seseorang.
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan:
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu
yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
Oleh karena itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan paling rendah.
2. Memahami
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang
yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan
contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari.
28
3. Aplikasi
Aplikasi diartikan sebagat kemarnpuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari
pada situasi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan
rumus, metode, prinsip dalam konteks.
4. Analisiss
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam
komponen-komponen, tetapi masih didalam satu organisasi, dan masih ada
kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan
kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,
memisahkan, mengelompokkan.
fii
5. Sintesis
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru.
6. Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada
suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang
sudah ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan
tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden.
2.8 Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat
ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan
konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-
29
hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb, salah
seorang ahli psikologis sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau
kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum
merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu
perilaku.
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan:
1. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan. Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari ketersediaan
dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi.
2. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang
diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
3. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah
adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung
dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek.
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
31
3. Pertanyaan tentang pengetahuan kader mengenai penyakit demam berdarah sebanyak 10
pertanyaan.
4. Pertanyaan tentang sikap masyarakat mengenai penyakit demam berdarah sebanyak 4
pertanyaan.
5. Pertanyaan tentang pengetahuan masyarakat terhadap kegiatan PSN dalam pelaksaan
jumantik sebanyak 10 pertanyaan.
6. Pernyataan tentang penyuluhan terhadap penyakit demam berdarah sebanyak 2
pertanyaan.
3.4.2 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah seluruh Kader jumantik yang pada saat
penelitian berlangsung dan bermukim di kelurahan Pondok Kopi 1. Jumlah populasi
adalah 46 kader.
3.4.3 Sampel
1. Total sampling
Sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili populasi yang
akan diambil (Notoatmojo, 2005). Sampel dalam penelitian ini adalah
semua kader di kelurahan pondok kopi 1., yaitu sejumlah 46 kader.
32
2. Tekhnik pengambilan sampel
Sampling adalah suatu cara yang ditempuh dengan pengambilan sampel
yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan obyek penelitian (Nursalam,
2008). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total
sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana
jumlah sampel sama dengan populasi (Sugiyono, 2007). Alasan mengambil
total sampling karena menurut Sugiyono (2007) jumlah populasi yang
kurang dari 100 seluruh populasi dijadikan sampel penelitian semuanya.
3.5 Definisi Operasional
1. Ibu Rumah Tangga
Adalah mereka yang mendampingi kepala keluarga
2. Usia Responden
Adalah ulang tahun terakhir responden pada saat dilakukan wawancara
3. Pekerjaan
Adalah mata pencaharian utama responden untuk membiayai kehidupan sehari-hari
responden
4. Pendidikan
Jenjang pendidikan formal terakhir yang diikuti responden.
5. Tingkat Pengetahuan
Adalah pengetahuan responden mengenai DHF (definisi, penyebaran, dan pencegahan).
Tingkat pengetahuan dinilai melalui penelitian jawaban responden atas pertanyaan-
pertanyaan kategori pengetahuan dalam kuesioner.
6. Tingkat sikap
Adalah sikap responden mengenai DHF (penyebaran dan pencegahan). Dinilai melalui
penilaian jawaban responden atas pertanyaan-pertanyaan kategori sikap dalam kuisioner.
33
Dalam kuisioner, kategori sikap terdiri dari 4 pertanyaan yang mencakup mengenai
sikap kader dalam mencegah demam berdarah. Pertanyaan tersebut berupa
pertanyaan pilihan ganda. Penilaian dilakukan dengan memberi poin, jawaban yang
benar diberi poin 25, dan jawaban salah diberi poin 0. Sikap dinilai dengan kriteria
cukup dan kurang. Pengetahuan dengan kriteria cukup memiliki nilai antara 60-100 ,
sedangkan kriteria kurang memiliki nilai 10 50.
data menggunakan Microsoft Word dan Microsoft Excel. Untuk menganalisa data-data yang
Analisa data yang akan peneliti lakukan adalah analisa univariat, yaitu sebagai
masing variable. Jenis data yang dianalisis adalah data kategorik, peringkasan
34
BAB IV
GAMBARAN KOMUNITAS
Indonesia sehat 2015 adalah visi pembangunan sehat di Indonesia. Puskesmas dijadikan
sebagai ujung tombak upaya kesehatan baik upaya kesehatan masyarakat maupun kesehatan
perorangan. Lebih dari tiga dasawarsa Republik Indonesia mencoba berupaya menyelesaikan
persoalan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Gagasangagasan baru untuk
menyelesaikan berbagai persoalan pelayanan kesehatan dicoba namun demikian faktanya
adalah kualitas pelayanan kesehatan di negara Indonesia masih jauh dari memuaskan bila
dibandingkan dengan negara-negara tetangga.
