MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Fisiologi Tumbuhan
Yang dibina oleh Prof. Ir. Nugrahaningsih, M.Pd
Oleh:
Kelompok 5/ Offering H 2015
1 Ainul Fitria M 150342603333
2 Athiyah Layla 150342603234
3 Atikah Amalia 150342603782
4 Shohib Manzili 150342607634
5 Yusliha Fitria F 150342603555
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan..................................................................................................................
5
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan 49
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
Kejadian musiman sangat penting dalam siklus kehidupan sebagian besar tumbuhan.
Perkecambahan biji, pembungaan, permulaan dan pengakhiran dormansi tunas
merupakan contoh-contoh tahapan dalam perkembangan tumbuhan yang umumnya
terjadi pada waktu spesifik dalam satu tahun. Stimulus lingkungan yang paling sering
digunakan oleh tumbuhan untuk mendeteksi waktu dalam satu tahun adalah
fotoperiode, yaitu suatu panjang relative malam dan siang. Respons fisologis terhadap
fotoperiode, seperti pembungaan, disebut fotoperiodisme (photoperiodism)
(Campbell, 2003).
1.3. Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
dan kedelai, c) pembentukan umbi pada tanaman kentang, bawang putih dan umbi-
umbian yang lain, d) dormansin benih, dan perkecambahan biji pada tanaman bunga,
dan e) pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, seperti pembentukan anakan,
percabangan dan pertumbuhan memanjang.
Menurut Hopkins (2009) ada tiga kategori umum yang membedakan tanaman
dalam respon terhadap fotoperiodisme, diantaranya adalah: tanaman berhari pendek
(tanaman SD atau Short-Day), tanaman berhari panjang (tanaman LD atau Long-
Day), dan hari panjang-indiferen atau hari-netral (tanaman DN atau Day-Neutral)
seperti pada tabel dibawah. Tanaman berhari pendek adalah tanaman akan berbunga
jika panjang hari yang lebih pendek dari nilai tertentu dalam 24 jam siklus. tanaman
berhari panjang adalah tanaman yang akan berbunga jika panjang hari yang lebih
lama dari nilai tertentu, sedangkan tanaman hari-netral terlepas atau tidak dipengaruhi
oleh panjang-pendeknya hari(tidak berespon).
7
hari panjang menengah, Misalnya, bunga hanya dapat menanggapi hari panjang-
menengah panjang namun tetap vegetatif ketika hari ini terlalu panjang atau terlalu
pendek.
a. Tumbuhan hari pendek, tumbuhan yang berbunga jika terkena penyinaran kurang
dari 12 jam sehari. Tumbuhan hari pendek contohnya aster, krisan,dahlia, ubi jalar,
kedelai, dan anggrek.
b. Tumbuhan hari panjang, tumbuhan yang berbunga jika terkena penyinaran lebih
dari 12 jam (14 16 jam) sehari. Tumbuhan hari panjang, contohnya bayam, kentang,
gandum, kol, bit gula, selada, dan tembakau.
c. Tumbuhan hari netral, tumbuhan yang tidak responsive terhadap panjang hari untuk
pembungaannya. Tumbuhan hari netral contohnya bunga matahari. mawar, kapas,
mentimun dan tomat.
Krisan akan tetap tumbuh vegetatif bila menerima panjang hari lebih dari
batas kritisnya dan akan terinduksi untuk masuk ke fase generatif (inisiasi bunga)
apabila menerima panjang hari kurang dari batas kritisnya. Krisan mempunyai sifat
sensitif terhadap panjang hari, sehingga untuk budidaya krisan potong perlu
8
modifikasi lingkungan berupa penambahan cahaya dengan menggunakan lampu pada
malam hari. Penambahan lampu digunakan untuk memperoleh tinggi tanaman yang
diharapkan (fase vegetatif) sebelum berbunga (Budiarto, et al., 2006). Masa kritis
sendiri adalah batas maksimum tanaman untuk bisa berbunga, tanaman hari pendek
akan berbunga pada saat panjang hari lebih pendek dari masa kritisnya, sebaliknya
tanaman hari panjang adalah tanaman yang akan berbunga bila mendapat penyinaran
melebihi masa kritisnya (Heddy, 1986).
Tanaman Hari-pendek
9
Benih gelap merah-coklat. Daun
hingga 5cm, kira-kira berbentuk
berlian dan berbagai bergerigi.
10
yang cukup singkat 2-3 bulan.
11
Semusim, tinggi 2 m. Batang
berkayu, daun tunggal, berbulu,
bulat telur, tepi rata, ujung runcing,
pangkal tumpul, panjang 20-50 cm,
lebar 5-30 cm, tangkai panjang 1-2
cm, hijau keputih-putihan.
Tembakau ditanam pada berbagai
macam kondisi iklim. Rata-rata
temperatur untuk pertumbuhan
optimum adalah 21C. Curah hujan
yang dibutuhkan adalah 300400
mm, yang tersebar merata sepanjang
musim pertumbuhan. Tembakau
sigaret memerlukan musim kering
pada akhir musim untuk
mendapatkan daun tebal dan warna
kuning pada daun yang diobati.
Untuk menghasilkan daun yang tipis
dan elastis, tembakau bungkus
memerlukan kelembaban tinggi
(70% pada siang hari) dan
mereduksi intensitas cahaya (70%
cahaya penuh).
12
Pharbitis nil Japanese morning glory
13
Tanaman Hari-Panjang
14
Henbane adalah tanaman beracun
yang tumbuh di tempat berpasir, di
tepi jalan, di tempat sampah, atau di
bangunan tua.
15
kebun, daerah di sepanjang pinggir
jalan dan rel kereta api, dan daerah
limbah.
16
di seluruh dunia, meskipun mungkin
berasal di wilayah Mediterania.
17
10 mm di berisi beberapa biji.
Tanaman Hari-Netral
18
tinggi 60 cm atau lebih, seluruh
bagiannnya berambut. Batangnya
berwarna hijau kemerahan,
membesar pada ruas percabangan.
19
Pisum sativum garden pea
20
tertentu, biasanya 12,5 jam.
21
2.3 Peran hormon tumbuhan dalam fotoperiodisme
22
sebuah fotoperiodisme induktif dengan mengaktifkan transkripsi mRNA FT dan
sintesis protein FT dalam sel parenkim floem pada daun. Protein FT kemudian
bergerak melalui pembuluh floem ke pucuk meristem apikal. Setelah di meristem, FT
berinteraksi dengan faktor transkripsi untuk menginduksi gen perbungaan (Hopkins
et al, 2009).
23
2.4 Fotoperiodisme dan Kontrol Perbungaan
24
musim panas karena pada letak lintang Maryland, hari-hari musim panas terlalu
panjang (Campbell and Reece, 2008)
Para peneliti menamakan Maryland Mammoth sebagai tumbuhan hari pendek
(Short-day-plant) karena tumbuhan tersebut tampaknya memerlukan periode cahaya
yang lebih pendek daripada panjang kritis untuk berbunga. Krisanteum, poinsetia dan
beberapa varietas kedelai juga merupakan tumbuhan hari pendek yang umumnya
berbunga dipenghujung musim panas, musim gugur dan musin dingin. Kelompok
tumbuhan yang lain, berbunga hanya jika periode cahaya lebih panjang daripada
beberapa jam tertentu (Long day plant). Tumbuhan hari panjang ini umumnya
berbunga pada penghujung musim semi atau awal musim panas. Bayam misalnya,
berbunga jika siang hari berlangsung selama 14 jam atau lebih. Lobak, selada dan iris
dan kebanyakan varietas sereal merupakan tumbuhan hari panjang. Tumbuhan hari
netral misalnya tomat padi dan dandelion tidak terpengaruh oleh fotoperiode dan
berbunga ketika mereka mencapai tahap kematangan tertentu, tidak peduli seberapa
panjang siang hari (Campbell and Reece, 2008).
25
dari panjang masa kritis dan hyocyamus berbunga ketika panjang hari lebih panjang
dari panjang masa kritis.
Pada tahun 1940an para peneliti mempelajari bahwa perbungaan dan respon-
respon lain terhadap fotoperiode sebenarnya dikontrol oleh panjang malam, bukan
panjang siang. Kebanyakan diantara para saintis ini meneliti cocklebur (Xanthium
stumarium) tumbuhan hari pendek yang hanya berbunga jika siang hari berlangsung
selama 16 jam atau lebih pendek lagi (dan malam hari berlangsung setidaknya 8 jam).
Para peneliti ini menemukan bahwa jika bagian siang hari di fotoperiode diputus oleh
pemaparan sejenak terhadap kegelapan, maka hal itu tidak akan berpengaruh pada
perbungaan. Akan tetapi, jika bagian pada malam hari dari fotoperiode disela bahkan
oleh cahaya remang-remang beberapa menit saja cocklebur tidak akan berbunga, dan
ini ternyata berlaku pula bagi tumbuhan hari pendek yang lain. Cocklebur tidak
responsif terhadap panjang siang hari, namun ia memerlukan setidaknya 8 jam
kegelapan terus menerus agar berbunga. Tumbuhan hari pendek sebenarnya
merupakan tumbuhan malam panjang, namun istilah pertama yang tertanam
sedemikian erat dalam jargon fisiologi tumbuhan. Serupa dengan itu tumbuhan hari
panjang sebenarnya merupakan tumbuhan malam pendek. Tumbuhan hari panjang
yang ditumbuhkan dalam fotoperiodisme malam-malam panjang yang normalnya
tidak menginduksi perbungaan akan berbunga jika periode kegelapan terus menerus
disela oleh cahaya beberapa menit. (Campbell and Reece, 2008).
Panjang hari kritis berbeda-beda menurut jenis tanaman bahkan verietas.
