Anda di halaman 1dari 7

BAHAN AJAR VII : MATA KULIAH

PERLINDUNGAN HUTAN
Oleh: Dr.Ir. Andi Sadapotto, MP

Mata Kuliah : Perlindungan Hutan


Kode Mata Kuliah / SKS : 304 M 1113
Semester : Awal
Program Studi : Kehutanan
Mata Kuliah Prasyarat : Biologi Dasar
Dosen Penanggung Jawab : Dr.Ir. Andi Sadapotto, MP
Tim Dosen : 1. Ir. Budiaman, MP
2. Gusmiaty, SP.MP
Mahasiswa mampu mengidentifikasi, mendiagnosa dan
Sasaran Belajar/Learning
: menentukan strategi pencegahan dan/atau pengendalian
outcome
faktor-faktor penyebab kerusakan hutan
Mata kuliah ini membahas tentang batasan dan prinsip
dalam perlindungan hutan, faktor-faktor penyebab
kerusakan hutan, identifikasi dan klasifikasi semua
faktor penyebab kerusakan hutan, faktor fisik penyebab
: Kuliah
Deskripsi Mata
kerusakan hutan, faktor biologis penyebab kerusakan
hutan dan faktor sosial penyebab kerusakan hutan,
desain program pencegahan dan atau pengendalian
semua faktor penyebab kerusakan hutan .

1. PENDAHULUAN
a) Garis Besar Materi Pokok Bahasan VII:

Pokok bahasan ini terkait dengan faktor-faktor biotik penyebab terjadinya kerusakan hutan.

b) Sasaran Pembelajaran / Learning Objective:

Mahasiswa mampu menjelaskan dan menguraikan beberapa macam gejala penyakit pada
tanaman.

Perilaku Awal/Entry behavior:

Mahasiswa mampu menguraikan beberapa tipe/penggolongan gejala

1
c) Manfaat Pokok Bahasan:

Setelah mahasiswa mengikuti dan memahami materi bahasan ini maka mampu
menguraikan beberapa tipe/penggolongan gejala penyakit pada tanaman.

Urutan Pembahasan:
Pendahuluan
Pengertian Penyakit, Gejala dan Tanda
Penggolongan Gejala

d) Petunjuk Belajar/instructional orientation:

Pada materi bahasan ini sebagai pemahaman awal pada mata kuliah ini adalah
mahasiswa memahami tentang pengertian penyakit, gejala dan tanda serta penggolongan
gejala.

PENYAJIAN MATERI BAHASAN

a. Uraian Materi bahasan


I. Pendahuluan

Ilmu penyakit hutan adalah ilmu yang mempelajari penyakit pada pohon-pohon
penyusun hutan dan upaya pengelolaannya. Pohon penyusun hutan pada umumnya berumur
panjang dan dalam rentan pertumbuhannya selalu berinteraksi dengan faktor lingkungan
biotik dan abiotik. Tingkat kesehatan pohon atau kelompok pohon, pada setiap saat, pada
dasarnya merupakan hasil akhir interaksi antar pohon dan faktor-faktor tersebut yang juga
saling berinteraksi. Pada kondisi tertentu interaksi dengan faktor-faktor lingkungan dapat
menyebabkan kerusakan pohon penyusun hutan dan banyak diantaranya berupa kerusakan
fisiologis. Kerusakan fisiologis pohon terutama yang disebabkan oleh patogen seperti virus,
bakteri atau jamur. Perkembangan dan penyebaran penyakit dalam populasi hutan merupakan
fenomena yang khas dan merupakan titik strategis dalam pengembangan metode
pengendalian.

2
Pengertian Penyakit, Gejala dan Tanda

Penyakit tanaman adalah suatu perubahan atau penyimpangan dalam satu atau lebih
bagian dari rangkaian proses fisiologi penggunaan energi yang mengakibatkan hilangnya
koordinasi di dalam tanaman inang (host).
Ilmu penyakit hutan adalah ilmu yang mempelajari tentang : (1) hal-hal yang
menyebabkan pohon menjadi sakit (biotik dan kondisi lingkungan), (2) mekanisme faktor-
faktor tersebut sehingga menyebabkan penyakit, (3) interaksi antara inang dan patogen atau
penyebab lain (faktor fisik atau lingkungan), dan (4) metode pengendalian atau pencegahan
dan pengurangan kerugian akibat penyakit.
Biasanya tumbuhan yang sakit menunjukkan gejala-gejala yang khusus. Gejala
(symptom) ialah perubahan-perubahan atau penyimpangan-penyimpangan dari keadaan
normal yang ditunjukkan oleh tumbuhan akibat dari adanya serangan penyebab penyakit
(patogen). Seringkali suatu penyakit tertentu tidak hanya menimbulkan satu gejala, melainkan
beberapa gejala yang sering disebut sindrom. Bila beberapa patogen bersama-sama
menyerang satu pohon, maka gejala yang ditimbulkan pada pohon akan sangat sulit
dipisahkan atau ditentukan penyebab utamanya. Pengetahuan mengenai gejala penyakit
sangat penting untuk diketahui agar penyebab penyakitnya dapat diketahui dengan pasti,
sehingga tindakan pencegahan dan pemberantasan segera dapat dilakukan. Dalam banyak hal,
dengan memperhatikan gejala saja, seorang yang berpengalaman dapat menentukan
penyebabnya dengan tepat. Tetapi kadang-kadang beberapa macam penyebab penyakit
menyebabkan gejala yang sama pada satu pohon yang diserangnya, sehingga dengan
memperlihatkan gejala saja belum cukup untuk menentukan nama penyakit dan penyebabnya
dengan pasti. Maka dalam hal ini, di samping memperhatikan gejala, harus juga
memperhatikan tanda (sign) dari penyakit.
Tanda (sign) ialah semua pengenal dari penyebab penyakit yang berupa bentuk
vegetatif dan atau reproduktif dari patogen. Bentuk vegetatif misalnya : miselium,
appressorium, haustorium, basidium, sedangkan bentuk reproduktif misalnya : badan buah
(fruit body), spora, sclerotia, conidia dsb. Tanda dari patogen ada yang dapat dilihat dengan
mata biasa dan ada juga yang hanya bisa dilihat dengan mikroskop.
Gejala dari tanaman yang sakit dapat dibagi-bagi berdasarkan penggolongan gejala
sebagai berikut :
1. Berdasarkan sifat dari gejala yang timbul, gejala tanaman sakit dibagi menjadi :

