Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Ventrikel Ekstra sistol (VES)


1.1.1. Pengertian
Aritmia adalah irama jantung yang abnormal, dimana jantung berdenyut secara
tidak teratur, bisa terlalu cepat atau lambat. Aritmia bisa terjadi begitu saja tanpa
sebab, atau akibat sesuatu yang merangsang jantung seperti stres, tembakau,
kafein, atau stimulan lainnya. Aritmia bisa berkembang setelah terjadinya serangan
jantung karena adanya jaringan parut yang terbentuk, yang dapat mengganggu
aliran listrik yang melewati jantung.
Aritmia dapat dikategorikan menurut tempat asal gangguan listrik dalam
jantung. Aritmia yang dimulai dari serambi jantung (atrium) disebut atrial
supraventikular, sedangkan yang berasal dari bilik jantung (ventrikel) disebut aritmia
ventrikular.
Ventrikel ekstra sistol (VES ) adalah Aritmia ventrikel yang terjadi sewaktu
tempat ektopik diventrikel mengalami depolarisasi spontan dan menyebabkan
kontraksi ventrikel. Biasanya terjadi bila sewaktu bagian ventrikel mengalami iritasi
atau cidera akibat kekurangan oksigen. QRS tidak hanya lebar, tetapi timbul
premature dengan gelombang T yang berlawanan defleksinya dengan kompleks
QRS.
Ventrikel ekstrasistol dapat mengakibatkan berkurangnya volume secukupnya,
karena ventrikel yang belum terisi penuh oleh darah saat sebelum kontaksi. Akibat
dari VES yang biasanya timbul setiap saat dalam siklus jantung.

1.1.2. Etiologi
Penyebab yang paling umum dari aritmia ventrikel adalah penyakit miokard (
iskemia dan infark ), yang disertai dengan perubahan keseimbangan elektrolit,
gangguan metabolisme, toksisitas obat dan vasospasme koroner.

1
2

Karena impuls berasal dari ventrikel, maka tidak melalui sistem konduksi yang
normal, melainkan jaringan otot ventrikel, hal ini menimbulkan gambaran kompleks
QRS yang lebar ( lebih dari 0, 12 detik )
Peyebab dasar suatu aritmia sering sulit dikenali, tetapi beberapa factor
aritmogenik berikut ini dapat menjadi perhatian :
1. Peradangan jantung misalnya demam rematik,peradang miokard.
2. Gangguan sirkulasi koroner misalnya,ischemia miokard.
3. Stimulasi simpatis : menguatnya tonus otot karena penyebab apapun
(hyper-tiroid, gagal jantung kongestif, latihan fisik dll ) dapat menimbulkan
aritmia
4. Obat obatan : efek pemberian obat-obatan digitalis atau bahkan obat-obat
anti aritmia sendiri
5. Gangguan elektrolit : ketidak seimbangan kalium, kalsium dan magnesium
6. Bradikardi : frekuensi jantung yang sangat lambat dapat menjadi pre-
disposisi aritmia
7. Regangan ( stretch ): hipertrofi ventrikel

Faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko terkena serangan aritmia jantung


:
1. Penyakit arteri koroner.
2. Hipertensi.
3. Penyakit bawaan.
4. Masalah pada tiroid.
5. Obat dan suplement.
6. Obesitas.
7. Diabetes.
8. Gagguan nafas saat tidur.
9. Ketidak seimbangan elektrolit.
10. Terlalu banyak minum alkohol.
11. Konsumsi kafein atau nikotin.
3

1.1.3. Epidemiologi
Jarang pada infants atau anak anak, tetapi insidensi meningkat
seiring bertambahnya usia
VES dapat mengenai pasien dengan atau tanpa kelainan jantung
organic
VES muncul dengan frekuensi yang meningkat terutama pada pasien
dengan kelainan jantung organik seperti ischemik , penyakit katup
jantung , dan juga idiopatik kardiomiopati
VES dapat juga muncul pada intoksikasi obat misalnya intoksikasi
digitalis , ataupun gangguan elektrolit seperti hipokalemia
Framingham study menunjukkan bahwa insidensi lebih tinggi pada pria
dibandingkan wanita

1.1.4. Patofisiologi
Secara umum ada 3 mekanisme terjadinya aritmia , termasuk VES sebagai
salah satu jenis dari aritmia ventrikel , yaitu :
1. Automaticity
Terjadi karena adanya percepatan aktivitas fase 4 dari potensial aksi
jantung.
Aritmia ventrikel karena automaticity biasanya terjadi pada keadaan
akut dan kritis seperti infark miokard akut , gangguan elektrolit ,
gangguan keseimbangan asam basa dan juga tonus simpatis yang
meningkat
2. Reentry
Mekanisme aritmia ventrikel yang paling sering
Biasanya disebabkan oleh kelainan kronis seperti infark miokard lama
atau kardiomiopati dilatasi , pada keadaan ini dapat terjadi kematian
mendadak
Kondisi kondisi yang dapat menyebabkan reentry :
a) Panjang jarak yang harus ditempuh impuls mengelilingi lingkaran re-
entry
4

b) Kecepatan konduksi impuls yang berkurang


c) Periode refrakter otot berkurang banyak
3. Triggered activity
Adanya kebocoran ion positif ke dalam sel sehingga terjadi lonjakan
potensial pada akhir fase 3 atau awal fase 4 dari aksi potensial jantung. Bila
lonjakan cukup bermakna , maka dapat terjadi aksi potensial baru. Keadaan
ini disebut juga after depolarization. Triggered activity terjadi jika keadaan
depolarisasi sebelumnya belum mengalami repolarisasi sempurna sebelum
terjadi depolarisasi lagi.

1.1.5. Tanda Dan Gejala


Pasien dengan aritmia, gejala awal yang sering ditemukan adalah :
1. Palpitasi yaitu orang tersebut merasakan denyut jantungnya sendiri
bertambah cepat atau melambat.
2. Tanda tanda penurunan curah jantung seperti
Pasien mengeluh pusing yang disertai sinkop ( pingsan )
Pulsasi lemah, hemodinamik menurun, akral dingin
3. Pasien kejang dan kesadaran menurun

Ventrikel ekstrasistol karena denyur berasal dari ventrikel, maka tidak melalui
system konduksi yang normal. QRS tidak hanya premature tetapi melebar dengan
gelombang T yang berlawananan didefleksinya dengan kompleks QRS. VES
digambarkan melalui pola dan frekuensi timbulnya bisa jarang, kadang kadang
atau sering.

1.1.6. Manifestasi Klinis


Kebanyakan manifestasi pasien dengan aritmia tidak disadari, sehingga
terdeteksi pada saat rasa yang tidak nyaman seperti berdebar-debar, palpitasi, atau
adanya denyut jantung yang berturut-turut bertambah serta adanya irama denyut
yang tidak teratur. Keadaan ini tidak terlalu membahayakan, jika tidak terjadi
gangguan hemodinamik. Tetapi manifestasi klinik pada klien dengan aritmia yang
5

berbahaya adalah klien merasakan nyeri dada, pusing, bahkan keadaan yang lebih
serius kemungkinan pasien ditemukan meninggal mendadak. Hal itu dikarenakan
pasokan darah yang mengandung nutrient dan oksigen yang dibutuhkan ke jaringan
tubuh tidak mencukupi sehingga aktivitas/kegiatan metabolisme jaringan terganggu.
Adapun penampilan klinis pasien sebagai berikut:
a) Anxietas
b) Gelisah
c) capek dan lelah serta gangguan aktivitas
d) palpitasi
e) nyeri dada
f) vertigo, syncope
g) tanda dan gejala sesak, crakles
h) tanda hipoperfusi
Tanda-tanda yang lain yaitu:
1. Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi );
Nadi mungkin tidak teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi
ekstra, denyut menurun; kulit pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran
urin menurun bila curah jantung menurun berat.
2. Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi,
perubahan pupil.
3. Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat
antiangina, gelisah
4. Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi
nafas tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan
komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau
fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
5. demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema (trombosis
siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan.
6

1.1.7. Pemeriksaan Penunjang

1. Elektrokardiogram ( EKG )
a. Resting EKG : rekaman EKG yang dibuat pada saat pasien berbaring
atau istirahat
b. Exercise EKG ( stress test ) : menggunakan tread mill test atau
ergocycle sementera irama jantung tetap dimonitor
c. Holter monitoring : monitor irama jantung yang dilakukan selama 24
jam dengan pemasangan electrode ditubuh ( dada ) pasien
sementara pasien tetap melakukan aktivitas harian.
d. Transtelephonic monitoring : pasien menggunakan tape recorder
untuk merekam irama jantung dalam beberapa hari /minggu, jika
pasien merasakan tanda tanda aritmia, maka ia menghubungi
stasiun monitoring.
2. Pemeriksaan laboratorium
a. Elektrolit : peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan
magnesium dapat menyebabkan aritmia.
b. Toksisitas obat : kelebihan dosis obat obatan seperti digitalis,
quinidin dapat menyebabkan aritmia
c. Hormone tyroid : peningkatan atau penurunan kadar tyroid serum
dapat menyebabkan aritmia.
d. Laju sedimentasi : peningkatannya dapat menunjukan proses
inflamasi akut : endokarditis yang dapat mencetuskan aritmia
e. Analisa gas darah : hipoksemia dapat menyebabkan aritmia
3. Pemeriksaan foto : foto thorax dapat menunjukkan pembesaran jantung
sehubungan dengan disfungsi ventrikel atau katub
4. Stress test : dapat dilakukan untuk mendemonstrasikan latihan yang dapat
menyababkan aritmia
5. Elektrofisiologic study ( EPS) : untuk mengetahui jenis, tipe, tempat aritmia dan
respon terhadap pengobatan dengan menggunakan catheterusasi jantung.
7

1.1.8. Penanganan Nutrisi


a. Jenis diet untuk Penangan nutrisi adalah Terapi Diet jantung
1. Bentuk Makanan : Makanan disesuaikan dengan keadaan penyakit, diberikan
dalam porsi kecil
2. Cara Pemberian : Oral
b. Tujuan Diet
- Memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan kerja jantung.
- Menurunkan berat badan bila terlalu gemuk
- Mencegah atau menghilangkan penimbunan garam atau air.
c. Prinsip Diet : diet jantung
d. Syarat Diet :
1. Energy cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal .
2. Protein cukup, yaitu 0,8 gr/kgBB dari kebutuhan energi total yaitu 139,1 gr.
3. Lemak sedang, yaitu 25 30% dari kebutuhan energi total, 10% berasal dari
lemak jenuh dan kira-kira 10 15 % lemak tidak jenuh yaitu 46,5 gr.
4. Karbohidrat cukup, yaitu 70% darikebutuhanenergi totalyaitu 387,8 gr.
5. Kolesterol rendah, terutama jika disertai dislipidemia
6. Vitamin dan mineral cukup, hindari penggunaan suplemen kalium, kalsium dan
magnesium jika tidak dibutuhkan.
7. Garam rendah, 2 3 gr/hari, jika disertai hipertensi atau edema.
8. Makanan diberikan dalam bentuk mudah cerna dan tidak menimbulkan gas
9. Serat cukup untuk menghindari konstipasi
10. Cairan cukup 2 liter/hari sesuai dengan kebutuhan.
11. Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan penyakit, diberikan dalam porsi
kecil
12. Bila kebutuhan gizi tidak dapat dipenuhi melalui makanan dapat diberikan
tambahan berupa makanan enteral, parenteral atau suplemen gizi
13. Menghindari penyedap rasa (monosodium glutamat)/ sejenisnya, menghindari
makanan berbumbu tajam, baik secara termis, mekanis maupun kimia (di
sesuaikan dengan daya terima pasien).
8

14. Jenis bahan makanan perlu diperhatikan : makanan yang diperbolehkan,


makanan yang dibatasi dan makanan yang dihindari

Bahan
Dianjurkan Tidak Dianjurkan
Makanan
Sumber Beras di tim atau Makanan yang mengandung gas atau
Karbohidra disaring; roti, mie, alkohol, seperti : ubi, singkong, tape
t kentang, makaroni, singkong, dan tape ketan.
biskuit, tepung
beras/terigu/sagu
aren/sagu ambon, gula
pasir, gula merah, madu,
dan sirup.
Sumber Daging sapi, ayam Daging sapi dan ayam yang berlemak,
Protein dengan lemak rendah, gajih, sosis, hati, limpa, babat, otak,
Hewani ikan, telur, susu rendah kepiting dan kerang-kerangan, keju, dan
lemak dalam jumlah susu penuh.
yang telah ditentukan.
Sumber Kacang-kacangan Kacang-kacangan kering yang
Protein kering, seperti : kacang mengandung lemak cukup tinggi seperti
Nabati kedelai dan hasil kacang tanah, kacang mete, dan
olahnya, seperti tahu kacang bogor.
dan tempe.
Sayuran Sayuran yang tidak
mengandung gas,
seperti: bayam,
kangkung, kacang
Semua sayuran yang mengandung
buncis, kacang panjang, gas, seperti kol, kembang kol, lobak,
sawi, dan nangka muda.
wortel, tomat, labu siam,
dan tauge.
Buah- Semua buah-buahan Buah-buahan segar yang mengandung
9

Buahan segar, seperti : pisang, alkohol atau gas, seperti : durian dan
pepaya, jeruk, apel, nangka matang.
melon, semangka, dan
sawo.
Lemak Minyak jagung, minyak Minyak kelapa dan minyak kelapa sawit;
kedelai, margarin, santan kental.
mentega dalam jumlah
terbatas dan tidak untuk
menggoreng tetapi untuk
menumis, kelapa atau
santan encer dalam
jumlah terbatas.
Minuman Teh encer, coklat, sirup. Teh/kopi kental, minuman yang
mengandung soda dan alkohol seperti
bir dan wiski.
Bumbu Semua bumbu selain Lombok, cabe rawit, dan bumbu-bumbu
bumbu tajam dalam lain yang tajam.
jumlah terbatas.

Jenis Diet

Diet Jantung I
Diet Jantung I diberikan kepada pasien penyakit jantung akut seperti Myocard Infarct
(MCI) atau Dekompensasio Kordis berat. Diet diberikan berupa 1-1,5 liter cairan/hari
selama 1-2 hari pertama bila pasien dapat menerimanya. Diet ini sangat rendah
energi dan semua zat gizi, sehingga sebaiknya hanya diberikan selama 1-3 hari.

Diet Jantung II
10

Diet Jantung II diberikan dalam bentuk makanan saring atau lunak. Diet diberikan
sebagai perpindahan dari Diet Jantung I, atau setelah fase akut dapat diatasi. Jika
disertai hipertensi dan/atau edema, diberikan sebagai Diet Jantung II Garam
Rendah. Diet ini rendah energi, protein, kalsium dan thiamin.

Diet Jantung III


Diet Jantung III diberikan dalam bentuk Makanan Lunak atau Biasa. Diet diberikan
sebagai perpindahan dari Diet Jantung II atau kepada pasien jantung dengan
kondisi yang tidak terlalu berat. Jika disertai hipertensi dan/atau edema, diberikan
sebagai Diet Jantung III Garam Rendah. Diet ini rendah energi dan kalsium, tetapi
cukup zat gizi lain.

Diet Jantung IV
Diet Jantung IV diberikan dalam bentuk Makanan Biasa. Diet diberikan sebagai
perpindahan dari Diet Jantung III atau kepada pasien jantung dengan keadaan
ringan. Jika disertai hipertensi dan/atau edema, diberikan sebagai Diet Jantung IV
Garam Rendah. Diet ini cukup energi dan gizi lain, kecuali kalsium.

1.2. Gambaran Umum atrial Fibritis (AF)


1.2.1. Pengertian
Atrial fibritis (AF) atau juga dikenal dengan sebutan Fibrilasi Atrium (FA)
merupakan bentuk gangguan irama jantung, yang sering disebut aritmia, yang paling
umum ditemui di dunia. Ketidakteraturan denyut jantung (aritmia) yang berbahaya ini
menyebabkan ruang atas jantung (atrium), bergetar dan tidak berdenyut
sebagaimana mestinya, sehingga darah tidak terpompa sepenuhnya, yang pada
gilirannya dapat menyebabkan pengumpulan dan penggumpalan darah. Gumpalan
ini dapat terbawa sampai ke otak, menyumbat pembuluh arteri, dan mengganggu
pasokan darah ke otak. Situasi ini seringkali menjadi awal dari serangan stroke yang
gawat dan mematikan. FA meningkatkan kemungkinan terjadinya serangan stroke
iskemik (stroke akibat penyumbatan pembuluh darah) sampai dengan 500% yang
berpotensi melumpuhkan bahkan mematikan..
11

1.2.2. Etiologi
Penyebab paling sering adalah hipertensi, cardiomyopathy, kelainan katup
mitral dan trikuspid, hyperthyroidism, kebiasaan konsumsi alkohol (holiday heart).
Penyebab yang jarang meliputi pulmonary embolism, atrial septal defect (ASD), dan
penyakit jantung defect kongenital lainnya, COPD, myocarditis, dan pericarditis.
Penyebab dari abnormalitas irama jantung biasanya satu atau gabungan dari
kelainan berikut ini dalam sistem irama-konduksi jantung :
Irama abnormal dari pacu jantung.
Pergeseran pacu jantung dari nodus sinus ke bagian lain dari jantung.
Blok pada tempat-tempat yang berbeda sewktu menghantarkan impuls
melalui jantung.
Jalur hantaran impuls yang abnormal melalui jantung.
Pembentukan yang spontan dari impuls abnormal pada hampir semua
bagian jantung.

Beberapa kondisi atau penyakit yang dapat menyebabkan abnormalitas irama


jantung adalah :
Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard
(miokarditis karena infeksi).
Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri
koroner), misalnya iskemia miokard, infark miokard.
Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin, dan obat-
obat anti aritmia lainnya.
Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia).
Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang
mempengaruhi kerja dan irama jantung.
Gangguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
Gangguan metabolic (asidosis, alkalosis).
Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme).
Gangguan irama jantung akibat gagal jantung.
Gangguan irama jantung karena karmiopati atau tumor jantung.
12

Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibritis sistem


konduksi jantung).

1.2.3. Epidemiologi
Jarang pada infants atau anak anak, tetapi insidensi meningkat
seiring bertambahnya usia

Dapat mengenai pasien dengan atau tanpa kelainan jantung organic


Muncul dengan frekuensi yang meningkat terutama pada pasien
dengan kelainan jantung organik seperti ischemik , penyakit katup
jantung , dan juga idiopatik kardiomiopati
Dapat juga muncul pada intoksikasi obat misalnya intoksikasi digitalis ,
ataupun gangguan elektrolit seperti hipokalemia
Insidensi lebih tinggi pada pria dibandingkan wanita

1.2.4. Patofisiologi
Untuk Aktivasi fokal fokus diawali biasanya dari daerah vena pulmonalis
timbulnya gelombang yang menetap dari Multiple wavelet reentry depolarisasi atrial
atau wavelets yang dipicu oleh depolarisasi atrial premature atau aktivitas
aritmogenik dari fokus yang tercetus secara cepat. Mekanisme fibrilasi atrium identik
dengan mekanisme fibrilasi ventrikel kecuali bila prosesnya ternyata hanya di massa
otot atrium dan bukan di massa otot ventrikel. Penyebab yang sering menimbulkan
fibrilasi atrium adalah pembesaran atrium akibat lesi katup jantung yang mencegah
atrium mengosongkan isinya secara adekuat ke dalam ventrikel, atau akibat
kegagalan ventrikel dengan pembendungan darah yang banyak di dalam atrium.
Dinding atrium yang berdilatasi akan menyediakan kondisi yang tepat untuk sebuah
jalur konduksi yang panjang demikian juga konduksi lambat, yang keduanya
merupakan faktor predisposisi bagi fibrilasi atrium.
1.2.5. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala berupa:
13

Palpitasi (perasaan yang kuat dari detak jantung yang cepat atau
berdebar dalam dada)
Sesak napas
Kelemahan atau kesulitan berolahraga
Nyeri dada
Pusing atau pingsan
Kelelahan (kelelahan)
Kebingunganbeberapa menit

1.2.5. Manifestasi Klinis


Frekwensi : frekwensi atrium antara 350 sampai 600 denyut permenit;
respons ventrikuler biasanya 120 sampai 200 denyut per menit.
Gelombang P : tidak terdapat gelombang P yang jelas; tampak indulasi yang
iereguler, dinamakan gelombang fibrilasi atau gelombang F, interval PR tidak
dapat diukur.
Kompleks QRS : Biasanya normal .
Hantaran : Biasanya normal melalui ventrikel. Ditandai oleh respons
ventrikuler ireguler, karena nodus AV tidak berespon terhadap frekwensi
atrium yang cepat, maka impuls yang dihantarkan menyebabkan ventrikel
berespon ireguler.
Irama : ireguler dan biasanya cepat, kecuali bila terkontrol. Ireguleritas irama
diakibatkan oleh perbedaan hantaran pada nodus AV.

1.2.6. Pemeriksaan Penunjang


a Pemeriksaan Fisik :
Tanda vital : denyut nadi berupa kecepatan dengan regularitasnya, tekanan
darah
Tekanan vena jugularis
Ronki pada paru menunjukkan kemungkinan terdapat gagal jantung
kongestif
14

Irama gallop S3 pada auskultasi jantung menunjukan kemungkinan terdapat


gagal jantung kongestif, terdapat bising pada auskultasi kemungkinan
adanya penyakit katupjantung
Hepatomegali : kemungkinan terdapat gagal jantung kanan
Edema perifer : kemungkinan terdapat gagal jantung kongestif

b. Laboratorium : hematokrit ( anemia ), TSH ( penyakit gondok ), enzim jantung bila


dicurigai terdapat iskemia jantung

c. Pemeriksaan EKG : dapat diketahui antara lain irama ( verifikasi AF ), hipertrofi


ventrikel kiri. Pre-eksitasi ventrikel kiri, sindroma pre-eksitasi ( sindroma WPW ),
identifikasi adanya iskemia.

d. Foto Rontgen Toraks : Gambaran emboli paru, pneumonia, PPOK, kor pulmonal.

e. Ekokardiografi untuk melihat antara lain kelainan katup, ukuran dari atrium dan
ventrikel, hipertrofi ventrikel kiri, fungsi ventrikel kiri, obstruksi outflow dan TEE (
Trans Esophago Echocardiography ) untuk melihat trombus di atrium kiri.

f. Pemeriksaan Fungsi Tiroid. Tirotoksikosis. Pada AF episode pertama bila laju


irama ventrikel sulit dikontrol.

g. Uji latih : identifikasi iskemia jantung, menentukan adekuasi dari kontrol laju
irama jantung.

h. Pemeriksaan lain yang mungkin diperlukan adalah holter monitoring studi


elektrofisiolagi.
.

1.2.7. Penanganan Nutrisi


b. Penangan nutrisi Terapi Diet : diet jantung
15

1. Bentuk Makanan : Makanan disesuaikan dengan keadaan penyakit, diberikan


dalam porsi kecil
2. Cara Pemberian : Oral
c. Tujuan Diet
- Memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan kerja jantung.
- Menurunkan berat badan bila terlalu gemuk
- Mencegah atau menghilangkan penimbunan garam atau air.
e. Prinsip Diet : diet jantung
f. Syarat Diet :
1. Energy cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal .
2. Protein cukup, yaitu 0,8 gr/kgBB dari kebutuhan energi total yaitu 139,1 gr.
3. Lemak sedang, yaitu 25 30% dari kebutuhan energi total, 10% berasal dari
lemak jenuh dan kira-kira 10 15 % lemak tidak jenuh yaitu 46,5 gr.
4. Karbohidrat cukup, yaitu 70% darikebutuhanenergi totalyaitu 387,8 gr.
5. Kolesterol rendah, terutama jika disertai dislipidemia
6. Vitamin dan mineral cukup, hindari penggunaan suplemen kalium, kalsium dan
magnesium jika tidak dibutuhkan.
7. Garam rendah, 2 3 gr/hari, jika disertai hipertensi atau edema.
8. Makanan diberikan dalam bentuk mudah cerna dan tidak menimbulkan gas
9. Serat cukup untuk menghindari konstipasi
10. Cairan cukup 2 liter/hari sesuai dengan kebutuhan.
11. Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan penyakit, diberikan dalam porsi
kecil
12. Bila kebutuhan gizi tidak dapat dipenuhi melalui makanan dapat diberikan
tambahan berupa makanan enteral, parenteral atau suplemen gizi
13. Menghindari penyedap rasa (monosodium glutamat)/ sejenisnya, menghindari
makanan berbumbu tajam, baik secara termis, mekanis maupun kimia (di
sesuaikan dengan daya terima pasien).
14. Jenis bahan makanan perlu diperhatikan : makanan yang diperbolehkan,
makanan yang dibatasi dan makanan yang dihindari
16

Bahan
Dianjurkan Tidak Dianjurkan
Makanan
Sumber Beras di tim atau Makanan yang mengandung gas atau
Karbohidra disaring; roti, mie, alkohol, seperti : ubi, singkong, tape
t kentang, makaroni, singkong, dan tape ketan.
biskuit, tepung
beras/terigu/sagu
aren/sagu ambon, gula
pasir, gula merah, madu,
dan sirup.
Sumber Daging sapi, ayam Daging sapi dan ayam yang berlemak,
Protein dengan lemak rendah, gajih, sosis, hati, limpa, babat, otak,
Hewani ikan, telur, susu rendah kepiting dan kerang-kerangan, keju, dan
lemak dalam jumlah susu penuh.
yang telah ditentukan.
Sumber Kacang-kacangan Kacang-kacangan kering yang
Protein kering, seperti : kacang mengandung lemak cukup tinggi seperti
Nabati kedelai dan hasil kacang tanah, kacang mete, dan
olahnya, seperti tahu kacang bogor.
dan tempe.
Sayuran Sayuran yang tidak
mengandung gas,
seperti: bayam,
kangkung, kacang
Semua sayuran yang mengandung
buncis, kacang panjang, gas, seperti kol, kembang kol, lobak,
sawi, dan nangka muda.
wortel, tomat, labu siam,
dan tauge.
Buah- Semua buah-buahan Buah-buahan segar yang mengandung
Buahan segar, seperti : pisang, alkohol atau gas, seperti : durian dan
pepaya, jeruk, apel, nangka matang.
melon, semangka, dan
17

sawo.
Lemak Minyak jagung, minyak Minyak kelapa dan minyak kelapa sawit;
kedelai, margarin, santan kental.
mentega dalam jumlah
terbatas dan tidak untuk
menggoreng tetapi untuk
menumis, kelapa atau
santan encer dalam
jumlah terbatas.
Minuman Teh encer, coklat, sirup. Teh/kopi kental, minuman yang
mengandung soda dan alkohol seperti
bir dan wiski.
Bumbu Semua bumbu selain Lombok, cabe rawit, dan bumbu-bumbu
bumbu tajam dalam lain yang tajam.
jumlah terbatas.