Tanaman kedelai termasuk tanaman hari pendek yang apabila ditumbuhkan pada hari
panjang akan menghasilkan banyak karbohidrat dan protein yang digunakan untuk
perkembangan batang dan daunsehingga pertumbuhan vegetatif lebih dominan, maka
tidak mampu membentuk bunga dan buah. Sebaliknya apabila tanaman hari panjang
ditumbuhkan pada hari pendek akan menhasilkan sedikit karbohidrat dan protein
sehingga pertumbuhan vegetatifnya lemah dan cepat berbunga( Sutoyo, 2011).
26
Sumber : (Campbell and Reece, 2008).
27
krisan misalnya adalah tumbuhan hari pendek yang biasanya mekar pada musim
gugur, namun perbungaannya dapat ditunda hingga bulan Mei dengan menyela setiap
malam panjang dengan kilatan cahaya, sehingga mengubah satu malam panjang
menjadi dua malam pendek (Campbell and Reece, 2008)
28
cukup memperoleh induksi dari fotoperioda satu kali saja, tetapi tumbuhan lain
memerlukan induksi lebih dari satu kali. Xanthium strumarium untuk perbungaannya
memerlukan 8 x induksi fotoperioda yang harus berjalan terus menerus. Apabila
tanaman ini sebelum memperoleh induksi lengkap, mendapat gangguan atau terputus
induksi fotoperiodanya, maka tanaman itu tidak akan berbunga. Kekurangan induksi
fotoperioda tidak dapat ditambahkan demikian saja, karena efek fotoperioda yang
telah diterima sebelumnya akan menjadi hilang. Untuk memperoleh induksi lengkap,
tanaman tersebut harus mengulangnya dari awal kembali (Hopkins, 2009).
Di dalam menerima rangsangan fotoperiodik ini, organ daun diketahui sebagai
organ penerima rangsangan. Di dalam daun terdapat fitokrom dan kriptokrom yang
berfungsi menerima rangsangan fotoperiodik pada tumbuhan. Fitokrom akan
menangkap cahaya merah dan merah jauh sedangkan kriptokrom akan menangkap
cahaya biru. Ada 4 tahap yang terjadi dalam resepon perbungaan terhadap rangsangan
fotoperiodik, pertama menerima rangsangan, kedua transformasi dari organ penerima
rangsangan menjadi beberapa polametabolisme baru yang berkaitan dengan
penyediaan bahan untuk perbungaan, ketiga pengangkuatan hasil metabolisme dan
keempat terjadinya respon pada titik tumbuh untuk menghasilkan perbungaan
(Hopkins, 2009).
Berikut ini adalah gambaran dari suatu tumbuhan dalam menerima rangsangan
fotoperiodik.
29
Sumber : Hopkins, 2009
Gambar tersebut menunjukkan proses induksi akibat dari rangsangan
fotoperiodik. Rangsangan fotoperiodik akan ditangkap oleh fitokrom dan kriptokrom
yang ada pada daun. Selanjutnya akibat adanya rangsangan fotoperiodik yang
diterima gen CONTANS (CO) menjadi aktif. Gen CO ini akan mengaktifkan
Flowering Locus T (FT) mRNA transkripsi. Selanjutnya FT mRNA transkripsi akan
mensintesis protein FT. Protein FT merupakan suatu stimulus yaitu berupa hormon
yang disebut dengan hormon Florigen. Hormon florigen yang dibentuk masuk ke
dalam floem dan ditransport ke pucuk meristem apikal. Pada pucuk meristem apikal
hormon florigen ini akan mengaktifkan gen-gen pada pucuk meristem apikal
sehingga mengubah fase vegetatif suatu tanaman menjadi fase reproduktif (Hopkins,
2009).
Hormon florigen sendiri masih belum diketahui secara pasti bagaimana struktur
kimianya. Sampai sekarang hormon ini masih menjadi hormon hipotesis yang terus
diadakan penelitian tentang cara mengisolasi hormon ini. Hormon florigen pertama
kali dicetuskan oleh Mikhail Chailakhyan pada tahun 1937.
Beberapa percobaan dalam hubungan dengan rangsangan ini, menunjukkan
bahwa apabila daun dibuang segera setelah induksi selesai, tidak akan terjadi
perbungaan, sedangkan apabila daun dibuang setelah beberapa jam sehabis selesai
induksi, tumbuhan tersebut dapat berbunga. Rangsangan yang diterima oleh satu
tumbuhan dapat diteruskan pada tumbuhan lain yang tidak memperoleh induksi,
melalui cara tempelan (grafting) sehingga tumbuhan tersebut dapat berbunga. Berikut
ini adalah skema dari grafting (Hopkins, 2009).
30
Mekanisme Pembungaan
Proses pembungaan mengandung sejumlah tahap penting, yang semuanya harus
ber-hasil dilangsungkan untuk memperoleh hasil akhir yaitu biji. Masing-masing
tahap tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal yang berbeda.
1. Induksi bunga (evokasi)
Adalah tahap pertama dari proses pembungaan, yaitu suatu tahap ketika
meristem vegetatif diprogram untuk mulai berubah menjadi meristem reproduktif.
Terjadi di dalam sel. Dapat dideteksi secara kimiawi dari peningkatan sintesis asam
nukleat dan protein, yang dibutuhkan dalam pembelahan dan diferensiasi sel.
2. Inisiasi bunga
Adalah tahap ketika perubahan morfologis menjadi bentuk kuncup reproduktif
mulai dapat terdeteksi secara makroskopis untuk pertama kalinya. Transisi dari tunas
vegetatif menjadi kuncup reproduktif ini dapat dideteksi dari peru-bahan bentuk
maupun ukuran kuncup, serta proses-proses selanjutnya yang mulai membentuk
organ-organ reproduktif.
3. Perkembangan kuncup bunga menuju anthesis (bunga mekar)
Ditandai dengan terjadinya diferensiasi bagian-bagian bunga. Pada tahap ini
terjadi proses megasporogenesis dan mikrosporogenesis untuk penyempurnaan dan
pematangan organ-organ reproduksi jantan dan betina.
4. Anthesis
Merupakan tahap ketika terjadi pemekaran bunga. Biasanya anthesis terjadi
bersamaan dengan masaknya organ reproduksi jantan dan be-tina, walaupun dalam
kenyataannya tidak selalu demikian. Ada kalanya organ repro-duksi, baik jantan
31
maupun betina, masak sebelum terjadi anthesis, atau bahkan jauh se-telah terjadinya
anthesis.
Bunga-bunga bertipe dichogamy mencapai kemasakan organ reproduktif
jantan dan be-tinanya dalam waktu yang tidak bersamaan.
5. Penyerbukan dan pembuahan
Tahap ini memberikan hasil terbentuknya buah muda. Penyerbukan atau
polinasi adalah transfer serbuk sari/polen ke kepala putik (stigma). Kejadian ini
merupakan tahap awal dari proses reproduksi.
a. Vernalisasi
Beberapa jenis tumbuhan lainnya berespon terhadap fotoperiode hanya jika
telah dipaparkan sebelumnya terhadap beberapa rangsangan lingkungan, seperti satu
periode suhu dingin. Gandum musim dingin, misalnya, tidak dapat berbunga kecuali
jika telahdipaparkan terhadap suhu di bawah 10oC selama beberapa minggu. (Ismail,
2008)
Perlakuan pendahuluan dengan suhu dingin sebelum perbungaan ini disebut
vernalisasi. Beberapa minggu setelah gandum musim dingin mengalami vernalisasi,
suatu fotopriode hari-panjang (malam-pendek) akan menginduksi perbungaan.
(Sasmitamihardja et al, 1990)
Vernalisasi merupakan induksi pendinginan yang diperlukan oleh tumbuhan
sebelum mulai perbungaan. Vernalisasi sebenarnya tidak khusus untuk perbungaan,
tetapi diperlukan pula oleh biji-biji tumbuhan tertentu sebelum
32
perkecambahan.Sehubungan dengan perbungaan, ada dua varietas gandum yang
memerlukan perlakukan berbeda yaitu spring wheat dan winter wheat. Spring
wheat harus ditanam pada musim semi, kemudian tumbuh dan berbunga. Winter
wheat apabila ditanam pada musim semi, tumbuhan ini akan tumbuh tetapi hanya
pertumbuhan vegetatif saja tidak diakhiri dengan perbungaan. Agar supaya gandum
ini dapat berbunga, penanamannya harus dilakukan pada awal musim winter atau
akhir musim gugur, agar biji-bijinya mengalami pendinginan selama musim dingin,
dan akan berkecambah pada musim semi kemudian tumbuh dan akhirnya berbunga.
Proses pendinginan dapat dilakukan secara artificial. (Gardner et al, 1991)
1. Organ Penerima Rangsangan
Organ tumbuhan yang dapat menerima rangsangan vernalisasi sangat bervariasi
yaitu biji, akar, embrio, pucuk batang. Apabila daun tumbuhan yang memerlukan
vernalisasi mendapatkan perlakukan pendinginan, sedangkan bagian pcuk batang
dihangatkan, maka tumbuhan tidak akan berbunga (tidak terjadi vernaliasi). (Gardner
et al, 1991)
Vernalisasi merupakan suatu proses yang kompleks, yang terdiri dari beberapa
proses. Pada Secale cereale, vernalisasi pada tanaman ini terjadi di dalam biji dan
semua jaringan yang dihasilkannya berasal dari meristem yang tervernalisasi. Pada
Chrysanthemum, vernalisasi hanya dapat terjadi pada meristemnya. Zat yang
bertanggung jawab dalam meneruskan rangsangan vernalisasi disebut vernalin, yaitu
suatu hormon hipotesis karena sampai saat ini belum berhasil diisolasi. Di dalam hal
perbungaan GA dapat menggantikan fungsi vernalin, meskipun GA tidak sama
dengan vernalin. Pada H. Niger, pemberian GA dapat menggantikan vernalisasi:
Menurut hipotesa Chailkhyan, hal tersebut dapat terjadi sebagai berikut (hipotesis
antesin). Pada tumbuhan hari panjang, apabila mengalami vernaliasi akan
menghasilkan vernalin, dan apabila selanjutnya memperoleh induksi hari-panjang,
vernalin akan berubah menjadi giberelin, giberelin dengan antesin yang sudah
tersedia pada tumbuhan hari-panjang akan menghasilkan perbungaan.Vernaliasi
adalah suatu proses yang aerob, tidak akan terjadi vernalisasi kalau atmosfirnya
diganti N2. Disamping itu, vernalisasi merupakan proses kimia yang tidak biasa,
karena terjadi reaksi yang cepat pada suhu dingin. (Sasmitamihardja et al, 1990) .
