PERDARAHAN SUBARACHNOID
Oleh :
Mutiara Riska Utami
1310311027
Preseptor:
dr. Syarif Indra, Sp.S
dr. Hendra Permana, Sp. S, M. Biomed
18
30
33
BAB I
1
PENDAHULUAN
insidens pada usia ekitar 55 tahun untuk laki-laki dan 60 tahun untuk
subarakhnoid adalah ruptur aneurisma salah satu arteri di dasar otak dan adanya
subarachnoid.
1.2 Batasan Masalah
Penulisan case report ini dibatasi pada definisi, epidemiologi, etiologi,
subarachnoid.
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan case report ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai salah satu syarat dalam menjalani kepaniteraan klinik di bagian
Padang.
2. Menambah pengetahuan tentang perdarahan subarachnoid.
1.4 Metode Penulisan
Penulisan case report ini menggunakan metode tinjauan kepustakaan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
subarakhnoid yaitu rongga antara lapisan dalam (piamater) dan lapisan tengah
3
(arakhnoid matter) yang merupakan bagian selaput yang membungkus otak
(meningens).1
2.2 Epidemiologi
pertama kali pada usia 40-60 tahun. Sementara, puncak insidens dari perdarahan
subarachnoid yaitu pada usia ekitar 55 tahun untuk laki-laki dan 60 tahun untuk
perempuan dengan rasio 3:2. Dan jika penyebabnya adalah MAV (malformasi
arteriovenosa) maka insidensnya lebih sering pada laki-laki dari pada wanita.1
2.3 Etiologi
adalah ruptur aneurisma salah satu arteri di dasar otak dan adanya malformasi
4
Gambar 2. Aneurisma sakular (berry)
arteri serebri media di fisura sylvii (20%), dinding lateral arteri karotis interna
(pada tempat berasalnya arteri oftalmika atau arteri komunikans posterior 30%),
dan basilar tip (10%). Aneurisma dapat menimbulkan deficit neurologis dengan
2. Aneurisma fusiformis
intracranial arteri karotis interna, trunkus utama arteri serebri media, dan arteri
hipertensi. Aneurisma fusiformis yang besar pada arteri basilaris dapat menekan
5
batang otak. Aliran yang lambat di dalam aneurisma fusiformis dapat
Aneurisma ini biasanya tidak dapat ditangani secara pebedahan saraf, karena
3. Aneurisma mikotik
dari terapi infeksi yang mendasarinya dikarenakan hal ini biasa disebabkan oleh
jaringan pleksiform abnormal tempat arteri dan vena terhubungkan oleh satu
atau lebih fistula. Pada MAV arteri berhubungan langsung dengan vena tanpa
melalui kapiler yang menjadi perantaranya. Pada kejadian ini vena tidak dapat
menampung tekanan darah yang datang langsung dari arteri, akibatnya vena
akan merenggang dan melebar karena langsung menerima aliran darah tambahan
yang berasal dari arteri. Pembuluh darah yang lemah nantinya akan mengalami
ruptur dan berdarah sama halnya seperti yang terjadi paada aneurisma. MAV
dikelompokkan menjadi dua, yaitu kongenital dan didapat. MAV yang didapat
utama. Hampir 85% dari aneurisma ditemukan dalam sirkulasi anterior dan 15%
dalam sirkulasi posterior. Secara keseluruhan, tempat yang paling umum adalah
6
arteri communicans anterior diikuti oleh arteri communicans posterior dan arteri
bifucartio cerebri. Dalam sirkulasi posterior, situs yang paling lebih besar adalah
terbentuk selama waktu yang relatif singkat dan baik pecah atau mengalami
kolagen berkurang. Sebaliknya, aneurisma yang utuh memiliki hampir dua kali
aneurisma bertanggung jawab atas stabilitas relatif yang diamati dan untuk
7
Secara keseluruhan, aneurisma yang ruptur cenderung lebih besar daripada
Puncak kejadian aneurisma pada PSA terjadi pada dekade keenam kehidupan.
Hanya 20% dari aneurisma yang rupture terjadi pada pasien berusia antara 15
dan 45 tahun. Tidak ada faktor predisposisi yang dapat dikaitaan dengan
kejadian ini, mulai dari tidur, kegiatan rutin sehari-hari, dan aktivitas berat.4
Hampir 50% dari pasien yang memiliki PSA, ketika dianamnesis pasti
memiliki riwayat sakit kepala yang sangat berat atau sekitar 2-3 minggu sebelum
perdarahan besar. Hampir setengah dari orang-orang ini meninggal sebelum tiba
meliputi :
2. Hilangnya kesadaran,
3. Fotofobia
4. Meningismus,
8
Sebenarnya, sebelum muncul tanda dan gejala klinis yang hebat dan
mendadak tadi, sudah ada berbagai tanda peringatan yang pada umumnya tidak
minggu, atau lebih lama lagi sebelum terjadinya perdarahan yang hebat.5
kemudian hilang dengan sendirinya (30-60%), nyeri kepala disertai mual, nyeri
pecah) dapat menimbulkan tanda dan gejala sebagai berikut : defek medan
penglihatan, gangguan gerak bola mata, nyeri wajah, nyeri orbital, atau nyeri
defek medan penglihatan, disfungsi endokrin, atau nyeri kepala di daerah frontal.
disuatu tempat. Aneurisma pada arteri karotis internus didalam sinus kavernosus,
kelemahan lengan fokal, atau rasa baal. Aneurisma pada bifukarsio basiaris
9
kombinasi dengan hematom subdural, intraserebral, atau intraventrikular.
Dengan demikian tanda kklinis dapat bervariasi mulai dari meningismus ringan,
nyeri kepala, sampai defiist neurologis berat dan koma. Semnetara itu, reflek
Gangguan fungsi luhur, yang bervariasi dari letargi sampai koma, biasa
terjadi pada PSA. Gangguan memori biasanya terjadi pada beberapa hari
kemudian. Disfasia tidak muncul pada PSA tanpa komplikasi, bila ada disfasia
maka perlu dicurigai adanya hematom intraserebral. Yang cukup terkenal adalah
bilateral terkena sebagai akibat dari pecahnya aneurisma pada arteri komunikans
anterior. 5
langsung oleh aneurisma; b) kompresi langsung oleh darah yang keluar dari
akibat PSA. Pada penderita dengan nyeri kepala mendadak dan terlihat adanya
5
perdarahan subarachnoid maka hal itu bersifat patognomik untuk PSA.
Gangguan fungsi motorik dapat berkaitan dengan PSA yang cukup luas
atau besar, atau berhubungan dengan infark otak sebagai akibat dari munculnya
cabang besar sirkulus Willisi yang terpapar darah akan mengalami vasospasme
10
2.6 Diagnosis
23% hingga 53%. Karena itu, setiap keluhan nyeri kepala akut harus selalu
mendiagnosis PSA. Maka dari itu faktor resiko terjadinya PSA perlu
Pada pemeriksaan fisik dijumpai semua gejala dan tanda seperti yang
pemeriksan
11
Gambar 4. CT scan Perdarahan Subarakhnoid
Pungsi Lumbal
meningkat, bahkan perdarahan kecil kurang dari 0,3 mL akan menyebabkan nilai
cairan serebrospinal. 2
Angiografi
terhadap seluruh pembuluh darah harus dilakukan karena sekitar 15% pasien
memiliki aneurisma multiple. Foto radiologic yang negative harus diulang 7-14
hari setelah onset pertama. Jika evaluasi kedua tidak memperlihatkan aneurisma,
12
Adapun parameter klinis yang dapat dijadikan acuan untuk intervensi dan
prognosis pada PSA seperti skala Hunt dan Hess yang bisa digunakan.
Tabel 1.2 Skala Hunt dan Hess
Selain skala Hunt dan Hess, skor Fisher juga bisa digunakan untuk
1. Migraine
2. Cluster headache
3. Paroxysmal hemicranial
4. Non-hemorrhagic stroke
2.7 Penatalaksanaan
Tujuan penatalakasanaan pertama dari perdarahan subarakhnoid adalah
pembedahan atau tindakan intravascular lain. Jalan napas harus dijamin aman
13
dan pemantauan invasive terhadap central venous pressure dan atau pulmonary
artery pressure, seperti juga terhadap tekanan darah arteri, harus terus dilakukan.
dilakukan secara hati-hati dan pelan-pelan, dapat diberikan analgesik dan pasien
dengan target 310 mOsrn/L. (AHA/ASA, Class III, Level of evidence C).
osmoterapi.