Jenis Diet

Diet Jantung I
Diet Jantung I diberikan kepada pasien penyakit jantung akut seperti Myocard Infarct
(MCI) atau Dekompensasio Kordis berat. Diet diberikan berupa 1-1,5 liter cairan/hari
selama 1-2 hari pertama bila pasien dapat menerimanya. Diet ini sangat rendah
energi dan semua zat gizi, sehingga sebaiknya hanya diberikan selama 1-3 hari.

Diet Jantung II
Diet Jantung II diberikan dalam bentuk makanan saring atau lunak. Diet diberikan
sebagai perpindahan dari Diet Jantung I, atau setelah fase akut dapat diatasi. Jika
disertai hipertensi dan/atau edema, diberikan sebagai Diet Jantung II Garam
Rendah. Diet ini rendah energi, protein, kalsium dan thiamin.
18

Diet Jantung III


Diet Jantung III diberikan dalam bentuk Makanan Lunak atau Biasa. Diet diberikan
sebagai perpindahan dari Diet Jantung II atau kepada pasien jantung dengan
kondisi yang tidak terlalu berat. Jika disertai hipertensi dan/atau edema, diberikan
sebagai Diet Jantung III Garam Rendah. Diet ini rendah energi dan kalsium, tetapi
cukup zat gizi lain.

Diet Jantung IV
Diet Jantung IV diberikan dalam bentuk Makanan Biasa. Diet diberikan sebagai
perpindahan dari Diet Jantung III atau kepada pasien jantung dengan keadaan
ringan. Jika disertai hipertensi dan/atau edema, diberikan sebagai Diet Jantung IV
Garam Rendah. Diet ini cukup energi dan gizi lain, kecuali kalsium.
19

BAB II

ASSESMEN

Gambaran Umum Kasus.


2.1 Anamnesis
2.1.1 Identitas Pasien
Tabel 2.1 identitas pasien
Nama : Ny . F No. RM : 254438
Umur : 50 Tahun Ruang : Berlian / III1
Sex : perempuan Tgl Masuk : 23 03 2015
Pekerjaan : IRT Tgl Kasus : 23 03 2015
Pendidikan : SMP Alamat : jl. Vetran komplek halik
Agama : Islam Diagnosa Medis : VES, atrial fibritis

2.1.2 Data Berkaitan dengan Riwayat Penyakit


Tabel 2.2 Data Berkaitan dengan Riwayat Penyakit
Sesak nafas, nyeri ulu hati dan kadang-kadang
Keluhan Utama
mual/muntah
Mual, muntah sejak 2 hari yang lalu,sesak nafas,
Riwayat penyakit sekarang
nyeri ulu hati
Riwayat Penyakit Dahulu -
Riwayat Penyakit Keluarga Penyakit jantung

2.1.3 Data Berkaitan dengan Riwayat Gizi


Tabel 2.3 Data Berkaitan dengan Riwayat Gizi
Data sosial ekonomi Penghasilan : 3 juta
Jumlah anggota keluarga : 5 orang
Suku : Banjar
Aktifitas fisik Jumlah jam kerja : -
Jenis olahraga : jalan kaki
Jumlah jam tidur sehari : 10 jam
Frekuensi : 2 kali sehari
Alergi makanan Makanan : tidak ada
Jenis diet khusus : diet jantung
Yang menganjurkan : ahli gizi
Penyebab :
Masalah gastrointestinal Nyeri ulu hati (ya), Mual (ya), Muntah (ya), Diare
20

(tidak), Konstipasi (tidak), Anoreksia (tidak),


Perubahan pengecapan/penciuman (tidak)
Jenis penyakit : G2P2A0 41 post + sctp a/I KPD+letsu
Penyakit kronik Modifikasi diet : Bubur Tktp
Jenis dan lama pengobatan : - hari
Kesehatan mulut Sulit menelan (ya), Stomatitis (tidak), Gigi Lengkap
(ya)
Pengobatan Vitamin/mineral/suplemen gizi lain : -
Frekuensi dan jumlah :-
Perubahan berat badan Terjadi penurunan BB selama di rs
Riwayat/Pola Makan Riwayat Makan : Pola makan ibu adalah makanan
pokok dengan frekuensi makan 3 kali sehari, lauk
hewani,lauk nabati, sayur. Buah hanya memakan 2
kali dalam 1 minggu. Ibu suka makanan manis dan
bersantan
Perhitungan Nutrisurvey:
Energi : 1589,3 Kkal
Protein : 62,5 gr
Lemak : 42,5 gr
Karbohidrat : 242 gr
Kesimpulan :
Pasien seorang perempuan berumur 50 tahun, masuk rumah sakit dengan
keluhahan Sesak nafas, nyeri ulu hati dan kadang-kadang mual/muntah.
Berdasarkan diagnosa medis pasien mengalami penyakit VES, atrial fibritis
2.2 Antropometri
Tabel 2.4. Antropometri
TB/PB BB BBI LILA
(150) cm (33,8) kg (45) kg (19,8) cm

BBI= (TB-100) - (TB-100)10%


BBI= (150-100) - (150-100)10%
BBI= 50 - 5 = 45 kg

IMT = BB (kg) = 33,8 (kg) = 33,8 = 15 (kurus tingkat berat)


TB (m)2 1,50 (m)2 2,25

Tabel 2.5. Kategori Batas Ambang IMT


Kategori Batas Ambang
Kurang berat badan tingkat berat < 17,0
Kurus Kurang berat badan tingkat
17,0 18,5
ringan
21

Normal > 18,5 25,0


Lebih berat badan tingkat ringan >25,0 27,0
Gemuk
Lebih berat badan tingkat berat >27,0
Sunita A, (2009).
Kesimpulan :
Dilihat dari hasil perhitungan IMT maka di dapat status gizi pasien tersebut adalah
15 (kurus tingkat berat).
2.3 Pemeriksaan biokimia
Tabel 2.4. Pemeriksaan biokimia
Awal masuk
Pemeriksaan Satuan/nilai Awal Kasus
RS Kategori
urin/darah normal (23-03-2015)
(17-03-2015)
WBC 4.00 12.00 7.1 x 103 /UL 7.1 x 103 /UL Normal
Lymph# 0.8 7.0 1.5 x 103 /UL 1.5 x 103 /UL Normal
Mid# 0.1 1.5 0.6 x 103 /UL 0.6 x 103 /UL Normal
Gran# 2.0 8.0 5.0 x 103 /UL 5.0 x 103 /UL Tinggi
Lymph% 20.0 60.0 20.8 % 20.8 % Rendah
Mid% 3.0 15.0 9.0 % 9.0 % Normal
Gran% 50.0 70.0 70.2 % 70.2 % Tinggi
HGB 12.0 16.0 10.8 g/dl 10.8 g/dl Rendah
4.01 x 106
RBC 3.50 5.20 4.01 x 106 /UL Normal
/UL
HCT 35.0 - 49.0 33.6 % 33.6 % Rendah
MCV 80.0 100.0 84.0 fl 84.0 fl Normal
MCH 27.0 34.0 27.9 pg 27.9 pg Normal
MCHC 31.0 37.0 32.1 g/dl 32.1 g/dl Normal
RDW-CV 11.0 16.0 12.7 % 12.7 % Normal
RDW-SD 35.0 56.0 42.4 fl 42.4 fl Normal
PLT 100 300 181 x 103 /UL 181 x 103 /UL Normal
MPV 6.5 12.0 8.4 fl 8.4 fl Normal
PDW 9.0 17.0 15.3 pg 15.3 pg Normal
0.108
PCT 0.152 % 0.152 % Normal
0.282
Kesimpulan :
Dari data di atas masih dapat diketahui bahwa masih ada hasil pemeriksaan
yang berada dalam kategori tinggi dan rendah yaitu: hasil WBC(sel darah putih),
GRAN, LYMPH (limphosit)%, GRAN %(eritrosit konsentrasi hemoglobin),
HGB(hemoglobin) dan HCT(hematokrit/presentasi bagian darah yang padat)
22

2.4 Pemeriksaan Fisik Klinik


a. Kesan Umum : Sangat lemah, nyeri ulu hati, sesak nafas
b. Vital sign :
Tabel 2.5 Vital sign
Tanggal monitoring
Vital sign Nilai normal
23-03-2015 24-03-2015 25-03-2015
Tekanan Darah 120/80 108/71 134/62 124/70
Respirasi
20-50/menit 29 32 30
(x/menit)
Nadi (x/menit) 80-150/menit 107 87 114
Suhu 36 38,50C 36.5 37,1 36.8
c. Kepala/abdomen dll : Normal
Kesimpulan :
Dapat disimpulkan bahwa hasil dari monitoring hari pertama pada tanggal 23-
03-2015 di dapat, Tekanan Darah 108/71, Respirasi 29 x/m, Nadi 107 x/m, Suhu
36.5 0C. Hari kedua pada tanggal 24-03-2015 di dapat, Tekanan Darah 134/62,
Respirasi 32 x/m, Nadi 87 x/m, Suhu 37,1 0C. Hari terakhir pada tanggal 25-03-2015
di dapat,Tekanan Darah 124/70, Res 30 x/m, Nadi 114 x/m dan Suhu 36.80C.

2.5 Asupan Zat Gizi


Hasil Recall 24 jam diet : Rumah Sakit
Tanggal : 22-03-2015
Diet RS : diet jantung
Tabel 2.6 diet RS :
Energi Protein Lemak (gr) KH (gr)
Implementasi
(kcal) (gr)
Asupan Oral - - - -
Asupan Enteral - - - -
Parenteral - - - -
Kebutuhan 2462,2 139,1 46,5 387,8
% Asupan berdasarkan
0% 0% 0% 0%
kebutuhan

Kesimpulan :
Dari data tabel 2.6 dapat diketahui persentasi pemenuhan asupan energi dan
zat gizi pasien, dimana kebutuhan energi 0 %, protein 0 %, lemak 0 %, sedangkan
23

karbohidrat 0 %. Menurut Supariasa (2002) hal ini tergolong dalam tingkat konsumsi
defisit. Klasifikasi tingkat konsumsi dibagi menjadi empat dengan cut off point
masingmasing sebagai berikut :
Baik : 100% kecukupan
Sedang : 8099%
Kurang : 7080%
Defisit : <70%

2.6 Terapi Medis


Tabel 2.7 terapi medis
Jenis Obat/Tindakan Fungsi Interaksi Dengan Gizi
oleh Dokter
Inj. ondansentrene
Analgesic digunakan Makanan dapat memperlambat
Inj. Ranitidine untuk mengurangi absorbs obat bila dikonsumsi
peradangan dan demam. secara bersamaan
Inj kalnek
Inj alinamin
Oksitosin

BAB III
DIAGNOSIS GIZI

Problem Gizi
1. Domain Intake : NI.5.10.1. Asupan mineral (zat besi) tidak adekuat.
: NI 2.1 makanan melalui oral tidak adekuat
2. Domain Clinical : NC.1.1. Kesulitan menelan
3. Domain Behavior : -
Kesimpulan :
1. NI.5.10.1. Asupan mineral (zat besi) tidak adekuat
24

Asupan mineral (zat besi) tidak adekuat berkaitan dengan rendahnya kadar
HGB yang ditandai dengan hasil lab HGB 9,3 g/dl.
2. NI 2.1 Makanan melalui oral tidak adekuat
Makanan melalui oral tidak adekuat berkaitan dengan nafsu makan menurun
(ISPA) yang ditandai dengan tidak bisanya pasien mengkonsumsi makanan padat.
3. NC.1.1. Kesulitan menelan
Kesulitan menelan makanan berkaitan dengan adanya yang ditandai dengan
hasil recall anak yang tidak mau makan.

Pembahasan Diagnosis :
1. NI.5.10.1. Asupan mineral (zat besi) tidak adekuat
Pasien mengalami kekurangan zat besi di lihat dari pemeriksaan fisik klinis
pasien letih dan lesu dan di tandai dengan rendahnya Kadar HGB.
2. NI 2.1 Makanan melalui oral tidak adekuat
Makanan melalui oral tidak adekuat dapat dilihat dari nafsu makan menurun
yang ditandai dengan tidak bisanya pasien mengkonsumsi makanan padat.
3. NC.1.1. Kesulitan Menelan
Kesulitan Menelan, dilihat dari sisa makanan pasien yang banyak dan tidak
habis sama sekali serta berdasarkan informasi yang di berikan oleh orang tua
pasien.
.
BAB IV
INTERVENSI GIZI

4.1 Planning
b. Terapi Diet : diet jantung
1. Bentuk Makanan : Makanan disesuaikan dengan keadaan penyakit, diberikan
dalam porsi kecil
2. Cara Pemberian : Oral
c. Tujuan Diet
- Memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan kerja jantung.

13
25

- Menurunkan berat badan bila terlalu gemuk


- Mencegah atau menghilangkan penimbunan garam atau air.
g. Prinsip Diet : diet jantung
h. Syarat Diet :
1. Energy cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal .
2. Protein cukup, yaitu 0,8 gr/kgBB dari kebutuhan energi total yaitu 139,1 gr.
3. Lemak sedang, yaitu 25 30% dari kebutuhan energi total, 10% berasal dari
lemak jenuh dan kira-kira 10 15 % lemak tidak jenuh yaitu 46,5 gr.
4. Karbohidrat cukup, yaitu 70% darikebutuhanenergi totalyaitu 387,8 gr.
5. Kolesterol rendah, terutama jika disertai dislipidemia
6. Vitamin dan mineral cukup, hindari penggunaan suplemen kalium, kalsium dan
magnesium jika tidak dibutuhkan.
7. Garam rendah, 2 3 gr/hari, jika disertai hipertensi atau edema.
8. Makanan diberikan dalam bentuk mudah cerna dan tidak menimbulkan gas
9. Serat cukup untuk menghindari konstipasi
10. Cairan cukup 2 liter/hari sesuai dengan kebutuhan.
11. Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan penyakit, diberikan dalam porsi
kecil
12. Bila kebutuhan gizi tidak dapat dipenuhi melalui makanan dapat diberikan
tambahan berupa makanan enteral, parenteral atau suplemen gizi
13. Menghindari penyedap rasa (monosodium glutamat)/ sejenisnya, menghindari
makanan berbumbu tajam, baik secara termis, mekanis maupun kimia (di
sesuaikan dengan daya terima pasien).
14. Jenis bahan makanan perlu diperhatikan : makanan yang diperbolehkan,
makanan yang dibatasi dan makanan yang dihindari
1) Perhitungan Kebutuhan Energi dan Zat Gizi
- Umur : 50 Tahun
- BB : 33,8 kg
- TB : 150 cm
- BBI : (TB 100) (TB - 100)10%
: (150 100) - (150 100) 10%
26

: 50 5 = 45 kg
- IMT : BB (kg) = 33,8 (kg) = 33,8 = 15 (kurus tingkat berat)
TB (m)2 1,5 (m)2 2,25
- AMB : 655 + (9,7 x BBI) + (1,85 x TB) (4.68 x U)
: 655 + (9,7 x 33,8) + (1,85 x 150) (4.68 x 50)
: 655 + 327,86 + 227,5 234 = 976,36 kkal
- Energi : energi x FA x FS
: 976,36 x 1,2 x 1,1 = 1288,8 kkal
- Protein : 11,2% x 1288,8 = 36 gram
4
- Lemak : 20% x 1288,8 = 28,64 gram
9
- Karbohidrat : 69,8% x 1288,8 =224,9 gram
4
Energi : 1288,8 Kkal Protein : 36 gram
Karbohidrat : 224,9 gram Lemak : 28,64 gram
2) Rencana monitoring dan evaluasi
Tabel 4.1 rencana monitoring dan evaluasi
Yang diukur Pengukuran Evaluasi/ Target
Anamnesis Keadaan umum Setiap hari Normal
Antropometri LILA Awal kasus Normal
Pemariksaan
Biokimia Disesuaikan Normal
urin/darah
Fisik klinik Vital sign Setiap hari Normal
Asupan zat gizi
Energi, protein,
meningkat minimal
Asupan zat gizi lemak, Setiap hari
80% dari kebutuhan
karbohidrat
pasien..

3) Rencana Konsultasi Gizi :


Tabel 4.2 rencana konsultasi gizi
Masalah gizi
Tujuan Materi konseling Keterangan
(dari problem gizi)
27

4.2 Implementasi
1) KajianTerapi Diet Rumah Sakit
Jenis diet/bentuk makanan/cara pemberian : Diet BB saring 2368,03 kkal,
diberikan melalui oral.
Tabel 4.3 nutrisi oral

Energi (Kkal) Protein (gr) Lemak (gr) KH (gr)

Standar diet RS
Infus - - - -
Kebutuhan (Planning)
% Standar / Kebutuhan

Pembahasan Diet RS :
Dari hasil analisis, standar diet yang diberikan dari rumah sakit dengan
kebutuhan (planning) untuk energy, KH dan lemak tidak berbeda jauh, karena %
standar/kebutuhan tidak menunjukan angka perbedaan yang signifikan.
2) Rekomendasi Diet : diet BB TKTP 2462,2 kkal
- Standar diet BB TKTP
Tabel 4.4 standar diet
28

Standar Diet RS Rekomendasi Standar Diet


Menu Jumlah Menu Jumlah
MakanPagi MakanPagi
Bubur/nasi 100 gr Bubur 100 gr
Ayam bumbu kuning 70 gr Telur ceplok 50 gr
Tempe bola-bola +
Sop sayuran (kentang,wortel,soun) 75 gr 50 gr
wortel
Papaya 20 gr
Jam 10.00
Kue bolu 30 gr
Teh manis 20 gr
Makan Siang Makan Siang
Bubur/nasi 150 gr Bubur 150 gr
Nila goring 70 gr Nugget ayam 40 gr
Tempe asam manis 35 gr Bola-bola tahu+sayur 70 gr
Sayur lodeh (papaya parut,labu
100 gr Pisang 10 gr
kuning, kacang panjang santan)
Semangka 100 gr

Jam 16.00 Jam 16.00


Kue 25 gr Bubur Kacang 50 gr
Teh Manis 10 gr MakanMalam
MakanMalam Bubur 100 gr
Bubur/nasi 150 gr Ikan nila goring 35 gr
Patin masak pindang 70 gr Tempe goring 50 gr
Tahu goring 35 gr Sop wortel 100 gr
Oseng baby com + wortel 100 gr Susu lactogen 2 25 gr
Papaya 100 gr
NILAI GIZI NILAI GIZI
Energi : 2368,03 kkal Energi : kkal
Protein : 87,58 gram Protein : gram
29

Lemak : 52,76 gram Lemak : gram


KH : 385,29 gram KH : gram

Kesimpulan :
Standar diet rumah sakit tidak berbeda jauh dengan rekomendasi karena sesuai
dengan kebutuhan pasien.
3) Penerapan diet berdasarkan rekomendasi
Pemesanan Diet: Bubur TKTP
4) Penerapan konseling
Topik : Diet TKTP dan sumber zat besi
Sasaran : Orang tua pasien
Tujuan konseling :
- Memberikan pengetahuan kepada orang tua pasien mengenai makanan yang
dianjurkan dan yang dihindari terkait dengan penyakit pasien ISPA, KDK dan
Anemia.
- Memberikan pengetahuan kepada orang tua pasien mengenai diet dan makanan
yang baik bagi pasien ISPA, KDK dan Anemia.
- Memberikan motivasi kepada orang tua pasien agar dapat menjalankan diet
TKTP yang diberikan
Tempat konseling : Ruang rawat inap anak (Alexandri) kelas III c RSUD H. moch
ansari saleh banjarmasin
Waktu konseling : Saat memonitor asupan makan siang pasien selama 10
menit
Metode : Wawancara dan Tanya jawab
Alat bantu : Leaflet
Materi konseling gizi :
A. Penyakit kejang demam komplek dan ispa
Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada anak berusia 3 bulan sampai
dengan 5 tahun dan berhubungan dengan demam serta tidak didapatkan adanya
infeksi ataupun kelainan lain yang jelas di intracranial. Dan ISPA adalah infeksi
saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari
30