4.1.1 Definisi Puskesmas
Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di satu atau sebagian
wilayah kecamatan. Sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPTD) Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis
operasional Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan kemampuannya dan
merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di
Indonesia.
4.1.2 Visi
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah
tercapainya kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat 2015. Kecamatan sehat
adalah masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku sehat memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata,
serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, yang mencakup empat indikator
utama, yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu
serta, derajat kesehatan penduduk kecamatan.
4.1.3 Misi
Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan.
Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.
35
Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan
terjangkau.
Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat.
4.1.4 Tujuan
Tujuannya adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional,
yakni meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
yang tinggal di wilayah kerja puskesmas, agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2015.
4.1.5 Fungsi
Ada tiga fungsi Puskesmas, yaitu :
Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan.
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan
pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah
kerjanya. Disamping itu puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak
kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya.
Puskesmas mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa
mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan, dengan indikator:
a. Tersedianya air bersih
b. Tersedianya jamban yang sehat
c. Tersedianya larangan merokok
d. Adanya dokter kecil untuk SD atau PMR untuk SMP
Pusat Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan perorangan, warga dan masyarakat ini diselenggarakan
dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat
setempat mempunyai indikator :
a. Tumbuh kembang, Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat
b. Tumbuh dan kembangnya LSM (Lembaga Swadaya
Masyarakat)
c. Tumbuh dan berfungsinya kesehatan masyarakat.
Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
a. Promosi kesehatan masyarakat
b. Kesehatan lingkungan
c. KIA ( Kesehatan Ibu dan Anak )
d. KB ( Keluarga Berencana )
e. Perbaikan gizi masyarakat
f. P2M ( Pengendalian Penyakit Menular )
g. Pengobatan dasar
Pelayanan kesehatan tingkat pertama oleh puskesmas meliputi:
36
Pelayanan Kesehatan Perorangan
Pelayanan yang bersifat pribadi (Private Goods) dengan tujuan utama
menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan
pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit.
Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Pelayanan yang bersifat publik (Public Goods) dengan tujuan utama
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
4.1.6 Azas
Azas penyelenggaraan dikembangkan dari ketiga fungsi puskesmas. Dasar
pemikirannya adalah pentingnya menerapkan prinsip dasar dari setiap fungsi puskesmas
dalam menyelenggarakan setiap upaya puskesmas, baik upaya kesehatan wajib maupun
upaya kesehatan pengembangan.
Azas Pertanggungjawaban Wilayah
a. Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan sehingga
berwawasan kesehatan.
b. Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan
masyarakat di wilayah kerjanya.
c. Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang diselenggarakan oleh
masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya.
d. Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer) secara merata dan
terjangkau di wilayah kerjanya.
Azas Pemberdayaan Masyarakat
a. KIA : Posyandu, Polindes, Bina Keluarga Balita (BKB)
b. Pengobatan : Posyandu, Pos Obat Desa (POD)
c. Perbaikan Gizi : Panti Pemulihan Gizi, Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)
d. Kesehatan Lingkungan : Kelompok Pemakai Air (Pokmair), Desa Percontohan
Kesehatan Lingkungan (DPKL), PSN DBD
e. UKS : Dokter Kecil, Saka Bakti Husada (SBH), Pos Kesehatan Pesantren
(Poskestren), Jumantik Sekolah
f. Kesehatan Usia Lanjut : Posyandu Usila, Panti Wreda
g. Kesehatan Kerja : Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK)
h. Kesehatan Jiwa : Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat (TPKJM)
i. Pembinaan Pengobatan Tradisional : Tanaman Obat Keluarga (TOGA),
Pembinaan Pengobatan Tradisional (Battra).