3
a. Gejala lokal (Local Symptoms) adalah gejala yang timbul hanya terbatas pada
bagian tertentu saja, misalnya pada bagian batang, daun, akar atau buah.
b. Gejala sistemik (Systemic Symptoms) adalah gejala yang disebabkan oleh penyakit
yang menyerang seluruh bagian pohon. Misalnya penyakit yang disebabkan
virus.
2. Berdasarkan pengaruh langsung atau tidak langsung, dibagi menjadi :
a. Gejala Primer (Primary Symptoms), yaitu gejala yang timbul langsung di bagian
pohon tempat infeksi.
b. Gejala Sekunder (Secundary Symptoms), yaitu gejala yang timbul pada jaringan-
jaringan yang tidak diserang yang timbul secara tidak langsung akibat adanya
patogen (penyakit) di dalam pohon.
3. Berdasarkan ukuran dari gejala dibagi atas :
a. Gejala Mikroskopis (Microscopis Symptoms), yaitu gejala dari suatu penyakit
hanya dapat dilihat bila menggunakan alat pembesar (mikroskop). Berdasarkan
bentuknya, gejala mikroskopis dapat dibagi lagi menjadi :
1) Gejala nekrotik (Necrotic Symptoms) adalah gejala kerusakan berupa kematian
sel-sel jaringan tanaman. Kematian jaringan tanaman biasanya didahului
dengan adanya perubahan warna dari hijau kekuningan kemudian menjadi
coklat atau kemerah-merahahan.
Contoh gejala yang termasuk kategori ini antara lain :
a. Nekrosis : sekumpulan sel-sel yang terbatas pada jaringan tertentu mati
sehingga timbul bercak-bercak atau noda-noda berwarna coklat atau hitam.
Penyebabnya : cendawan Alternaria solani, Phytophthora parasitica var.
Nicotianae yang menyebabkan bercak-bercak daun dengan jalur-jalur sepusat
(konsentris)
b. Kanker : sel-sel yang mati pada bagian tumbuhan yang berkayu. Penyebabnya :
Nectria, Gloeosporium, Corticium salmonicolor, Botryodiplodia theobromae
c. Lodoh (dumping off) : gejala penyakit di persemaian yang menunjukkan
kematian pada sel-sel pangkal batang atau akar. Penyebabnya : Phytophthora,
Pythium, fusarium, Rhizoctonia, Sclerotium.
d. Mati kering (die back) : kematian pohon yang dimulai dari atas, yaitu tajuk,
cabang, batang dan akar. Penyebabnya : Diatrypella favacea, Valsa kitajimana
e. Busuk (rot/decay) : matinya jaringan tanaman pada bagian tertentu yang masih
lunak atau yang banyakmengandung air. Sebenarnya gejala busuk sama

4
dengan nekrosis, tetapi busuk dipakai untuk bagian-bagian tumbuhan yang
tebal seperti buah, batang, dan akar. Penyebabnya : Phellinus (Fomes) pini, P.
tremulae, P. Ignaris, Armillaria mellea, Ganoderma applanatum.
2) Gejala Atropik (Atrophic Symptoms) terhambatnya perkembangan atau
pertumbuhan sebagian atau seluruh jaringan tumbuhan akibat serangan
patogen.
Contoh gejala :
a. Kerdil : pertumbuhan sel-sel pada bagian-bagian tumbuhan, baik batang,
ranting, daun, atau buah terhambat sehingga ukurannya lebih kecil dari
biasa. Penyebabnya : virus
b. Klorosis :menguningnya atau pucatnya daun muda akibat kerusakan
klorofil atau daun tidak mampu membentuk klorofil. Penyebabnya : virus
atau kekurangan Nitrogen dan cahaya
c. Etiolasi : menguningnya daun atau jaringan-jaringan muda dan batang
yang memanjang karena kekurangan cahaya
d. Roset : pertumbuhan batang pohon terhambat sehingga tangkai-tangkai
daun atau cabang-cabang berada dalam jarak yang rapat. Penyebabnya :
virus
3) Gejala Hipertropik (Hypertropic Symptoms), gejala ini menunjukkan adanya
pertumbuhan yang sangat besar ukurannya, yang disebabkan adanya
pertambahan jumlah dari sel-sel yang lebih besar dari biasanya (Hyperplasia)
atau karena pertumbuhan sel mencapai ukuran yang lebih besar dari biasanya.
Contoh gejala :
a. sapu setan (witches broom) : tumbuhnya tunas (cabang-cabang) secara
berlebihan pada suatu tempat pada satu pohon. Penyebabnya : Marasmius
permiciosus, Microstroma juglandis dan virus.
b. Tumor /gall/cecidia : pembengkakan setempat berupa bintil-bintil/bisul-
bisul yang terdiri dari jaringan tumbuhan yang biasanya terjadi pada
daun, batang dan cabang. Kalau penyebabnya berupa hewan disebut
zoocecidia. Misalnya bintil-bintil pada daun Cinnamomum zeylanicum
yang disebabkan oleh tungau Eryophyces doctersi, bintil-bintil pada akar
tanaman tertentu yang disebabkan oleh nematoda Heterodera marioni.

5
c. Resinosis : pengeluaran resin (getah) secara berlebihan dari kulit batang,
cabang atau buah. Penyebabnya : Corticium salmonicolor, Armillaria
mellea, serangga pengebor/penggerek batang, cabang dan buah.
b. Gejala Makroskopis (Macroscopis Symptoms), yaitu gejala dari suatu penyakit
yang dapat dilihat dengan mata telanjang.

b. Pembahasan:
Setelah pemaparan materi bahasan tersebut di atas mahasiswa diberi kesempatan
bertanya dan membentuk kelompok diskusi atau kegiatan brain storming dengan tetap berada
dalam kendali atau pengawasan fasilitator.

c. Penelitian:
Fasilitator menguraikan berbagai contoh penelitian yang telah dan sedang serta
prospective dari berbagai aspek perlindungan hutan yang sedang dalam rencana kegiatan
penelitian dari berbagai dosen dalam lingkup laboratorium sendiri maupun peneliti terkait
secara nasional maupun internasional. Demikianpula mahasiswa dapat megutarakan hal-hal
terkait yang diperoleh dan diketahuinya.

d. Penerapan:
Fasilitator menguraikan tentang penghiliran/penerapan hasil penelitian dari berbagai
aspek perlindungan hutan oleh SDM Prodi Kehutanan maupun yang lainnya baik dalam
bentuk kegiatan mandiri maupun kerjasama antar dan interdisiplin ilmu. Demikianpula
mahasiswa dapat megutarakan hal terkait yang diketahuinya.

e. Latihan:
Mahasiswa di dalam kelas melakukan kegiatan berupa menuliskan gejala-gejala
penyakit tanaman yang diberikan kemudian mengelompokkan berdasarkan tipe gejaja yang
telah diberikan.

f. Tugas Mandiri:
Dapat diberikan dalam bentuk mahasiswa ditugaskan membuat poster tentang tipe-
tipe gejala penyakit tanaman yang terkait dengan jenis tanaman kehutanan
2. PENUTUP
a. Rangkuman

6
Fasilitator merangkum materi kuliah ini dengan memberikan esensi dari materi
bahasan dan keterhubungannya dengan materi bahasan sebelumnya dan berikutnya.

b. Tes Formatif:

Fasilitator memberikan tes formatif untuk mengetahui tingkat penguasaan


pengetahuan yang diperoleh mahasiswa pada materi bahasan ini dengan memberikan
pertanyaan antara lain sebagai berikut:

a. Perbedaan antara penyakit tumbuhan dan gejala penyakit


b. Jelaskan dan tuliskan masing-masing contoh penggolongan gejala berdasarkan
perubahan yang terjadi pada sel

c. Umpan Balik:

Mahasiswa dapat mengajukan hal tentang kondisi yang dialami dan


diharapkannya untuk memahami materi bahasan terkait.

3. DAFTAR PUSTAKA

Agrios GN. 1969. Plant Phatology. London : Academic Press, Inc

Blanchard, R.O dan T.A Tattar. 1981. Field and Laboratory Guide to Tree Pathology.
Academic press. New York.

Djafarudin. 2001. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman (Umum). Bumi Aksara. Jakarta

Martoredjo, T. 1984. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan Bagian dari Perlindungan


Tanaman. Andi Offset. Yogyakarta

Supena, H. 1980. Pengaruh residu tanaman terhadap perkembangan penyakit cendawan akar
putih (Rigidiporus lignosus Klotzch) pada tanaman karet. Tesis. Institut Pertanian
Bogor.

Widyastuti, SM., Sumardi dan Harjono. 2005. Patologi Hutan. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta

Yudiarti, T. 2007. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Graha Ilmu. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai