Anda di halaman 1dari 11

BAB I

LAPORAN KASUS

1.1. Identitas pasien


Nama : Nn. Anisa Fitriani
Usia : 15 tahun
Suku : Sunda
Kebangsaan : Indonesia
Alamat : Kp. Wangum, RT/RW 01/02, Kelurahan Sukalarang,
Kecamatan
Sukalarang, Sukabumi
Pendidikan : SMP
Status perkawinan : Belum menikah
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
Tanggal masuk RS : 24 Maret 2015

1.2. Keluhan Utama


Pasien datang dengan keluhan perdarahan per vaginam sejak beberapa minggu
SMRS disertai pusing dan dismenorea.

1.3. Riwayat Penyakit Sekarang


Sejak 5 bulan SMRS, pasien mengalami menstruasi yang tidak teratur. Sejak
bulan Januari hingga Maret, menstruasi terlambat dan baru terjadi mendekati
periode berikutnya dengan jumlah yang lebih banyak dan lama.

1.4. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat hipertensi disangkal
Riwayat diabetes melitus disangkal
Riwayat alergi disangkal
Riwayat penyakit jantung disangkal
Riwayat penyakit hati disangkal

1
Riwayat penyakit ginjal disangkal
Riwayat epilepsi disangkal
Riwayat penyakit darah disangkal
Riwayat asma disangkal
Riwayat trauma disangkal
Riwayat operasi sebelumnya disangkal

1.5. Riwayat menstruasi


Haid pertama : Usia 14 tahun
Siklus menstruasi : 27-28 hari, tidak teratur, durasi 7 hari, terdapat
dismenorea
Hari pertama haid terakhir :-

1.6. Riwayat perkawinan


Belum menikah

1.7. Pemeriksaan Fisik


Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-tanda vital
- Tekanan darah: 120/80 mmHg
- Laju nadi : 96 kali/menit
- Laju napas : 20 kali/menit
- Suhu : 36,7 C
Berat Badan : 40 kg
Tinggi Badan : 153 cm

1.7.1. Status Generalis


Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)
Mulut : Mukosa oral kering
Abdomen
- Inspeksi : normal

2
- Palpasi : supel, nyeri tekan (-)
- Auskultasi : bising usus (+) 5x/menit
Ekstremitas : akral hangat, edema (-/-), CRT < 2 detik
Refleks Fisiologis : (+/+/+/+), refleks patologik (-/-)

1.7.2. Pemeriksaan obstetrik :


Hari pertama haid terakhir: -
Pemeriksaan dalam :
- Vaginal toucher : tidak dilakukan
- Inspekulo : tidak dilakukan

1.8. Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan USG : tidak dilakukan
Pemeriksaan Laboratorium
- Hb : 6,5 g/dL
- Ht : 20 %
- Leukosit : 9000 sel /l
- Trombosit : 622.000 sel /l
- Golongan darah :-

1.9. Diagnosis awal


P0 A0, usia 15 tahun dengan perdarahan uterus abnormal

1.10. Tatalaksana
Transfusi PRC sampai dengan Hb > 10g/dl
Asam tranexamat 3x1 g PO
Konsul ke bagian IPD (anemia dengan trombosit 620.000)
Observasi tanda- tanda vital dan perdarahan

1.11. Diagnosis akhir


P0 A0, usia 15 tahun dengan perdarahan uterus abnormal

3
1.12. Follow Up
25 Maret 2015 ( 06.30)
S : masih merasa lemas, flatus (+), BAK spontan (+), BAB (+)

O:

Keadaan umum : Tampak sakit ringan


Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-tanda vital
- Tekanan darah: 110/80 mmHg
- Laju nadi : 78 kali/menit
- Laju napas : 20 kali/menit
- Suhu : 36,5 C
Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)
Mulut : Mukosa oral kering
Abdomen
- Inspeksi : normal
- Palpasi : supel, nyeri tekan (+)
- Perkusi : timpani
- Auskultasi : bising usus (+), 3-4x/menit
Ekstremitas : akral hangat, edema (-/-), CRT < 2 detik
Refleks Fisiologis : (+/+/+/+), refleks patologik (-/-)
Pemeriksaan laboratorium:
- Fungsi hati
AST (SGOT) : 17 U/I
ALT ( SGPT) : 10 U/I
Albumin : 3,8 g/dl
- Fungsi ginjal
Ureum : 17 mg/dl
Kreatinin : 0,57 mg/dl
- Elektrolit
Natrium : 143 mmol/L
Kalium : 4,7 mmol/L

4
Kalsium : 6,7 mg/dl
Clorida : 102 mmol/L
A: P0 A0, usia 15 tahun dengan perdarahan uterus abnormal
P : Transfusi PRC sampai dengan Hb > 10g/dl
Asam tranexamat 3x1 g PO

26 Maret 2015 ( 06.30 )


S : flatus (+), BAB (+), BAK spontan (+)

O:

Keadaan umum : Tampak sakit ringan


Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-tanda vital
- Tekanan darah: 120/80 mmHg
- Laju nadi : 82 kali/menit
- Laju napas : 24 kali/menit
- Suhu : 36,5 C
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik(-/-)
Mulut : Mukosa oral basah
Abdomen
- Inspeksi : normal
- Palpasi : supel, nyeri tekan (-)
- Perkusi : timpani di seluruh regio abdomen
- Auskultasi : bising usus (+), 5x/menit
Ekstremitas : akral hangat, edema (-/-), CRT < 2 detik
Refleks Fisiologis : (+/+/+/+), refleks patologik (-/-)
A: P0 A0, 15 tahun dengan perdarahan uterus abnormal
P : Asam tranexamat 3x1 g PO
Asam mefenamat 3x1 g PO

27 Maret 2015 ( 06.30 )


S : flatus (+), BAB (+), BAK spontan (+)

5
O:

Keadaan umum : Tampak sakit ringan


Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-tanda vital
- Tekanan darah: 110/70 mmHg
- Laju nadi : 87 kali/menit
- Laju napas : 22 kali/menit
- Suhu : 36,7 C
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik(-/-)
Mulut : Mukosa oral basah
Abdomen
- Inspeksi : normal
- Palpasi : supel, nyeri tekan (-)
- Perkusi : timpani di seluruh regio abdomen
- Auskultasi : bising usus (+), 5x/menit
Ekstremitas : akral hangat, edema (-/-), CRT < 2 detik
Refleks Fisiologis : (+/+/+/+), refleks patologik (-/-)
A: P0 A0, 15 tahun dengan perdarahan uterus abnormal
P : obat pulang :
Asam tranexamat 3x1 PO
kontrol minggu depan

6
BAB II
ANALISA KASUS

Teori Kasus

Faktor Risiko Kehamilan Ketidakseimbangan


Ketidakseimbangan hormon
hormonal
Neoplasma
Diagnosa Hasil anamnesa Hasil anamnesa
Pemeriksaan fisik
USG
Pemeriksaan lab :
HCG
CBC
Pap Smear
TSH dan prolaktin
Fungsi liver
Faktor koagulasi
Tatalaksana Medikamentosa: Medikamentosa berupa
Pil kontrasepsi oral obat analgesik dan anti
kombinasi (Estrogen atau perdarahan
Progestin atau estrogen
progestin)
Androgen
NSAID
Reseptor GnRH (Lupron)
Derivat arginine
vasopressin
Tindakan :
Dilatasi dan kuret
Histerektomi

7
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Definisi
Perdarahan uterus abnormal adalah suatu gangguan haid atau perdarahan
per vaginam tanpa adanya ditemukan keadaan patologis pada daerah panggul,
kehamilan, atau penyakit sistemik lain

3.2. Etiologi
Gangguan fungsi mekanisme kerja poros hipotalamus - hipofisis - ovarium
endometrium.

3.3. Faktor risiko


dipengaruhi usia
siklus anovulasi
nulipara
obesitas
kanker endometrium
ketidakseimbangan hormon

3.4. Patofisiologi
Pada siklus ovulasi terjadi perdarahan uterus abnormal yang disebabkan
oleh terganggunya kontrol lokal hemostasis dn vasokontriksi yang berguna
untuk mekanisme membatasi jumlah daraah saat pelepasan endometrium haid
normal. Berbagai molekul yang terkait antara lain yaitu endotelin, prostaglandin,
VEGF, MMPs, enzim lisosom, dan fungsi platelet. Beberapa keadaan lain yang
dapat menyebabkan terjadinya perdarahan uterus abnormal pada siklus ovulasi
adalah korpus luteum persisten dan insufisiensi korpus luteum.
Pada siklus anovulasi terjadi stimulasi estrogen berlebihan pada
endometrium. Endometrium mengalami proliferasi berlebih namun tidak diiringi
dengan pembentukan jaringan penyangga yang baik karena kadar progesteron
rendah. Endometrium menjadi tebal tapi rapuh, jaringan endometrium lepas tidak

8
bersamaan dan tidak ada kolaps jaringan sehingga terjadi perdarahan yang tidak
teratur. Penyebab anovulasi beraneka ragam seperti belum matangnya aksis
hipotalamus- hipofisis - ovarium atau keadaan yang mengganggu aksis tersebut
seperti sindroma ovarium polikistik.

3.5. Gambaran Klinis

Dapat berupa perdarahan akut dan banyak, perdarahan ireguler,


metroragia, menometroragia, oligomenorea, dan menoragia. Dapat terjadi pada
setiap umur antara menarke dan menopause tetapi paling sering dijumpai pada
masa perimenarke dan perimenopause.

3.6. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan per eksklusionum dengan cara menyingkirkan
penyebab keadaan patologi pada panggul, penyakit sistemik, penyebab iatrogenik,
dan kehamilan.