Azas Keterpaduan
Ada dua macam keterpaduan yang perlu diperhatikan yakni :
a. Keterpaduan Lintas Program
Contoh keterpaduan lintas program antara lain :
37
1) Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) : Keterpaduan KIA dengan
P2M, gizi, promosi kesehatan & pengobatan.
2) UKS : Keterpaduan kesehatan lingkungan dengan promosi kesehatan,
pengobatan, kesehatan gigi, kesehatan reproduksi remaja, kesehatan jiwa
dan kesehatan lingkungan.
3) Posyandu : keterpaduan KIA dengan KB, gizi, P2M, Kesehatan jiwa &
promosi kesehatan.
b. Keterpaduan Lintas Sektor
Upaya ini memadukan penyelenggaraan program puskesmas dengan
program dari sektor terkait tingkat kecamatan, termasuk organisasi
kemasyarakatn dan dunia usaha. Contoh keterpaduan lintas sektoral antara
lain : KIA yakni keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala
desa, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, Pemberdayaan
Kesejahteraan Keluarga (PKK) & Petugas Lapangan Keluarga Berencana
(PLKB). Selain itu juga memadukan program UKS, perbaikan gizi, kesehatan
kerja, dan kesehatan lingkungan.
Azas Rujukan
Untuk membantu puskesmas menyelesaikan berbagai masalah kesehatan dan
juga untuk meningkatkan efisiensi, maka penyelenggaraan setiap program puskesmas
harus ditopang oleh azas rujukan.
a. Rujukan Medis
Apabila suatu puskesmas tidak mampu menangani suatu penyakit
tertentu, maka puskesmas tersebut dapat merujuk ke sarana pelayanan
kesehatan yang lebih mampu (baik vertikal maupun horizontal). Rujukan
upaya kesehatan perorangan dibedakan atas :
1) Rujukan Kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan sikap medis
(contoh : operasi) dan lain-lain.
2) Rujukan Bahan Pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium
yang lebih lengkap.
3) Rujukan Ilmu Pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga yang lebih
kompeten untuk melakukan bimbingan tenaga puskesmas dan atau
menyelenggarakan pelayanan medis spesialis di puskesmas.
b. Rujukan Kesehatan
38
1) Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman peralatan fogging,
peminjaman alat laboratorium kesehatan, peminjaman alat audio visual,
bantuan obat, vaksin, bahan habis pakai dan bahan pakaian.
2) Rujukan tenaga, antara lain tenaga ahli untuk penyidikan kejadian luar
biasa, bantuan penyelesaian masalah hukum kesehatan, gangguan
kesehatan karena bencana alam.
3) Rujukan operasional, yakni menyerahkan sepenuhnya kewenangan dan
tanggung jawab penyelesaian masalah kesehatan masyarakat dan atau
penyelenggaraan kesehatan masyarakat kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Rujukan operasional diselenggarakan apabila puskesmas
tidak mampu.
39
i. Upaya pembinaan pengobatan tradisional
Wilayah kerja Puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan.
Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik dan infrastruktur lainnya
merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja Puskesmas.
Penyelenggaran pelayanan kesehatan oleh Puskesmas meliputi :
a. Promotif ( peningkatan kesehatan )
b. Preventif ( upaya pencegahan )
c. Kuratif ( pengobatan )
d. Rehabilitatif ( pemulihan kesehatan )
40
Gambar 4.1 Bagan Struktur Organisasi Puskesmas Kel. Pondok Kopi 1
41
Puskesmas ini mencakup wilayah kerja seluas 57,1 Ha dengan batas-batas :
42
LK PR JUMLAH LK PR JUMLAH
b. Jumlah KK Setiap RW
WNI
No. RW.