B. Tujuan Diet
Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal dan membantu
mempercepat penyembuhan.
C. Syarat Diet :
1) Energi tinggi diberikan yaitu 1120 kkal
2) Protein tinggi, yaitu 2,5 gr/kg BB dari kebutuhan energi total yaitu 27,5 gr.
3) Lemak cukup, yaitu 22 % dari kebutuhan energi total yaitu 27,4 gr.
4) Karbohidrat cukup, yaitu 68,2 % dari kebutuhan energi total yaitu 190,1 gr.
5) Vitamin diberikan cukup, sesuai kebutuhan normal. Terutama vitamin C untuk
membantu penyerapan zat besi (fe).
6) Mineral diberikan cukup, terutama makanan tinggi zat besi untuk meningkatkan
sel darah merah.
7) Makanan diberikan dalam bentuk mudah cerna, porsi kecil dan sering , sesuai
dengan keadaan penyakit dan kemampuan makan pasien.
8) Cairan diberikan tinggi untuk mencegah dehidrasi
9) Menghindari bumbu penyedap rasa (monosodium glutamat)/ sejenisnya,
menghindari makanan berbumbu tajam.
D. Bahan makanan yang di anjurkan :
1) Sumber karbohidrat : nasi, nasi tim, bubur, roti gandum/putih, pasta, jagung,
kentang, ubi, talas, sereal dan havermout.
2) Sumber protein :
a. Hewani : daging, ayam, telur, ikan, cumi udang, kerang dan sumber laut lain.
b. Nabati : Tempe, tahu, oncom, dan kacang-kacangan (kacang ijo, kacang merah,
kedele), jamur.
3) Semua jenis sayuran : sayuran berwarna hijau dan merah, sebagai sumber
vitamin A dan Fe seperti kangkung, daun kacang panjang, oyong, ketimun,
terong dan sawi.
4) Buah-buahan atau sari buah sumber vitamin A dan vitamin C, seperti jeruk, apel,
pepaya, melon, jambu air, salak, semangka dan belimbing
5) Susu penuh (full cream), yoghurt, susu kacang, keju dan mayonaise.
E. Bahan makanan yang dibatasi :
31

1) Makanan yang digoreng seperti: kerupuk, makanan ringan karena lemak


menyebabkan anak cepat kenyang sehingga susah untuk makan-makanan
utama
2) Minuman dingin seperti es dan makanan/minuman manis seperti dodol ,coklat,
permen,karena dapat menyebabkan pilek dan gigi cepat rusak.
F. Bahanmakanan yang dihindari :
1) Makanan jajanan yang tidak bersih, karena akan menyebabkan sakit perut.
2) Minuman yang mengandung soda seperti brem, soft drink, minuman dingin
seperti es dan makanan/minuman yang manis seperti dodol, coklat, permen,
3) Makanan yang digoreng seperti kerupuk, makanan ringan, kacang, serta
makanan siap saji olahan pabrik seperti sardine dan mie instan.
4) Jajanan ringan yang mengandung vetsin, pewarna, pengawet dan penyedap
rasa.
G. Faktor Penghambat Konseling Gizi
1) Tempat konseling yang dilakukan didalam kamar pasien sedikit mengurangi
konsentrasi pasien dalam mendengarkan karena adanya keluarga pasien lain.
2) Pasien sering menangis sehingga mengurangi konsentrasi konseling gizi.
H. Faktor Pendukung Konseling Gizi
1) Orang tua pasien serius dalam mendengarkan konseling
2) Orang tua pasien memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang zat-zat gizi.

I. Hasil Konseling Gizi


Konseling gizi dilakukan pada awal pengamatan dan hari terakhir pengamatan
terhadap pasien. Semua materi dapat direncanakan, dilaksanakan dalam waktu 10
menit kepada keluarga pasien. Penerimaan keluarga pasien cukup baik, hal ini
terlihat selama proses konseling keluarga menyimak apa yang dijelaskan dan
mengajukan beberapa pertanyaan, misalnya tentang dalam teknik pemasakan dan
pemilihan bahan makanan.
32

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
a. Pasien seorang anak laki-laki berumur 1 tahun 2 bulan, masuk rumah sakit
dengan keluhahan kejang-kejang, demam, pilek 1 hari sebelum masuk Rumah
Sakit. Berdasarkan diagnosa medis pasien menderita Kejang demam komplek
dan ispa. Pola makan anak adalah makanan pokok dengan frekuensi makan 3
kali sehari, namun rata-rata hanya 3 sendok makan saja, lauk hewani hanya
sedikit seperti telur,ikan nila dll, tidak suka makan sayur. Buah hanya dberikan 1
kali dalam 1 minggu biasanya buah musiman seperti rambutan, lengkeng dll.
b. Berdasarkan standar antropometri penilaian status gizi anak (Menkes RI, 2010),
pasien memliki status gizi Baik (Normal).
c. Berdasarkan hasil pemeriksaan darah/urin hasil laboraturium yang berada dalam
kategori tinggi dan rendah yaitu: hasil gran % 72,1 dan HGB: 9,3 g/dl. Dari hasil
d atas mengakibatkan ibu anemia (kekurangan zat besi).
d. Hasil monitoring dan evaluasi dari hari pertama sampai hari terakhir, pasien
mengalami peningkatan yang positif dari asupan makan yang meningkat, dari
fisik dan klinis yang lebih baik.
e. Asupan yang diperlukan pasien adalah :
Energi : 1120 Kkal, Protein : 27,4 gr, Karbohidrat: 190,1 gr, Lemak : 27,4 gr
f. Diberikan diet TKTP 1120 kkal dalam bentuk lunak dan diberikan secara oral
dalam porsi kecil tapi sering untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien seharinya.
6.2. Saran
a. Pasien sebaiknya tetap menjalankan diet yang diberikan untuk mempertahankan
status gizi normal dan mempercepat proses penyembuhan pasien.
b. Orang tua terutama ibu pasien di harapkan memberikan makanan dengan porsi
sedikit tapi sering
c. Orang tua diharapkan memotivasi atau mendukung diet pasien selama dirumah
d. Sebaiknya ahli gizi perlu memotivasi pasien untuk menghabiskan makanan dan
mentaati makanan yang diberikan oleh rumah sakit
33

DAFTAR PUSTAKA

1. Almatsier S. 2005. Penuntun Diet. Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama.


Jakarta.

2. Soeharto, Iman. 2004. Serangan Jantung dan Stroke. Gramedia : Jakarta3.


Cummins, MD, MPH, MSC, Richard, ( 1999 ). Advance Cardiac
life support American heart association

4. Doengoes, Marrilyn E, ( 2000 ), Nursing Care Plans : guidelines for


Planning and documenting patient care, EGC , Jakarta

5. Hudak, RN, PHD, Carolyn M, Gallo, RN< MS< Barbara M 1987 )


Critical care nursing : aholistic approach, EGC, Jakarta

6. Donna D Ignatavicius, MS, RN, ( 1991 ), Medical Surgical Nursing:


A nursing process approach, Philadelpia : WB Saunders Company

7. Thaler, Malcom S, The only ECG book youll ever need ( 1995 ),
JB. Lippincott company : Philadelphia, USA

8. Rilantono, Lili Ismudiati, dkk ( 2001 ), Buku ajar Kardiologi, Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai