Anda di halaman 1dari 17

No Ideal Aktual

1 Kejadian Dekubitus 1. Kejadian Dekubitus

1) Fisiologi dekubitus Pasien di ruangan Lakitan 1.3

Dekubitus adalah kerusakan terdiri dari pasien penyakit bedah

jaringan yang terjadi apabila kulit digestif, dan onkologi. Saat

dan jaringan lunak di bawahnya melakukan kajian situasi di ruang

tertekan oleh tonjolan tulang dan Lakitan 1.3, pasien mengalami

permukaan eksternal dalam jangka gangguan mobilitas fisik,

waktu yang lama menyebabkan penurunan sensoris persepsi,

peningkatan tekanan kapiler. masalah nutrisi, dan masalah

Kejadian dekubitus bervariasi gangguan kulit. Berdasarkan data

sesuai dengan tempat layanan. bulan Juli 2016 didapatkan hasil

Pada tempat perawatan akut bahwa tidak terdapat kejadian

berkisar antara 0,4% hingga 38%, dekubitus di ruang rawat inap

pada tempat perawatan jangka Lakitan 1.3. Kajian situasi dari

panjang berkisar antara 2,2% tanggal 29-31 Agustus 2016

hingga 23,9% dan pada perawatan didapatkan hasil ada 6 pasien yang

rumah (home care) berkisar antara mengalami dekubitus tetapi

0% hingga 17%. dengan resiko sedang.

Area terjadinya dekubitus bisa Perawat dan mahasiswa

terjadi diseluruh permukaan tubuh praktik di ruang Lakitan 1.3

bila mendapat penekan keras memperhatikan dan mengajarkan

secara terus menerus. Namun pasien untuk mengenal resiko

paling sering terbentuk pada dekubitus serta mencegah

daerah kulit diatas tulang yang terjadinya dekubitus, seperti


menonjol. Lokasi tersebut mengajarkan dan melatih pasien

diantaranya adalah : Tuberositas untuk miring kiri/miring kiri

Ischii (Frekuensinya mencapai miring kanan secara berkala.

30%) dari lokasi tersering,

Trochanter Mayor (Frekuensinya

mencapai 20%) dari lokasi

tersering, Sacrum (Frekuensinya

mencapai 15%) dari lokasi

tersering, Tumit (Frekuensinya

mencapai 10%) dari lokasi

tersering, Maleolous, Genu,

lainnya meliputi cubiti, scapula

dan processus spinosus vertebrae.

2) Faktor resiko

a. Mobilitas dan aktivitas

b. Penurunan sensoris persepsi

c. Kelembaban

d. Gesekan dan robekan

e. Nutrisi

f. Usia

g. Merokok

h. Indeks masa tubuh

i. Tekanan darah rendah

j. Temperatur kulit

k. Stress emosional
3) Stadium dekubitus

a. Stadium satu: adanya eritema

yang tidak menjadi pucat bila

ditekan.

b. Stadium dua: kehilangan kulit

parsial yang menyangkut

lapisan epidermis dan atau

dermis. Luka bersifat

sueperficial.

c. Stadium tiga: kehilangan

seluruh lapisan kulit. Luka

terlihat sebagai lubang dalam,

luka dapat terinfeksi.

d. Stadium empat: kehilangan

lapisan kulit secara lengkap

hingga tampak tendon, tulang,

ruang sendi.

4) Pencegahan dekubitus

a. Gunakan alat pengkajian

resiko dekubitus yang telah

ditetapkan guna memonitor

faktor resiko secara

individual seperti : skala

Braden.

b. Dokumentasikan kondisi
kulit pasien pada saat masuk

dan setiap hari.

c. Monitor kondisi kemerahan

pada kulit secara cermat.

d. Hilangkan kelembaban yang

ebrlebihan pada kulit

e. Gunakan pelindung seperti

krim atau bantalan yang

dapat menyerap kelembaban

f. Ubah posisi setiap 1 atau 2

jam sesuai kebutuhan

g. Inspeksi daerah kulit yang

berada pada daerah tonjolan

tulang atau daerah yang

tertekan.

h. Monitor sumber tekanan

dan gesekan.

Ideal Aktual

Kejadian Dekubitus 2. Kejadian Dekubitus

5) Fisiologi dekubitus Pasien di ruangan Lakitan 1.3

Dekubitus adalah kerusakan jaringan terdiri dari pasien penyakit bedah

yang terjadi apabila kulit dan jaringan digestif, dan onkologi. Saat

lunak di bawahnya tertekan oleh melakukan kajian situasi di ruang


tonjolan tulang dan permukaan Lakitan 1.3, pasien mengalami

eksternal dalam jangka waktu yang gangguan mobilitas fisik, penurunan

lama menyebabkan peningkatan sensoris persepsi, masalah nutrisi,

tekanan kapiler. dan masalah gangguan kulit.