Lk Pr Jumlah
1 2 886 64 950
3 4 866 37 903
43
No. RW. Permanen Semi Permanen Tidak Tempat Kos 4.5
Permanen 4.5
1 02 167 87 85 122
4.5
2 03 361 402 392 -
3 04 369 57 40 - 4.5
JUMLAH 897 549 517 122
4.5
Sumber Daya Manusia
Jumlah pegawai Puskesmas Kel. Pondok Kopi I berjumlah 10 orang yang terdiri dari 6
orang pegawai otonom, 4 oang pegawai honorer, dengan rincian :
Dokter Umum : 1 orang
Bidan : 2 Orang
Perawat : 1 Orang
Tata usaha : 2 Orang
PHL : 2 Orang
Kebersihan : 1 Orang
Keamanan : 1 Orang
Jumlah kasus DBD yang ditangani di Puskesmas Pondok Kopi 1 selama tahun 2017
(Januari-April) sebanyak 7 kasus, dengan proporsi 2 orang dari laporan masyarakat dan 5
orang dari laporan rumah sakit. Berikut ini tabel kasus DBD selama tahun 2017
berdasarkan RT dan RW
44
RW 02 RW03 RW04
PRIA - 4 1
WANITA - 2
TOTAL - 6 1
Berdasarkan arsip Puskesmas Pondok Kopi 1, terdapat peningkatan kasus yang ditangani
di wilayah RT 03. Pada tahun 2017, terdapat 3 kasus (terdiri dari 3 orang laki-laki).
45
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
kopi 1.
5.2 Hasil penelitian dan pembahasan
5.2.1 Identitas Responden
Dari tabel 4.3. diatas didapatkan bahwa kebanyakan pekerjaan responden adalah ibu rumah
tangga (97,82 %). Data mengenai pekerjaan ini dapat menjadi patokan kasar dalam
memperkirakan status sosial ekonomi responden yang tentunya akan berpengaruh terhadap
perilaku kesehatannya.
46
5.2.3 Pendidikan Responden
Tabel 4.4 Distribusi Pendidikan Responden
SMP 6 13,04
SMA 25 54,34
D3 11 23,91
S1 4 8,69
46 100
Dari tabel 4.4. diatas didapatkan bahwa kebanyakan pendidikan responden adalah lulusan
SMA (54,34 %). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rata-rata pendidikan responden Cukup
baik. Tentunya tingkat pendidikan yang cukup ini mungkin akan sedikit mempersulit puskesmas
dalam memberikan penyuluhan tentang penyakit DHF ini.
Tabel 4.5. Distribusi responden menurut ada tidaknya keluarga menderita DHF
Jawaban Jumlah Persentase (%)
Ya 0 0
Sehat 0 0
Sakit 0 0
Komplikasi 0 0
Meninggal 0 0
Tidak 46 100
46 0 100 100
Dari tabel 4.5. dapat dilihat bahwa semua responden tidak menderita DHF (100%).
47
Tabel 4.6. Distribusi jawaban responden terhadap pengetahuan tentang DHF
Jawaban Jumlah Persentase (%)
Tahu 42 91,30
Tidak tahu 4 8,69
46 100
Dari tabel 4.6. dapat diketahui bahwa kebanyakan responden mengetahui tentang demam
berdarah ( 91,30%). Ini berarti sebagian besar responden sudah mengetahui tentang penyakit
demam berdarah dengue, tetapi sejauh mana pengetahuan responden tentang DHF dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Tidak tahu
46 100
48
Dari tabel 4.7. sebagian besar menjawab bahwa DHF disebabkan oleh virus dengue yaitu
56,53%. Dengan demikian hampir seluruh responden mengetahui tentang penyebab penyakit
DHF.
Tabel 4.8. Distribusi jawaban responden tentang ciri nyamuk Aedes Aegepty
Jawaban Jumlah Persentase
Nyamuk kecil tanpa motif
Nyamuk dengan pola hitam 44 95,65
putih
Nyamuk dengan sayap 4 2 4,34
helai
46 100
Dari tabel 4.8. sebagian besar menjawab bahwa DHF disebabkan oleh virus dengue yaitu
95,65%. Dengan demikian hampir seluruh responden mengetahui tentang penyebab penyakit
DHF.
Tabel 4.9. Distribusi jawaban responden terhadap orang-orang yang menderita DHF
( jawaban lebih dari satu )
Tanda-tanda DHF Jumlah Persentase (%)
Demam mendadak 46 32,62
Sakit kepala 20 14,19
Nyeri sendi/tulang/otot 18 12,77
Nyeri ulu hati 11 7,80
Perdarahan berupa : bintik-bintik merah di kulit, 46 32,62
perdarahan gusi/hidung,batuk darah,berak darah,dll.
