PENDAHULUAN
utama terbatas pada miokardium. Kondisi ini seringkali berakhir dengan menjadi
1
gagal jantung.
tidaklah jelas. Yang tidak termasuk dalam klasifikasi penyakit ini tetapi sama-sama
jantung atau miokard itu sendiri. Kelompok penyakit ini tergolong khusus karena
meningkatnya kewaspadaan terhadap kondisi penyakit ini serta teknik dan prosedur
diagnostik yang semakin canggih saat ini kardiomiopati diketahui sebagai penyebab
primer terjadi akibat genetik dan bukan genetik, sedangkan kardiomiopati sekunder
terjadi akibat dari penyakit sistemik atau multiorgan (Jefferies dan Towbin,
penyakit. Meskipun pada gangguan ini memiliki dampak tinggi, demografi dan
penyebab gangguan genetik. Umumnya, pasien datang dengan gejala atau yang
ditemukan berdasarkan dari gejala dan tanda klinis atau tes skrining (Elliot et
al, 2008).
mortalitas yang berkaitan dengan kardiomiopati non iskemik, kematian juga akibat
dari gagal jantung kongestif dalam jumlah yang sama. Berdasarkan American Heart
penduduk dan prognosis pada masyarakat miskin, dengan persentase 40% anak-anak
yang memiliki transplantasi jantung atau meninggal dalam waktu usia 5 tahun setelah
oleh dilatasi ventrikel kiri dan disfungsi sistolik. Pada gagal jantung kongestif adalah
bentuk paling umum dari kardiomiopati dan transplantasi jantung pada dewasa dan
anak-anak. Dalam beberapa kasus, tercatat adanya disfungsi ventrikel kanan dan
dilaporkan menjadi 5,5 kasus per 100.000 penduduk per tahun, dengan prevalensin 36
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
hampir semua penyakit jantung, tetapi berdasarkan perjanjian, kata ini digunakan
pada otot jantung yang tidak diketahui penyebabnya. Salah satu definisi menyatakan
kardiomiopati primer adalah penyakit pada otot jantung yang tidak diketahui
hipertensi, kelainan katup didapat, kelainan arteri koroner, infeksi atau penyakit
sistemik. Gejala klinis yang didapat bisa berupa gagal jantung kongestif, nyeri dada,
2.2 Epidemiologi
sebesar 30% atau lebih daripada semua kematian akibat penyakit jantung.1 Di
sakit baik pada tahun 2007 maupun 2008. Penyakit sirkulasi darah pada tahun
2007 menyebabkan kematian sebanyak 21.830 orang dengan Case Fatality Rate
(CFR) 11,02% dan pada tahun 2008 menyebabkan kematian sebanyak 23.163
Indonesia tahun 2007 yang rawat inap 1413 orang dan yang rawat jalan 2747
2.3 Anatomi
bagian tubuh. Jantung terletak dalam ruang mediastinum rongga dada, yaitu di
antara paru. Jantung dibungkus oleh selaput yang disebut perikardium, yang
terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan dalam (perikardium viseralis) dan lapisan
Jantung terdiri dari 3 lapisan yaitu lapisan terluar (epikardium), lapisan tengah
ke kiri dengan apeks terangkat ke depan. Rotasi ini menempatkan bagian kanan
Jantung terdiri dari 2 atrium dan 2 ventrikel.5 Kedua atrium merupakan ruang
dengan dinding otot yang tipis karena rendahnya tekanan yang ditimbulkan oleh
ventrikel kiri yang mempunyai lapisan tiga kali lebih tebal dari ventrikel kanan.5,6
Ada dua jenis katup: katup atrioventrikularis (AV), yang memisahkan atrium
dengan ventrikel dan katup semilunaris, yang memisahkan arteri pulmonalis dan
aorta dari ventrikel yang bersangkutan. Katup antara atrium dan ventrikel kiri
disebut katup mitral, antara atrium dan ventrikel kanan disebut katup trikuspid.
Katup antara arteri pulmonalis dan ventrikel kanan adalah katup pulmonal
2.4 Klasifikasi
a. Kardiomiopati dilatasi
b. Kardiomiopati restriktif
c. Kardiomiopati hipertropik
Definisi
atau sistemik lain yang dapat menyebabkan hipertrofi ventrikel (Nasution, 2009).
Etiologi
dominan.7,9 Lebih dari 150 mutasi telah diketahui dari 10 lokasi yang berbeda
yang mengkode protein sarkomer. Sekitar 40% dari mutasi ini berhubungan
dengan gen B dari heavy chain cardiac myosin yang berada pada kromosom
14q11, 1q3, 15q2 dan 11p13-q13, dimana mesenger RNA dapat dikenali dari
limfosit perifer dari PCR, sehingga kelainan ini dapat dideteksi sebelum adanya
kelainan klinis yang nyata.2,8,9 Sekitar 15% mempunyai mutasi dari gen troponin
Klasifikasi
Kardiomiopati hipertrofik ada 2 macam/bentuk, yaitu:
Patofisiologi
Pada penyakit ini didapati hipertropi ventrikel yang masif terutama pada
kanan dapat terkena. Beberapa tingkatan fibrosis miokard dapat dijumpai. Katup
ventikel kiri diisi oleh hipertrofi yang masif.1,2 Kelainan hemodinamik yang
terjadi akibat hipertrofi, fibrosis, dan kekakuan otot jantung berupa menurunnya
tetapi fungsi pompa diastolik tetap normal sampai akhir penyakit. Obstruksi aliran
ventrikel kiri dapat berkembang karena kelainan letak daun anterior katup mitral
yang berhadapan dengan septum yang hipertrofi dan peak systolik pressure
obstruksi jalur keluar ventrikel kiri merupakan hal yang dinamis dan dapat
ventrikel kiri yang telah kecil sebelumnya oleh SAM dari katup mitral terhadap
gen yang mengalami mutasi. Gen-gen yang mengalami mutasi tersebut adalah
antara lain: protein beta miosin rantai berat, tropinin, dan myosin-binding protein
Gangguan fungsi kontraksi yang terjadi akan dikompensasi oleh otot jantung
5,7,8
dengan terjadinya hipertrofi otot jantung dan proliferasi dari fibroblas.
(3)
Gambar 3. Patofisiologi Kardiomiopati hipertrofik. Dikutip dari
hipertrofi sangat bervariasi dan bergantung kepada gen mana yang mengalami
mutasi. Bahkan jenis mutasi pada gen tertentu sangat menentukan onset hipertrofi
dan remodeling jantung yang terjadi serta resiko seseorang akan mengalami gagal
jantung ataupun kematian mendadak. Contohnya mutasi pada beta miosin rantai
berat yang mengubah aktivitas listrik diasosiasikan dengan prognosis yang buruk
7,8
dibandingkan mutasi pada gen lain.
ventrikel tetapi septum ventrikel yang paling umum terkena sekitar 90% dari
kasus, yang lebih jarang terjadi adalah hipertrofi pada dinding ventrikel atau
terlokalisasi pada apeks atau regio tengah dari ventrikel kiri. Tidak seperti
secara uniform dan tersusun rapih, gambaran mikroskopis otot jantung pada
berwarna merah: mutasi protein pada penyakit Kardiomiopati dilatasi, tulisan berwarna biru: mutasi protein
pada penyakit Kardiomiopati hipertrofik, Tulisan berwarna hijau mutasi protein pada keadaan Kardiomiopati
(4)
hipertrofik atau Kardiomiopati dilatasi). Dikutip dari
Manifestasi Klinis
penurunan fungsi diastolik dan juga karena adaatau tidaknya sumbatan intermiten
aliran keluar saat sistolik. Jadi patofisiologi kardiomiopati hipertrofi dalam hal ini
dibagi dua berdasarkan ada atau tidaknya sumbatan intermiten keluarnya darah
3
saat sistolik.
Kardiomiopati hipertrofi tanpa sumbatan aliran sistolik
Pada kardiomiopati hipertrofi jenis ini selain terjadi hipertrofi juga terjadi
kekakuan dan gangguan relaksasi pada ventrikel kiri. Gangguan relaksasi yang
menurun pada ventrikel kiri menyebabkan peningkatan tekanan ventrikel kiri, yang
menyebabkan gejala dispnea pada penderita kardiomiopati jenis ini. Jantung yang
oleh miokardium. Jantung yang hipertrofi serta adanya miosit disarray sehingga
3
rentan terhadap timbulnya aritmia yang malignan.
ini disebabkan oleh gerakan abnormal dari katup mitral anterior yang lokasinya
aliran sistolik adalah sebagai berikut: pada saat ventrikel berkontraksi, ejeksi darah
ke katup aorta menjadi lebih cepat dari biasanya karena harus mengalir melalui jalur
yang sudah menyempit, aliran darah yang cepat ini mengakibatkan tekanan pada
katup mitral sehingga secara abnormal mendorong katup mitral ke arah septum,
akibatnya katup mitral mendekat septum ventrikel kiri yang hipertrofi dan menutup
sementara aliran darah ke aorta. Selain itu karena katup mitral terdorong dan
menutup jalur keluar darah melalui katup aorta, katup mitral bagian anterior tidak
dapat menutup dengan sempurna saat sistolik sehingga terjadi regurgitasi katup
3
mitral.
1
Pada pasien dengan obstruksi aliran sistolik, gejala-gejala yang timbul selain
sama dengan kardiomiopati hipertrofi tanpa sumbatan aliran sistolik juga ditambah
oleh gejala-gejala akibat sumbatan aliran sistolik, yaitu: angina (yang disebabkan
oleh hipertrofi otot jantung ditambah dengan peningkatan kerja ventrikel kiri karena
harus melawan sumbatan saat sistolik), dispnea oleh karena adanya regurgitasi
mitral, yang terakhir adalah adanya kegagalan meningkatkan curah jantung saat
berolahraga.3
Diagnosis
menghasilkan inversi gelombang Q yang sempit dan dalam (dagger like Q waves)
dari septum yang hipertrofi diarahkan menjauh dari sadapan tersebut. Pada sebagian
pasien, inversi gelombang T yang dalam dijumpai pada sadapan difus. Hal ini
inversions (giant T wave inversions) pada tahun 1976. Kondisi ini umum dijumpai di
jauh lebih sedikit (1-2 %) ditemukan pada HCM di penduduk Kaukasia. Karena
penemuan EKG ini, pasien HCM yang datang dengan keluhan dyspnea dan angina
sering didiagnosa dengan SKA.(5,6) Atrial dan ventrikular aritmia, terutama atrial
fibrilasi sering dijumpai. Ventrikular aritmia dapat berakibat buruk; pasien dapat
mengalami ventrikular fibrilasi dan sudden death, walaupun pada pasien yang
sebelumnya asimtomatik.
Data diambil dari Lakshmanadoss U, Kulkarni A, Balakrishman S. All that glitters is not gold: apical hypertrophy
LVOTO dapat dievaluasi berupa systolic anterior motion katup mitral kearah septum
yang hipertrofi dan tertutupnya sebagian katup aorta pada midsistolik sehingga aliran
Adults : adanya satu atau lebih segmen LV dengan wall thickness 15 mm atau
lebih
Relatives : satu atau lebih segmen LV dengan wall thickness 13 mm atau lebih
Differential diagnose
Favor HHD : EKG normal atau LVH tanpa adanya perubahan repolarisasi.
menebal.(11)
Membedakan athletes heart dengan HCM :
Athletes heart
o LV cavity > 55 mm
HCM
o LV cavity < 45 mm
o Dilatasi LA
Penanganan
Beta bloker adalah terapi standar pada pasien HCM karena (1) mengurangi
oxygen demand miokard dengan menurunkan heart rate (HR) dan daya kontraksi
pengisian pasif diastolik dengan mengurangi HR; (4) Mengurangi frekuensi denyut
ventrikular ektopik. Walaupun ada efek antiaritmia, beta bloker tidak mencegah
sudden arrythmic death pada HCM. Calcium channel antagonists (CCB) dapat
pasien yang tidak respon dengan beta bloker. Simptom angina dan exertional dyspnea
terkontrol baik dengan terapi medis agen-agen seperti beta bloker dan CCB. Pasien
dengan kongesti paru diberikan terapi diuretik dosis ringan dengan pengawasan
AF ditoleransi buruk pada pasien HCM dan harus segera diatasi. Obat
antiaritmia yang baik digunakan adalah amiodarone. Digitalis harus dihindari karena
Sudden cardiac death cenderung timbul pada pasien HCM yang beraktivitas fisik
berat; sehingga aktivitas kompetitif dan berat harus dihindari. Walaupun amiodarone
dapat mengurangi frekuensi ventrikular aritmia, pasien HCM yang resiko tinggi
(riwayat keluarga sudden death, LVH ektrim dengan ketebalan >30mm, episode
terapi implantable cardioverter defibrillator (ICD). Terapi ICD adalah life saving
baik sebagai pencegahan primer, dan pada pasien yang sudah mengalami cardiac
arrest sebelumnya.
Terapi bedah (myomectomy) dapat dipertimbangkan pada pasien dengan
gejala yang tidak berespon adekuat dengan terapi farmakologik. Prosedur ini
dilakukan eksisi sebagian otot septum yang hipertrofii dan biasanya memperbaik
obstruksi LV outflow tract, gejala dan kapasitas aktivitas. Prosedur lain yang less
arteri koroner septal (cabang left anterior descending artery) menimbulkan infark
miokard kecil dan terkontrol. Hasil yang ingin dicapai adalah reduksi ketebalan septal
dan mengurangi LVOTO. Ablasi septal adalah alternatif pada pasien simtomatik yang
Prognosis
Sebagian pasien berkembang dalam pathway yang relatif tidak terlihat: (1)
resiko tinggi kematian mendadak; (2) gejala kongestif gagal jantung dengan dispneu
pada aktivitas dan disabilitas fungsional yang sering dikaitkan dengan nyeri dada dan
biasanya diiringi dengan fungsi sistolik LV yang menetap; dan (3) konsekuensi atrial
yang paling umum dan komplikasi yang paling tidak dapat diduga dari HCM. Karena
itu, dalam spektrum penyakit HCM yang luas, dimana angka mortalitas per tahun
secara keseluruhan sekitar 1%, ada subset kecil yang punya resiko jauh lebih tinggi
tinggi diantara spektrum HCM yang luas. Sebagai contoh, kematian mendadak dapat
sebagai manifestasi pertama HCM, dan pasien semacam itu tidak ada atau memiliki
gejala ringan sebelumnya. Walaupun kematian mendadak terjadi paling sering pada
anak dan dewasa muda, resikonya meliputi kisaran usia yang luas hingga paruh baya
dan seterusnya; karena itu, mencapai usia tertentu tidak memberikan imunitas untuk
kejadian yang buruk. Kematian mendadak umumnya terjadi pada kelelahan ringan
atau aktivitas yang sederhana tapi tidak jarang juga terkait dengan kelelahan fisik
yang berat. Memang, HCM merupakan penyebab paling umum kematian mendadak
kardiovaskular pada orang muda, termasuk atlet kompetitif yang terlatih (paling
umum pada olahraga basket dan football dan atlet kulit hitam).
Mayoritas pasien HCM (55%) tidak menunjukkan faktor resiko yang dikenali
untuk penyakit ini, dan sangat pasien seperti itu mati mendadak; subset dengan
peningkatan resiko tampaknya terdiri dari 10% hingga 20% populasi HCM. Resiko
tertinggi kematian mendadak HCM telah dihubungkan dengan yang manapun dari
terutama jika mendadak, pada anggota keluarga dekat, atau multipel; sinkop dan
beberapa kasus hampir sinkop, terutama jika kelelahan atau berulang, atau pada
pasien muda ketika tercatat akibat aritmia atau jelas tidak berhubungan dengan
darah hipotensi sebagai respon terhadap olahraga, terutama pada pasien usia lebih
muda dari 50 tahun; dan LVH ekstrim dengan penebalan dinding maksimal 30 mm,
Pada dewasa muda, faktor resiko muncul dari hubungan yang kontinu dan
terhadap hubungan itu adalah beberapa dari keluarga HCM yang sangat selektif
dengan kematian mendadak multipel dan LVH ringan akibat mutasi troponin T.
Deskripsi profil resiko HCM total kemungkinan tidak lengkap, dan tidak ada gejala
penyakit atau pemeriksaan yang mampu menstratifikasi resiko pada semua pasien.
oleh gangguan ritme yang mengancam nyawa, begitu juga efek samping lain (misal
pada tingkat <1% per tahun). Pasien dewasa yang lebih mungkin bersiko rendah
adalah mereka yang tidak ada atau memiliki gejala kongestif ringan tanpa adanya
yang berikut: riwayat keluarga kematian dini akibat HCM; sinkop (atau hampir
ventrikel yang tidak menetap pada EKG Holter ambulatori; gradien outflow LV
atrium kiri (<45 mm); dan tekanan darah hipotensi sebagai respon terhadap olahraga.
Pasien-pasien semacam itu dengan progosis baik adalah proporsi penting dari
keseluruhan populasi HCM dan umumnya berhak mendapatkan ketenangan atas
penyakitnya.
dengan pengecualian pasien yang lebih dari 60 tahun) yang memerlukan, selain dari
Meski begitu, ada sedikit bukti bahwa strategi farmakologis profilaktik dan obat-
obatan yang memodulasi ritme secara efektif mengurangi resiko kematian mendadak.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
9. Siregar AA. Kardiomiopati Primer pada Anak. Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. (online),
(http://library.usu.ac.id diakses 24 Desember 2012).
10. Taylor RB. Taylors cardiovascular diseases: a handbook. Inc. United States of
America : Springer Science; 2005.
13. Palmer PES, Cockshott WP, Hegedus V, Samuel E. Petunjuk Membaca Foto
untuk Dokter Umum. Jakarta: EGC; 1995. p78.
15. Kerut EK, Mcllwain EF, Plotnick GD. Handbook of Echo-Doppler Interpretation
Second Edition. Louisiana: Futura Publishing Company; 2004. p160-186.
17. Belloni E, Cobelli FD, Esposito A, Melloner, Perseghin G, Canu T, Maschio AD.
MRI of Cardiomyopathy. American Journal of Roentgenology. 2008: 1702-
1710.
18. Rasad S. Radiologi Diagnostik, edisi kedua. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009.
p595-595.