7. Pemberian ventilasi harus diatur untuk mencapai PCO2 sekitar 30-35 mmHg.
dan neurologis lainnya. Tekanan darah harus dijaga dalam batas normal dan jika
hipertensi pada PSA jikalau MABP diatas 130 mmHg. Setelah aneurisma dapat
diamankan, sebetulnya hipertensi tidak masalah lagi, tetapi sampai saat ini
14
vena dalam (deep vein thrombosis) harus dilakukan segera dengan peralatan
2.8 KOMPLIKASI
serebral tertunda dengan dua pola utama, yaitu infark kortikal tunggal dan lesi
multiple luas. 2
harus dipertahankan >100 mmHg untuk semua pasien selama 21 hari. Sebelum
ada perbaikan, tekanan darah sistolik harus dipertahankan dibawah 160 mmHg
dan selama ada gejala vasospasme, tekanan darah sistolik akan meningkat
2.9Prognosis
meninggal tanpa sempat membaik sejak awitan. Tingkat mortalitas pada tahun
pertama sekitar 60%. Apabila tidak ada komplikasi dalam 5 tahun pertama
sekitar 70%. Apabila tidak ada intervensi bedah maka sekitar 30% penderita
15
meninggal dalam 2 hari pertama, 50% dalam 2 minggu pertama, dan 60% dalam
2 bulan pertama. Hal-hal yang dapat memperburuk prognosis dapat dilihat pada
Besarnya nilai ditentukan oleh jumlah skor Sistem Ogilvy dan Carter,
tergantung lokasi dan jumlah perdarahan serta ada tidaknya komplikasi yang
menyertai. Disamping itu usia tua dan gejala-gejala yang berat memperburuk
yang agresif serta perawatan intensif perioperative dengan fasilitas dan tenaga
16
BAB III
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : Tn. WJ
No RM : 85.10.63
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Suku : Minang
ANAMNESIS
- Nyeri kepala hebat sejak 6 jam sebelum masuk rumah sakit, nyeri kepala
terjadi secara tiba- tiba saat beraktivitas, nyeri dirasakan diseluruh kepala,
nyeri tidak berkurang dengan istirahat ataupun minum obat sakit kepala.
- Muntah (+), lebih dari 5 kali, berisi apa yang dimakan.
- Kelemahan anggota gerak (-)
- Kejang (-)
- Penurunan kesadaran (-)
17
- Riwayat hipertensi sejak 10 tahun yang lalu dengan tekanan darah sistolik
PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan Umum
Nadi/Irama : 75x/menit/halus
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : 36,5C
18
Thorak
- Paru
Inspeksi : normochest, simetris kiri dan kanan
Palpasi : fremitus sama kiri dan kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler, Rhonki +/+, Wheezing -/-
- Jantung
Abdomen
Perkusi : timpani
Korpus Vertebrae
19
2. Status Neurologis
A. Tanda Rangsangan Selaput Otak
Kaku kuduk : (+)
Brudzinski I : (-)
Brudzinski II : (-)
Tanda Kernig : (-)
B. Tanda Peningkatan Tekanan Intrakranial
Pupil isokor, diameter 3 mm/3 mm, refleks cahaya +/+
C. Pemeriksaan Nervus Kranialis
N.I Olfaktorius
Penciuman Kanan Kiri
Subjektif + +
Objektif + +
N. II Optikus
Penglihatan Kanan Kiri
Tajam Penglihatan + +
Lapangan pandangan Normal Normal
Melihat warna + +
Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N. III Okulomotorius
Kanan Kiri
Bola mata Ortho Ortho
Ptosis - -
Gerakan Bulbus + +
Strabismus - -
Nistagmus - -
Ekso/endophtalmus - -
Pupil
Bentuk Bulat Bulat
Reflek cahaya + +
N. IV Troklearis
Kanan Kiri
Gerakan mata ke bawah + +
Sikap bulbus Ortho Ortho
Diplopia - -
N. V Trigeminus
Kanan Kiri
Motorik
Membuka mulut + +
Menggerakkan + +
rahang
Menggigit + +
20
Mengunyah + +
Sensorik
Divisi opthalmika
Reflek kornea + +
Sensibilitas + +
Divisi Maksila
Reflek masseter + +
Sensibilitas + +
Divisi Mandibula
