Anda di halaman 1dari 123

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

RINGKASAN
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH
NASIONAL (RPJMN) 2015-2019

Oleh:

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/


Kepala Bappenas

Medan, 24 Januari 2015


OUTLINE PAPARAN

I. PENGANTAR

II. ARAH DAN STRATEGI PEMBANGUNAN

III. SASARAN DAN ARAH KEBIJAKAN

Slide - 2
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

I. PENGANTAR

Slide - 3
DASAR HUKUM PENYUSUNAN
RPJMN
1. UU 25/2004 (Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional),
Perencanaan Pembangunan Nasional menghasilkan: rencana pembangunan jangka
panjang, jangka menengah, dan tahunan; Presiden sebagai penanggungjawab
Perencanaan Pembangunan Nasional

2. UU No. 17/2007 (RPJPN 2005-2025), dibagi dalam 4 tahap RPJMN, yaitu:


RPJMN I 2005-2009
RPJMN II 2010-2014
RPJMN III 2015-2019
RPJMN IV 2020-2024

3. PP 40 tahun 2006 (Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional):


Pasal 17:
(1) Presiden menetapkan Rancangan Akhir RPJM Nasional menjadi RPJM Nasional
dengan Peraturan Presiden paling lambat 3 (tiga) bulan setelah Presiden dilantik.
(2) RPJM Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berfungsi sebagai:
a. pedoman penyesuaian dalam rangka penetapan Renstra-KL; dan
b. bahan penyusunan dan perbaikan RPJM Daerah dengan memperhatikan tugas
pemerintah daerah dalam mencapai sasaran nasional yang termuat dalam
RPJM Nasional

Slide - 4
RANCANGAN AKHIR RPJMN 2015-2019

Rancangan Akhir RPJMN 2015-2019 terdiri dari:


Buku I : Agenda Pembangunan Nasional
Buku II : Agenda Pembangunan Bidang
Buku III : Agenda Pembangunan Wilayah
Dalam masing-masing buku telah disusun indikator-indikator pembangunan
beserta sasarannya (berdasarkan exercise Pagu Indikatif Jangka Menengah
2015-2019)
Telah dibahas oleh berbagai pemangku kepentingan (stakeholders)
pembangunan, yaitu kementerian/lembaga, pemerintahan daerah, perguruan
tinggi, partai politik, organisasi profesi, para ahli di berbagai bidang, dan
organisasi masyarakat sipil, antara lain dalam forum:
Musrenbang Regional
Musrenbang Nasional (18 Desember 2014)
Trilateral Meeting Bappenas-K/L-Kemenkeu (23-31 Desember 2014)

Persetujuan Presiden dalam Sidang Kabinet ditindaklanjuti dengan penetapan


RPJMN 2015-2019 melalui Peraturan Presiden (Perpres)

Slide - 5
TRISAKTI DAN NAWACITA
VISI: TERWUJUDNYA INDONESIA YG BERDAULAT, MANDIRI DAN BERKERIBADIAN BERLANDASKAN GOTONG ROYONG

7 MISI

Keamanan nasional yg mampu menjaga Masyarakat maju, Politik LN bebas Kualitas hidup Bangsa berdaya Indonesia menjadi negara Masyarakat yg
kedaulatan wilayah, menopang berkeimbangan aktif dan manusian Indonesia saing maritim yg mandiri, maju, berkepribadian
kemandirian ekonomi dg mengamankan dan demokratis memperkuat jati yg tinggi, maju dan kuat dan berbasiskan dalam
SD maritim, dan mencerminkan berlandaskan diri sebagai sejahtera kepentingan nasional kebudayaan.
kepribadian Indonesia sebagai negara negara hukum. negara maritim
kepulauan.

NAWACITA 9 agenda prioritas

Akan Akan membuat Akan membangun Akan menolak Akan mening-katkan Akan mening- Akan Akan Akan memper-
menghadirkan Pemerintah tidak Indonesia dari Negara lemah kuali-tas hidup katkan mewujudkan melakuka teguh Kebhi-
kembali negara absen dg pinggiran dg dengan manusia Indonesia produktivitas kemandirian n revolusi nekaan dan
untuk melindungi memba-ngun memperkuat melalukan melalui: Indonesia rakyat dan daya ekonomi dg karakter memperkuat
segenap bangsa tata kelola Pem. daerah-daerah dan reformasi sistem Pintar, Indonesia saing di pasar menggerak-kan bangsa restorasi sosial.
dan memberi rasa yg bersih, desa dlm kerangka penegakan Sehat, Indonesia internasional sektor-sektor
aman pada seluruh efektif, demo- Negara Kesatuan hukum yang Kerja dan Indonesia strategis
WN kratis dan bebas korupsi, Sejahtera ekonomi
terpercaya bermartabat dan domestik
terpercaya.

BERDAULAT DALAM BIDANG POLITIK BERDIKARI DALAM BIDANG EKONOMI BERKEPRIBADIAN DALAM BIDANG
(12 program aksi-115 prioritas utama) (16 program aksi) KEBUDAYAAN (3 program aksi)

1.Membangun 5. Membangun 9. Melindungi dan 1.Dedikasikan 5. Membangun 10. Membangun 1. Berkomitmen 2. Akan 3. Akan
wibawa politik keterbukaan memajukan hak- pembangunan kualitas pemberdayaa ekonomi maritim mewujudkan memperteguh memban
LN dan informasi dan hak masyarakat SDM n buruh 11. Penguatan pendidikan sbg kebhinekaan gun jiwa
mereposisi komunikasi adat (6) 2.Membangun ke- 6.Membangun sektor pembentuk Indonesia dan bangsa
peran publik (7) 10. Pemberda- daulatan pangan sektor kehutanan karakter bangsa memperkuat melalui
Indonesia 6.Mereformasi yaan Perempuan berbasis agribisnis keuangan 12. Membangun restorasi pemberd
kerakyatan
dalam isu-isu sistem dan dalam politik dan berbasis tata ruang dan sosial ayaan
3.Mendedikasikan
global (4) kelembagaan pembangunan nasional lingkungan pemuda
program u/ mem-
2.Menguatkan demokrasi (6) (7) bangun daulat energi 7.Penguatan berkelanjutan dan olah
sistem 7.Memperkuat 11. Mewujudkan berbasis kepentingan investasi 13.Membangun raga
pertahanan politik sistem dan nas. domestik perimbangan
negara (4) desentralisasi penegakan 4.Untuk pengua-saan 8.Membangun pembangunan
3.Membangun dan otda (11) hukum yang SDA melalui 7 langkah penguatan kawasan
politik 8.Mendedikasikan berkeadilan (42) & mem-bangun kapasitas 14.Membangun
keamanan dan diri untuk 12. Menjalankan regulasi mewajibkan fiskal negara karakter dan
ketertiban memberdayakan reformasi CSR &/atau saham u/ 9.Membangun potensi wisata
masyarakat (8) desa (8) birokrasi dan masyarakat lokal/ infrastruktur 15.Mengembangk
4.Mewujudkan pelayanan publik sekitar tambang, an kapasitas
profesionalitas (5) penguatan kapa-sitas perdagangan
intelijen negara pengusaha nasional nasional
(7) (trmsuk penambang 16.Pengembanga
rakyat) dlm penge-
n industri
lolaan tambang
manufaktur
berkelanjutan.

Slide - 6
MENUJU INDONESIA
YANG JAUH LEBIH BAIK

1. Mengejar peningkatan daya saing


2. Meningkatkan kualitas manusia, termasuk melalui
pembangunan mental
3. Memanfaatkan dan mengembalikan potensi yang hilang di
sektor maritim dan kelautan
4. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas
5. Mengurangi ketimpangan antarwilayah
6. Memulihkan kerusakan lingkungan
7. Memajukan kehidupan bermasyarakat

Slide - 7
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

II. STRATEGI PEMBANGUNAN

Slide - 8
STRATEGI PEMBANGUNAN
NORMA PEMBANGUNAN

1) Membangun untuk manusia dan masyarakat;


2) Upaya peningkatan kesejahteran, kemakmuran, produktivitas tidak boleh menciptakan
ketimpangan yang makin melebar;
3) Perhatian khusus diberikan kepada peningkatan produktivitas rakyat lapisan menengah-
bawah, tanpa menghalangi, menghambat, mengecilkan dan mengurangi keleluasaan
pelaku-pelaku besar untuk terus menjadi agen pertumbuhan.
4) Aktivitas pembangunan tidak boleh merusak, menurunkan daya dukung lingkungan dan
keseimbangan ekosistem

3 DIMENSI PEMBANGUNAN

DIMENSI PEMBANGUNAN DIMENSI PEMBANGUNAN DIMENSI PEMERATAAN


MANUSIA SEKTOR UNGGULAN & KEWILAYAHAN

Kedaulatan Pangan Antarkelompok


Pendidikan Pendapatan
Kedaulatan Energi &
Kesehatan Ketenagalistrikan Antarwilayah: (1)
Kemaritiman dan Desa, (2) Pinggiran,
Perumahan
Kelautan (3) Luar Jawa, (4)
Mental / Karakter Pariwisata dan Industri Kawasan Timur

KONDISI PERLU
Kepastian dan Keamanan dan
Politik & Demokrasi Tata Kelola & RB
Penegakan Hukum Ketertiban

QUICK WINS DAN PROGRAM LANJUTAN LAINNYA


Slide - 9
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

III. SASARAN PEMBANGUNAN

Slide - 10
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

SASARAN MAKRO

Slide - 11
1. SASARAN MAKRO(1)

Indikator 2014*
2019
(Baseline)
Pembangunan Manusia dan Masyarakat

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 73,83 76,3

Indeks Pembangunan Masyarakat1 0,55 Meningkat


Indeks Gini 0,41 0,36

Meningkatnya presentase penduduk yang 51,8% Min. 95%


menjadi peserta jaminan kesehatan melalui (Oktober 2014)
SJSN Bidang Kesehatan
Kepesertaan Program SJSN Ketenagakerjaan
Pekerja formal
Pekerja informal 29,5 juta 62,4 juta
1,3 juta
3,5 juta

1
Indeks pembangunan masyarakat merupakan indeks komposit yang mengukur sifat kegotongroyongan, toleransi, dan rasa aman masyarakat

*Perkiraan

Slide - 12
1. SASARAN MAKRO(2)

Indikator 2014*
(Baseline) 2019

Ekonomi Makro

Pertumbuhan ekonomi 5,1% 8,0 %

PDB per Kapita (Rp ribu) tahun dasar 2010 43.403 72.217
PDB per Kapita (Rp ribu) tahun dasar 2000 41.163

Inflasi 8,4% 3,5%

Tingkat Kemiskinan 10,96 % *) 7,0-8,0%

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 5,94% 4,0-5,0%

*) Tingkat kemiskinan Bulan September 2014, sebelum adanya kebijakan pengurangan subsidi BBM pada Bulan
November 2014
*Perkiraan

Slide - 13
SASARAN EKONOMI MAKRO (1)

Proyeksi Jangka Menengah


Perkiraan
2014
2015 2016 2017 2018 2019
Perkiraan Besaran-besaran Pokok

Pertumbuhan PDB (%) 5,1 5,8 6,6 7,1 7,5 8,0


PDB per Kapita (ribu Rp) 43.403 47.804 52.686 58.489 64.721 72.217
Laju Inflasi, Indeks Harga Konsumen (%) 8,4 5,0 4,0 4,0 3,5 3,5
Nilai Tukar Nominal (Rp/US$) 11.900 12.200 12.150 12.100 12.050 12.000

Pengangguran dan Kemiskinan (%)

Tingkat Pengangguran 5,9 5,5-5,8 5,2-5,5 5,0-5,3 4,6-5,1 4,0-5,0

Tingkat Kemiskinan 10,96**) 9,5-10,5 9,0-10,0 8,5-9,5 7,5-8,5 7,0-8,0

*)Tahun 2015 menggunakan Angka RAPBN-P 2015


**) Tingkat kemiskinan Bulan September 2014, sebelum adanya kebijakan pengurangan subsidi BBM pada Bulan November 2014.
SASARAN EKONOMI MAKRO (2)
Perkiraan Proyeksi Jangka Menengah Rata-Rata
SEKTOR-SEKTOR PRODUKSI 2014 2015-2019
2015 2016 2017 2018 2019
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3,9 4,1 4,3 4,5 4,7 4,9 4,5
Pertambangan dan Penggalian 1,7 1,8 1,9 2,0 2,1 2,2 2,0
Industri Pengolahan 4,7 6,1 6,9 7,4 8,1 8,6 7,4
Pengadaan Listrik dan Gas, dan air bersih 5,0 5,6 6,3 7,2 7,9 8,7 7,1
Pengadaan Air 4,2 5,3 6,2 6,7 7,2 7,7 6,6
Konstruksi 6,0 6,4 6,8 7,3 7,5 7,8 7,2
Perdagangan besar dan eceran, dan Reparasi 4,5 4,9 7,3 7,9 8,0 8,4 7,3
Transportasi dan Pergudangan 6,9 8,1 8,7 9,3 9,7 10,3 9,2
Penyedia Akomodasi dan Makan Minum 5,1 5,7 6,3 7,2 7,8 8,6 7,1
Informasi dan Komunikasi 9,1 9,7 10,6 11,6 12,3 13,4 11,5
Jasa Keuangan 8,2 8,8 9,2 9,6 10,0 10,4 9,6
Real Estate 6,3 6,8 7,4 7,9 8,5 9,0 7,9
Jasa Perusahaan 8,7 9,1 9,2 9,4 9,5 9,6 9,4
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib 0,6 1,4 2,6 3,7 4,8 6,0 3,7

Jasa Pendidikan 7,3 8,8 9,4 10,1 10,7 11,4 10,1


Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 5,6 6,9 8,1 9,0 10,0 11,0 9,0
Jasa lainnya 6,1 6,7 7,0 7,3 7,7 7,9 7,3
Peta IPM (Indeks Pembangunan Manusia)

Slide - 16
TINGKAT KEMISKINAN
DAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN TAHUN 2014

Slide - 17
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

SASARAN PEMBANGUNAN MANUSIA DAN


MASYARAKAT

Slide - 18
2. SASARAN PEMBANGUNAN MANUSIA DAN MASYARAKAT

Arah Kebijakan
Kependudukan & KB
Kependudukan
2014 1.Penguatan dan pemaduan kebijakan
Indikator (Baseline) 2019
pelayanan KB dan kesehatan
Kependudukan dan Keluarga reproduksi
Berencana 2.Peningkatan jumlah dan penguatan
Rata-rata Laju Pertumbuhan 1,49%/tahun 1,19%/tahun kapasitas tenaga lapangan KB, tenaga
Penduduk (2000-2010) (2010-2020) kesehatan pelayanan KB, dan
penguatan lembaga di tingkat
Angka kelahiran total (Total 2,6 (2012) 2,3
masyarakat
Fertility Rate/TFR)
3.Peningkatan pelayanan KB dengan
Angka prevalensi Pemakaian 62% (2012) 66% penggunaan metode kontrasepsi
kontrasepsi (CPR) suatu cara jangka panjang
(all methods)

Slide - 19
2. SASARAN PEMBANGUNAN MANUSIA DAN MASYARAKAT

Pendidikan
2014
Indikator (Baseline) 2019 Arah Kebijakan

Pendidikan Pendidikan
Rata-rata lama sekolah penduduk usia 8,1 (tahun) 8,8 (tahun) 1.Melanjutkan upaya untuk memenuhi
diatas 15 tahun hak seluruh penduduk mendapatkan
Rata-rata angka melek aksara 94,1% 96,1 (%) layanan pendidikan dasar berkualitas
penduduk usia di atas 15 tahun
2.Meningkatkan akses Pendidikan
Prodi perguruan tinggi minimal 50,4% 68,4 (%)
Menengah yang berkualitas
berakreditasi B
Persentase SD/MI berakreditasi 68,7% 84,2%
3.Memperkuat peran swasta dalam
minimal B menyediakan layanan pendidikan
Persentase SMP/MTs berakreditasi 62,5% 81,0% menengah yang berkualitas
minimal B 4.Meningkatkan relevansi pendidikan
Persentase SMA/MA berakreditasi 73,5% 84,6% kejuruan dengan kebutuhan dunia
minimal B kerja
Pesentase Kompetensi Keahlian SMK 48,2% 65,0% 5.Meningkatkan akses terhadap layanan
berakreditasi minimal B
pendidikan dan pelatihan
Rasio APK SMP/MTs antara 20% 0,85 0,90
keterampilan
penduduk termiskin dan 20% (2012)
penduduk terkaya
6.Meningkatkan Kualitas Pembelajaran
Rasio APK SMA/SMK/MA antara 20% 0,53 0,60
penduduk termiskin dan 20% (2012)
penduduk terkaya

Slide - 20
2. SASARAN PEMBANGUNAN MANUSIA DAN MASYARAKAT

Pembangunan Kesehatan Arah Kebijakan


2014
No Indikator 2019
(Baseline) 1. Akselerasi Pemenuhan Akses Pelayanan
1 Meningkatnya Status Kesehatan dan Gizi Masyarakat Kesehatan Ibu, Anak, Remaja, dan Lanjut
1. Angka kematian ibu per 100.000 kelahiran 346 306 Usia yang Berkualitas
(SDKI 2012)
2. Mempercepat Perbaikan Gizi
2. Angka kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup 32 (2012/2013) 24
Masyarakat
3. Prevalensi kekurangan gizi (underweight) pada anak 19,6 (2013) 17 3. Meningkatkan Pengendalian Penyakit
balita (persen) dan Penyehatan Lingkungan
4. Prevalensi stunting (pendek dan sangat pendek) anak 32,9 (2013) 28 4. Memantapkan Pelaksanaan Sistem
baduta (persen) Jaminan Sosial Nasional (SJSN) Bidang
2 Meningkatnya Pengendalian Penyakit Menular dan Tidak Menular Kesehatan
1. Prevalensi Tuberkulosis (TB) per 100.000 penduduk 297 (2013) 245 5. Meningkatan Akses Pelayanan
2. Prevalensi HIV (persen) 0,46 (2013) <0,5 Kesehatan Dasar yang Berkualitas
3. Prevalensi tekanan darah tinggi (persen) 25,8 (2013) 23,4 6. Meningkatan Akses Pelayanan
4. Prevalensi obesitas pada penduduk usia 18+ tahun 15,4(2013) 15,4 Kesehatan Rujukan yang Berkualitas
(persen) 7. Meningkatkan Ketersediaan,
5. Persentase merokok penduduk usia 15-19 tahun 7,2 (2013) 5,4 Penyebaran, dan Mutu Sumber Daya
3 Meningkatnya Pemerataan dan Mutu Pelayanan Kesehatan Manusia Kesehatan
1. Jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1 0 5.600 8. Meningkatkan Ketersediaan,
puskesmas terakreditasi
Keterjangkauan, Pemerataan, dan
2. Persentase kabupaten/kota yang mencapai 80 - 95
Kualitas Farmasi dan Alat Kesehatan
persen imunisasi dasar lengkap pada bayi
9. Meningkatkan Pengawasan Obat dan
3. Jumlah puskesmas yang minimal memiliki lima jenis 1.015 5.600
tenaga kesehatan
Makanan

Slide - 21
2. SASARAN PEMBANGUNAN MANUSIA DAN MASYARAKAT

Kesetaraan Gender, Pemberdayaan Perempuan,


dan Perlindungan Anak Arah Kebijakan
2014
No Indikator
(Baseline)
2019 1. Memperkuat sistem perlindungan
1 Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan anak dan perempuan dari berbagai
Indeks Pembangunan Gender (IPG) 69,6 (2013) Meningkat tindak kekerasan, termasuk tindak
pidana perdagangan orang (TPPO),
Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) 70,5 (2013) Meningkat dengan melakukan berbagai upaya
2 Perlindungan Anak pencegahan dan penindakan;
Prevalensi Kekerasan terhadap Anak Anak laki- Menurun 2. Meningkatkan kapasitas
laki: 38,62 kelembagaan perlindungan anak
persen; dan perempuan dari berbagai
Anak perem- tindak kekerasan dan perlakuan
puan: 20,48 salah lainnya
persen
(2013)

Slide - 22
2. SASARAN PEMBANGUNAN MANUSIA DAN MASYARAKAT

Arah Kebijakan
Pembangunan Masyarakat
1. Memperkuat pendidikan
kebhinekaan dan menciptakan
2014
No Indikator 2019 ruang-ruang dialog antar warga
(Baseline)
2. Membangun kembali modal sosial
dalam rangka memperkukuh karakter
Indeks gotong royong (mengukur 0,55 (2012) Meningkat
1 dan jati diri bangsa
keperca-yaan kepada lingkungan tempat
3. Meningkatkan Peran Kelembagaan
tinggal, ke-mudahan mendapatkan Sosial
pertolongan, aksi kolektif masyarakat 4. Meningkatkan kepatuhan terhadap
dalam membantu masyarakat yang hukum dan penghormatan terhadap
membutuhkan dan kegiatan bakti sosial, lembaga penegakan hukum
serta jejaring sosial) 5. Meningkatkan pemahaman,
Indeks toleransi (mengukur nilai toleransi 0,49 (2012) Meningkat penghayatan, pengamalan dan
2
masyarakat dalam menerima kegiatan pengembangan nilai-nilai
agama dan suku lain di lingkungan tempat keagamaan,
tinggal) 6. Meningkatkan kerukunan umat
Indeks rasa aman (mengukur rasa aman 0,61 (2012) Meningkat beragama
3 7. Meningkatkan pembudayaan
yang dirasakan masyarakat di lingkungan
tempat tinggal) kesetiakawanan sosial dalam
penyelenggaraan perlindungan sosial
Jumlah konflik sosial (per tahun) 164 (2013) Menurun
4

Slide - 23
PEMBANGUNAN MANUSIA DAN MASYARAKAT

Slide - 24
REVOLUSI MENTAL

Slide - 25
KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA
Laju Pertumbuhan dan Jumlah Penduduk Indonesia, 1971-2010 Laju Pertumbuhan Penduduk 2000-2010
Papua 5.39 Laju
Kepulauan Riau 4.95
3.0 250
Kalimantan Timur 3.81 pertumbuhan
Papua Barat 3.71

2.32
Riau
Bangka Belitung 3.14
3.58 penduduk di
2.5
200
beberapa
Pertumbuhan Penduduk (%)

2.13 Maluku 2.80

Jumlah Penduduk (juta jiwa)


1.97 Banten 2.78
2.0

1.49
150
Sulawesi Barat
Jambi
2.68
2.56
daerah masih
1.45
1.5
Maluku Utara
Aceh
2.47
2.36 sangat tinggi
100 Gorontalo 2.26
1.0 Bali 2.15
Sulawesi Tenggara 2.08
50 NTT 2.07
0.5 Kalimantan Selatan 1.99
Sulawesi Tengah 1.95
119.2 147.5 179.4 205.1 237.6 Jawa Barat
0.0 0 1.90
SP 1971 SP 1980 SP 1990 SP 2000 SP 2010
Sumatera Selatan 1.85
Kalimantan Tengah 1.79
Jumlah Penduduk (juta jiwa) Pertumbuhan Penduduk (%) Bengkulu 1.67
INDONESIA
DKI Jakarta
1.49 Angka prevalensi
1.41
Jumlah penduduk Indonesia terus mengalami peningkatan secara signifikan, Sumatera Barat
Sulawesi Utara
1.34
1.28
pemakaian
dengan laju yang meningkat dalam 10 tahun terakhir Lampung 1.24
kontrasepsi (CPR)
Sulawesi Selatan 1.17
NTB
Sumatera Utara
1.17
1.10 di berbagai daerah
Piramida Penduduk Indonesia, 2010 DI Yogyakarta 1.04
Kalimantan Barat 0.91 masing sangat
Jawa Timur 0.76

(dalam juta) 2010 Jawa Tengah 0.37 rendah


0 1 2 3 4 5 6
75+
Rasio jenis
70-74
65-69
Laki-laki
kelamin: Kesenjangan CPR antardaerah, 2012
Perempuan
60-64 101,4 90.0
55-59
50-54
Rasio 80.0

70.0
45-49 ketergan- 60.0
40-44
35-39
tungan: 50.0

30-34 50,4 40.0


Kab/Kota terendah
30.0
25-29
20-24
Penduduk 20.0
Rata-rata Provinsi
Kab/Kota Tertinggi
15-19 perdesaan: 10.0

10-14
50,2% 0.0
Aceh

Bengkulu
NTT

Banten
Papua

Maluku

Gorontalo

Jambi
Jawa Tengah
Papua Barat

Maluku Utara

Bali
Riau

Lampung
Sumatera Barat

Sulawesi Tenggara

Kalimantan Tengah
NTB

Jawa Barat
Sulawesi Barat

Bangka Belitung

Sulawesi Utara
DI Yogyakarta

Jawa Timur
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Kepulauan Riau

Kalimantan Barat
DKI Jakarta

Kalimantan Selatan
Sumatera Utara

Kalimantan Timur

Sumatera Selatan
5-9
0-4

14 12 10 8 6 4 2 0 2 4 6 8 10 12 14
Jumlah Penduduk
Slide - 26
KESEHATAN IBU DAN ANAK
AKI Tahun 1994-2012 dan Target RPJMN 2019 AKB Tahun 1994-2012 dan Target RPJMN 2019
Angka Kematian Ibu (AKI) 60 57
dan Angka Kematian 450

Per 1.000 Kelahiran Hidup


Per 100.000 Kelahiran Hidup
400 390 50
Bayi (AKB) masih cukup 350 334
359 46
307 306 35

Kematian Bayi
tinggi walaupun dalam 300 40 34

Kematian Ibu
228 32
beberapa dekade 250
200
30 24

terakhir AKI dan AKB 150 20


telah mengalami 100
50 10
penurunan. 0 0
1994 1997 2002-2003 2007 2012 2019 1994 1997 2002-2003 2007 2012 2019
SDKI Target RPJMN 2019 SDKI Target RPJMN 2019

Pada pelayanan kesehatan rujukan, banyak rumah sakit Kesinambungan pelayanan belum terjaga:
yang belum memenuhi standar ketenagaan. Sebagian pelayanan kesehatan ibu dan anak cakupannya
Persentase RSU Pemerintah Menurut Ketersediaan Dokter Spesialis
masih rendah
pada RSU Tipe C dan Tipe D, 2011 Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (%)
100 89 88 91
81 90
83,5
80
80
56 56
60 51 48 70,4 71,3
Kelas C 70
40 61,9
Kelas D 58,9
20 60

Sumber:
0 50
Risfaskes, 2011
Sp. Penyakit Sp. Bedah Sp. Anak Sp. Obstetrik
Dalam Ginekologi 40 37,1 38,0

Persalinan di Cakupan Imunisasi 30


Fasilitas Kesehatan (%) Dasar Lengkap (%)
20
10,2
DISPARITAS
Tertinggi
DIY DIY 10

MASIH LEBAR Nasional


0
Pemakaian Anemia ibu Pemeriksaan Persalinan di Bayi berat Imunisasi ASI Esklusif 6 Kunjungan
Kontrasepsi* hamil WUS Kehamilan Faskes badan lahir dasar bulan Neonatus
(K4) rendah lengkap (KN1)

Terendah Sumber: Riskesdas 2013 dan *) SDKI 2012


Sumber: Riskesdas, 2013
MALUKU PAPUA
Slide - 27
Penguatan Pelayanan Kesehatan Rujukan Untuk Mendukung Percepatan
Penurunan AKI dan AKB serta Pemenuhan Supply Side JKN, 2015-2019

RS Pratama: 13

RS Rujukan
Regional: 51
RSUD: 119
RS Rujukan
RS Rujukan
Regional: 29
Regional: 21
RSUD: 68 RS Rujukan
RSUD: 46
Regional: 22
RSUD: 53

RS Rujukan
RS Pratama: 55 Regional: 14
RS Rujukan RSUD: 33
RS Rujukan Nasional Regional: 47
RSUD: 111

Strategi 2015-2019:
1. Penguatan sistem rumah sakit rujukan nasional (14 RS)
2. Penguatan sistem rumah sakit rujukan regional (184 RS)
3. Penguatan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) (430 RS)
4. Pembangunan RS Pratama di DTPK (68 RS)
Slide - 28
Indonesia menghadapi beban ganda penyakit, yaitu kondisi
penyakit menular masih muncul sedangkan penyakit tidak
menular semakin meningkat

1990 2000 2010


Jumlah Kasus HIV-AIDS (kumulatif)
2013

Ranking Beban Penyakit


Penyakit Menular Penyakit Tidak Menular
Penyakit Beban Penyakit Beban
Penyakit Penyakit
Tuberculose (2) 7,6% Stroke (1) 8,0%
Prevalensi HIV dan AIDS di Indonesia hingga tahun
Diare (3) 4,0% Jantung Iskemik (4) 3,8%
2013 adalah 0,43 persen dengan sebaran seperti grafis
Infeksi 3,7% Diabetes (6) 3,5
Pernapasan (5)
diatas

Penduduk Kurang
Perilaku PTM
Faktor Resiko

Aktivitas Fisik (26,1 % Prevalensi 297 per 100.000 penduduk


penduduk) TB Jumlah penderita 893.000 kasus (2013)

Merokok pada penduduk Angka kesakitan 45,85 per 100.000 penduduk


- usia < 18 tahun (7,2 %) DBD Jumlah penderita sebanyak 112.511 penduduk (2013)
- usia > 15 tahun (36,3%)
Angka kesakitan 1,14 per 1.000 penduduk
Malaria Jumlah kasus sebanyak 412.000 kasus (2013)

Penduduk > 10 tahun


Kurang Konsumsi Buah Jumlah kasus sebanyak 12.714 kasus (2013)
Filariasis
dan Sayur (93,5%)
Slide - 29
STATUS GIZI DI INDONESIA
Indonesia mengalami beban ganda masalah gizi : masalah gizi kurang dan gizi lebih masih tinggi

STATUS GIZI BALITA STATUS GIZI BALITA 2005 - 2013


Gemuk 11,9
Kurus 12,1
Pendek 37,2
Gizi
Kurang 19,6

STUNTING MENURUT PENGELUARAN


48,4
42,4 38,5
32,3 DEWASA OBESE (GEMUK) BALITA OVERWEIGHT (GEMUK)
29
32,9
12,2 14 11,9
19,7

Q1 Q2 Q3 Q4 Q5
BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR 2007 2010 2013
RENDAH (BBLR) Laki-laki Perempuan

Disparitas Prevalensi ASI EKSKLUSIF ANEMIA PADA IBU HAMIL

Tertinggi Sulteng : 16,9%


38% Sebanyak 37,1%
Terendah Sumut : 7,2% bayi usia kurang dari 6 bulan Ibu hamil mengalami anemia
Nasional 10,2% mendapat ASI eksklusif Sumber : Riskesdas, 2013
Slide - 30
STATUS GIZI DI INDONESIA
BALITA STUNTING (PENDEK): Terjadi pada hampir seluruh wilayah

<20 20-29 30-39 >40


Sumber: Riskesdas 2013
Slide - 31
Rata-rata Lama Sekolah dan Angka Melek Huruf
Rata-rata Buta Huruf Penduduk Berusia 15 tahun ke atas Proporsi buta aksara
14
di Kabupaten/Kota Setiap Provinsi, 2011 penduduk berusia 15
12 tahun ke atas
10
mengalami
penurunan signifikan,
8
dari 5,3% (2009)
6
menjadi 4,4% (2011)
4

2
Terendah Rata-rata Tertinggi Akan tetapi,
0

Yogyaka
kesenjangan masih

Bengkulu
Babel

Lampung

Banten

Pabar
Jambi
Kalbar

Gorontalo

Sumsel

Bali

Kepri
Sulbar

Sumbar

Sumut
Jateng

Jakarta
Maluku
Jabar
NTB

NTT

Riau
Jatim
Papua

Sulteng

Sultra

Aceh
Kalsel

Kalteng
Sulsel

Malut

Kaltim

Sulut
terlihat di beberapa
provinsi

Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Berusia 15 Tahun Keatas Per Provinsi, 2012
Variasi rata-rata lama 90
80
sekolah penduduk Maximum
70
usia 15 tahun ke atas 60
Mean
Minimum
masih cukup lebar. 50

Masih cukup banyak 40


30
daerah yang rata-rata 20
lama sekolahnya 10

masih dibawah 6 0

tahun.

