LAPORAN KASUS
1
Riwayat penyakit ginjal disangkal
Riwayat epilepsi disangkal
Riwayat penyakit darah disangkal
Riwayat asma disangkal
Riwayat trauma disangkal
Riwayat operasi sebelumnya disangkal
2
- Palpasi : supel, nyeri tekan (-)
- Auskultasi : bising usus (+) 5x/menit
Ekstremitas : akral hangat, edema (-/-), CRT < 2 detik
Refleks Fisiologis : (+/+/+/+), refleks patologik (-/-)
1.10. Tatalaksana
Transfusi PRC sampai dengan Hb > 10g/dl
Asam tranexamat 3x1 g PO
Konsul ke bagian IPD (anemia dengan trombosit 620.000)
Observasi tanda- tanda vital dan perdarahan
3
1.12. Follow Up
25 Maret 2015 ( 06.30)
S : masih merasa lemas, flatus (+), BAK spontan (+), BAB (+)
O:
4
Kalsium : 6,7 mg/dl
Clorida : 102 mmol/L
A: P0 A0, usia 15 tahun dengan perdarahan uterus abnormal
P : Transfusi PRC sampai dengan Hb > 10g/dl
Asam tranexamat 3x1 g PO
O:
5
O:
6
BAB II
ANALISA KASUS
Teori Kasus
7
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Definisi
Perdarahan uterus abnormal adalah suatu gangguan haid atau perdarahan
per vaginam tanpa adanya ditemukan keadaan patologis pada daerah panggul,
kehamilan, atau penyakit sistemik lain
3.2. Etiologi
Gangguan fungsi mekanisme kerja poros hipotalamus - hipofisis - ovarium
endometrium.
3.4. Patofisiologi
Pada siklus ovulasi terjadi perdarahan uterus abnormal yang disebabkan
oleh terganggunya kontrol lokal hemostasis dn vasokontriksi yang berguna
untuk mekanisme membatasi jumlah daraah saat pelepasan endometrium haid
normal. Berbagai molekul yang terkait antara lain yaitu endotelin, prostaglandin,
VEGF, MMPs, enzim lisosom, dan fungsi platelet. Beberapa keadaan lain yang
dapat menyebabkan terjadinya perdarahan uterus abnormal pada siklus ovulasi
adalah korpus luteum persisten dan insufisiensi korpus luteum.
Pada siklus anovulasi terjadi stimulasi estrogen berlebihan pada
endometrium. Endometrium mengalami proliferasi berlebih namun tidak diiringi
dengan pembentukan jaringan penyangga yang baik karena kadar progesteron
rendah. Endometrium menjadi tebal tapi rapuh, jaringan endometrium lepas tidak
8
bersamaan dan tidak ada kolaps jaringan sehingga terjadi perdarahan yang tidak
teratur. Penyebab anovulasi beraneka ragam seperti belum matangnya aksis
hipotalamus- hipofisis - ovarium atau keadaan yang mengganggu aksis tersebut
seperti sindroma ovarium polikistik.
3.6. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan per eksklusionum dengan cara menyingkirkan
penyebab keadaan patologi pada panggul, penyakit sistemik, penyebab iatrogenik,
dan kehamilan.
3.7. Tatalaksana
Penanganan dilakukan untuk mencapai 2 tujuan yang saling berkaitan
yaitu mengembalikan pertumbuhan dan perkembangan endometrium abnormal
yang membuat keadaan anovulasi dan membuat haid teratur dengan volume
normal. Kedua tujuan tersebut dapat dicapai dengan menghentikan perdarahan
dan mengatur haid supaya normal kembali.
Bila keadaan hemodinamik tidak stabil, distabilkan terlebih dahulu lalu
setelah stabil, segera dilakukan penanganan untuk menghentikan perdarahan.
A. Perdarahan akut dan banyak: sering terjadi pada 3 kondisi yaitu remaja
dengan gangguan koagulopati, dewasa dengan mioma uteri, dan pada
pemakaian obat antikoagulansia.
Penanganan :
1. dilatasi dan kuret
dilakukan hanya bila ada kecurigaan keganasan dan kegagalaan terapi
medikamentosa. Risiko keganasan antara lain : usia > 35 tahun, obesitas,
dan siklus anovulasi kronis
9
2. medikamentosa
kombinasi estrogen progestin
2 x 1 tablet selama 5- 7 hari lalu dilanjutkan 1x1 tablet selama 3-6
siklus. menjadi 3x1 tablet selama 3 hari, 2x1 tablet selama 2 hari,
1x1 tablet selama 3 minggu kemudian berhenti tanpa obat selama 1
minggu, dilanjutkan pil kombinasi 1x1 tablet selama 3 siklus.
Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi akan mengurangi jumlah
darah haid hingga 60% dan patofisiologi terjadinya kondisi
anovulasi akan terkoreksi sehingga perdarahan akan berhenti.
estrogen
Pemberian dosis tinggi secara oral cukup efektif yaitu estrogen
konjugasi dengan dosis 1,25 mg atau 17 estradiol 2 mg setiap 6
jam selama 24 jam. Setelah perdarahan berhenti dilanjutkan dengan
pemberian pil kontrasepsi kombinasi.
progestin
Biasanya diberikan bila ada kontraindikasi terhadap pemberian
estrogen, yaitu selama 14 hari lalu berhenti selama 14 hari, diulang
selama 3 bulan. Sediaan yang digunakan adalah Medroksi
progesteron asetat ( MPA) dengan dosis 2 x 10 mg, Noretisteron
asetat dosis 2 x 5 mg, Didrogesteron dosis 2 x 5 mg dan
Normegestrol asetat dosis 2x 5 mg. Progestin merupakan anti
estrogen yang akan menstimulasi aktivitas enzim 17
hidroksisteroid dehidrogenase dan sulfotransferase sehingga
mengonversi estradiol menjadi estron. Progestin akan mencegah
endometrium hiperplasia.
B. Perdarahan ireguler
Dapat dalam bentuk metroragia, menometroragia, oligomenorea,
perdarahan memanjang yang sudah terjadi selama beberapa minggu atau
bulan. Sebelum memulai dengan terapi hormon sebaiknya mengevaluasi
penyebab sistemik terlebih dahulu:
1. TSH : evaluasi penyakit hipertiroid dan hipotiroid
10
2. Prolaktin : bila ada oligomenorea atau hipomenorea
3. Lakukan papsmear
4. Bila ada kecurigaan keganasan endometrium : lakukan biopsi
endometrium atau pertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan USG
transvagina. Bila terdapat keterbatasan, dapat segera diberikan kombinasi
estrogen progestin (1x1 tablet sehari, diberikan secara siklik selama 3
bulan) dan progestin (MPA 10mg 1x1 tablet/ hari)
Kegagalan medikamentosa menjadi indikasi dilakukannya tindakan bedah.
11