Kejadian dekubitus bervariasi sesuai Berdasarkan data bulan Juli 2016

dengan tempat layanan. Pada tempat didapatkan hasil bahwa tidak terdapat

perawatan akut berkisar antara 0,4% kejadian dekubitus di ruang rawat

hingga 38%, pada tempat perawatan inap Lakitan 1.3. Kajian situasi dari

jangka panjang berkisar antara 2,2% tanggal 29-31 Agustus 2016

hingga 23,9% dan pada perawatan didapatkan hasil ada 6 pasien yang

rumah (home care) berkisar antara mengalami dekubitus tetapi dengan

0% hingga 17%. resiko sedang.

Area terjadinya dekubitus bisa terjadi Perawat dan mahasiswa praktik di

diseluruh permukaan tubuh bila ruang Lakitan 1.3 memperhatikan

mendapat penekan keras secara terus dan mengajarkan pasien untuk

menerus. Namun paling sering mengenal resiko dekubitus serta

terbentuk pada daerah kulit diatas mencegah terjadinya dekubitus,

tulang yang menonjol. Lokasi seperti mengajarkan dan melatih

tersebut diantaranya adalah : pasien untuk miring kiri/miring kiri

Tuberositas Ischii (Frekuensinya miring kanan secara berkala.

mencapai 30%) dari lokasi tersering,

Trochanter Mayor (Frekuensinya

mencapai 20%) dari lokasi tersering,

Sacrum (Frekuensinya mencapai

15%) dari lokasi tersering, Tumit


(Frekuensinya mencapai 10%) dari

lokasi tersering, Maleolous, Genu,

lainnya meliputi cubiti, scapula dan

processus spinosus vertebrae.

6) Faktor resiko

l. Mobilitas dan aktivitas

m. Penurunan sensoris persepsi

n. Kelembaban

o. Gesekan dan robekan

p. Nutrisi

q. Usia

r. Merokok

s. Indeks masa tubuh

t. Tekanan darah rendah

u. Temperatur kulit

v. Stress emosional

7) Stadium dekubitus

e. Stadium satu: adanya eritema

yang tidak menjadi pucat bila

ditekan.

f. Stadium dua: kehilangan kulit

parsial yang menyangkut lapisan

epidermis dan atau dermis. Luka

bersifat sueperficial.

g. Stadium tiga: kehilangan seluruh


lapisan kulit. Luka terlihat

sebagai lubang dalam, luka dapat

terinfeksi.

h. Stadium empat: kehilangan

lapisan kulit secara lengkap

hingga tampak tendon, tulang,

ruang sendi.

8) Pencegahan dekubitus

i. Gunakan alat pengkajian resiko

dekubitus yang telah ditetapkan

guna memonitor faktor resiko

secara individual seperti : skala

Braden.

j. Dokumentasikan kondisi kulit

pasien pada saat masuk dan

setiap hari.

k. Monitor kondisi kemerahan

pada kulit secara cermat.

l. Hilangkan kelembaban yang

ebrlebihan pada kulit

m. Gunakan pelindung seperti

krim atau bantalan yang dapat

menyerap kelembaban

n. Ubah posisi setiap 1 atau 2 jam

sesuai kebutuhan
o. Inspeksi daerah kulit yang

berada pada daerah tonjolan

tulang atau daerah yang

tertekan.

p. Monitor sumber tekanan dan

gesekan.

Kesalahan Pemberian Obat oleh Perawat 3. Kesalahan Pemberian Obat oleh

1) Angka KTD dalam pemberian obat Perawat

jumlah pasien yang terkena KTD Obat yang diresepkan oleh dokter,

dalam pemberian obat X100% kemudian diantarkan ke TPO untuk

jumlah pasen pada hari tersebut selanjutnya petugas TPO akan

memberikan obat sesuai dengan

2) KNC dalam pemberian obat nama yang diresepkan dan

jumlah pasien yang terkena KNC dimasukkan dalam suatu wadah yang

dalam pemberian obat X100% sudah diberi barcode masing-

jumlah pasen pada hari tersebut masingpasien.

Indikator kesalahan pemberian Ketelitian pemberian obat juga

obat: dilakukan oleh perawat diruang rawat

a. Salah pasien inap Lakitan 1.3, pasien di ruang

b. Salah nama, tidak sesuai Lakitan 1.3 memiliki gelang identitas

dengan identitas yang dapat mencegah terjadinya

c. Salah waktu: terlambat kesalahan dalam pemberian obat.

pemberian obat, pemberian Perawat selalu mengecek gelang

obat yang terlalu cepat, obat identitas dan menanyakan nama

stop tetap dilanjutkan. pasien sebelum memberikan obat


d. Salah cara pemberian/ Route: kemudian dicek kembali obat yang

cara oral, Intravena, Intra akan diberikan kepada pasien, jenis

moskuler, dll. obat dan label nama pasien. Route

e. Salah dosis: dosis kurang, dosis (cara) dan dosis obat diberi sesuai

berlebih instruksi dokter.

f. Salah obat Saat pengkajian situasi, perawat

g. Salah dokumentasi masing-masing tim menggunakan 3

troli untuk berkeliling ke semua

ruangan di Kenanga. Tidak ada

keterlambatan perawat dalam

pemberian obat dan perawat selalu

memberikan informasi tentang jenis

dan fungsi obat yang akan diberikan

kepada pasien

Setelah selesai pemberian obat

maka perawat akan

mendokumentasikan di laporan

masing-masing tim.

Berdasarkan data dari bulan Juli

2016 didapatkan hasil tidak terjadi

kesalahan pemberian obat oleh

perawat..

Pasien Jatuh (Patient Fall) 4. Pasien Jatuh

Jumlah kasus pasien jatuh cukup Di ruang Lakitan 1.3 pada pasien

bermakna sebagai penyebab cedera bagi baru maka perawat akan melakukan
pasien rawat inap. Dalam kontes observasi dan mengkaji kondisi

populasi/masyarakat yang dilayani, pasien (pengkajian fisik head to toe).

pelayanan yang disediakan dan Pasien yang didapatkan dengan hasil

fasilitasnya, rumah sakit perlu resiko jatuh sedang dan tinggi maka

mengevaluasi resiko pasien jatuh dan akan diberikan edukasi pada keluarga

mengambil tindakan untuk mengurangi dan diberikan gelang resiko jatuh

resiko cedera bila sampai jatuh. Evaluasi (kuning) pada pasien, serta diberikan

bisa termasuk riwat jatuh, gaya jalan dan logo kuning pada tempat tidur pasien.

keseimbangan serta alat bantu berjalan Pemasangan pengaman tempat tidur

yang digunakan oleh pasien. pada terutama pada pasien gangguan

Mencegah terjadinya jatuh pada mobilitas telah dilakukan.

pasien : orientasikan pasien pada saat Berdasarkan data pada bulan Juli

masuk rumah sakit dan jelaskan sistem 2016 didapatkan hasil angka kejadian

komunikasi yang ada, hati-hati mengkaji pada pasien jatuh yaitu 0%.

pasien dengan keterbatasan gerak, Berdasarkan hasil pengkajian pada

supervisi ketat pada awal pasien dirawat tanggal 29-31 Agustus 2016 tanda

terutama pada malam hari, anjurkan resiko jatuh pada tempat tidur pasien

pasien menggunakan bel bila meminta sudah terpasang dan gelang kuning

bantuan, berikan alas kaki yang tidak pada pasien resiko jatuh sudah

licin, berikan pencahayaan yang adekuat, terpasang.

pasang pengaman tempat tidur terutama

pada pasien dengan penurunan kesadaran

dan gangguan mobilitas, jaga lantai kamar

mandi agar tidak licin.

Cidera Akibat Restrain 5. Cidera Akibat Restrain


Penggunaan alat seperti restrain Berdasarkan data pada bulan Juli

merupakan salah satu alat untuk 2016 terdapat 6 pasien yang

immobilisasi pasien. Alat restrain dapat terpasang restrain dan tidak terdapat

manual ataupun mekanik, alat ini berguna kejadian cedera pada 6 pasien

untuk memberikan batasan pada pasien tersebut.

untuk bergerak secara bebas. Untuk Ketika dilakukan analisa situasi pada

menghindari jatuh dapat dimodifikasi tanggal 29-31 Agustus 2016 tidak

dengan memodifikasi lingkungan yang terdapat pasien yang terpasang

dapat mengurangi cedera seperti memberi restrain.

keamanan pada tempat tidur, toilet dan

bel. Jeruji pada sisi tempat tidurjuga dapat

mencegah terjadinya cidera pada pasien.

Jeruji dapat meningkatkan mobilisasi

pasien dan stabilitas di tempat tidur pada

saat pasien akan bergerak dari tempat

tidur ke kursi.

Infeksi Nosokomial 6. Infeksi Nosokomial

1) Konsep infeksi nosokomial a. Pemakaian Handscoon

Infeksi nosokomial adalah adanya Di ruang rawat inap Lakitan 1.3,

infeksi yang tampak pada pasien Handscoon digunakan saat

ketika berada didalam Rumah Sakit melakukan tindakan invasif dan

atau fasilitas kesehatan lainnya, akan menyentuh cairan tubuh pasien

dimana infeksi tersebut tidak tampak serta diganti tiap pasien.

pada saat pasien diterima diRumah

Sakit. Infeksi nosokomial termasuk b. Cuci tangan 6 langkah


juga adanya tanda-tanda infeksi Dari hasil pengkajian situasi semua

setelah pasien keluar dari Rumah Sakit perawat melakukan cuci tangan 6

dan juga termasuk infeksi pada langkah yang benar pada 5 moment

petugas-petugas yang bekerja di yakni sebelum kontak dengan

fasilitas kesehatan. Infeksi yang pasien, sebelum melakukan

tampak setelah 48 jam pasien diterima tindakan aseptik, setelah kontak

dirumah sakit biasanya diduga sebagai dengan pasien, setelah terkena

suatu infeksi nosokomial. cairan tubuh pasien dan setelah

2) Etiologi terpapar lingkungan pasien, perawat

a. Ageninfeksi : pasien akan terpapar juga telah melakukan edukasi cara

berbagai macam mikroorganisme mencuci tangan pada keluarga

selama ia dirawat di Rumah Sakit. pasien.

Semua mikroorganisme termasuk Setelah dilakukan observasi pada

bakteri, virus, jamur dan parasit setiap pasien di ruang rawat inap

dapat menyebabkan infeksi Lakitan 1.3, baik pasien maupun

nosokomial. Infeksi ini dapat keluarga tidak pernah melakukan

disebabkan oleh mikroogranisme cuci tangan 6 langkah setelah

yang dapat didapat dari orang lain maupun sebelum kontak. Pasien dan

atau disebabkan oleh flora normal keluarga juga mengatakan

dari pasien itu sendiri. penyuluhan dan edukasi mengenai

b. Respon dan toleransi tubuh pasien cuci tangan 6 langkah telah

Faktor yang terpenting yang dilakukan oleh perawat, perawat

mempengaruhi tingkat toleransi dan juga telah mengingatkan untuk

respon tubuh pasien adalah umur, melihat cara cuci tangan dengan

status imunitas penderita, penyakit melihat brosure yang tertempel di


yang diderita, obesitas dan dinding namun mereka lupa dan

malnutrisi, orang yang malas untuk melakukannya.

menggunakan obat-obatan b. Pemilihan sampah

immunosupresan dan steroid serta Pemilihan sampah meliputi sampah

intervensi yang dilakukan pada infeksius pada kotak sampah

tubuh untuk melakukan diagnosa kuning, kotak sampah hijau untuk

dan terapi. sampah non infeksius. Pembuangan

3) Faktor resiko terjadinya infeksi vial/ampul, nal dan spuit/benda

nosokomial pada pasien tajam juga dibuang terpisah dengan

a. Infeksi secara langsung atau secara sampah lainnya yaitu pada

tidak langsung : penularan infeksi container.

ini dapat tertular melalui tangan, Pemilihan sampah yang benar telah

kulit dan baju, yang disebabkan disosialisasikan perawat ruangan

oleh golongan staphylococcus pada pasien dan keluarga pasien.

aureus.

b. Resistensi antibiotika c. Pencegahan penularan dari

Penggunaan antibiotika yang lingkungan rumah sakit

terus-menerus ini meningkatkan Di ruangan Lakitan 1.3 memiliki 4

multiplikasi serta penyebaran pramubakti yang selalu melakukan

strain yang resisten. Penyebab pembersihan ruangan Lakitan 1.3.

utamanya adalah penggunaan Ventilasi udara di ruangan Lakitan

antibiotika yang tidak sesuai dan 1.3 juga cukup terpenuhi karena

tidak terkontrol, dosis antibiotika terjadi pertukaran udara di ruangan

yang tidak optimal, terapi dan melalui jendela yang selalu terbuka.

pengobatan menggunakan Kamar rawat inap pasien sedikit


antibiotika yang terlalu singkat berantakan oleh barang pasien yang

dan kesalahan diagnosa terlalu banyak dan tidak disusun

c. Faktor alat dengan rapi, padahal ruangan telah

Infeksi nosokomial yang menyediakan lemari besar sebagai

disebabkan oleh infeksi dari tempat keluarga pasien meletakkan

kateter urin, infeksi jarum infus, barang mereka, perawat juga selalu

infeksi saluran nafas, infeksi kulit, menegur keluarga pasien jika

infeksi dari luka operasi dan ruangan tidak rapi.

septikemia.

4) Pencegahan infeksi nosokomial

Pencegahan dari infeksi nosokomial

ini diperlukan suatu rencana yang

terintegrasi, monitoring dan program

yang termasuk :

a. Membatasi transmisi organisme

dari atau antara pasien dengan cara

mencuci tangan dan pengguaan

sarung tangan, tindakan septik dan

aseptik, sterilisasi dan disinfektan.

b. Mengontrol resiko penularan dari

lingkungan.

c. Melindungi pasien dengan

penggunaan antibiotika yang

adekuat, nutrisi yang cukup dan

vaksinasi.
d. Membatasi resiko infeksi endogen

dengan meminimalkan prosedur

invasif.

e. Pengawasan infeksi, identifikasi

penyakit dan mengontrol

penyebarannya.

Flebitis 7. Flebitis

Flebitis adalah daerah bengkak, Tindakan keperawatan yang dilakukan

kemerahan, panas dan nyeri pada kulit pada perawat Lakitan 1.3 yaitu sebelum

sekitar tempat kateter intravaskuler melakukan pemasangan infus perawat

dipasang (kulit bagian luar). Jika flebitis melakukan inform consent pada keluarga

disertai dengan tanda-tanda infeksi lain pasien dengan menjelaskan tujuan dari

seperti demam dan pus yang keluar dari pemasangan infus dan menanyakan

tempat tusukan, ini digolongkan sebagain ketersediaan pasien untuk dipasang

infeksi klinis bagian luar. infus. Infus pasien diganti setiap 3 hari

Penyebab flebitis : sekali, dimana hari 1 terhitung dari hari

a. Flebitis kimia : pertama pemasangan. Sebelum

- Jenis cairan infus dilakukan pemasangan infus perawat

- Jenis obat yang dimasukkan akan mencuci tangan dengan

melalui infus menggunakan alkohol yang tersedia

- Jenis kateter infus disetiap tempat tidur pasien kemudian

b. Flebitis mekanis memakai handscoon dan melakukan

- Lokasi pemasangan infus tindakan disinfeksi area yang akan

- Ukuran kanula ditusuk dengan menggunakan alkohol

c. Flebitis bakterial swab yang telah disediakan. Setelah


- Teknik pencucian tangan yang melakukan tindakan perawat selalu

buruk mencuci tangan dengan menggunakan 6

- Teknik aseptik tidak baik langkah.

- Teknik pemasangan kanula yang Saat analisa situasi, perawat selalu

buruk mengecek tanggal pemasangan infus

- Lama pemasangan kanula pada pasien, setelah itu perawat

- Perawatan infus langsung mengganti pemasangan infus

- Faktor pasien pada area vena yang lain. Pada saat ada

Pencegahan Flebitis pasien yang mengeluhkan tangannya

a. Mencegah flebitis bakterial : yang terpasang infus menjadi bengkak

menekankan kebersihan tangan, maka perawat juga akan langsung

teknik aseptik, perawatan daerah mengganti pemasangan infus pada area

infus serta antisepsis kulit. vena yang lain.

b. Selalu waspada dan jangan

meremehkan teknik aseptik

c. Rotasi kanula : mengganti tempat

kanula ke lengan kontralateral

setiap hari pada 15 pasien

menyebabkan bebas flebitis.

d. Aseptic-dressing : kasa steril

diganti setiap 24 jam.

e. Laju pemberian : semakin lambat

infus larutan hipertonik diberikan

semakin rendah resiko flebitis.

f. Titrable acidity : mengukur


jumlah alkali yang dibutuhkan

untuk menetralkan pH larutan

infus.

g. Heparin &hidrokortison : heparin

sodium bila ditambahkan ke cairan

infus sampai kadar akhir 1

unit/mL, mengurangi masalah dan

menambah waktu pasang kateter.

h. In line filter : dapat mengurangi

kekerapan flebitis tetapi tidak ada

yang mendukung efektivitasnya

dalam mecegah infeksi yang

terkait dengan alat intravaskular

dan sistem infus.

Anda mungkin juga menyukai