3.7. Tatalaksana
Penanganan dilakukan untuk mencapai 2 tujuan yang saling berkaitan
yaitu mengembalikan pertumbuhan dan perkembangan endometrium abnormal
yang membuat keadaan anovulasi dan membuat haid teratur dengan volume
normal. Kedua tujuan tersebut dapat dicapai dengan menghentikan perdarahan
dan mengatur haid supaya normal kembali.
Bila keadaan hemodinamik tidak stabil, distabilkan terlebih dahulu lalu
setelah stabil, segera dilakukan penanganan untuk menghentikan perdarahan.
A. Perdarahan akut dan banyak: sering terjadi pada 3 kondisi yaitu remaja
dengan gangguan koagulopati, dewasa dengan mioma uteri, dan pada
pemakaian obat antikoagulansia.
Penanganan :
1. dilatasi dan kuret
dilakukan hanya bila ada kecurigaan keganasan dan kegagalaan terapi
medikamentosa. Risiko keganasan antara lain : usia > 35 tahun, obesitas,
dan siklus anovulasi kronis

9
2. medikamentosa
kombinasi estrogen progestin
2 x 1 tablet selama 5- 7 hari lalu dilanjutkan 1x1 tablet selama 3-6
siklus. menjadi 3x1 tablet selama 3 hari, 2x1 tablet selama 2 hari,
1x1 tablet selama 3 minggu kemudian berhenti tanpa obat selama 1
minggu, dilanjutkan pil kombinasi 1x1 tablet selama 3 siklus.
Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi akan mengurangi jumlah
darah haid hingga 60% dan patofisiologi terjadinya kondisi
anovulasi akan terkoreksi sehingga perdarahan akan berhenti.
estrogen
Pemberian dosis tinggi secara oral cukup efektif yaitu estrogen
konjugasi dengan dosis 1,25 mg atau 17 estradiol 2 mg setiap 6
jam selama 24 jam. Setelah perdarahan berhenti dilanjutkan dengan
pemberian pil kontrasepsi kombinasi.
progestin
Biasanya diberikan bila ada kontraindikasi terhadap pemberian
estrogen, yaitu selama 14 hari lalu berhenti selama 14 hari, diulang
selama 3 bulan. Sediaan yang digunakan adalah Medroksi
progesteron asetat ( MPA) dengan dosis 2 x 10 mg, Noretisteron
asetat dosis 2 x 5 mg, Didrogesteron dosis 2 x 5 mg dan
Normegestrol asetat dosis 2x 5 mg. Progestin merupakan anti
estrogen yang akan menstimulasi aktivitas enzim 17
hidroksisteroid dehidrogenase dan sulfotransferase sehingga
mengonversi estradiol menjadi estron. Progestin akan mencegah
endometrium hiperplasia.

B. Perdarahan ireguler
Dapat dalam bentuk metroragia, menometroragia, oligomenorea,
perdarahan memanjang yang sudah terjadi selama beberapa minggu atau
bulan. Sebelum memulai dengan terapi hormon sebaiknya mengevaluasi
penyebab sistemik terlebih dahulu:
1. TSH : evaluasi penyakit hipertiroid dan hipotiroid

10
2. Prolaktin : bila ada oligomenorea atau hipomenorea
3. Lakukan papsmear
4. Bila ada kecurigaan keganasan endometrium : lakukan biopsi
endometrium atau pertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan USG
transvagina. Bila terdapat keterbatasan, dapat segera diberikan kombinasi
estrogen progestin (1x1 tablet sehari, diberikan secara siklik selama 3
bulan) dan progestin (MPA 10mg 1x1 tablet/ hari)
Kegagalan medikamentosa menjadi indikasi dilakukannya tindakan bedah.

Pada keadaan tertentu terjadi variasi minor perdarahan ireguler


yang tidak dierlukan evaluasi seperti di atas yaitu perdarahan ireguleer
yang terjadi dalam 2 tahun setelah menarke. Hal itu terjadi biasanya
karena anovulasi akibat belum matangnya poros hipotalamus - hipofisis -
ovarium.
Penanganan dengan medikamentosa nonhormon:
Tujuan penanganan adalah mengurangi jumlah perdarahan, menurunkan
risiko anemia, dan meningkatkan kualitas hidup.
1. NSAID
Asam mefenamat diberikan dengan dosis 250 - 500 mg 2-4 kali
sehari. Ibuprofen diberikan dengan dosis 600 - 1200 mg per hari.
NSAID dapat memperbaiki hemostasis endometrium dan mampu
menurunkan jumlah darah haid 20-50%. Efek samping secara umum
adalah dapat menimbulkan keluhan gastrointestinal dan merupakan
kontraindikasi pada pasien dengan ulkus peptikum.
2. Antifibrinolisis
Asam traneksamat bekerja menghambat plasminogen secara
reversibel dan bila diberikan saat haid mampu menurunkan jumlah
perdarahan 40-50%. Efek samping asam traneksamat adalah keluhan
gastrointestinal dan tromboemboli.

11

Anda mungkin juga menyukai