Anda di halaman 1dari 2

Pada dasarnya hibah tidak dapat ditarik kembali kecuali karena :

- syarat-syaratnya tidak dipenuhi


- penerima hibah melakukan atau membantu melakukan kejahatan yang bertujuan
menyebabkan kematian penghibah atau kejahatan lainnya terhadap penghibah;
- penerima hibah menolak memberikan tunjangan nafkah kepada pemberi hibah,
setelah pemberi hibah jatuh miskin.
-pemberi hibah meninggal dunia dan warisannya tidak cukup untuk memenuhi
bagian mutlak (legitime portie) yang seharusnya didapat para ahli warisnya

Dalam hal hibah tanah banyak aspek yang harus kita perhatikan, antara lain :
1.Kedudukan si pemberi hibah dengan benda yang akan dihibahkan

2.Apakah si pemberi hibah sudah cakap bertindak dalam hukum

3.Status si pemberi hibah sudah kawin atau belum

4.Apakah si pemberi hibah sudah punya anak

5.Berapa besarnya/banyaknya/jumlah benda yang akan di hibahkan.

6.Keberadaan tempat benda yang akan dihibahkan

PENJELASAN LENGKAP ;

1.Kedudukan sipemberi hibah dengan benda yang akan dihibahkan :


apakah benda yang akan dihibahkan itu memang benar pasti
kepemilikan si penghibah, atau benda yang akan dihibahkan tidak dalam
perbuatan hukum lain misalnya. Jaminan hutang, dalam penggadaian,
atau bisa juga benda itu perolehannya hasil melawan hak.

2.Apakah sipemberi hibah sudah cakap bertindak dalam hukum : apakah


sipemberi hibah dalam keadaan sehat akalnya ( tidak dalam lupa
ingatan, mabuk misalnya), atau umur si pemberi hibah sudah balig, atau
tidak dalam tersangkut kasus criminal sedang dalam pemeriksaan, hal ini
njuga sangat penting untuk dipertimbangkan.

3.Status si pemberi hibah sudah kawin atau belum : jika si pemberi hibah
sudah berstatus kawin, jika hibah itu ingin dilangsungkan, maka yang
menghibahkan tersebut harus suami istri, setidak-tidaknya ada surat
pernyataan dari istri secara iklas dan tidak akan menuntut di belakang
hari.
4.Apakah si pemberi hibah sudah memiliki anak: persyaratan ini juga
sangat penting untuk diketahui, karena banyak hibah-hibah yang
dilakukan dengan kertas segel dan bermaterai, dari pihak anak sekian
tahunnya menuntut kembali benda yang dihibahkan oleh orang tuanya,
dan sering berhasil tuntutan yang dilakukan oleh anak tersebut, minimal
oleh sipenerima hibah, dihitung dengan nilai jual, tentu sangat repotkan (
kalau kita punya uang ?).

5.Berapa besar/banyaknya/jumlah yang akan dihibahkan. Tidak semua


harta benda yang dimiliki oleh si pemberi hibah itu semuanya dapat
dihibahkan. Banyak terjadi karena si pemberi hibah ini tidak punya anak
atau tidak suka kepada anaknya karena anaknya nakal atau pernah
mengancam mau membunuhnya, untuk menghindari peralihan haknya
ke orang yang ia tidak suka, maka seluruh harta bendanya dia hibahkan
kepada orang lain, dengan harapan se mati nya dia nanti harta benda itu
sudah berpindah ke pihak orang lain si penerima hibah. Karena hukum
membatasi jumlah harta yang dihibahkan tidak lebih dari 1/3 bagian dari
jumlah harta benda yang dia miliki ( kalau asetnya ada 90 juta rupiah,
maka yang boleh dihibahkan hanya 30 juta rupia saja )

6.Keberadaan tempat harta benda yang akan dhibahkan, juga kita harus
tahu, keberadaan harta benda yang akan dihibahkan. Misalnya orangnya
tinggal di Jakarta, sementara hartanya ada di luar negri, atau di
kepulauan lain, jika ini terjadi sebaiknya hibah ini dilakukan dihadapan
Pejabat Pembuat Akta Hibah.

Kesimpulan : bahwa hibah dapat beralihnya suatu hak dari si pemberi ke


penerima hibah. Dan hibah itu sebaiknya dilakukan dihadapan pejabat
pembuat akta hibah/tanah. Dengan hibah nitu kedudukan hak milik si penerima
hibah sama kuatnya dengan perbuatan hukum lainnya seperti jual beli atas
tanah, maka untuk itu sebaiknya setiap hibah tanah harus dihadapan PPAT )

Anda mungkin juga menyukai