Tidak tahu -
141 100
Dari tabel 4.9. didapat kebanyakan responden menjawab tanda-tanda orang yang menderita
DHF adalah perdarahan (32,62 %) dan demam mendadak (32,62%). Dengan demikian, sebagian
besar masyarakat telah mengetahui tanda-tanda penyakit DHF.
49
Tabel 4.10. Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan apakah DHF merupakan penyakit
berbahaya
Jawaban Jumlah Persentase (%)
Ya 46 100
Menyebabkan 36 78,26
kematian
Menularkan 10 21,73
Tidak
46 46 100 100
Dari tabel 4.10. kebanyakan responden menganggap DHF merupakan pernyakit yang
berbahaya (100%) karena menyebabkan kematian (78,26 %).
Tidak tahu
46 100
Dari tabel 4.11. dapat dilihat bahwa seluruh responden menjawab cara penyebaran DHF
adalah melalui gigitan nyamuk (100 %). Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden telah
mengetahui cara penyebaran DHF. Tentunya responden akan lebih mudah diberikan penyuluhan
tentang pemberantasan DHF.
50
Tabel 4.12. Tabel distribusi jawaban responden tentang tempat yang menjadi sarang nyamuk DHF
Jawaban Jumlah Persentase (%)
Tempat penampungan air yang tidak tertutup 32 14,81
Bak mandi 46 21,29
Tempat minum hewan peliharaan 46 21,29
Tatakan dispenser 46 21,29
Pot bunga 46 21,29
Tidak tahu -
216 100
Dari tabel 4.12. dapat dilihat bahwa paling sedikit responden menjawab tempat penampungan
air yang tidak bertutup (14,81%) sebagai tempat-tempat yang menjadi sarang nyamuk DHF.
Dapat dilihat bahwa sebagian besar responden sudah mengetahui tempat yang berpotensi
menjadi sarang nyamuk DHF.
Tabel 4.13. Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan apakah jentik nyamuk
Aedes dapat hidup di air kotor
Jawaban Jumlah Persentase (%)
Bisa 20 43,48
Tidak bisa 26 56,52
Tidak tahu -
46 100
Dari tabel 4.13. dapat dilihat bahwa kebanyakan responden menjawab tidak bisa (56,52%).
Dapat dilihat bahwa sebagian besar responden sudah mengetahui tempat yang berpotensi
menjadi sarang nyamuk DHF.
Tabel 4.14. Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan berapa lama daur hidup
nyamuk Aedes Aegepty
51
Jawaban Jumlah Persentase (%)
7 hari 38 82,60
7 minggu 8 17,39
7 bulan -
46 100
Dari tabel 4.14. dapat dilihat bahwa kebanyakan responden menjawab 7 hari (82,60%). Dapat
dilihat bahwa sebagian besar responden sudah mengetahui daur hidup nyamuk Aedes Aegepty.
Tabel 4.15. Tabel distribusi jawaban responden tentang cara mencegah DHF
Jawaban Jumlah Persentase (%)
(n)
Menguras bak mandi secara teratur 34 22,07
Menutup tempat penyimpanan air 46 29,87
Mengubur/ membersihkan barang bekas yang dapat 32 20,77
menampung air
Memberikan insektisida pembunuh larva nyamuk (abate) 22 14,28
pada tempat penyimpanan air / bak mandi
Memelihara ikan pemakan jentik nyamuk dalam kolam 20 12,98
Tidak tahu -
154 100
Dari tabel 4.15. dapat dilihat bahwa sebagian besar responden menjawab mengubur/
membersihkan barang bekas yang dapat menampung air (20,77 % ), menguras bak mandi secara
teratur (22,07 %), dan menutup tempat penyimpanan air (29,87 %) merupakan cara untuk
52
mencegah demam berdarah. Pengetahuan responden tentang cara mencegah demam berdarah
sudah cukup baik.
Dari tabel 4.16 didapatkan bahwa kebanyakan responden berpengetahuan cukup (45,65%)
dan beberapa responden memiliki pengetahuan yang kurang (13,04%). Sebagian besar warga
sudah mengetahui tentang DHF yaitu tentang penyebab DHF, penyebarannya, dan tindakan
pencegahannya. Penyuluhan yang dilakukan puskesmas cukup berhasil karena sebagian besar
warga sudah mengetahui tentang DHF.
Tabel 4.17 Distribusi jawaban responden mengenai siapa yang bertanggung jawab terhadap
pencegahan DHF
53
Tabel 4.18 Distribusi jawaban responden mengenai keefektifan foging dalam mencegah DHF
Pada tabel 4.18 didapatkan bahwa kebanyakan responden menjawab foging efektif (82,60%).
Sebagian besar responden menganggap foging efektif dalam mencegah DHF, fogging merupakan
metode pemberantasan DHF yang digalakkan pemerintah.
Tabel 4.19 Distribusi jawaban responden mengenai perlu atau tidak penderita DBD di
lingkungan dilakukan fogging
Ya 42 91,30
Tidak 4 8,70
46 100
Dari tabel 4.19 didapatkan bahwa kebanyakan responden setuju dengan adanya fogging
(91,30 %). Kebanyakan responden sudah memiliki sikap yang baik dalam upaya memutus mata
rantai DHF.
Tabel 4.20 Distribusi jawaban responden tentang perlunya pelaporan penderita DBD ke
RT/RW/JUMANTIK
54
46 100
Dari tabel 4.20 diatas dapat dilihat bahwa seluruh responden menjawab perlu dilakukan
pelaporan (100%).
Cukup 38 82,61
Kurang 8 17,39
46 100
Dari tabel 4.21 didapatkan bahwa kebanyakan responden mempunyai sikap cukup (82,61 %)
walaupun beberapa diantaranya (17,39%) memiliki sikap yang kurang. Dengan sikap yang
cukup ini diharapkan perilaku responden sesuai dengan sikapnya tersebut terutama dalam hal
penyuluhan dan kerjasama untuk mencegah penyebaran penyakit DHF.
Tahu 42 91,30
46 100
55
Dari tabel 4.22 diatas dapat dilihat bahwa kebanyakan responden menjawab tahu kegunaan
bubuk abate (98,8%). Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang kegunaan
bubuk abate sudah baik.
Tabel 4.23 Distribusi jawaban responden mengenai bahaya fogging (jawaban lebih dari
satu)
Dari tabel 4.22 dapat dilihat bahwa kebanyakan responden menganggap gangguan saluran
nafas dan kanker sebagai efek dari fogging (41,07%). Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan
responden tentang bahaya fogging sudah baik.
Tahu 37 80,43
46 100
56
Dari tabel 4.23 diatas dapat dilihat bahwa cukup banyak responden menjawab tahu apa yang
dilaksanakan dalam 3M (80,43%). Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang
kegunaan kegiatan 3M sudah cukup baik.
Tabel 4.25. Tabel distribusi jawaban responden tentang program puskesmas dalam
memberantas DBD ( jawaban boleh dari satu)
Jawaban Jumlah (n)
Tahu
PSN 38 34,86
Juru pengawas jentik 42 38,53
Fogging / pengasapan 8 7,34
Penyebaran bubuk abate 10 9,17
Pelaporan dan pengawasan responden 8 7,34
yang terkena demam berdarah
Dari tabel 4.24. dapat dilihat bahwa sebagian besar responden mengetahui program
puskesmas (97,24 %) dan program puskesmas yang paling banyak diketahui responden adalah
Jumantik (38,53 %), PSN ( 34,86 %), dan penyebaran bubuk abate (9,17 %). Dari hasil tersebut,
diketahui bahwa program yang dilaksanakan puskesmas sudah banyak diketahui oleh responden.
Hal ini tentu mempermudah melakukan pencegahan terhadap DHF.
Tabel 4.26 Distribusi jawaban responden mengenai istilah PSN
Tahu 44 95,65
57
46 100
Dari tabel 4.25 diatas dapat dilihat bahwa cukup banyak responden menjawab tahu apa istilah
PSN (95,65%). Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang pencegahan demam
berdarah sudah baik.
Tabel 4.27 Distribusi jawaban responden mengenai kegiatan yang dilakukan PSN
Tahu 35 76,08
46 100
Dari tabel 4.26 diatas dapat dilihat bahwa cukup banyak responden menjawab tahu (3M plus)
apa yang dilakukan pada saat PSN (76,08%). Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan
responden tentang pencegahan demam berdarah sudah baik.
Tahu 46 100
Tidak tahu - 0
46 100
58
Dari tabel 4.27 diatas dapat dilihat bahwa semua responden menjawab tahu apa istilah
jumantik (100%). Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang pencegahan
demam berdarah sudah baik.
Tabel 4.28. Tabel distribusi jawaban responden tentang peran JUMANTIK ( jawaban
boleh lebih dari satu )
Jawaban Jumlah (n)
Tahu
Pemantau PSN mandiri yang dilakukan 23 15,03
Kader
Dari tabel 4.28. dapat dilihat bahwa semua responden mengetahui peran jumantik (100 %).
Dari hasil tersebut, diketahui bahwa program jumantik yang dilaksanakan puskesmas sudah
banyak diketahui oleh responden. Hal ini tentu mempermudah melakukan pencegahan terhadap
DHF.
Tabel 4.29. Tabel distribusi jawaban responden tentang peralatan apa saja yang dibawa
saat PSN
Jawaban Jumlah (n)
59
Tahu
Formulir hasil pemeriksan jentik 46 25
Alat tulis 46 25
Senter 46 25
Larvasida (abate) 46 25
Tidak tahu 0
184 100
Dari tabel 4.29. dapat dilihat bahwa semua responden mengetahui peralatan apa saja yang
dibawa pada saat PSN (100 %). Dari hasil tersebut, diketahui bahwa program PSN yang
dilaksanakan puskesmas sudah banyak diketahui oleh responden. Hal ini tentu mempermudah
melakukan pencegahan terhadap DHF.
Tabel 4.30 Distribusi jawaban responden mengenai apa yang ditemukan saat PSN
Tahu 42 95,65
46 100
Dari tabel 4.30. diatas dapat dilihat bahwa kebanyakan responden menjawab tahu apa yang
ditemukan saat PSN (95,65%). Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang
pencegahan demam berdarah sudah baik.
Tabel 4.31. Distribusi jawaban terhadap pengetahuan responden mengenai PSN dalam
pelaksanaan Jumantik
Jawaban Jumlah (n) Presentase(%)
Sangat baik 9 19,56
60
Baik 8 17,39
Cukup 26 56,52
Kurang 3 6,52
46 100
Dari tabel 4.16 didapatkan bahwa kebanyakan responden berpengetahuan cukup (56,52%)
dan beberapa responden memiliki pengetahuan yang kurang (6,52%). Sebagian besar warga
sudah mengetahui tentang PSN dalam pelaksaan jumantik, istilah PSN dan Jumantik, alat apa
saja yang dibawa, dan apa saja yang dilaksanakan Penyuluhan yang dilakukan puskesmas cukup
berhasil karena sebagian besar Kader sudah mengetahui tentang PSN.
Perlu 41 89,13
Tidak perlu 5 10,86
46 100
Dari tabel 4.32. didapatkan kebanyakan responden merasa perlu dengan penyuluhan terhadap
demam berdarah dan PSN (89,13%). Hampir seluruh responden menginginkan adanya
penyuluhan terhadap DH dan PSN di lingkungannya. Hal ini tentu harus menjadi perhatian
Puskesmas setempat.
Tabel 4.33. Distribusi jawaban responden mengenai manfaat penyuluhan terhadap kader.
Bermanfaat 95,65
44
Tidak bermanfaat 4,35
2
46 100
61
Dari tabel 4.33. didapatkan kebanyakan responden merasa bermanfaat dengan penyuluhan
yang diberikan (95,65%). Hampir seluruh responden menyatakan penyuluhan tersebut
bermanfaat terhadap pengetahuannya. Hal ini tentu harus menjadi perhatian Puskesmas setempat.
BAB VI
6.1 KESIMPULAN
62
6.2 SARAN
1. Aktif dalam melaksanakan PSN secara rutin minimal seminggu sekali agar
Diharapkan untuk membuat metode yang lebih efektif (dilihat dari jumlah
kasus, lamanya waktu yang diperlukan, dan jumlah biaya yang dikeluarkan)
Kelapa
Pondok Kopi 1.
63
Peneliti selanjutnya diharapkan untuk melakukan penelitian dengan
metode yang lebih baik dan efektif dalam upaya pemberantasan sarang nyamuk
dan upaya untuk menurunkan angka kasus DBD dikelurahan Pondok Kopi 1.
64