Sensibilitas + +
N. VI Abdusens
Kanan Kiri
Gerakan mata ke lateral + +
Sikap bulbus Ortho Ortho
Diplopia - -
N. VII Fasialis
Kanan Kiri
Raut wajah Simetris Simetris
Sekresi air mata + +
Menggerakkan dahi + +
Menutup mata + +
Mencibir/bersiul + +
Memperlihatkan gigi + +
Sensasi lidah 2/3 depan + +
N.VIII Vestibularis
Kanan Kiri
Suara berisik + +
Detik arloji + +
Rinne test Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Weber test Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Schwabach test Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Memanjang
Memendek
Pengaruh posisi kepala - -
N. IX Glossopharingeus
Kanan Kiri
Sensasi lidah 1/3 belakang + +
Refleks muntah/Gag reflek Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N. X Vagus
Kanan Kiri
Arkus faring Normal Normal
21
Uvula Di tengah Di tengah
Menelan + +
Artikulasi + +
Suara + +
Nadi Regular, kuat angkat Regular, kuat angkat
N. XI Asesorius
Kanan Kiri
Menoleh ke kanan + +
Menoleh ke kiri - -
Mengangkat bahu ke kanan + +
Mengangkat bahu ke kiri + +
N.XII Hipoglossus
Kanan Kiri
Kedudukan lidah dalam Simetris
Kedudukan lidah dijulurkan Simetris
Tremor Tidak ada Tidak ada
Fasikulasi Tidak ada Tidak ada
Atrofi Tidak ada Tidak ada
F. Pemeriksaan sensibilitas
Sensibilitas taktil +
Sensibilitas nyeri +
Sensibilitas termis +
Sensibilitas sendi dan posisi +
Sensibilitas getar +
Stereognosis +
22
Pengenalan rabaan +
G. Sistem Reflex
1. Fisiologis Kanan Kiri Kanan Kiri
Kornea + + Biseps ++ ++
Berbamkis Triseps ++ ++
Laring APR ++ ++
Maseter + + KPR ++ ++
Dinding perut Bulbokavernosus Tidak Tidak
dilakukan dilakuka
n
Atas Cremaster Tidak Tidak
dilakukan dilakuka
n
Tengah Sfingter Tidak Tidak
dilakukan dilakuka
n
Bawah
2. Patologis
Lengan Tungkai
Hoffman Tromner - - Babinski - -
Chaddoks - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaeffer - -
Klonus paha
Klonus kaki
3. Fungsi Otonom
Miksi :+
Defekasi :+
Sekresi keringat :+
4. Fungsi Luhur
Kesadaran Tanda Demensia
Reaksi bicara Reflek glabela
+ -
Reaksi intelek Reflek Snout
MMSE=10 -
Reaksi emosi Reflek menghisap
+ -
Reflek memegang -
Reflek palmomental -
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Darah
#Rutin
- Hb : 13,9 g/dL
- Leukosit : 16.570/mm3
23
- Trombosit : 322.000/mm3
- Hematokrit : 42%
#Kimia Klinik
Hasil:
- tampak lesi hiperdens mengisi ruang intersulci
- sistem ventrikel baik
- pons, CPA, cerebellum tak tampak kelainan
DIAGNOSIS
24
Diagnosis Klinis : Perdarahan subarachnoid grade III
PENATALAKSANAAN
Umum:
- Elevasi kepala 30
- O2 3-4 liter/menit
- IVFD NaCl 0,9% 12jam/kolf
- Folley catheter
- MB RG 1700 kkal
Khusus:
- Inj asam traneksanat 4 x 1 g (iv)
- Citikolin 2x 250 mg (iv)
- Manitol 20% tap off
- Ranitidin 2x50 mg (iv)
- Paracetamol 3x 750 mg (po)
- Codein 3x 30 mg (po)
- Drip Nicardipin 9 cc/jam
- Ceftriaxon inj 1x2 g (iv) skintest
- Levofloxacine inf. 1x500 mg (iv)
RENCANA PEMERIKSAAN
- Lumbal Pungsi
- Rontgent foto thoraks
- Kultur sputum
KOMPLIKASI: Vasospasme
FOLLOW UP:
- 30 Maret 2017
S/ Sadar (+)
Nyeri kepala (+)
O/ KU Kes TD Nd Nfs T
Sedang CM 160/100 98x/mnt 18x/mnt 37C
Status Internus : Rhonki -/-, Wheezing -/-
Status Neurologis: GCS E4M6V4 = 14
TRM (-) TIK (-)
25
Kaku kuduk (+)
Pupil isokor 3mm/3mm, Rc +/+, Rk +/+
Motorik 555 444
555 444
RF ++ ++
++ ++
RP - -
- -
A/ PSA grade III + Hipertensi + Sepsis perbaikan
P/ - Umum
IVFD Asering 12 jam/kolf
Diet RG 1700 kkal