Slide - 32
Kesenjangan Partisipasi Pendidikan 1

APS 13-15 tahun antar provinsi dan kab/kota APM SMP/MTs per Provinsi, 2011
100.00
90.00
DKI Jakarta 93.3
DIY
80.00
Bali
70.00
Sumbar
60.00 Kep. Riau
50.00 Aceh
40.00 Jatim
30.00 Riau
20.00 Sumut
NTB
10.00
Sultra
-
Maluku

Aceh
Bengkulu
Papua

Maluku
Gorontalo

Banten
Sumatera Barat
Jambi
Jawa Tengah

Papua Barat
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah

Bali
Maluku Utara
Riau

Lampung

Kepulauan Riau

DI Yogyakarta
Jawa Barat

Nusa Tenggara Ti

Jawa Timur
Sulawesi Barat

Kalimantan Selat

Sulawesi Selatan

Nusa Tenggara Ba
Kalimantan Tenga

Sulawesi Tenggar
Kalimantan Barat

DKI Jakarta

Kalimantan Timur
Sumatera Utara
Kepulauan Bangka

Sumatera Selatan

Sulut
Jambi
Bengkulu
Jateng
INDONESIA 77.7
Sulsel
Angka terendah tk kab/kota Rata-rata tk provinsi Angka tertinggi tk kab/kota Kaltim
Malut
Kep. Babel
Lampung
Jabar
Banten
APS penduduk usia 7-15tahun Sumsel
menurut kelompok pengeluaran keluarga, 2012. Sulbar
Sulteng
99.4

Gorontalo
98.9
98.6
97.9
95.9

94.9
93.9
92.3

Kalsel
88.8

100 Kalbar
90 Kalteng
81

80 NTT
Kuintil-1 (termiskin) Papua
70 Papua Barat 62.5
Kuintil-2
60
Kuintil-3
50
40 Kuintil-4 Disparitas akses pendidikan dasar sudah semakin kecil
Kuintil-5 (terkaya)
30 baik antar daerah maupun antar kelompok sosial-
20
10
ekonomi. Namun masih perlu upaya besar untuk
0 menjamin semua anak usia 7-15 tahun untuk mengikuti
7-12 Tahun 13-15 Tahun
pendidikan yang berkualitas. Slide - 33
Kesenjangan Partisipasi Pendidikan 2
Perkembangan APS Penduduk Usia 16-18 tahun menurut pengeluaran keluarga
APK SM per Provinsi, 2012
100 Bali 108,45
DI Yogyakarta

75.3
73.0

72.7
72.0
80 DKI Jakarta

68.4
63.6
62.4
Maluku Utara

61.4
55.9

55.2
Aceh

52.4
50.4
60
46.2

Maluku

43.4

42.9
41.0
Sulawesi Tenggara
36.8

29.9
Sulawesi Utara

28.7
40
27.6

Bengkulu
Riau
20 Sulawesi Barat
Kepulauan Bangka Belitung
0 Kalimantan Timur
Sumatera Utara
2000 2006 2009 2012
Jawa Timur
Nusa Tenggara Barat
Kuintil-1 Kuintil-2 Kuintil-3 Kuintil-4 Kuintil-5
Sulawesi Selatan
Sumatera Barat
Indonesia 78,50
Kesenjangan partisipasi pendidikan menengah semakin mengecil, tetapi masih Sumatera Selatan
membutuhkan perhatian besar untuk terus diturunkan Jambi
Kepulauan Riau
Kalimantan Tengah
Banten
Persentase Kecamatan yang Memiliki SMP/MTs atau SMA/SMK/MA Gorontalo
(negeri dan/atau swasta) Jawa Tengah
Jawa Barat
Papua
100.00 Sulawesi Tengah
Kalimantan Selatan
90.00
Lampung
80.00 Nusa Tenggara Timur
70.00 Papua Barat
Kalimantan Barat 59,68
60.00
0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00
50.00
40.00
30.00
20.00 Tahun 2011: dari 6.637 kecamatan:
10.00
-
1.735 kec. belum memiliki satuan pendidikan
KALB
BALI

MALUKU
RIAU

JABAR

KEPRI
SULBAR

SULUT

PABAR
LAMPUNG

PAPUA
NTT
MALUT
JATIM

KALTIM
JAKARTA

GORONTALO
BABEL
ACEH
JAMBI

KALTENG
JATENG

SULSEL
KALSEL

SUMBAR
BENGKULU
NTB

SULTENG

menengah negeri
BANTEN

SUMUT

SULTRA
YOGYAKARTA

SUMSEL

935 kec. tidak memiliki satuan pendidikan baik


Ada SMP/MTs Ada SMA/SMK/MA negeri maupun swasta.
Slide - 34
Kualitas Guru
Kualifikasi Guru per Provinsi, 2012 Tren Sertifikasi Guru
NTT 68,71
MALUKU 65,05
MALUT 58,46
KALBAR 54,79
PAPUA 54,69
JAMBI 52,51
BABEL 51,63
SULTENG 51,24
SULTRA 50,89
SULUT 50,89
IRJABAR 50,16
NAD 49,89
LAMPUNG 47,99
GORONTALO 47,09
SUMSEL 46,41
KALSEL 44,03
KALTENG 43,93
SULBAR 43,73 Sumber: Kemdikbud
KEPRI 43,60
RIAU 43,25
SUMUT 42,59
KALTIM
SUMBAR
39,83
39,72
Masih banyak guru yang belum memenuhi
NTB 38,95 persyaratan kualifikasi akademik minimal
BENGKULU 36,76
JATENG 34,40 sebagaimana diamanatkan UU Guru dan Dosen
SULSEL 31,63
BANTEN 31,48
JABAR 29,03 1,5 juta guru yang tersertifikasi (55% dari seluruh
YOGYA 26,92
JATIM 26,39
jumlah guru)
BALI 25,64
DKI 21,15
0% 20% 40% 60% 80% 100%
<S1 S1
Sumber: NUPTK 2012
Slide - 35
Indeks Pembangunan Masyarakat
Indeks Pembangunan Masyarakat, 2012 Dimensi Indeks Pembangunan Masyarakat, 2012

Sulawesi Utara 0.63


Maluku Utara 0.60 Indeks
0.61
NTT 0.59 Rasa Aman
Kalimantan Tengah 0.59
DI Yogyakarta 0.59
Sulawesi Tengah 0.59 Indeks
0.49
Indeks Toleransi, 2012
Maluku 0.59 Toleransi
Kalimantan Barat 0.58
Bali 0.58 0.60
Papua Barat 0.58 Indeks Gotong 0.52
Sulawesi Tenggara 0.57 Royong
0.55
0.50 0.46
Lampung 0.57
Riau 0.56
Sumatera Utara 0.56 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 0.40
Sulawesi Barat 0.56
Gorontalo 0.56
Bengkulu 0.56 Dimensi Indeks Gotong Royong, 2012 0.30
Jawa Timur 0.55
INDONESIA 0.55
Jambi 0.55
0.20
Sumatera Selatan 0.55 Indeks Jejaring
Bangka belitung 0.55 0.47
Sosial 0.10
Sulawesi Selatan 0.55
NTB 0.54
Kepulauan Riau 0.54 Indeks Aksi 0.00
0.56
Kalimantan Timur 0.54 Kolektif
Toleransi Toleransi
Kalimantan Selatan 0.54 antar-suku antar-pemeluk
Papua 0.53 Indeks Tolong
NAD 0.53 0.55 agama
Menolong
Jawa Tengah 0.53
Sumatera Barat 0.52
DKI Jakarta 0.52 Indeks Tingkat
0.61
Banten 0.50 Kepercayaan
Jawa Barat 0.49
0.00 0.20 0.40 0.60 0.80
0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 0.70

Indeks Pembangunan Masyarakat merupakan indeks komposit yang mengukur:


1. Indeks gotong-royong (mengukur modal sosial kepercayaan kepada lingkungan tempat tinggal, kemudahan
mendapatkan pertolongan, aksi kolektif masyarakat dalam membantu masyarakat yang membutuhkan dan kegiatan
bakti sosial, serta jejaring sosial)
2. Indeks toleransi (mengukur kohesi sosial toleransi masyarakat dalam menerima kegiatan agama dan suku lain
di lingkungan tempat tinggal)
3. Indeks rasa aman (mengukur rasa aman yang dirasakan masyarakat di lingkungan tempat tinggal)

Sumber: dihitung menggunakan data Susenas Modul Sosial Budaya 2012 Slide - 36
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

SASARAN PEMBANGUNAN
SEKTOR UNGGULAN

Slide - 37
3. SASARAN PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN

Kedaulatan Pangan ARAH KEBIJAKAN:


2014
INDIKATOR 2019
(baseline) 1.Peningkatan ketersediaan pangan melalui
Produksi DN untuk Kedaulatan Pangan penguatan kapasitas produksi DN: Padi: (i)
- Padi (Juta Ton) 70,6 82,0 penyelesaian pengamanan lahan berkelanjutan
(menahan konversi sawah) dan perluasan sawah
- Jagung (Juta Ton) 19,13 24,1
baru 1 juta ha dan jaringan irigasi; (ii) revitalisasi
- Kedelai (Juta Ton) 0,92 2,6 penyuluhan dan sistem perbenihan-1.000 desa
- Gula (Juta Ton) 2,6 3,8 berdaulat benih dan 1.000 desa pertanian organik;
- Daging Sapi (Ribu Ton) 452,7 755,1 (iv) bank untuk pertanian-UKM-Koperasi; Produk
perikanan: 40 juta ton (ikan dll)**
- Produksi perikanan (juta ton) 12,4 18,8
2.Peningkatan aksesibilitas masyarakat
Pembangunan, Peningkatan dan Rehabilitasi Irigasi: terhadap pangan: (i) pembangunan gudang dg
fasilitas pasca panen; pengendalian impor melalui
- Pembangunan dan Peningkatan Jaringan irigasi pemberantasan mafia impor; (ii) penguatan
air permukaan , air tanah dan rawa (juta ha)
8,9 9,89 cadangan pangan dan stabilisasi harga pangan; (iii)
pengembangan sistem logistik ikan.
- Rehabililtasi jariangan irigasi permukaan, air 3.Meningkatkan perbaikan kualitas konsumsi
2,71 3,01
tanah dan rawa (juta ha) pangan dan gizi masyarakat: (i) konsumsi
protein: telur, ikan, dan daging, sayur dan buah; (ii)
- Pembangunan dan Peningkatan irigasi tambak
189,75 304,75 penggunaan pangan lokal non beras .
(ribu ha)
4.Mitigasi gangguan terhadap kedaulatan
- Pembangunan waduk)* 21 49 pangan: (i) benih adaptif perubahan iklim, sekolah
iklim dan asuransi pertanian.
CACATAN:
Untuk 3 tahun pertama: fokus pada swasembada padi. Untuk kedele
fokus pada konsumsi DN utamanya untuk tahu dan tempe; Gula, daging
sapi dan garam fokus pada pemenuhan konsumsi rumah tangga. Slide - 38
* Kumulatif 5 tahun
KEDAULATAN PANGAN

Kemen Pertanian; Kemen Kehutanan & LH;


Kemen Agraria & TTR; Kemen PU; Pemda Pembukaan
1 juta lahan
sawah baru
Reforma agraria
9 juta Ha Perbaikan dan
pemb. Jaringan
Kemendag; Pengendalian irigasi, Kemen PU;
impor pangan bendungan, Kementan
Kemen Pertanian
pasar, dan
sarpras Kemendag;
transportasi Pemda

BAPPENAS : KOORDINASI
Peningkatan PERENCANAAN
kemampuan MENKO : KOORDINASI
Kemen Pertanian;
petani PELAKSANAAN Stop konversi Pemda;
Kemen Perindustrian; Pemb. lahan produktif Kemen Agraria & TTR
Pemda Agribisnis
KEDAULATAN
kerakyatan
PANGAN

Pemulihan
kualitas Kemen Pertanian;
Pendirian bank kesuburan
Bank Indonesia; pertanian & lahan; 1000 KLH/BPLH
UMKM Pemda (BUMDes- Dana Desa)
Kemen Koperasi Gudang dgn
Desa Mandiri
Benih
fasilitas
pengolahan
pasca panen
di sentra Kemen Pertanian;
produksi; Kemen BUMN; Pemda
Slide - 39
SEBARAN PRODUKSI BAHAN PANGAN POKOK
Komoditi Target 2019 Komoditi Target 2019
Padi 5.947.947
Padi 20.075.415
Jagung 459.506
Jagung 5.808.034
Komoditi Target 2019
Kedelai 21.933
Kedelai 190.587
Padi 9.345.196
Daging 162.972 Daging 42.246
Jagung 3.866.099
Gula 1.589.780 Gula -
Kedelai 152.373
Daging 48.270
Gula 120.673

Komoditi Target 2019

Padi 473.235
Jagung 65.405

Kedelai 14.487

Komoditi Target 2019 Daging 10.950


Padi 41.891.800 Gula -
Jagung 11.938.815

Kedelai 1.288.455

Daging 439.060

Gula 2.089.547 Slide - 40


TARGET PEMBERIAN HAK KELOLA HUTAN KEPADA MASYARAKAT
TAHUN 2015 2019
Indikator 2015 2016 2017 2018 2018

Luas hutan yang 2.540.000 5.080.000 7.620.000 10.160.000 12.700.000


dikelola
masyarakat*)

Jumlah DAS
yang akan 5 7 10 12 15
ditangani

Catatan:
* Dalam bentuk Hutan Kemasyarakatan (HKm), Hutan Desa (HD), Hutan Tanaman Rakyat (HTR),
Hutan Rakyat (HR), Hutan Adat dan Kemitraan (Ha)

Sumber: Trilateral Meeting, (BAPPENAS, Kemenkeu, Kementerian


Lingkungan Hidup dan Kehutanan) 23 24 Desember 2014

Slide - 41
DAS yang akan dipulihkan dalam tahun 2015-2019

1. DAS Asahan Toba


2. DAS Siak
3. DAS Musi
4. DAS Way 1. DAS
DAS Jeneberang
Sekampung Kapuas
5. DAS Way Seputih 2. DAS Saddang

1. DAS Citarum
2. DAS Ciliwung
3. DAS Cisadane
4. DAS Serayu
5. DAS Solo DAS Moyo
6. DAS Brantas

Slide - 42
LOKASI PEMBANGUNAN 49 WADUK
WADUK KEUREUTO, RUKOH,
TIRO, JAMBO AYE (NAD) WADUK LOLAK, KUWIL
(SULUT)
WADUK CIAWI, SUKAMAHI, WADUK TAPIN (KALSEL)
CIPANAS, LEUWIKERIS,
WADUK LAUSIMEME WADUK SEPAKU SEMOI,
SADAWARNA, SANTOSA,
(SUMUT) MARANGKAYU, TERITIP
SUKAHURIP (JABAR)
(KALTIM)
WADUK
ESTUARI SEI LOMPATAN
HARIMAU (RIAU) WADUK KARALOE,
GONG,
PASELORENG,
DOMPAK,
PAMUKULU, JENELATA,
BUSUNG (KEPRI)
NIPA-NIPA (SULSEL)

WADUK
SUKOHARJO,
SEGALAMINDER, WADUK TELAGAWAJA,
WAY SEKAMPUNG, LAMBUK (BALI) WADUK LASONGI
SUKARAJA III (SULTRA)
(LAMPUNG)

WADUK RAKNAMO,
WADUK KARIAN, KOLHUA, ROTIKLOD,
SINDANGHEULA WADUK LOGUNG, JLANTAH,
NAPUNGGETE (NTT)
(BANTEN) MATENGGENG (JATENG)
WADUK BINTANG BANO,
TANJU DAN MILA, MUJUR
WADUK BENER, WADUK SEMANTOK, WADUK (NTB)
KARANGTALUN (DIY) BAGONG, WADUK LESTI,
WADUK WONODADI (JATIM)
Slide - 43
3. SASARAN PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN

Kedaulatan Energi
2014 ARAH KEBIJAKAN:
INDIKATOR 2019*
(baseline)
1. Meningkatkan produksi energi primer (minyak, gas
Peningkatan Produksi SD Energi: dan batubara): lapangan baru, IOR/EOR,
pengembangan gas non konvensional (shale gas dan
- Minyak Bumi (ribu BM/hari) 818 700
CBM).
2. Meningkatkan Cadangan Penyangga dan Operasional
- Gas Bumi (ribu SBM/hari) 1.224 1.295 Energi: (i) cadangan energi pemerintah; (ii)
- Batubara (Juta Ton) 421 400 pengadaan kontrak jangka menengah dan panjang
untuk SD energi.
Penggunaan DN (DMO): 3. Meningkatkan peranan energi baru terbarukan
- Gas bumi DN 53% 64% dalam bauran energi: (i) insentif dan harga yang
tepat; (ii) pemanfaatan bahan bakar nabati.
- Batubara DN 24% 60% 4. Meningkatkan Aksesibilitas: (i) mendorong
Regasifikasi onshore (unit) - 6 penggunaan SD energi utk penggunaan setempat; (ii)
pemanfaatan gas kota; (iii) konversi BBM ke BBG.
Pembangunan FSRU (unit) 2 3 5. Peningkatan efisiensi dalam penggunaan energi: (i)
pengembangan insentif dan mekanisme pendanaan
Jaringan pipa gas (km) 11.960 17.960 utk teknologi hemat/efisiensi energi; (ii) audit
Pembangunan SPBG (unit) 40 118 energi; (iii) peningkatan peran perusahaan layanan
energi (ESCO).
Jaringan gas kota (sambungan 6. Meningkatkan pengelolaan subsidi BBM yang lebih
200 ribu 1 jt
rumah) transparan dan tepat sasaran
7. Memanfaatkan potensi Sumber Daya Air untuk PLTA
Pembangunan kilang baru (unit) - 1
(kelistrikan)

* Dengan badan usaha Slide - 44


KEDAULATAN ENERGI

Kemen ESDM;
Kemen BUMN
Kemen ESDM;
Peningkatan Pembangunan Tata kelola yg
Kemen BUMN;
produksi minyak kilang migas efektif & efisien Kemen ESDM;
Kemendag; bumi industri migas Kemen BUMN;
Pertamina memperpanjangu dan energi (a.l
sia sumur2 tua SKK Migas
kontrak
dan Pengendalian pembelian Pertamina, PLN, PGN
impor minyak minyak jangka
menengah)
Kemen Keuangan;
Percepatan
Kemen ESDM; Pembangunan
Kemen BUMN Sistem fiskal yg Pembangkit listrik Kemen ESDM;
flexibel dan peningkatan Kemen BUMN;
Penggunaan Batu PLN; PGN
BAPPENAS : KOORDINASI bara dan Gas utk
PERENCANAAN produksi Listrik
MENKO : KOORDINASI
PELAKSANAAN

Pengalihan KEDAULATAN
Transportasi Kemen ESDM;
Kemen ESDM; berbasis BBM ENERGI Realokasi Kemen Keuangan
Kemen Perhubungan ke gas subsidi BBM ke Kemen BUMN
(percepatan biofuel
Kemen Perindustrian Kementan
Pembangunan
SPBG)

Peningkatan
Kemen ESDM; Iklim investasi kapasitas
migas yg tangki/minyak
Kemen Keuangan;
kondusif mentah, BBM,
Pemda Kemen ESDM;
Pengembangan dan LPG
energi baru & Pertamina
terbarukan

Kemen ESDM;
Kemen BUMN; Kemen Ristek Slide - 45
Rencana Pembangunan Infrastruktur Migas

Jaringan Pipa Gas


Arun Belawan KIM KEK Medan
(480 Km) Jaringan Pipa Gas
Pemping Batam (13,5 Km)

Receiving
Terminal
Arun
Kilang
Minyak
Bontang

Jaringan Pipa Gas


Duri Dumai (132,4 Km) LNG Donggi LNG
Senoro dan Tangguh
LNG South Train - 3
Jaringan Pipa Gas
Muara Karang Muara Tawar Sulawesi LNG
Tegal Gede (70 Km) Jaringan Pipa Gas Masela
Kalija I Kepodang Tambak
Lorok (207 Km)
Receiving
Terminal
Jaringan Pipa Gas
Banten
FSRU Jawa Porong Grati (56 Km)
Tengah
Jaringan Pipa Gas
Muara Bekasi Muara Tawar
Muara Karang (44 Km) Jaringan Pipa Gas
Gresik Semarang (267 Km)

Jaringan Pipa Gas


Gundih Semarang (140 Km)

Sumber : BPH Migas dan KESDM, diolah oleh Bappenas 2014

Slide - 46
RASIO ELEKTRIFIKASI DAN ENERGI
YANG DIKONSUMSI PER KAPITA TAHUN 2013

Pelanggan KWh Jual


Rumah Rasio
Penduduk kWh
WILAYAH Tangga Persen Persen Elektrifkasi
(1.000) RT KWh jual/kapita
(1.000) terhadap terhadap (%)
(1.000) (1.000)
Indonesia Indonesia
SUMATERA 53.539,0 13.056,4 9.917 19,78 25.739 13,95 75,95 480,75

JAWA 141.985,6 38.193,2 31.655 63,13 137.029 74,28 82,88 965,09

BALI & NUSA TENGGARA 13.721,1 3.480,9 2.203 4,39 5.687 3,08 63,30 414,49

KALIMANTAN 14.751,4 3.674,4 2.617 5,22 6.988 3,79 71,23 473,74

SULAWESI 18.216,9 4.262,2 3.019 6,02 7.266 3,94 70,83 398,85

MALUKU & PAPUA 6.604,1 1.537,2 733 1,46 1.773 0,96 47,72 268,46

LUAR JAWA 106.832,5 26.011,3 18.461 36,82 49.463 26,81 70,97 463,00

JAWA 141.985,6 38.193,3 31.655 63,13 138.081 74,85 82,88 972,50

INDONESIA 248.818,1 64.204,3 50.145 100,00 184.482 100,00 78,10 741,44

Sumber: Statistik Listrik, 2013 (BPS)

Slide - 47
3. SASARAN PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN

Maritim dan Kelautan


ARAH KEBIJAKAN:
2014
INDIKATOR 2019
(BASELINE) 1. Penyelesaian tata batas dan batas landas
Memperkuat Jatidiri sebagai negara Maritim kontinen di luar 200 mil laut, serta penamaan
pulau2 dan pendaftarannya;
Penyelesaian pencatatan/deposit 17.466
13.466 2. Pengaturan dan pengendalian ALKI;
pulau-pulau kecil ke PBB (Selesai th 2017)
3. Penguatan lembaga pengawasan laut;
Penyelesaian batas maritim antar
1 negara 9 negara 4. Peningkatan Koordinasi Dalam Penanganan
negara
Pelanggaran Tindak Pidana;
Pemberantasan Tindakan Perikanan Liar
Meningkatnya ketaatan pelaku 5. Meningkatkan pembangunan sistem transportasi
52% 87% multimoda;
perikanan
Membangun Konektivitas Nasional: 6. Melakukan upaya keseimbangan antara
transportasi yang berorientasi nasional dengan
Pengembangan pelabuhan untuk
-- 24 transportasi yang berorientasi lokal dan
menunjang tol laut
kewilayahan;
Pengembangan pelabuhan
210 270 7. Percepatan pengembangan ekonomi kelautan;
penyeberangan
8. Meningkatkan dan mempertahankan kualitas,
Pembangunan kapal perintis 50 unit 104 unit daya dukung dan kelestarian fungsi lingkungan
Pengembangan Ekonomi Maritim dan Kelautan laut;

Produksi hasil perikanan (juta ton ) 22,4 40-50 9. Meningkatkan wawasan dan budaya bahari serta
penguatan SDM dan Iptek kelautan;
Pengembangan pelabuhan perikanan 21 unit 24 unit 10. Meningkatkan harkat dan taraf hidup nelayan
Peningkatan luas kawasan konservasi serta masyarakat pesisir
15,7 juta ha 20 juta ha
laut
Slide - 48
PEMBANGUNAN KEMARITIMAN

Peningkatan Kemen KP; Kemen Koperasi UKM; Kemen PU; Kemen Hub;
kapasitas dan Kemen Ristek DIKTI; Kemen Perdagangan; Perbankan; Pemda
pemberian akses
terhadap sumber
modal, sarana Pembangunan
Peningkatan produksi, 100 sentra
Kemen KP produksi infrastruktur, perikanan sbg Kemen KP; Kemen Hub
perikanan dua teknologi dan tempat
pasar pelelangan ikan Kemen BUMN;
kali lipat (40-50
juta ton per terpadu dan Pemda
pembangunan 24
tahun pada thn pelabuhan
2019 strategis

Mendesain tata Kemen KP;


ruang wilayah Pemberantasan
pesisir dan lautan illegal, POLRI;
Kemen KP; BAPPENAS : KOORDINASI
yg mendukung unregulated Kemen Hukum HAM;
Kemen Agraria & TTR; kinerja PERENCANAAN dan unreported Pemda
Pemda pembangunan MENKO : KOORDINASI fishing (IIU)
maritim dan PELAKSANAAN
perikanan

PEMBANGUNAN
KEMARITIMAN
Mengurangi
Penerapan best intensitas
Kemen KP; aqua-culture penangkapan di
practices untuk kawasan Kemen KP;
Kemen Ristek DIKTI underfishing Pemda
komoditas-
komoditas sesuai batas
unggulan kelestarian
Peningkatan luas
kawasan konservasi Penguatan
perairan berkelanjutan keamanan laut,
(17 juta ha) dan Kemen Han
Kemen KP; penambahan kawasan daerah
perbatasan dan Kemen KP;
Kemen LH & Hut; konservasi 700 ha dan
rehab. Kerusakan pengamanan Kemen Dagri;
Pemda lingkungan pesisir &
SDA dan ZEE KemenLu.
laut

Slide - 49
WILAYAH LAUT INDONESIA

Luas Laut Indonesia

No Perairan Luas (km2)


1 Perairan Kepulauan 2,95 juta
2 Territorial 0,3 juta
3 ZEE Indonesia 2,55 juta
Total 5,8 juta

Slide - 50
WILAYAH PENANGKAPAN
DAN POTENSI PERIKANAN DI INDONESIA
(satuan dalam 1.000 ton/tahun)

WPP Selat Malaka


dan Laut Andaman WPP Teluk Tomini, Laut
WPP WPP
Maluku, Laut Halmahera, Laut Sulawesi dan Utara
276,1 Selat Karimata, Laut Seram,
Laut Natuna, dan Pulau Halmahera
dan Teluk Berau;
Laut Cina Selatan
333,7
1.059 595,5
WPP
Samudera Hindia A
(Barat Sumatera WPP
dan Selat Sunda) Teluk Cenderawasih
dan Samudera Pasifik
565,1
299,2

WPP Laut Jawa WPP WPP


Selat Makassar, Teluk Laut Aru, Laut Arafura
836,6 Bone, Laut Flores, dan dan Timur Laut Timor
Laut Bali
WPP 855,6
929,7 Teluk Tolo
dan Laut Banda

278,0
WPP
Samudera Hindia B
(Selatan Jawa -
Laut Timor Barat)

491,7

Slide - 51
Sumber: Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI No. 45/2011 tentang Estimasi Potensi SDI di WPP (total sebesar
6,52 juta ton/tahun)
Slide - 52
SEBARAN PELABUHAN PERIKANAN (total)
Kaltara
PPI:3
NAD
PPI:170

Sumut Kepri Gorontalo Sulut


PPS:1 PPI:19 Kaltim PPN:1 PPS:1
PPN:2 Kalsel PPI:13 PPI:24 PPI:28
PPI:34 PPI:9
Malut
Riau PPN:2
PPI:17 Sulteng PPI:16
PPI:43
Papua Barat
PPI:12

Kalbar
Sumbar PPN:2
PPS:1 PPI:63
PPI:27

Jambi
PPI:8 Sulbar
Babel PPI:10 Sultra
Kalteng
PPN:2 PPS:1
PPI:9
PPI:16
Bengkulu Bali PPI:29
PPI:41 PPN:2 Sulsel
PPI:11 PPN:0
PPI:52
Sumsel Lampung
PPI:7 PPI:20 DKI
PPS:1 DIY Maluku
PPI:6 PPI:23 PPN:3 Papua
Banten PPI:23 PPI:14
Jatim
PPN:2 Jabar PPN:4 NTB NTT
PPI:38 PPN:3 Jateng PPI:99 PPI:31 PPI:24
PPI:73 PPI:86

Ket:
PPS : Pelabuhan Perikanan Samudra
PPN : Pelabuhan Perikanan Nusantara
PPI: Pangkalan Pendaratan Ikan Slide - 53
SEBARAN SEKOLAH PERIKANAN
NAD
SUPM Ladong