33
2. Berikut beberapa pandangan yang menjelaskan mekanisme vernalisasi:
1. Konsep Gregory
Gregory dan rekan kerja yang bekerja pada sereal. Mereka percaya bahwa proses
vernalisasi terdiri dari beberapa reaksi parsial. Sel dalam apeks pucuk menerima
stimulus suhu rendah. Dimulai proses metabolisme. Proses ini pynthosize stimulus
bunga. Stimulus bunga kemudian berubah menjadi daerah lokal dalam apeks pucuk.
Jadi berbunga awal di dalamnya.
2. Hormonal Teori G Melchers:
Dia menyarankan bahwa suhu rendah menginduksi pembentukan vernalin.
Vemalin adalah zat pertumbuhan. Ini memulai sintesis dari stimulus bunga. vernalin
belum diisolasi. Tetapi beberapa bukti tidak langsung mendukung keberadaan
vernalin. G. Melchers dilakukan dua percobaan:
(A) Percobaan grafting Melchers memberikan bukti tentang adanya vernalin. Dia
dicangkokkan bagian tanaman, air mata atau batang, dari semacam tumbuhan
vernalized (hyocyamus) ke - tanaman semacam tumbuhan non-vernalized. Ia
menemukan bahwa non-vernalised semacam tumbuhan berbunga.
(B) Florigen juga melewati serikat graft. Beberapa ahli fisiologi menunjukkan
bahwa florigen mungkin vernalisasi stimulus. Percobaan Melchers dan Lang terbukti
salah. Mereka dicangkokkan sebuah semacam tumbuhan timah-vemalized
(Hyoscyainus niger) tanaman untuk tanaman tembakau Maryland Mammoth.
Tanaman semacam tumbuhan berbunga. Stimulus ditularkan dari tanaman tembakau
ke semacam tumbuhan dapat melalui siklus foto induktif atau siklus non-induktif.
'Flats florigen tidak diproduksi dalam siklus non-induktif. Oleh karena itu, tidak dapat
bertindak sebagai vernalin.
Bukti giberelin sebagai vernalin
(A) Anton Lang pada tahun 1957 diterapkan giberelin pada biennale seperti
semacam tumbuhan. Semacam tumbuhan membutuhkan. stimulus vernaliration untuk
berbunga. Giberelin diinduksi berbunga di dalamnya tanpa perlakuan suhu dingin.
(B) Purvis pada tahun 1961 disebabkan berbunga di Annuals musim dingin
dengan memperlakukan benih mereka dengan giberelin.
(C) Itu juga menemukan bahwa mengekspos dari vernalisasi membutuhkan
spesies untuk pengobatan suhu rendah menghasilkan sejumlah besar giberelin alami.
Hasil ini menunjukkan bahwa sifat giberelin mirip dengan vernalin.
Keberatan atas giberelin sebagai vernalin a
34
Giberelin diaplikasikan vernalisasi membutuhkan tanaman roset. Hal ini
menyebabkan pemanjangan batang. Kemudian menghasilkan kuncup bunga di
pemotretan ini. Dalam eksperimen lain tanaman disediakan suhu dingin untuk
menginduksi pembungaan. Tunas bunga muncul segera setelah menembak mulai
memanjang. Jadi efek dari penerapan giberelin dan pengobatan suhu rendah tidak
sama. Hal ini menunjukkan giberelin tidak menghasilkan sama mempengaruhi
sebagai vernalin.
3. Anthesin hipotesis Challakhyan
Mikhail Chailakhyan (1968) menyarankan bahwa dua zat yang terlibat dalam
pembentukan bunga. Salah satunya adalah giberelin atau giberelin-seperti substansi
dan kedua adalah anthesin. Anthesin adalah substansi hipotetis seperti vernalin.
Chailakhyan menyarankan bahwa vernalisasi membutuhkan tanaman menghasilkan
vernalin ketika mengalami suhu rendah. vernalin tersebut kemudian dikonversi ke
giberelin di hari yang panjang. Giberelin menyebabkan berbunga di hadapan
anthesin. Tapi vernalin tidak diubah menjadi giberelin di hari pendek. Oleh karena
itu, berbunga tidak bisa terjadi pada mereka. Hipotesis ini tidak dapat dibuktikan
secara eksperimental.
4. pengembangan teori Phasic dari Lysenko
teori perkembangan Phasic dikemukakan oleh pabrik ahli fisiologi Rusia
Lysenko. Menurut teori ini setiap tanaman melewati dua tahap pembangunan. fase ini
thermophase dan photophase. Kedua fase ini dikendalikan oleh faktor lingkungan.
(A) Thermophase: Tahap awal kehidupan yang membutuhkan pasti
Suhu untuk pengembangan disebut thermophase. Hal ini diterapkan untuk
pengembangan benih dan bibit. Setiap benih membutuhkan suhu yang pasti.
requiremen ini, bervariasi untuk spesies yang berbeda. Misalnya, dua tahunan
gandum musim dingin perlu suhu rendah. Tetapi benih varietas musim semi tahunan
membutuhkan suhu yang lebih tinggi. Thermophase harus diselesaikan sebelum
photophase tersebut. Dengan demikian biji dingin atau vernal terwujud
menyelesaikan thermaphase tersebut.
(B) Photophase: Tahap akhir dari kehidupan di mana tanaman membutuhkan
persyaratan cahaya yang pasti untuk berbunga disebut photophase. Jika benih dingin
35
ditabur, mereka tumbuh dan masuk ke dalam photophase. Fase ini membutuhkan
cahaya yang pasti dan periode gelap (photoperiodism) untuk berbunga.
b. Chilling
Chilling adalah Tindakan perlakuan bahan tanaman untuk suhu rendah non-
beku.. Sedangkan untuk Chilling injury adalah Sebuah istilah deskriptif untuk cedera
fisiologis untuk banyak tanaman, terutama spesies hangat-musim (misalnya,
tanaman) asal tropis atau sub-tropis, ketika mereka terkena rendah, tetapi suhu non-
beku (Salisbury, 1996).
Penyebab utama dari chilling injury dianggap kerusakan dalam membran sel.
Kerusakan membran sel yang mungkin termasuk produk etilena, respirasi meningkat,
fotosintesis berkurang, gangguan energy, akumulasi produksi senyawa beracun
seperti etanol dan asetaldehida dan struktur selular yang berubah. Chilling injury
tergantung waktu dan suhu. Jika produk trsebut di simpan di bawah temperatur kritis
untuk periode singkat, tanaman dapat memperbaiki kerusakan. Jika eksposur
berkepanjangan, kerusakan permanen terjadi dan terlihat gejala sering terjadi (Abe,
2010)
Menurut Lyons (1973) chilling injury diawali dengan modifikasi
permeabilitas lalu mengubah membran bersifat lentur menjadi kaku sehingga
menyebabkan komoditas kehilangan pengendalian, ketidakseimbangan metabolisme,
dan autokatalisis muncul gejala chilling injury (Lisa, 2008).
36
37
2.6 Tanaman yang mengalami vernalisasi dan chilling
a. Vernalisasi
38
di lintang tinggi atau daerah pegunungan yang musiman musim dingin yang bunga di
musim semi setelah terpapar kondisi musim dingin. Di laboratorium, ekotipe bunga
yang sangat terlambat, tapi mereka bunga jauh lebih awal ketika bibit terkena
perlakuan dingin berkepanjangan. Persyaratan untuk vernalisasi memastikan bahwa
berbunga terjadi di musim semi, memberikan kesempatan maksimal untuk set benih.
Vernalisasi sering terjadi pada tahap pembibitan, dengan berbunga terjadi
minggu kemudian. sehingga meristem harus mengingat stimulus ini selama beberapa
siklus pembelahan sel, sugestif dari proses epigenetik. Itu adalah hipotesis bahwa
DNA metilasi adalah tanda epigenetik yang memungkinkan sel untuk mengingat
kondisi dingin sebelumnya. Sebuah studi terbaru oleh Gendall et al. telah memberi
cahaya baru atas dasar epigenetik dari vernalisasi dengan menunjukkan bahwa
protein kelompok Polycomb terlibat dalam pemeliharaan respon vernalisasi di atas.
b. Chilling
39
Penampilan rumpun akar 20 cm tinggi dalam 'Glen Cukup' tanaman raspberry setelah
penyimpanan selama 21 minggu di masing-masing enam suhu yang ditunjukkan.
Notethe pertumbuhan kuat etiolated pada tanaman disimpan pada 10C, dan sistem
akar yang rusak pada tanaman disimpan pada -10 C dan -20. Foto ini takenon 24
Maret ketika tanaman baru saja dikeluarkan dari penyimpanan
40
2.7 Hubungan Perubahan Musim Buah Di Indonesia Dengan
Fotoperiodisme
Iklim Hujan
Hujan merupakan faktor penting dalam dunia pertanian, karena dari hujan ini
dapa t menyediakan air di dalam tanah. Selain itu dengan mengetahui curah hujan
dapat diketahui kapan waktu terbaik menanam bibit tanaman buah dan kapan waktu
terbaik memanen buah sehingga didapat hasil yang maksimal dalam produksi buah
baik dalam segi kualitas maupun kuantitas. Disamping itu dapat mendatangkan
bencana bila terlalu besar. Dampak curah hujan yang terlalu besar adalah terjadinya
pembusukan pada buah-buahan, rasa buah yang kurang manis karena kurangnya
cahaya matahari yang diterima oleh tanaman dan air yang berlebihan sehingga
komposisi buah didominasi oleh unsur air sedangkan unsur gula pada daging buah
41
kurang. Oleh karenanya ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mempelajari
curah hujan antara lain: jumlah curah hujan, hari hujan dan intensitas atau kekuatan
tetesan hujan (Effendy, 2001)
Curah hujan adalah jumlah air hujan yang jatuh dipermukaan tanah selama
periode tertentu yang diukur dalam satuan tinggi diatas permukaan horisontal apabila
tidak terjadi proses penghilangan oleh proses evaporasi, pengaliran dan peresapan.
Tinggi air hujan pada bidang seluas 1m berisi 1 liter atau 100 x 100 x 0,1 = 1 liter.
Suhu udara dan tanah mempengaruhi proses pertumbuhan tanaman. Setiap jenis
tanaman mempunyai batas suhu minimum, optimum dan maksimum yang berbeda-
beda untuk setiap tingkat pertumbuhannya. Suhu tinggi tidak mengkhawatirkan
dibandingkan suhu rendah dalam menahan pertumbuahan tanaman asal persediaan air
memadai dan tanaman dapat menyesuaikan terhadap daerah iklim. Dalam kondisi
suhu yang sangat tinggi, pertumbuhan terhambat bahkan terhenti tanpa menghiraukan
persediaan air, dan kemungkinan keguguran daun atau buah sebelum waktunya.
Bencana terhadap tanaman pangan biasanya berasal dari keadaan kering yang sangat
panas dan angin yang mempercepat penguapan dan mengakibatkan dehidrasi jaringan
tanaman (Effendy, 2001).
Stres air dapat memacu inisiasi bunga, terutama pada tanaman pohon tropis dan
subtropis seperti leci dan jeruk . Pembungaan melimpah pada tanaman kayu tropis
genus Shorea juga telah dihubungkan dengan terjadinya kekeringan pada periode
sebelumnya. Namun, hasil yang berlawanan telah teramati pada spesies iklim-sedang
seperti pinus, apel dan zaitun (Effendy, 2001).
Pada spesies temperate dingin, suhu yang relatif tinggi pada musim panas dan awal
musim gugur tampaknya dapat merangsang inisiasi bunga. Fungsi suhu di sini adalah
mematahkan dormansi kuncup(Steven, 2000)
Pada spesies temperate hangat, subtropis dan tropis, pengurangan relatif pada suhu
justru lebih bermanfaat .Pada apokat suhu optimal untuk perkembangan bunga adalah
42
25oC. Jika tanaman ditempatkan pada suhu 33oC sepanjang siang hari, selanjutnya
akan terjadi penghambatan perkembangan bunga pada tahap diferensiasi tepung sari.
Pada Acacia pycnantha suhu di atas 19oC menghambat baik mikrosporogenesis
maupun makrosporogenesis. Pada jeruk, suhu di atas 30oC dilaporkan telah merusak
perkembangan kuncup bunga (AAK. 1994).
Suhu tinggi hingga batas ambang tertentu dibutuhkan oleh meristem lateral
(primordia bunga) untuk mulai membentuk kuncup-kuncup bunga dan
melangsungkan proses pembungaan.
Selisih antara suhu max di siang hari dengan suhu min di malam hari akan
mempengaruhi proses terbentuknya bunga: selisih yang besar akan mempercepat
terjadinya pembungaan. Namun fluktuasi suhu yang terlalu besar dapat mengacaukan
meiosis pada kuncup yang sedang berkembang pada tanaman larch, yang berakibat
pada penurunan fertilitas biji.
Iklim di Indonesia
Kebanyakan pembungaan di daerah tropis terjadi saat transisi dari musim hujan
menuju kemarau
Pada musim hujan tanaman melakukan aktivitas maksimal untuk menyerap hara dan
air, agar dapat mengakumulasikan cadangan makanan dan menyimpan energi
sebanyak-banyaknya pertumbuhan vegetatif lebih dominan
43
Transisi menuju kemarau berhubungan dengan meningkatnya intensitas cahaya,
lama penyinaran dan suhu udara meningkatnya aktivitas metabolik pada tanaman
Pembungaan di daerah tropis merupakan respon terhadap turunnya status air dalam
tanah
Air dan nitrogen melimpah titik tumbuh apikal aktif pertumbuhan vegetatif
dominan
Faktor cahaya
Tumbuhan hari pendek adalah tumbuhan yang berbunga pada saat lamanya siang
kurang dari 12 jam (lamanya siang lebih pendek dibanding lamanya malam). Contoh:
ubi jalar, krisan, aster, mangga dan alpokat.
Tumbuhan ini berbunga pada saat lama siang lebih dari 12 jam (lamanya siang lebih
panjang dari lamanya malam). Contoh: kentang, slada , gandum, dan bayam.
Tumbuhan ini berbunga hampir sepanjang musim, tidak tergantung lamanya siang
hari. Contoh: kapas, mawar , tumbuhan sepatu, tomat, cabe, dan bunga matahari.
Tumbuhan ini berbunga pada saat lama siang sekitar 12 jam. Contoh: tebu dan
kacang.
45
2.8 Jam Biologi dan Sirkadian Pada Tumbuhan
46
Tiga komponen utama dari sistem sirkadian secara sederhana termasuk jalur
input, sebuah pusat osilator, dan jalur output. Pada tumbuhan, jalur input (s) berasal
dengan sinyal cahaya, dimediasi oleh fitokrom dan cryptochrome, yang disinkronkan
oleh osilator pusat dan dapat mengaktifkan komponen jam biologi. osilator
dilokalisasi dalam sel-sel individual dan mengatur ekspresi gen pengendali jam
biologi (Hopkins et al, 2009).
47
48
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
1. Fotoperiode merupakan rasio relatif antara panjang waktu penyinaran matahari pada
siang dengan malam hari. Fotoperiodisme ialah tanggapan perkembangan tumbuhan
terhadap fotoperiode. Pengaruh respon tersebut dapat pada pertumbuhan vegetatif dan
reproduktif.
2. Berdasarkan panjang hari, tumbuhan dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu:
a) Tumbuhan hari pendek, tumbuhan yang berbunga jika terkena penyinaran kurang
dari 12 jam sehari contohnya aster, krisan,dahlia, ubi jalar, kedelai, dan anggrek. b)
Tumbuhan hari panjang, tumbuhan yang berbunga jika terkena penyinaran lebih dari
12 jam (14 16 jam) sehari contohnya bayam, kentang, gandum, kol, bit gula, selada,
dan tembakau. c) Tumbuhan hari netral, tumbuhan yang tidak responsive terhadap
panjang hari untuk pembungaannya contohnya bunga matahari. mawar, kapas,
mentimun dan tomat.
4. Fotoperiode atau panjang hari didefinisikan sebagai panjang atau lamanya siang hari
dihitung mulai dari matahari terbit sampai terbenam. Panjang hari tidak terpengaruh
oleh keadaan awan karena lama penyninaran bisa berkurang bila matahari tertutup
awan, tetapi panjang hari tetap. Menurut Sugito (1994), menjelaskan bahwa respon
tanaman terhadap panjang hari sering dihubungkan dengan pembungaan. Perbungaan
dan respon-respon lain terhadap fotoperiode sebenarnya dikontrol oleh panjang
malam, bukan panjang siang.
49
6. Vernalisasi sering terjadi pada tahap pembibitan, dengan berbunga terjadi minggu
kemudian. sehingga meristem harus mengingat stimulus ini selama beberapa siklus
pembelahan sel, sugestif dari proses epigenetik. Chilling injury adalah Sebuah istilah
deskriptif untuk cedera fisiologis untuk banyak tanaman, terutama spesies hangat-
musim (misalnya, tanaman) asal tropis atau sub-tropis, ketika mereka terkena rendah,
tetapi suhu non-beku.
8. Jam biologi adalah suatu sistem internal pengukur waktu dengan periodisitas 24 jam,
sedangkan jam sirkadian adalah waktu yang dibutuhkan oleh suatu organisme untuk
menyelesaikan satu siklus 24 jam
50
DAFTAR PUSTAKA
Abe, K. 2010. Ultrastructural changes during chilling stress. p. 71-84. In C.I. Wang (ed.)
Chilling injury of horticultural crops. USA : CRC Press, Boca Raton, Florida.
American Society of Plant Biologists. 2006. Plant Circadian Rhythms. The Plant Cell, Vol.
18, 792803
Budiarto, K.,Y. Sulyo, R. Maaswinkel dan S. Wuryaningsih. 2006. Budidaya Krisan Bunga
979-8842-20-0
Effendy, Sobri. 2001. Urgensi Prediksi Cuaca Dan Iklim Di Bursa Komoditas Unggulan
Bogor. Bogor.
Hopkins, W.G. and Norman P. A. Huener. 2009. Introduction to plant physiology 4th ed.
51
Lisa J. Skog. 2008. Chilling Injury of Horticultural Crops. available from : Horticultural
buahan dalam menyongsong Era Pasar Bebas. Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam
Salisbury. F.B., 1996. Units, symbols, and terminology for plant physiology. Oxford
Steven R.Adams, Simon Pearson, Paul Hadley. 2000. Improving quantitative flowering
2000
Sutoyo. 2011. Fotoperiode Dan Pembungaan Tanaman. Jurnal Buana Sains. Vol.11(2). Hal:
137-144
Wilkins, M.B., 1992. Fisiologi Tanaman. Penerjemah Sutedjo M.M dan Kartasapoetra A.G.
52
53