- Khusus
- Nimodipin 4x 60 mg (po)
Micordis 1x160 mg (po)
Ceftriaxon 1 x 2 mg (iv)
Ranitidin 2 x 50 mg (iv)
-
- 1 April 2017
S/ Sadar (+)
Nyeri kepala (+)
O/ KU Kes TD Nd Nfs T
Sedang CM 150/110 75x/mnt 20x/mnt 37C
Status Internus : Rhonki -/-, Wheezing -/-
Status Neurologis: GCS E4M6V4 = 14
Kaku Kuduk : (-)
TRM (-) TIK (-)
Pupil isokor 3mm/3mm, Rc +/+, Rk +/+
Motorik 555 444
555 444
RF ++ ++
++ ++
RP - -
- -
A/ PSA grade III + Hipertensi
P/ - Umum
IVFD Asering 12 jam/kolf
Diet RG 1700 kkal
- Khusus
- Nimodipin 4x 60 mg (po)
Micordil 1x160 mg (po)
Ranitidin 2 x 50 mg (iv)
26
4 April 2017
S/ Sadar (+)
Nyeri kepala (+)
O/ KU Kes TD Nd Nfs T
Sedang CM 132/90 90x/mnt 22x/mnt 37C
Status Internus : Rhonki -/-, Wheezing -/-
Status Neurologis: GCS E4M6V4 = 14
Kaku Kuduk : (-)
TRM (-) TIK (-)
Pupil isokor 3mm/3mm, Rc +/+, Rk +/+
Motorik 555 444
555 444
RF ++ ++
++ ++
RP - -
- -
A/ PSA grade III + Hipertensi
P/ - Umum
IVFD Asering 12 jam/kolf
Diet RG 1700 kkal
- Khusus
- Nimodipin 4x 60 mg (po)
Micordil 1x160 mg (po)
Ranitidin 2 x 50 mg (iv)
EDUKASI : Segera bawa ke rumah sakit terdekat bila terjadi nyeri kepala
BAB IV
DISKUSI
27
Telah dirawat seorang pasien laki-laki berumur 44 tahun di bangsal
neurologi RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 15 Maret 2017 dengan
sejak 6 jam sebelum masuk rumah sakit, nyeri kepala terjadi secara tiba- tiba
saat beraktivitas, nyeri dirasakan diseluruh kepala, nyeri tidak berkurang dengan
istirahat ataupun minum obat sakit kepala. Keluhan nyeri kepala tersebut bersifat
akut dan kemungkinan terjadi karena peningkatan TIK akibat dari perdarahan
yang terjadi. Terdapat keluhan muntah, lebih dari 5 kali, berisi apa yang
otak pada pasien yaitu adanya riwayat hipertensi dengan tekanan darah sistolik
Pada pemeriksaan fisik keadaan umum pasien saat onset hari pertama
kaku kuduk positif, kaku kuduk merupakan salah satu pertanda terjadinya
motorik didapatkan untuk ekstremitas kanan atas 5/5/5, bawah 5/5/5, dan
ekstremitas kiri atas 4/4/4, bawah 4/4/4. Kelemahan yang terjadi dapat
28
disebabkan oleh PSA yang cukup luas atau besar, atau berhubungan dengan
Pada pemeriksaan fungsi kognitif diperoleh nilai adalah 10, hal ini
kognitif pada pasien dengan PSA yang ditandai dengan munculnya dimensia,
atau gangguan memori dan labilitas emosional terjadi bila lobus frontalis
bilateral terkena sebagai akibat dari pecahnya aneurisma pada arteri komunikan
anterior.8
4liter/menit, IVFD NaCl 0,9% 12jam/kolf, folley catheter dan untuk tatalaksana
Manitol 20% tap off, Ranitidin 2x50 mg (iv), Paracetamol 3x 750 mg (po),
elevasi kepala 30, hal ini juga berguna untuk membantu aliran balik vena, O2
berguna untuk mempertahankan pCO2 arteri tetap rendah dan dipasang kateter
jaringan otak saat otak cedera. Manitol 20% diberikan bertujuan untuk
29
menurunkan tekanan intracranial. Drip Nicardipin diberikan untuk menurunkan
yang aman digunakan untuk mengurangi rasa sakit (efek analgesik). Codein
adalah salah satu obat analgetik narkotik sekaligus antitusif, pada pasien ini
DAFTAR PUSTAKA
30
6. Zuccarello M, McMahon N. Arteriovenous Malformation (AVM). Mayfield
Clinic. 2013
7. Wahjoepurmono EJ, Junus J. Tindakan Pembedahan pada Penderita
Aneurisma Intrakranial. 2003;22(2).
8. Harsono. Buku Ajar Neurologi Klinis. Universitas Gadjah Mada. 2005 : 93-
97.
9. Perdossi. Guideline Stroke. Perdossi. 2011: 40-50
31