Sulut
AP Bitung

Papua Barat
AP Sorong; SUPM
Sorong
Kalbar
Sumbar SUPM
SUPM Pontianak
Pariaman

Sulsel
SUPM Bone
Lampung
SUPM kota
Agung DKI
STP Jakarta Maluku
SUPM
Waiheru
Jatim
AP Sidoarjo NTT
Jateng SUPM Kupang
SUPM Tegal

Ket:
STP : Sekolah Tinggi Perikanan (PUSAT)
AP : Akademi Perikanan (PUSAT)
SUPM : Sekolah Usaha Perikanan Menengah (PEMDA) Slide - 54
SEBARAN BALAI DAN LOKA PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
(UPT PUSAT)

Sultra
LPTK Wakatobi
Sumbar (Teknologi Kelautan)
LPSDKP Bungus
(KerentananPesisir)

DKI
Sumsel P3SDLP (SD laut & pesisir); BBRP2B
BRPPU Palembang Jakarta (bioteknologi perikanan); Sulsel
(Perairan Umum) BBRSE (sosial ekonomi perikanan) BPPAP Maros
(budidaya air payau)

BALI
BBPPBL Gondol (Budidaya
JABAR Laut); BPOL Perancak
BBAT Bogor (budidaya air tawar); BPPIH Depok (Observasi Laut)
(ikan Hias); BPPI Sukamandi (pemuliaan Ikan);
BP2KSI Jatiluhur (konservasi SD ikan)

Slide - 55
PETA SEBARAN BALAI/UPT PERIKANAN BUDIDAYA

Slide - 56
TOL LAUT DALAM MENDUKUNG POROS MARITIM
DUNIA

Nilai
Keterangan Program Keterangan
(Rp.Milyar)
24 Pelabuhan Strategis 243,696 Termasuk pengerukan, pengembangan terminal kontainer, serta lahannya
Short sea shipping 7,500 Kapal, pelabuhan Panjang, sumur, Bojanegara, Kendal, Pacitan, Cirebon
Fasilitas kargo umum dan bulk 40,615 Rencana induk pelabuhan nasional
Pengembangan pelabuhan non-
198,100 1.481 pelabuhan
komersil
Pengembangan pelabuhan komersil
41,500 83 pelabuhan
lainnya
Transportasi multimoda untuk
50,000 Jalan akses, kereta pelabuhan, kereta pesisir.
mencapai pelabuhan
Revitalisasi industri galangan kapal 10,800 12 galangan kapal
Kapal untuk 5 tahun ke depan 101,740 Kapal container, barang perintis, bulk carrier, tug & barge, tanker, dan kapal rakyat
Kapal patroli 6,048 Kapal patrol dari Kelas IA s/d V
Total 699,999
Slide - 57
Pengembangan Transportasi Penyeberangan
(Komplemen Konsep Tol Laut)
Arah kebijakan pengembangan
transportasi penyeberangan 2015-
2019:

Penyelesaian dan penguatan jalur


lintas Sabuk Utara, Sabuk Tengah
dan Sabuk Selatan serta poros
penghubung.
Terobosan regulasi termasuk
kebijakan pengadaan kapal oleh
pemerintah dan pembentukan
Otorita Pelabuhan
Penyeberangan.
Koridor
Keb.
Penyebe Kondisi Saat ini dan Rencana Pembangunan
Biaya Program Strategis dan Target:
rangan
Sabuk Utara Terdapat lintas yang belum terhubung yaitu: Tj. Pembangunan pelabuhan penyeberangan
Pinang Sintete, akan diselesaikan pada 2017- di 60 lokasi
2019 Pembangunan kapal penyeberangan
Sabuk Terdapat lintas yang belum terhubung: Wahai (terutama perintis) 50 unit
Tengah Fak Fak, akan diselesaikan pada akhir tahun Pemisahan operator dan regulator
Rp. 40 T
2014. Akan dilakukan peningkatan layanan (pembentukan Otorita Pelabuhan)
(pelabuhan dan kapal) Pembangunan kapal untuk mengatasi
Sabuk Telah terhubung sejak tahun 2013, akan bottleneck pada lintas utama termasuk
Selatan dilakukan peningkatan layanan (pelabuhan lintas Merak -Bakauheni (melalui PMN pada
dan kapal) BUMN)
Slide - 58
3. SASARAN PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN

Pariwisata dan Industri ARAH KEBIJAKAN:


2014 1. Pemasaran Pariwisata Nasional: mendatangkan
INDIKATOR 2019
(Baseline) sebanyak mungkin wisatawan manca negara dan
mendorong peningkatan wisatawan nusantara
Pariwisata
2. Pembangunan Destinasi Pariwisata: meningkatkan
Kontribusi terhadap PDB 4,2% 8% daya tarik daerah tujuan wisata sehingga
Nasional berdayasaing di dalam negeri dan di luar negeri
Wisatawan Mancanegara 9 juta 20 juta 3. Pembangunan Industri Pariwisata: meningkatkan
(Orang) partisipasi usaha lokal dalam industri pariwisata
Wisatawan Nusantara 250 juta 275 juta nasional serta meningkatkan keragaman dan daya
(Kunjungan) saing produk / jasa pariwisata nasional di setiap
destinasi periwisata yang menjdai fokus pemasaran
Devisa (triliun rupiah) 120 260
4. Pembangunan Kelembagaan Pariwisata:
membangun sumber daya manusia pariwisata serta
Industri organisasi kepariwisataan nasional
Sasaran Pertumbuhan: 5. Pengembangan Perwilayahan Industri di luar Pulau
4,7 Jawa
Industri (%) 8.6
6. Penumbuhan Populasi Industri dengan menambah
paling tidak sekitar 9 ribu usaha

Kontribusi dalam PDB 20,7% 21,6% 7. Peningkatan Daya Saing dan Produktivitas (Nilai
Ekspor dan Nilai Tambah Per Tenaga Kerja)
Penambahan jumlah Industri
- 9.000 unit*
skala menengah dan besar
* Kumulatif 5 tahun Slide - 59
PEMBANGUNAN KARAKTER DAN POTENSI PARIWISATA

Kemen Pariwisata; Kemen PU;


Kemen Perhubungan; Kemen BUMN; Pemda
Percepatan
Pembangunan
Akses
Kemen Pariwisata; Transportasi Percepatan
Peningkatan Kemen Pariwisata;
Pemda Pembangunan
Jumlah Investor Kemen Kominfo;
Akses Informasi Pemda
Nasional
dan Komunikasi

Kemen Pariwisata; Kebijakan Peningkatan Kemen Pariwisata;


Kemen Keuangan; Anggaran BAPPENAS : KOORDINASI Infrastruktur Kemen Budaya Dikdasmen;
Pembangunan PERENCANAAN Pengembangan
Pemda MENKO : KOORDINASI PELAKSANAAN Pemda
Pariwisata Budaya Lokal

PEMBANGUNAN
KARAKTER
DAN POTENSI
PARIWISATA Percepatan
Pengembangan
Keterlibatan
dan
Kemen Pariwisata; Masyarakat Kemen Pariwisata;
Pengelolaan
Lokal dalam Kemen BUMN;
Pemda Kawasan
Pengelolaan Pemda
Pariwisata
Lokasi
(intersullar
Pariwisata
tourism)

Peningkatan
Pengembangan Kualitas SDM
Kemen Koperasi &UKM; Ekonomi Kreatif Masyarakat
Berbasis pada Kemen Pariwisata;
Kemen Pariwisata; Lokal /Sekitar
Eco-tourism Kemen Budaya Dikdasmen;
Badan Pengembangan Ekonomi Kreatif; Objek Wisata
Pemda
Pemda;
Slide - 60
POTENSI WISATA ALAM

Slide - 61
POTENSI WISATA MICE (Meeting, Incentives, Conference, Exhibition)

Hasil Pemetaan 16 Destinasi MICE - Ditjen PDP, Kemenparekraf, 2013 Slide - 62


POTENSI WISATA BAHARI

Slide - 63
3. SASARAN PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN

Ketahanan Air
2014 ARAH KEBIJAKAN:
Indikator 2019
(Baseline)
Ketahanan Air
1. Pemeliharaan dan pemulihan sumberdaya air dan
Kapasitas air baku nasional 51,44 m3/det 118,6 m3/det
ekosistemnya.
Pembangunan Waduk* 21 waduk 49 waduk 2. Pemenuhan kebutuhan dan jaminan kualitas air
Ketersedian air irigasi yang bersumber 11% 20% untuk kehidupan sehari-hari bagi masyarakat
dari waduk 3. Pemenuhan kebutuhan air untuk kebutuhan
Terselesaikannya status DAS lintas 0 19 DAS (kumulatif) sosial dan ekonomi produktif
negara
4. Peningkatan ketangguhan masyarakat dalam
Berkurangnya luasan lahan kritis melalui 500.000 ha 5,5 juta ha
rehabilitasi dalam KPH (kumulatif)
mengurangi risiko daya rusak air termasuk
Pulihnya kesehatan 5 DAS Prioritas (DAS 0 15 DAS perubahan iklim
Ciliwung, DAS Citarum, DAS Serayu, DAS 5. Peningkatan kapasitas kelembagaan,
Bengawan Solo, dan DAS Brantas) dan ketatalaksanaan, dan keterpaduan dalam
10 DAS prioritas lainnya sampai dengan pengelolaan sumber daya air yang terpadu,
tahun 2019
efektif, efisien dan berkelanjutan, termasuk
Terjaganya / meningkatnya jumlah mata 0 15 DAS
air di 5 DAS prioritas dan 10 DAS
peningkatan ketersediaan dan kemudahan akses
prioritas lainnya sampai dengan 2019 terhadap data dan informasi
melalui konser-vasi sumber daya air
Kapasitas/Daya tampung 15,8 miliar m3 19 miliar m3
Pengembangan dan pengelolaan 9,136 Juta Ha 10 Juta Ha
Jaringan Irigasi (permukaan, air tanah, *) Kumulatif 5 Tahun
pompa, rawa, dan tambak)
Rata-rata kapasitas Desain Pengendalian 5-25 tahun 10-100 tahun
Struktural dan Non Struktural Banjir

Slide - 64
3. SASARAN PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN
Infrastuktur Dasar dan Konektivitas
2014
Indikator 2019
(Baseline)
ARAH KEBIJAKAN:
Infrastruktur Dasar dan Konektivitas
Rasio elektrifikasi 81,5% 96,6%
1. Penyelenggaraan sinergi air minum dan sanitasi yang
Konsumsi Listrik Perkapita 843KWh 1.200KWh
dilakukan di tingkat nasional, provinsi,
Kawasan permukiman kumuh perkotaan 38.431 Ha 0 ha
kabupaten/kota, dan masyarakat
Kekurangan tempat tinggal (backlog) 7,6 juta 5 juta
2. Mempercepat pembangunan transportasi dengan
berdasarkan perspektif menghuni
Akses Air Minum Layak 70 % 100%
penguatan industri nasional untuk mendukung
Akses Sanitasi Layak 60,9 % 100%
Sistem Logistik Nasional dan penguatan konektivitas
Kondisi mantap jalan nasional 94 % 98 %
nasional dalam kerangka mendukung kerjasama
Pengembangan jalan nasional 38.570 km 45.592 km
regional dan global.
Pembangunan jalan baru * 1.202 km 2.650 km
3. Meningkatkan Kapasitas dan Kualitas Jaringan Jalan
Pengembangan jalan tol * 807 km 1.000 km
Kota.
panjang jalur kereta api 5.434 km 8.692 km
4. Mengoptimalisasi pemanfaatan spektrum frekuensi
Pengembangan pelabuhan 278 450
radio dan orbit satelit sebagai sumber daya terbatas.
Dwelling Time Pelabuhan 6-7 hari 3-4 hari
5. Mendorong pembangunan fixed/wireline broadband
Jumlah bandara 237 252
termasuk di daerah perbatasan negara.
On-time Performance penerbangan 75% 95 %
6. Mendorong tingkat literasi dan inovasi TIK.
Kab/Kota yang dijangkau Broadband 82% 100%
7. Meningkatkan peranan Energi Baru Terbarukan
Jumlah Dermaga Penyeberangan 210 275
dalam Bauran Energi
Pangsa Pasar Angkutan Umum 23% 32% 8. Meningkatkan Aksesibilitas Energi
Perkotaan
Lingkungan
Emisi Gas Rumah Kaca 15,5% ~ 26%
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) 63,0-64,0 66,5-68,5
*) Kumulatif 5 Tahun
**) Dalam dan luar kawasan
Tambahan Rehabilitasi Hutan 2 juta ha** 750 ribu ha*** ***) Dalam kawasan
Slide - 65
RENCANA BESAR PERCEPATAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT
LISTRIK 35.000 MW 2015-2019
2014 Kapasitas Pembangkit 2014 adalah 50,7
GW dan Rasio Elektrifikasi 81,5 Persen
Kemampuan Investasi PT. PLN adalah Rp 250 triliun dalam 5 tahun
Pertumbuhan Ekonomi Investasi yang paling mendesak untuk mengatasi krisis listrik/potensi
6-7 persen krisis listrik
Diperlukan program penyehatan kondisi keuangan PT. PLN melalui :
2019 Kapasitas pembangkit sekitar 85,7 GW Penyesuaian tarif dasar listrik mencapai nilai keekonomiannya pada
dan Rasio Elektrifikasi 96,6 persen tahun 2017, dengan tarif yang mencerminkan kemampuan investasi
PT. PLN secara mandiri (memperhitungkan beban investasi sesuai
Oleh PLN: Pembangkit: 16,4 GW ( berikut Transmisi 50
ribu kms; Jaringan Distribusi 150 ribu kms) kondisi demografi dan geografi yang ada serta beban sasaran
bauran energi)
Oleh Swasta: Pembangkit 18,7 GW (berikut transmisi
Peningkatan injeksi PMN
360 kms)
Subsidi yang semakin tepat sasaran (hanya untuk pengguna
dibawah 60 KWh) per bulan
Kebutuhan Investasi : Fasilitasi pemerintah dalam mengatasi hambatan (bottleneck)
PT. PLN 545 triliun dan Swasta Rp 435 triliun investasi, berupa: (a) penjaminan pemerintah untuk investasi; (b)
Percepatan persetujuan PKLN; (c) fasilitasi pembebasan lahan; (d)
Konsumsi Listrik per kapita (kWh) mempermudah perijinan (e) penyesuaian harga jual beli listrik IPP
yang lebih menarik terutama energi terbarukan; (f) fasilitasi
843 1.200
penyediaan gas untuk pembangkit listrik: serta (g) perlindungan
hukum bagi pelaksana proyek.

Slide - 66
RENCANA PEMBANGUNAN HYDRO POWER
Hydro Power Potential Map
(Potential: 75.000 MW, Plan to developed 12,900 MW up to 2027)

RUPTL 2015 2024 : Hydro : 9,1 GW

ACEH:
5.062 MW
KALSELTENGTIM:
16.844 MW
SUMUT:
3.808 MW
KALBAR: MALUKU:
SULUTTENG: 430 MW
4.737 MW
3.967 MW
SUMBAR & RIAU:
3.607 MW
PAPUA:
22.371 MW

SUMSEL, JAMBI,
BENGKULU & LAMPUNG:
3.102 MW JATENG: SULSELRA:
813 MW 6.340 MW

JABAR:
JATIM:
2.861 MW
525 MW
BALI NUSRA:
624 MW
3
Sumber : RUPTL dan Musrenbangnas 2014
Slide - 67
LOKASI RENCANA PLTU MULUT TAMBANG DI INDONESIA
TAHUN 2015-2019 (HANYA DI SUMATERA)

Sumber : Data diolah dari PT. PLN (Persero), KESDM dan Musrenbangnas 2014

Slide - 68
Rencana Pembangunan PLTA dan PLTM
(2015-2019)

Sumber : diolah dari PT. PLN (Persero), KESDM, dan Musrenbangnas 2014 Slide - 69
LOKASI 33 PEMBANGUNAN PLTA
DALAM PEMBANGUNAN 49 WADUK
Wampu, 45 Mw,-Asahan III Karama Peaking (Unsolicited) 150
(FTP 2), 174 Mw, Hasang (FTP Mw, Karama Baseload
2, 40 Mw, Simonggo-2, 86 (Unsolicited), 300 Mw (Sulbar)
MW, Batang Toru (Tapsel),
510 Mw, Masang-2, 55 Mw
Peusangan 1 2, 88 Mw,
(Sumut) Duminanga, 1 Mw,Sawangan, PLTA Tersebar Maluku Utara,
Peusangan-4, 400 Mw (NAD)
12 Mw (Sulut) 4.5 Mw, (Malut)
Bontobatu (FTP2), 110
Mw, Malea, 90 Mw
(Sulsel) Isal 3 , 4 Mw, Nua (Masohi), 6
Mw, Wai Tala 13.5 Mw, Wai Tala
40.5 Mw, Isal, 6 Mw, PLTA
Tersebar Maluku , 18.5
Mw(Maluku)

Simpang Aur (FTP2), 23


Mw, Ketahun-3, 61 Mw
(Bengkulu)
Warsamson, 46,5
Mw(Papua Barat)

Merangin, 350
Mw(Jambi)

Kusan, 65 Mw(Kalsel)
Semangka (FTP2), 56 Orya 2, 10 Mw,
Mw(Lampung) Kalibumi-2, 5 Mw,
Brang Beh 1, 8 Mw, Mariarotu II 1.3 Mw,
Brang Beh 2, 4.1 Mw Konawe, 50 Mw, Maubesi ,1 Mw, Baliem, 10 Mw,
NTB) Watunohu 1, 20 Mw Kudungawa, 2 Mw, Kalibumi III Cascade, 5
(Sultra) Ubungawu III, 0.2 Mw Mw, Baliem, 40 Mw,
(NTT) Tatui, 4 Mw, Amai, 1.4
Mw (Papua)

Slide - 70
RENCANA PENGUSAHAAN
PENGUSAHAAN JALAN TOLJALAN TOL
SELANJUTNYA

2 1

11
3

4
5
6
7 9
8
10
*) dalam proses tender
**) proyek prakarsa

No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Nama Ruas Medan- Medan-Binjai Pekanbaru- Palembang- Kayuagung- Bakauheni- Serpong-Balaraja *) Pasirkoja- Cileunyi- Pandaan- Manado-
Kualanamu-Lubuk
Pakam-Tebing
Tinggi *)
Kandis-Dumai Indralaya Palembang-
Betung **)
Terbanggi
Besar JALAN TOL PRIORITAS Soreang Sumedang-
Dawuan
Malang Bitung

Panjang (km) 61,8 15,80 135,00 22,00 111,65 150,00 30,00 10,57 58,50 37,62 39,00

Biaya 6,277 2,295 17,347 2,313 13.298 17.389 5.177 1.786 10.033 2.968 2,166
Investasi
(Rp. Milyar)

Biaya Tanah 441 116 974 156 410 1,033 1.751 696 1.295 294 365
(Rp. Milyar)

Status Pengadaan Persiapan Pengadaan Pengadaan Persiapan Persiapan Pengadaan tanah Pengadaan Pengadaan Pengadaan Pengadaan
tanah (81,36%) pengadaan tanah Tanah Pengadaan pengadaan (Seksi I Serpong- tanah tanah tanah tanah oleh
& tahap tanah (7,72%) (13,89%) tanah tanah Legok 10 km (38,11%) (28,58%) & (14,90%) Pemda
pelelangan sudah bebas)& konstruksi (33%)
persiapan Slide - 71
RENCANA PENGEMBANGAN PERKERETAAPIAN
2015 - 2019

Sumber: Kementerian Perhubungan, 2014

Slide - 72
RENCANA PEMBANGUNAN 15 BANDARA BARU
DAN PENGEMBANGAN 9 BANDARA KARGO

Sumber: Hasil Koordinasi Kementerian PPN dan Kemenhub, 2014

Slide - 73
TARGET PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TIK

Slide - 74
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR MENDUKUNG
KAWASAN EKONOMI KHUSUS

Slide - 75
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR MENDUKUNG
14 KAWASAN INDUSTRI DI LUAR JAWA
PROYEK STRATEGIS
Kebutuhan penanganan infrastruktur untuk Pelabuhan: Pembangunan Pel.Kualatanjung, Tanjung Perak, Pontianak, Bitung,
mendukung 13 Kawasan Industri sebesar Makassar, Banjarmasin, Kupang dan Halmahera
Rp.55,444.8 Triliun Tol: Pembangunan Jalan Tol Manado Bitung
Jalan: Pembangunan Jalan Lingkar Batulicin, Palu-Parigi, Lingkar Kupang, Jalan
Susumuk-Bintuni
SEKTOR INVESTASI Kereta Api: Pembangunan jalur KA antara Manado Bitung, Sei Mangke
Bandara 8,200.00 Bandar Tinggi - Kuala Tanjung, Pasoso Tanjung Priok, DDT dan
Elektrifikasi ManggaraiBekasi -Cikarang, Lingkar Luar Kereta Api .
Jalan 8,079.74
Listrik: Pembangunan pembangkit listrik (PLTU Kualatanjung, Asahan 3,
Kereta Api 10,085,00 Pangkalan Susu, PLTU Palu, PLTA Poso, PLTMG Morowali, PLTU NTT-2
Ketenagalistrikan 10,477.06 Kupang, PLTU Ketapang (FTP2), PLTG/MG Pontianak Peaker, PLTU
Bengkayang, Parit Baru, Pulau Pisau, PLTA Konawe, PLTA/MH Morowali,
Pelabuhan 17,664.00 Bantaeng dan PLTGU Tangguh.
Sumber Daya AIR 939.00 Bandara: Pengembangan Bandara Mutiara Palu, Eltari Kupang, Pengembangan,
Total 55,444,80 Halu Oleo Kendari. Sam Ratulangi Manado dan Bandara Syamsuddin Noor-
Banjarmasin

SUMATERA MALUKU
1. Kuala Tanjung - Sumut 12. Buli, Halmahera
2. Seimangke Sumut Timur-MaluT
3. Tanggamus - Lampung
PAPUA
KALIMANTAN 13. Teluk Bintuni,
4. Batulicin Kalsel Papua Barat
5. Ketapang - Kalbar
6. Landak - Kalbar;
7. Jorong - Kalsel

SULAWESI
7. Palu Sulteng
8. Morowali - Sulteng
9. Bantaeng - Sulsel
10. Bitung Sulut
11. Konawe Sultra

Slide - 76
PELAKSANAAN TERPADU
MELALUI BADAN USAHA STRATEGIS
SektorPotensial

ketenagalistrikan, air minum/sanitasi,


jalan tol

Restrukturisasi Sektor

Peningkatan Economic of Scale


misalnya: regionalisasi PDAM
Peningkatan Economic of Scope
misalnya: regionalisasi PLN
Penugasan BUMN atau Badan Usaha
Stratejik untuk pembangunan
infrastruktur yang bersifat kritis atau
strategis
Penerapan tariff/subsidi yang cost-
reflective
Penegasan Peran Institusi

Penegasan peran pembuat kebijakan,


regulator, operator, dan PJPK (badan
pelaksana) termasuk kemungkinan untuk
desentralisasi fungsi contracting agency

Slide - 77
Perkiraan Kebutuhan Tanah
Pembangunan Infrastruktur
Luas Kebutuhan Tanah (Ha)
No Jenis Kegiatan Total
Pemerintah KPS
1. Persampahan dan Air Limbah - 76 76
2. Air Minum - 13 13
3. Energi dan Kelistrikan - 206 206
4. Kereta Api - 9.532 9.532
5. Jalan Tol - 5.054 50.054
6. Bandara - 637 637
7. Pelabuhan - 122 122
8. Bendungan 54.037 - 54.037
9. Kota Baru Publik 10.000 - 10.000
Total 64.037 76.677
Sumber : Bappenas 2014

Catatan: KPS = Kerjasama Pemerintah Swasta


Slide - 78
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

SASARAN PEMBANGUNAN
DIMENSI PEMERATAAN

Slide - 79
4. SASARAN PEMBANGUNAN
DIMENSI PEMERATAAN

2014 ARAH KEBIJAKAN:


INDIKATOR 2019
(Baseline)
Menurunkan kesenjangan antar kelompok ekonomi
10,96%*) 7,0% - 8,0%
1. Mengembangkan sistem perlindungan sosial
Tingkat Kemiskinan (%)
yang komprehensif;
Tingkat Pengangguran Terbuka 5,94% 4,0 % - 5,0 %
2. Meningkatkan pelayanan dasar bagi masyarakat
kurang mampu dan rentan;
Meningkatkan cakupan pelayanan dasar dan akses terhadap ekonomi
produktif masyarakat kurang mampu 3. Mengembangkan penghidupan berkelanjutan
Cakupan pada 40% penduduk miskin bagi masyarakat miskin melalui penyaluran
tenaga kerja dan pengembangan kewirausahaan.
o Kepesertaan Jaminan
86% 100% Agenda ini perlu didukung oleh basis data
Kesehatan
perencanaan yang handal dalam satu sistem
o Akses Pangan Bernutrisi informasi yang terpadu yang menjadi forum
60% 100%
pertukaran data dan informasi bagi seluruh
o Akses Terhadap Layanan pelaku, baik di tingkat pusat maupun daerah,
4,12% *) 25%
Keuangan serta penguatan kapasitas aparat pemerintah di
o Kepemilikan akte lahir 64,6% 77,4% tingkat pusat dan daerah dalam hal perencanaan
(2013) dan penganggaran yang lebih berpihak pada
o Akses air bersih 55,7% 100% masyarakat miskin.
o Akses sanitasi layak 20,24% 100%
o Akses penerangan 52,3% 100%

Slide - 80
4. SASARAN PEMBANGUNAN
DIMENSI PEMERATAAN

2014 2019 ARAH KEBIJAKAN:


INDIKATOR
(Baseline)
Peningkatan daya saing tenaga kerja
1. Meningkatkan kualitas SDM;
Penyediaan lapangan kerja (2015- -- 10 juta
2019) (rata-rata 2 juta 2. Meningkatkan akses pembiayaan dan perluasan
per tahun) skema pembiayaan;
Persentase tenaga kerja formal 40,5% 51,0%
3. Meningkatkan nilai tambah produk dan
Kepesertaan Program SJSN Ketenagakerjaan jangkauan pemasaran;
Pekerja formal 29,5 juta 62,4 juta 4. Mempercepat penguatan kelembagaan usaha;
Pekerja Informal 1,3 juta 3,5 juta
5. Mendorong terwujudnya kemudahan, kepastian,
Meningkatkan kualitas dan keterampilan pekerja dan perlindungan usaha;
Jumlah pelatihan 1.921.283* 2.170.377**
6. Memperbaiki iklim ketenagakerjaan dan
Jumlah sertifikasi 576.887* 863.819**
menciptakan hubungan industrial yang harmonis;
Jumlah tenaga kerja keahlian 30,0% 42,0%
menengah yang kompeten 7. Meningkatkan akses terhadap layanan
Kinerja lembaga pelatihan milik 5,0% 25,0% pendidikan dan pelatihan keterampilan.
negara menjadi berbasis kompetensi

* 2011-2014 ** 2015-2019 Slide - 81


SEBARAN 100 KABUPATEN/KOTA
DENGAN INDEKS KESEJAHTERAAN WILAYAH
(IKW) TERENDAH

Slide - 82
PENINGKATAN KAPASITAS TENAGA KERJA
MELALUI REVITALISASI BALAI LATIHAN KERJA

Slide - 83
PENINGKATAN JANGKAUAN
PROGRAM KELUARGA PRODUKTIF & SEJAHTERA
TARGET NASIONAL 2015-2019
Bantuan Tunai Bersyarat : 3.000.000 KSM
Asistensi Disabilitas Berat : 24.000 Jiwa
Kelompok Usaha Bersama : 111.090 KK
Perdesaan
Kelompok Usaha Bersama : 53.300 KK
Perkotaan
MALUKU
SUMATERA Bantuan Tunai : 32.285 KSM
Bantuan Tunai : 516.337 KSM Bersyarat
KALIMANTAN SULAWESI
Bersyarat Asistensi Disabilitas : 384 Jiwa
Bantuan Tunai : 88.219 KSM Bantuan Tunai : 207.530 KSM Berat
Asistensi : 5.802 Jiwa Bersyarat Bersyarat
Disabilitas Berat Kelompok Usaha : 1.270 KK
Asistensi Disabilitas : 1.658 Jiwa Asistensi : 2.374 Jiwa Bersama Perdesaan
Kelompok Usaha : 11.370 KK Berat Disabilitas Berat
Bersama Kelompok Usaha : 300 KK
Perdesaan Kelompok Usaha : 2.290 KK Kelompok Usaha : 7.860 KK Bersama Perkotaan
Bersama Perdesaan Bersama
Kelompok Usaha : 9250 KK
Perdesaan
Bersama Kelompok Usaha : 2.300 KK
Perkotaan Bersama Perkotaan Kelompok Usaha : 6.790 KK
PAPUA
Bersama Bantuan Tunai Bersyarat : 12.080 KSM
Perkotaan
Asistensi Disabilitas Berat : 232 Jiwa

JAWA Kelompok Usaha : 600 KK


BALI - NUSA TENGGARA Bersama Perdesaan
Bantuan Tunai Bersyarat : 1.701.661 KSM Bantuan Tunai Bersyarat : 239.661 KSM Kelompok Usaha : 500 KK
Asistensi Disabilitas Berat : 3.091 Jiwa Bersama Perkotaan
Asistensi Disabilitas Berat : 8.527 Jiwa

Kelompok Usaha Bersama : 14.840 KK Kelompok Usaha Bersama : 4.480 KK


Perdesaan Perdesaan

Kelompok Usaha Bersama : 10.800 KK Kelompok Usaha Bersama : 1.960 KK


Perkotaan Perkotaan

Keterangan: KSM: Keluarga Sangat Miskin; KK: Kepala Keluarga 84 84 dari 2


Slide - 84
PENINGKATAN DAYA SAING UMKM & KOPERASI
MELALUI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS &
NILAI TAMBAH

Struktur pelaku usaha nasional masih didominasi oleh


usaha mikro yang memiliki aset dan produktivitas
rendah.
Jumlah usaha kecil dan menengah yang rendah
menyebabkan kurangnya industri pendukung
sehingga mempengaruhi kapasitas perekonomian
untuk tumbuh lebih tinggi.
Perlu akselerasi peningkatan produktivitas UMKM dan
peningkatan nilai tambah, khusus di sektor-sektor
yang didominasi UMKM (pertanian, perikanan dan
perdagangan) dan di luar Jawa.
Dukungan lainnya: peningkatan akses ke pembiayaan,
Sebaran UMKM manufaktur (2012): penerapan teknologi dan standar produk, fasilitasi
Sebagian besar di Jawa pemasaran, penguatan koperasi dan kemitraan
Perlu percepatan penumbuhan dan penguatan UMKM berbasis rantai nilai/pasok, serta peningkatan
industri pendukung di luar Jawa kemudahan, kepastian dan perlindungan usaha.
Slide - 85
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

SASARAN PEMBANGUNAN
KEWILAYAHAN DAN ANTARWILAYAH

Slide - 86
5. SASARAN PEMBANGUNAN
KEWILAYAHAN DAN ANTARWILAYAH (1)

Sasaran Pokok Baseline Sasaran


2014 2019
Pemerataan Pembangunan Antar Wilayah

Peran Wilayah dalam Pembentukan PDB Nasional 2013 Proyeksi 2019

o Sumatera 23,8 24,6


o Jawa 58,0 55,1
o Bali Nusa Tenggara 2,5 2,6
o Kalimantan 8,7 9,6
o Sulawesi 4,8 5,2
o Maluku - Papua 2,2 2,9

Keterangan :
Asumsi target pertumbuhan PDB Nasional 8% di tahun 2019
Perhitungan proyeksi masih menggunakan atas dasar harga konstan tahun 2000.
Perhitungan proyeksi dapat berubah dengan adanya perubahan harga konstan tahun dasar 2010.

Slide - 87
STATUS RTRW PROVINSI, KABUPATEN DAN KOTA

Status Prov Kab Kota

Perda sudah ditetapkan 26 317 81

Belum Selesai 8 81 12

Jumlah total 34 398 93

Status penyelesaian (%) 76.5% 79.6% 87.1%

Slide - 88
PROVINSI YANG BELUM MENETAPKAN
PERDA RTRWP

Pulau Sumatera Pulau Kalimantan


No Prov No Prov
1 Sumatera Utara 4 Kalimantan Barat
2 Riau 5 Kalimantan Tengah
3 Sumatera Selatan 6 Kalimantan Selatan
7 Kalimantan Timur
8 Kalimantan Utara

Slide - 89
SASARAN PEMBANGUNAN WILAYAH
2015-2019
PERAN PDRB WILAYAH (%) PERAN PDRB WILAYAH (%)
Wilayah TAHUN 2013 TAHUN 2019
SUMATERA 23,8 24,6
JAWA 58 55,1
KALIMANTAN 8,7 9,6
SULAWESI 4,8 5,2
Wilayah Sulawesi
BALI NUSTRA 2,5 2,6 Wilayah Kalimantan Sasaran 2015 2016 2017 2018 2019
MALUKU PAPUA 2,2 2,9 Sasaran 2015 2016 2017 2018 2019 Pertumbuhan ekonomi 7,4 7,6 8,2 8,9 9,1
Pertumbuhan ekonomi 5 5,9 6,1 6,9 7,6
Kemiskinan 9,6 9,1 8,1 7,1 5,6
Kemiskinan 5,7 5,4 4,8 4,2 3,3
Pengangguran 4,5 4,4 4,2 4 3,8 Pengangguran 4,9 4,7 4,5 4,3 4
Wilayah Jawa-Bali
Sasaran 2015 2016 2017 2018 2019
Pertumbuhan ekonomi 5,7 6,5 7,1 7,4 7,8 Wilayah Maluku
Kemiskinan 9 8,5 7,6 6,7 5,2 Sasaran 2015 2016 2017 2018 2019
Pengangguran 6,3 6,1 5,9 5,7 5,5 Pertumbuhan ekonomi 6,5 6,9 7,8 8 8,2
Kemiskinan 12,8 12,1 10,7 9,3 7,3
Pengangguran 5,9 5,7 5,4 5,2 4,9

Wilayah Jawa-Bali
Sasaran 2015 2016 2017 2018 2019
Wilayah Papua
Pertumbuhan ekonomi 5,7 6,5 7,1 7,4 7,8 Wilayah Nusa Tenggara
Sasaran 2015 2016 2017 2018 2019
Kemiskinan 9 8,5 7,6 6,7 5,2 Sasaran 2015 2016 2017 2018 2019
Pertumbuhan ekonomi 11,7 13,2 16 17,2 17,3
Pengangguran 6,3 6,1 5,9 5,7 5,5 Pertumbuhan ekonomi 4,6 7,3 7,6 8,2 9,2
Kemiskinan 26,9 25,3 22,3 19,4 15,1
Kemiskinan 16 15,1 13,4 11,7 9,2
Pengangguran 3,7 3,5 3,4 3,2 3
Sumber : Perhitungan Bappenas, 2014 Pengangguran 3,8 3,6 3,4 3,3 3,1
Slide - 90
SASARAN PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH
2015-2019

SASARAN PERTUMBUHAN EKONOMI PER WILAYAH


TAHUN 2015-2019
18,5

16,5
Sumatera
Pertumbuhan Ekonomi (%)

14,5
Jawa-Bali

12,5 Nusa Tenggara

10,5 Kalimantan

Sulawesi
8,5
Maluku
6,5
Papua

4,5

2,5
2015 2016 2017 2018 2019

Slide - 91
SASARAN TINGKAT KEMISKINAN WILAYAH 2015-2019

SASARAN TINGKAT KEMISKINAN PER WILAYAH


TAHUN 2015-2019

30

Sumatera
25
Kemiskinan (%)

Jawa-Bali
20
Nusa Tenggara

15
Kalimantan

10 Sulawesi

Maluku
5

Papua
0
2015 2016 2017 2018 2019

Slide - 92
SASARAN TINGKAT PENGANGGURAN WILAYAH 2015-2019

SASARAN TINGKAT PENGANGGURAN PER WILAYAH TAHUN 2015-2019


6,5

5,5 Sumatera
Pengangguran (%)

5 Jawa-Bali

Nusa Tenggara
4,5
Kalimantan

4 Sulawesi

Maluku
3,5
Papua
3

2,5
2015 2016 2017 2018 2019

Slide - 93
PEMBANGUNAN TECHNO PARK DAN SCIENCE PARK

SASARAN : Terbangunnya 100 Techno Park di daerah-daerah


kabupaten/kota, dan Science Park di setiap provinsi.

ARAH KEBIJAKAN :
Pembangunan Tecno Park diarahkan berfungsi sebagai:
pusat penerapan teknologi di bidang pertanian, peternakan, perikanan, dan pengolahan
hasil (pasca panen) yang telah dikaji oleh lembaga penelitian, swasta, perguruan tinggi
untuk diterapkan dalam skala ekonomi;
tempat pelatihan, pemagangan, pusat disseminasi teknologi, dan pusat advokasi bisnis ke
masyarakat luas;

Pembangunan Science Park diarahkan berfungsi sebagai:


penyedia pengetahuan terkini oleh dosen universitas setempat, peneliti dari lembaga
litbang pemerintah, dan pakar teknologi yang siap diterapkan untuk kegiatan ekonomi;
penyedia solusi-solusi teknologi yang tidak terselesaikan di Techno Park;
sebagai pusat pengembangan aplikasi teknologi lanjut bagi perekonomian lokal.

Slide - 94
PEMBANGUNAN SCIENCE AND TECHNO PARK
Menuju Bangsa Berdaya Saing

PRESIDEN
TIM PENGARAH:
Menteri PPN/Bappenas;
Menteri Ristek dan Dikti;
Menteri Pertanian;
BPPT Menteri Kelautan dan Perikanan;
Menteri Perindustrian; dsb

National Science and Techno Park


Puspitek Serpong (BPPT, LIPI, BATAN)

PROVINSI/
KELOMPOK Science Park Science Park Science Park
PROVINSI

KABUPATEN/ Techno Techno Techno Techno Techno Techno Techno Techno Techno
KOTA Park Park Park Park Park Park Park Park Park

Slide - 95
GERAKAN SADAR PENGOLAHAN

Pondok Pusaka Techno Park, Kabupaten Kaur, Bengkulu

Slide - 96
GERAKAN SADAR PENGOLAHAN

Pondok Pusaka Techno Park, Kabupaten Kaur, Bengkulu


Slide - 97
GERAKAN SADAR PENGOLAHAN

Pondok Pusaka Techno Park, Kabupaten Kaur, Bengkulu Slide - 98


PERAN WILAYAH/PULAU DALAM
PEMBENTUKAN PDB NASIONAL 1987-2013 (persen)
(Atas dasar Harga Berlaku)

PULAU 1987 1983 1988 1993 1998 2003 2008 2013

Sumatera 27,6 28,7 24,9 22,8 22,0 22,4 22,9 23,8

Jawa 50,6 53,8 57,4 58,6 58,0 60,0 57,9 58,0

Kalimantan 10,2 8,7 8,9 9,2 9,9 8,9 10,4 8,7

Sulawesi 5,5 4,2 4,1 4,1 4,6 4,0 4,3 4,8

Bali dan Nusa Tenggara 3,1 2,8 3,0 3,3 2,9 2,8 2,5 2,5

Maluku dan Papua 2,9 1,8 1,7 2,0 2,5 1,8 2,0 2,2

Total 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0


Sumber: BPS

Pergeseran peran wilayah/pulau dalam pembentukan PDB Nasional masih relatif kecil
atau bahkan tidak ada perubahan (stagnant)

Slide - 99
PERAN PDRB WILAYAH 2013 DAN PERKIRAAN 2019

PERAN PDRB WILAYAH (%) TAHUN 2013

SUMATERA
4,8 2,5 2,2
8,7 23,8
JAWA

KALIMANTAN

SULAWESI
58
BALI NUSTRA

MALUKU
PERAN PDRB WILAYAH (%) TAHUN 2019
PAPUA

2,9 SUMATERA
5,2 2,6 24,6
9,6 JAWA

KALIMANTAN

SULAWESI
55,1
BALI NUSTRA
Keterangan:
MALUKU
Asumsi target pertumbuhan PDB Nasional 5,8-8 % tahun 2015-2019
PAPUA
Perhitungan proyeksi masih menggunakan Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) tahun 2000
Perhitungan proyeksi dapat berubah dengan adanya perubahan harga konstan tahunn dasar
2010
Slide - 100
PDRB MENURUT PROVINSI (2011)

Slide - 101
POTRET KESENJANGAN ANTARWILAYAH

Slide - 102
PERKEMBANGAN GOLONGAN PENDAPATAN (GINI RATIO)
MENURUT WILAYAH/PULAU TAHUN 2008-2013

Provinsi 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Provinsi 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Sumatera Nusa Tenggara

Aceh 0,27 0,29 0,30 0,33 0,32 0,34 Nusa Tenggara Barat 0,33 0,35 0,40 0,36 0,35 0,36
Nusa Tenggara Timur 0,34 0,36 0,38 0,36 0,36 0,35
Sumatera Utara 0,31 0,32 0,35 0,35 0,33 0,35
Kalimantan
Sumatera Barat 0,29 0,30 0,33 0,35 0,36 0,36
Kalimantan Barat 0,31 0,32 0,37 0,40 0,38 0,40
Riau 0,31 0,33 0,33 0,36 0,40 0,37
Kalimantan Tengah 0,29 0,29 0,30 0,34 0,33 0,35
Kepulauan Riau 0,30 0,29 0,29 0,32 0,35 0,36
Kalimantan Selatan 0,33 0,35 0,37 0,37 0,38 0,36
Jambi 0,28 0,27 0,30 0,34 0,34 0,35 Kalimantan Timur 0,34 0,38 0,37 0,38 0,36 0,37
Sumatera Selatan 0,30 0,31 0,34 0,34 0,40 0,38 Sulawesi
Kep. Bangka Belitung 0,26 0,29 0,30 0,30 0,29 0,31 Sulawesi Utara 0,28 0,31 0,37 0,39 0,43 0,42
Bengkulu 0,33 0,30 0,37 0,36 0,35 0,39 Gorontalo 0,34 0,35 0,43 0,46 0,44 0,44
Lampung 0,35 0,35 0,36 0,37 0,36 0,36 Sulawesi Tengah 0,33 0,34 0,37 0,38 0,40 0,41

Jawa-Bali Sulawesi Selatan 0,36 0,39 0,40 0,41 0,41 0,43


Sulawesi Barat 0,31 0,30 0,36 0,34 0,31 0,35
DKI Jakarta 0,33 0,36 0,36 0,44 0,42 0,43
Sulawesi Tenggara 0,33 0,36 0,42 0,41 0,40 0,43
Jawa Barat 0,35 0,36 0,36 0,41 0,41 0,41
Maluku Papua
Banten 0,34 0,37 0,42 0,40 0,39 0,40
Maluku 0,31 0,31 0,33 0,41 0,38 0,37
Jawa Tengah 0,31 0,32 0,34 0,38 0,38 0,39
Maluku Utara 0,33 0,33 0,34 0,33 0,34 0,32
DI Yogyakarta 0,36 0,38 0,41 0,40 0,43 0,44 Papua 0,40 0,38 0,41 0,42 0,44 0,44
Jawa Timur 0,33 0,33 0,34 0,37 0,36 0,36 Papua Barat 0,31 0,35 0,38 0,40 0,43 0,43
Bali 0,30 0,31 0,37 0,41 0,43 0,40 INDONESIA 0,35 0,37 0,38 0,41 0,41 0,41

Sumber : Indikator Kesejahteraan Rakyat, BPS


Catatan : Berdasarkan Susenas Maret
(1 : Hanya Dilakukan pengumpulan data KOR di Ibukota Propinsi
(2 : Tidak digunakan untuk estimasi angka Indonesia Slide - 103
PERKEMBANGAN GOLONGAN PENDAPATAN (GINI RATIO) PROVINSI
MENURUT KELOMPOK GINI RATIO TAHUN 2008-2013
RATIO GINI PROVINSI 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Kep. Bangka Belitung 0,26 0,29 0,30 0,30 0,29 0,31
< 0,35 Maluku Utara 0,33 0,33 0,34 0,33 0,34 0,32
Aceh 0,27 0,29 0,30 0,33 0,32 0,34
Sumatera Utara 0,31 0,32 0,35 0,35 0,33 0,35
Jambi 0,28 0,27 0,30 0,34 0,34 0,35
Nusa Tenggara Timur 0,34 0,36 0,38 0,36 0,36 0,35
Kalimantan Tengah 0,29 0,29 0,30 0,34 0,33 0,35
Sulawesi Barat 0,31 0,30 0,36 0,34 0,31 0,35
Sumatera Barat 0,29 0,30 0,33 0,35 0,36 0,36
Kepulauan Riau 0,30 0,29 0,29 0,32 0,35 0,36
Lampung 0,35 0,35 0,36 0,37 0,36 0,36
Jawa Timur 0,33 0,33 0,34 0,37 0,36 0,36
Nusa Tenggara Barat 0,33 0,35 0,40 0,36 0,35 0,36
0,35 - 0,40
Kalimantan Selatan 0,33 0,35 0,37 0,37 0,38 0,36
Riau 0,31 0,33 0,33 0,36 0,40 0,37
Kalimantan Timur 0,34 0,38 0,37 0,38 0,36 0,37
Maluku 0,31 0,31 0,33 0,41 0,38 0,37
Sumatera Selatan 0,30 0,31 0,34 0,34 0,40 0,38
Bengkulu 0,33 0,30 0,37 0,36 0,35 0,39
Jawa Tengah 0,31 0,32 0,34 0,38 0,38 0,39
Banten 0,34 0,37 0,42 0,40 0,39 0,40
Bali 0,30 0,31 0,37 0,41 0,43 0,40
Kalimantan Barat 0,31 0,32 0,37 0,40 0,38 0,40
Jawa Barat 0,35 0,36 0,36 0,41 0,41 0,41
Sulawesi Tengah 0,33 0,34 0,37 0,38 0,40 0,41
Sulawesi Utara 0,28 0,31 0,37 0,39 0,43 0,42
DKI Jakarta 0,33 0,36 0,36 0,44 0,42 0,43
Sulawesi Selatan 0,36 0,39 0,40 0,41 0,41 0,43
> 0,40
Sulawesi Tenggara 0,33 0,36 0,42 0,41 0,40 0,43
Papua Barat 0,31 0,35 0,38 0,40 0,43 0,43
DI Yogyakarta 0,36 0,38 0,41 0,40 0,43 0,44
Gorontalo 0,34 0,35 0,43 0,46 0,44 0,44
Papua 0,40 0,38 0,41 0,42 0,44 0,44

Slide - 104
5. SASARAN PEMBANGUNAN
KEWILAYAHAN DAN ANTARWILAYAH (2)

2014 ARAH KEBIJAKAN:


Indikator 2019
(Baseline)
Pembangunan Perdesaan
Pembangunan Perdesaan
1. Pemenuhan Standar Pelayanan Minimum sesuai
-- Sampai dengan dengan kondisi geografis Desa
Penurunan desa tertinggal
5.000 desa 2. Penanggulangan kemiskinan dan pengembangan
(sampai dengan 5,000 desa) tertingal usaha ekonomi masyarakat Desa
-- Sampai dengan 3. Pembangunan Sumber Daya Manusia, peningkatan
Peningkatan desa mandiri
2.000 desa Keberdayaan, dan pembentukan Modal Sosial
(paling sedikit 2,000 desa) mandiri
Budaya Masyarakat Desa
4. Penguatan Pemerintahan Desa
Pengembangan Kawasan Perbatasan
5. Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
o Pengembangan Pusat 3 (111 lokasi 10 (187 lokasi Hidup Berkelanjutan, serta Penataan Ruang
Ekonomi Perbatasan (Pusat prioritas) priorias) Kawasan Perdesaan
Kegiatan Strategis 6. Pengembangan ekonomi kawasan perdesaan
Nasional/PKSN) untuk mendorong keterkaitan desa-kota.

Pengembangan Kawasan Perbatasan


o Peningkatan keamanan dan 12 pulau-pulau 1. Penguatan pelayanan imigrasi dan Penegasan
92 pulau kecil
kesejahteraan masyarakat kecil terluar batas wilayah negara
terluar/terdepan
perbatasan berpenduduk
2. Peningkatan Kesejahteraan masyarakat

Slide - 105
PETA RENCANA PERCEPATAN PEMBANGUNAN
PERBATASAN PAPUA

Slide - 106
PETA RENCANA PERCEPATAN PEMBANGUNAN
PERBATASAN MALUKU

Slide - 107
PETA RENCANA PERCEPATAN PEMBANGUNAN
PERBATASAN NUSA TENGGARA

Slide - 108
PETA RENCANA PERCEPATAN PEMBANGUNAN
PERBATASAN SULAWESI

Slide - 109
PETA RENCANA PERCEPATAN PEMBANGUNAN
PERBATASAN KALIMANTAN

Slide - 110
PETA RENCANA PERCEPATAN PEMBANGUNAN
PERBATASAN SUMATERA

Slide - 111
5. SASARAN PEMBANGUNAN
KEWILAYAHAN DAN ANTARWILAYAH (3)

2014 ARAH KEBIJAKAN:


Indikator 2019
(Baseline)
Jumlah Daerah Tertinggal 122 (termasuk 9 Pengembangan Daerah Tertinggal
42
DOB) 1. Pengembangan perekonomian masyarakat lokal
o Kabupaten terentaskan 70 80 2. Pemenuhan standar pelayanan minimal untuk
o Rata-rata pertumbuhan pelayanan publik dasar
ekonomi di daerah 7,1% * 7,35% 3. Peningkatan aksesibilitas daerah
tertinggal 4. Pembangunan Tekno Park
o Persentase penduduk
miskin di daerah tertinggal 16,64% 12,5%
Pembangunan Pusat Pertumbuhan Ekonomi di
o Indeks Pembangunan Luar Jawa
Manuasia (IPM) di daerah 68,46 71,5 1. Percepatan Industrialisasi/hilirisasi pengolahan
tertinggal SDA (a) menciptakan nilai tambah; (b)
menciptakan kesempatan kerja baru, terutama
Pembangunan Pusat-Pusat Pertumbuhan Ekonomi di Luar Jawa industri manufaktur, industri pangan, industri
o Kawasan Ekonomi Khusus maritim, dan pariwisa.
7 14
(KEK) di Luar Jawa 2. Percepatan pembangunan
konektivitas/infrastruktur
o Kawasan Industri n.a. 13 3. Pengembangan SDM dan Iptek
o Kawasan Perdagangan 4. Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP)
Bebas dan Pelabuhan 4 4 5. Pemberian insentif fiskal dan non fiskal
Bebas (KPBPB)

* rata-rata 2010-2014 Slide - 112


MEMBANGUN INDONESIA DARI PINGGIRAN
DENGAN MEMPERKUAT DAERAH-DAERAH DAN DESA

Kemen Desa, PDT & Transmigrasi;


Kemendagri;
Kemen PU & Pera;
BNPP
Pembangunan
Pemda Kawasan
Perbatasan

Kemen Desa, PDT &


Kemen Desa, PDT &
Transmigrasi;
Transmigrasi; Pembangunan
Pembangunan Kemen Keuangan;
Kemendagri; Daerah
Desa dan
Tertinggal dan Kemendagri;
Kemen PU & Pera; Pulau-Pulau
Kawasan
Perdesaan Pemda;
Pemda Terpencil BAPPENAS : KOORDINASI Desa
PERENCANAAN
MENKO : KOORDINASI
PELAKSANAAN

MEMBANGUN
INDONESIA DARI
PINGGIRAN
DENGAN
MEMPERKUAT
Pengurangan DAERAH-DAERAH
Kemen Keuangan; DAN DESA Pengembangan
overhead cost Kemen Keuangan;
Kemendagri; Tata Kelola
(biaya rutin)
Pemerintahan Kemendagri;
Kementerian untuk
Daerah dan
Sektor & Lembaga dialokasikan
Otonomi
Pemda
bagi pelayanan
Pemda Daerah
publik

Penataan
Daerah Kemen Keuangan;
Otonomi Baru
Kemendagri;
DPR & DPRD;
Pemda

Slide - 113
5. SASARAN PEMBANGUNAN
KEWILAYAHAN DAN ANTARWILAYAH (4)

2014 ARAH KEBIJAKAN:


Indikator 2019
(Baseline)

Pembangunan Kawasan Perkotaan 1. Pembangunan metropolitan di Luar Jawa


sebagai PKN dan pusat investasi;
o Pembangunan Metropolitan di 2. Optimalisasi 20 kota otonomi berukuran
2 + 5 (usulan
Luar Jawa sebagai PKN dan 2 sedang di Luar Jawa sebagai PKN/PKW dan
baru)
Pusat Investasi penyangga urbanisasi di Luar Jawa;
o Optimalisasi 20 kota otonomi 3. Penguatan 39 pusat pertumbuhan sebagai
berukuran sedang di Luar Jawa 43 kota pusat kegiatan lokal atau pusat kegiatan
belum 20 dioptimalkan
sebagai PKN/PKW dan wilayah dari 132 pusat pertumbuhan
optimal perannya
penyangga urbanisasi di Luar berstatus PKW.
perannya
Jawa

o Penguatan 39 pusat 39
pertumbuhan sebagai Pusat pusat
--
Kegiatan Lokal (PKL) atau Pusat pertumbuhan
Kegiatan Wilayah (PKW) yang diperkuat

o Pembangunan 10 Kota Baru 10


--
Publik Kota Baru

Slide - 114
PEMBANGUNAN PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN EKONOMI
DI LUAR JAWA

Kemen Perindustrian * Penyediaan


Kemen Agraria dan TTR lahan
Pemerintah Daerah kawasan
industri
* SDA
Kemen PU/Pera
Kemen
Kemen Ristek-Dikti Science dan Perhubungan
konektivitas
Kemen Pertanian Techno Park
Kemen ESDM
Kemen Perikanan
BAPPENAS :
BPPT KOORDINASI
Pemda PERENCANAAN
MENKO : KOORDINASI
PELAKSANAAN

Industrialiasi di
luar jawa
Penyediaan Tenaga
Terampil (BLK,
Kemen Keuangan
SMK, Politeknik) Insentif fiskal Kemen
Kemen Dik-Nas Mensosialisasikan dan non fiskal Perindustrian
mental
Kemen Tenaga Kerja Kewirausahaan

ikim investasi
PTSP
BKPM
* Perda
BKPD bermasalah
Pemda
Kemendagri

Slide - 115
SEBARAN 14 KAWASAN INDUSTRI PRIORITAS
WILAYAH LUAR JAWA

Kawasan Industri
Kawasan Industri Landak Kawasan Industri Palu Kawasan Industri Buli
Kawasan Industri Teluk Bitung
Kuala Tanjung
Industri Rotan, Karet, Industri Smelter Ferronikel,
Industri Karet, CPO Kakao (agro) dan Smelter Industri Agro dan Logistik
Industri Aluminium , CPO Stainless steel, dan
downstream stainless steel

Kawasan Industri
Kawasan Industri Ketapang Batu Licin
Kawasan Industri
Industri Besi Baja Teluk Bintuni
Industri Alumina
Industri Migas dan Pupuk

Kawasan Industri Sei


Mangkei

Industri Pengolahan CPO


Kawasan Industri
Morowali
Kawasan Industri Tanggamus
Industri Smelter Ferronikel,
Industri Maritim dan Stainless steel, dan
Logistik downstream stainless steel

Kawasan Industri Kawasan Industri Kawasan Industri


Jorong Bantaeng Konawe
Hilirisasi Sumber Daya Industri Smelter Ferronikel,
Mineral (Bauksit), Stainless steel, dan Industri Smelter Ferronikel,
Kelapa Sawit downstream stainless steel Stainless steel, dan
downstream stainless steel
Slide - 116
SEBARAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS (KEK)
YANG SUDAH ADA
KEK SEI MANGKEI KEK Maloy Batuta Trans KEK PALU
Kabupaten Simalungun, Kalmantan (MBTK) Kota Palu, Sulawesi Tengah
Sumut Kabupaten Kutai Timur,
Industri pengolahan Kaltim Industri Manufaktur
Kelapa Sawit Industri Agro berbasis kakao,
Industri Kelapa Sawit KEK MOROTAI
Industri pengolahan karet karet, rumput laut, rotan
Logistik Kab. Pulau Morotai,
Pupuk & aneka industri Industri pengolahan Nikel, Biji
Maluku Utara
Logistik Besi, Emas
Logistik Pariwisata
Pariwisata
Industri pengolahan
perikanan
Bisnis & logistik

KEK TANJUNG API-API KEK BITUNG


Kab. Banyuasin, Sumatera KEK TANJUNG LESUNG Kota Bitung, Sulawesi Utara
Selatan Kab. Pandeglang, Banten
Industri Pengolahan Perikanan
Industri Pengolahan Karet KEK MANDALIKA Industri agro berbasis kelapa
Industri Pengolahan Sawit Kab. Lombok Tengah, NTB dan tanaman obat
Industri Petrokimia Pariwisata Aneka industri
Pariwisata Logistik
Sumber: Kemenko Perekonomian (2014) Slide - 117
SEBARAN LOKASI KEK 2009 2014
DAN INDIKASI LOKASI KEK 2014 2019

Slide - 118
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

SASARAN PEMBANGUNAN
SEKTOR POLHUHANKAM

Slide - 119
6. SASARAN POLHUKHANKAM
2014
Indikator 2019
(Baseline)
POLITIK & DEMOKRASI
Tingkat Partisipasi Politik Pemilu 73,21% 77,5%
Indeks Demokrasi Indonesia 63,7 75
PENEGAKAN HUKUM
Indeks Penegakan Hukum n.a. 75%
Indeks Persepsi Korupsi (IPK) 32 50
Indeks Perilaku Anti Korupsi 3,63 4
TATA KELOLA DAN REFORMASI BIROKRASI
Kualitas Pelayanan Publik
- Integritas Pelayanan Publik (Pusat) 7,37 9
- Integritas Pelayanan Publik (Daerah) 6,82 8,5
Persentase Instansi Pemerintah dengan Nilai Indeks
Reformasi Birokrasi Baik (Kategori B)
- Kementerian/Lembaga 67% 75%
- Provinsi NA 60%
- Kabupaten/Kota NA 45%
Opini WTP atas Laporan Keuangan K/L 74 % 95 %
Persentase Instansi Pemerintah yang Akuntabilitas
Kinerjanya Baik (Skor B)
- Kementerian/Lembaga 60,24% 85%
- Provinsi 30,30% 75%
- Kabupaten/Kota 2,38% 50% Slide - 120
6. SASARAN POLHUKHANKAM

2014
Indikator 2019
(Baseline)
PENGUATAN TATA KELOLA PEMERINTAH DAERAH
Kinerja Kuangan Daerah
- Rata-rata presentase belanja pegawai Kab/Kota 42 persen 35 persen
- Rata-rata pajak retribusi Kab/Kota terhadap total 5,89 persen 11 persen
pendapatan
- Rata-rata pajak retribusi Prov terhadap total 33,60 persen 40 persen
pendapatan
- Rata-rata belanja modal Kab/Kota 19,87 persen 30 persen
- Rata-rata belanja modal Prov 16,22 persen 30 persen
- Rata-rata presentase belanja pegawai Kab/Kota 42 persen 35 persen
- Rata-rata presentase belanja pegawai Prov 15 persen 13 persen
- Rata-rata ketergantungan dana transfer Kab/Kota 72,20 persen 70 persen
- Rata-rata ketergantungan dana transfer Prov 53,85 persen 50 persen
- Rata-rata nasional WTP Pemda Prov 52 persen 85 persen
- Rata-rata nasional WTP Pemda Kabupaten 18 persen 60 persen
- Rata-rata nasional WTP Pemda Kota 33 persen 65 persen

Slide - 121
6. SASARAN POLHUKHANKAM

2014
Indikator 2019
(Baseline)
Kinerja Kelembagaan
- PTSP Kondisi Mantap 35,50 persen 55 persen
- Perda bermasalah 350 perda 50 perda
- Rata-rata kinerja Daerah Otonomi Baru
Rata-rata kinerja maksimal 52,85 persen 70 persen
Rata-rata kinerja minimal 23,83 persen 48 persen
- Kelembagaan Organisasi Perangkat Daerah yg ideal 45 persen 70 persen
(sesuai PP 41) sampel 299 daerah
- Penerapan SPM di daerah (Prov/Kab/Kota) 75 persen 90 persen
Kinerja Aparatur
- Tingkat pendidikan aparatur Pemda S1, S2 dan S3 43,30 persen 50 persen
PERTAHANAN DAN KEAMANAN
- Tingkat Pemenuhan MEF (Tiga Tahap) Tahap I Tahap II
- Kontribusi industri pertahanan DN terhadap MEF 10% 20%
- Laju Peningkatan Prefalensi Penyalahgunaan Narkoba 0,08% 0,05%

Slide - 122
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

TERIMA KASIH

Slide - 123

Anda mungkin juga menyukai