Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN FISIKA SMA KELAS XII

DI SMA NEGERI 1 TRIMURJO

Ayu Safitri1, Dwi Riska Aprilia2, Eka Setiani3, Fadila Nurhusna4, Ummul Uslima5
Program Studi S1 Pendidikan Fisika Jurusan P.MIPA FKIP Universitas Lampung

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesulitan pemahaman materi fisika SMA kelas XII
bagi siswa, tingkat kesulitan untuk mengajarkannya bagi guru, serta faktor-faktor yang
menyebabkannya. Metode yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian adalah metode
wawancara yang dilakukan di SMA Negeri 1 Trimurjo. Wawancara dilakukan dengan 4 narasumber
yaitu seorang narasumber merupakan salah satu guru fisika yang mengajar di Kelas XII yang bernama
Ibu Khoirunnisa dan tiga narasumber lainnya yaitu siswa kelas XII yang bernama Ari Yayan Pratama,
Banar Saputra, dan Karolina. Hasil dari penelitian yang telah dilakukan diketahui faktor-faktor yang
mempengaruhi rendahnya tingkat pemahaman materi fisika kelas XII adalah kurang tepatnya metode
mengajar yang diterapkan guru, keterbatasan media yang dalam menyampaikan materi, muatan materi
dalam pokok bahasan tertentu yang mengandung banyak perhitungan, serta kurangnya minat siswa
dalam belajar. Metode yang digunakan oleh guru haruslah metode yang dapat menciptakan susana
belajar yang mengasikkan bagi siswa, seperti metode eksperimen. Penggunaan metode belajar yang
tepat ini juga dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar fisika. Media pembelajaran seperti video
juga dapat meningkatkan kemenarikan proses pembelajaran bagi siswa. Muatan materi fisika yang
memuat banyak perhitungan juga menyebabkan siswa kesulitan karena penanaman konsep oleh guru
kurang, untuk itu guru harus lebih sabar dalam menyampaikan pembelajaran.

PENDAHULUAN

Belajar merupakan proses dari tidak tahu menjadi tahu dan dari yang tidak memahami menjadi
memahami suatu disiplin ilmu tertentu. Keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran juga
dipengaruhi oleh interaksi yang terjadi antara guru dan siswa. Proses pembelajaran yang berlangsung
hendaknya dilakukan dengan cara yang menarik serta menggunakan media yang dapat menunjang
proses pembelajaran sehingga siswa dapat lebih mudah memahami materi yang disampaikan. Pada
proses pembelajaran yang telah berlangsung di sekolah, fakta menunjukkan bahwa guru terkadang
hanya menggunakan metode dan strategi tertentu yang lebih sederhana dan dikuasai tanpa
memperhatikan kebutuhan siswa terutama untuk mata pelajaran yang tergolong sulit. Pada
pembelajaran di tingkat SMA, fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit untuk
dipahami oleh siswa. Fisika juga merupakan mata pelajaran yang dianggap cukup sulit bagi guru
untuk mengajarkannya. Faktor yang mempengaruhinya yaitu karena sebagian besar materi fisika
mempelajari suatu fenomena yang bersifat abstrak, sehingga sulit dibayangkan dan hal tersebut akan
menyulitkan siswa untuk memahaminya.

Kesulitan siswa dalam mempelajari materi fisika dipengaruhi dari berbagai hal, adapun faktor yang
sangat mempengaruhi siswa dalam mempelajari materi tertentu adalah guru. Cara guru dalam
menyampaikan materi dapat membuat siswa tertarik terhadap pembelajaran yang berlangsung ataupun
sebaliknya. Selain itu, suasana yang diciptakan oleh guru dalam pembelajaran juga mempengaruhi
tingkat ketegangan siswa dalam proses pembelajaran. Sebenarnya, ketertarikan siswa untuk
mempelajari fisika mungkin dapat diciptakan dengan adanya proses mengaitkan materi yang dipelajari
dengan kejadian pada kehidupan sehari-hari. Kesulitan dalam mempelajari fisika juga dapat
dipengaruhi oleh faktor internal pada diri siswa itu sendiri. Terdapat siswa yang dapat menerima
materi dengan mudah, namun banyak juga yang tidak dapat menerima materi dengan mudah.
Kesulitan belajar ini, lebih dipengaruhi karena minat dan semangat belajar siswa.

Pada kesempatan ini, peneliti melakukan observasi ke SMA Negeri 1 Trimurjo, dengan metode
wawancara kepada guru mata pelajaran fisika kelas XII dan beberapa siswa IPA SMA kelas XII.
Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui kesulitan guru ketika mengajar materi fisika kelas XII,
mengetahui kendala apa yang dialami siswa sehingga merasa kesulitan dalam mempelajari materi
fisika kelas XII, harapan siswa dalam mempelajari materi fisika kelas XII agar lebih memahami
konsep materi fisika kelas XII itu sendiri. Secara garis besar, tujuan wawancara ini adalah untuk
mengetahui pengaruh metode pembelajaran yang digunakan guru terhadap pemahaman siswa
mengenai materi fisika SMA kelas XII.

METODE PENELITIAN

Metode yang kami gunakan dalam melakukan penelitian ini yaitu wawancara. Wawancara ini kami
lakukan dengan empat narasumber yaitu narasumber dari guru yang bersangkutan (yang mengampu
mata pelajaran fisika kelas XII yang bernama Ibu Khoirunnisa) dan tiga narasumber lainnya
merupakan siswa kelas XII yang bernama Ari Rayan Pratama, Banar Pratama, dan Karolina.

Penelitian ini kami laksanakan di Kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Trimurjo semester genap tahun
ajaran 2016/2017. Waktu penelitian berlangsung pada hari Rabu, 29 Maret 2017 pukul 11.00 WIB di
SMA Negeri 1 Trimurjo Desa Simbar Waringin, Lampung Tengah. Populasi dari penelitian ini yaitu
seorang guru pengampu mata pelajaran Fisika dan tiga siswa Kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1
Trimurjo. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 4 orang yang terdiri dari seorang guru dan tiga orang
siswa.

Dalam melakukan wawancara peneliti menggunakan metode semi terstruktur, yaitu pewawancara
menggunakan instrumen yang berisikan pertanyaan. Metode ini lebih sederhana dan mudah karena
pewawancara tidak hanya bertanya terbatas pada instrumen, namun pewawancara juga dapat
mengembangkan pertanyaan sesuai dengan situasi ataupun respon dari narasumber. Tujuan dari
metode ini yaitu untuk dapat menentukan permasalahan secara terbuka, dimana narasumber juga dapat
meminta pendapat atau respon balik dari pewawancara. Adapun saat wawancara, peneliti selain
mendengarkan secara teliti dan merekam kegiatan wawancara.
HASIL DAN PEMBAHASAN

No Materi Tingkat Kesulitan


Guru Siswa

1 Gejala dan Ciri-ciri Geombang Sedang mudah, mudah, mudah

2 Gelombang Cahaya Sedang sedang, sedang, mudah

3 Gelombang Bunyi Sedang sulit, sulit, sulit

4 Listrik Statis Sulit sulit, sulit, mudah

5 Induksi Magnetik Sedang sulit, sulit, mudah

6 Induksi Elektromagnetik dan Arus Bolak-Balik Sedang sulit, sulit, sulit

7 Radiasi Benda Hitam Sedang sedang, sedang,sedang

8 Teori Atom mudah mudah, mudah, mudah


9 Relativitas Sedang sulit, sulit, sedang

10 Inti Atom dan Radioaktivitas Mudah sedang, sedang, mudah

Pada tanggal 29 Maret 2017 peneliti melakukan wawancara dengan guru Mata Pelajaran Fisika di
SMAN 1 Trimurjo yang bernama Ibu Khoirunnisa, S.Pd (NIP. 198109262005022007) yang berlatar
belakang pendidikan di Universitas Lampung dengan Program Studi Pendidikan Fisika pada tahun
1999 2004. Beliau mulai mengajar di SMAN 1 Trimurjo sejak tahun 2003 hingga sekarang,
dengan diawali sebagai guru honor selama 1,5 tahun, setelah itu diangkat menjadi PNS dan
mendapatkan Surat Keputusan Sertifikasi di sana sebagai guru mata pelajaran fisika. Di SMAN 1
Trimurjo kelas XII IPA terdapat tiga kelas yang digolongkan berdasarkan tingkat intelejensi siswa,
yaitu kelas tinggi, menengah dan rendah yang berurutan IPA-1, IPA-2, IPA-3. Ibu Khoirunnisa
mengajar kelas IPA-2 dan IPA-3 yang mana siswa berada pada tingkat menengah dan tingkat
rendah.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti kepada Ibu Khoirunnisa bahwasanya dari seluruh materi
fisika di kelas XII kurikulum KTSP digolongkan menjadi sulit, sedang, dan mudah. Kategori
tersebut digolongkan berdasarkan kepemahaman siswa ketika diajarkan materi tersebut. Materi
yang dianggap sulit adalah materi listrik statis dikarenakan siswa sulit untuk membayangkan
kejadian yang terjadi pada listrik statis. Misalnya seperti muatan elektron yang tidak dapat dilihat
oleh kasat mata. Materi yang dianggap sedang antara lain; gejala dan ciri-ciri gelombang,
gelombang cahaya, gelombang bunyi, induksi elektromagnetik, induksi magnetik, radiasi benda
hitam, dan relativitas. Materi-materi tersebut dianggap sedang karena tingkat pemahaman siswa
ketika dibelajarkan berada di rata-rata. Materi yang dianggap mudah diajarkan oleh guru adalah
materi teori atom dan radioaktivitas. Materi tersebut dianggap mudah diajarkan karena materi
tersebut sudah pernah dipelajari di mata pelajaran kimia, sehingga siswa seperti hanya mengulang
dan mudah memahaminya.

Dalam mengajar, Ibu Khoirunnisa meggunakan metode pembelajaran yang berbeda tiap
materi.metode-metode yang digunakan antaralain metode ceramah, diskusi, eksperimen, dan
demonstrasi. Hal tersebut bergantung materi dan kondisi siswa ketika akan belajar. Guru
menggunakan metode eksperimen melalui percobaan sederhana pada materi gelombang, listrik
statis, induksi magnetik, dan induksi elektromagnetik. Guru pernah menggunakan phet simulasi
sebagai media dalam melakukan percobaan, namun ternyata siswa lebih sulit memahami materi
yang diuji cobakan, sehingga guru tidak pernah lagi melakukan percobaan menggunakan phet
simulasi. Materi yang tidak melakukan percobaan antara lain; radiasi benda hitam, teori atom,
relativitas, dan radioaktivitas.

Media yang digunakan guru dalam mengajar antara lain; buku paket, KIT percobaan, Lembar Kerja
Siswa (LKS), PPT, Internet serta video. Ketika percobaan menggunakan KIT guru hanya
menggunakan beberapa alat saja (tidak menggunakan KIT lengkap) dikarenakan hanya
melakukan percobaan yang sederhana dengan membawa beberapa alat ke kelas. LKS yang
guru gunakan merupakan buatan Ibu Khoirunnisa sendiri, yang mana LKS tersebut telah
disesuaikan dengan kemampuan siswa yang akan menggunakan. Penggunaan LKS untuk kelas
sedang dibuat seperti buku LKS, namun untuk kelas rendah LKS dibuat untuk sekali pertemuan saja
hanya beberapa lembar. Hal itu dikarenakan siswa yang kurang disiplin dalam membawa buku,
sehingga mengantisipasi siswa tidak membawa LKS dengan memberikan LKS setiap pertemuan.
Guru menggunakan media internet ketika siswa terlihat sudah lelah belajar (jika jadwal pada jam
terakhir), maka guru akan meminta siswa untuk mencari materi mengenai yang akan dipelajari dan
membacakannya dengan keras secara bergantian agar siswa tidak mengantuk atau bosan.

Referensi mengajar yang digunakan oleh guru dari berbagai buku paket. Soal-soal untuk latihan atau
ujian harian dibuat sendiri oleh guru. Soal-soal tersebut dibuat juga berdasarkan kemampuan siswa,
jadi akan berbeda soalnya setiap kelas. Pada kelas dengan tingkat kecerdasan menengah, pertanyaan-
pertanyaan yang mudah akan diminta untuk dikerjakan di ruma, tidak perlu dibahas di kelas. Berbeda
dengan kelas yang rendah soal-soal akan dibahas dari yang paling mudah. Berdasarkan pemahaman
siswa dalam pelajaran fisika kelas XII, guru menyatakan bahwa dari 120 orang siswa kelas XII
IPA, sekitar 30 % siswa memahami konsep dan 70 % lainnya hanya bisa menggunakan rumus saja
bahkan ada yang hanya menghafalnya dan masih bingung ketika digunakan. Hal tersebut
menjelaskan bahwa siswa sulit memahami konsep fisika dan sebagian besar siswa hanya dapat
mengerjakan soal yang identik dengan contoh soal yang pernah dibahas.

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan dengan guru, guru berpendapat bahwa kesulitan siswa
dalam mempelajari fisika adalah adanya materi fisika yang abstrak seperti listrik statis. Pendapat yang
dipaparkan oleh guru ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Naning Lusiana (2015) bahwa
pada dasarnya siswa menganggap pembelajaran fisika ini hanya abstrak, pelajaran yang hanya berisi
kumpulan rumus yang rumit, siswa tidak melihat adanya hubungan materi pelajaran dengan kehidupan
sehari-harinya, tidak memiliki keyakinan atau kepercayaan terhadap pelajaran ini akan menjamin
masa depan mereka nantinya. Pada saat proses pembelajaran berlangsung, guru lebih sering
memberikan latihan soal kepada siswa. Hal ini dilakukan guru untuk mengefisienkan waktu ketika
mempelajari materi fisika SMA. Proses pembelajaran yang dipilih oleh guru ini sama dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Kamaludin ( 2010 ) yang menerangkan bahwa Hasil observasi peneliti
di SMA Negeri 4 Lubuklinggau pada hari rabu 8 Oktober 2014, peneliti menemukan bahwa guru
fisika kelas XI kurang menjelaskan konsep fisika kepada siswa, guru lebih banyak menjelaskan
rumus-rumus fisika dan penerapannya dalam soal-soal kuantitatif (berupa hitung-hitungan),
pembelajaran seperti ini membuat siswa mahir dalam mengerjakan soal-soal kuantitatif tetapi
kesulitan dalam menyelesaikan soal kualitatif yang memerlukan penguasaan konsep dalam menjawab
soal. Hal tersebut karena keterbatasan waktu, dengan demikian guru hanya sedikit saja menjelaskan
konsep kepada siswa. Dari hasil wawancara, guru juga mengakui banyak siswa yang hanyasekedar
mengetahui rusmus fisika tanpa mengetahui maknanya. Penuturan guru ini sama dengan hasil
penelitian dari Salamah (2015) yakni siswa mengetahui pelajaran fisika hanya sebatas bagian tertentu
dan belum memaknai konsep materi yang mereka pelajari selama ini. Hal ini akan menjadi pemicu
pada lemahnya pemahaman siswa terhadap konsep-konsep fisika.

Peneliti juga melalukan wawancara dengan tiga orang peserta didik yaitu Ari Yayan Pramudita, Banar
Pratama dan Karolina, peserta didik pertama yaitu Ari Yayan Pramudita tidak mempunyai latar
belakang pendidikan informal untuk mata pelajaran fisika, sementara peserta didik kedua dan ketiga
mempunyai latar belakang pendidikan informal yaitu privat fisika dengan intensitas pertemuan 2 jam
per minggu. Peneliti melakukan wawancara menggunakan pedoman wawancara dengan total
pertanyaan sebanyak dua belas pertanyaan yang terbagi dalam tiga aspek yaitu materi fisika SMA
kelas XII, metode pembelajaran, serta bahan ajar yang digunakan.

Pada aspek pertama, yaitu mengenai materi fisika SMA kelas XII diperoleh data penggolongan tingkat
kesulitan pada materi fisika SMA kelas XII. Peserta didik pertama mengatakan bahwa materi pokok
fisika SMA kelas XII yang tergolong sulit yaitu gelombang bunyi, listrik statis, induksi magnetik,
induksi elektromagnetik, relativitas, dan teori atom. Materi pokok yang tergolong sedang yaitu
gelombang cahaya, radiasi benda hitam, serta inti atom dan radioaktivitas. Materi pokok yang
tergolong mudah yaitu gejala dan ciri-ciri gelombang. Ari mengatakan bahwa materi gelombang
bunyi, listrik statis, induksi magnetik, induksi elektromagnetik, relativitas, dan teori atom tergolong
sulit karena Ari sering tidak hadir saat mata pelajaran fisika, dan Ari juga mengalami kesulitan karena
materi tersebut memuat banyak rumus atau perhitungan. Ari juga mengungkapkan bahwa materi
gejala dan ciri-ciri gelombang tergolong mudah karena tidak memuat rumus atau perhitungan yang
rumit. Ari berpendapat bahwa metode belajar yang digunakan oleh guru cukup menarik karena pada
beberapa pertemuan guru menerapkan metode diskusi dan eksperimen seperti pada pokok bahasan
gelombang, listrik statis, induksi magnetik, dan induksi elektromagnetik. Ari mengharapkan guru
dapat menyampaikan pembelajaran dengan lebih menarik dengan melakukan lebih banyak metode
eksperimen serta mengontrol suasana belajar di dalam kelas. Pada aspek ketiga yaitu mengenai media
pembelajaran, guru menggunakan beberapa alat peraga seperti kit percobaan, ppt, video dan lembar
kerja siswa.

Hasil wawancara untuk peserta didik kedua yaitu Banar Pratama diperoleh data penggolongan tingkat
kesulitan pada materi fisika SMA kelas XII yaitu meteri yang tergolong sulit meliputi gelombang
bunyi, induksi elektromagnetik, teori atom dan mekanika kuantum. Radiasi benda hitam dan
relativitas tergolong sedang. Materi yang tegolong mudah menurutnya adalah gejala dan ciri-ciri
gelombang, gelombang cahaya, induksi magnetik, listrik statis, dan inti atom dan radioaktivitas. Banar
menganggap materi tersebut sulit karena rumus atau perhitungan yang termuat dalam materi tersebut
cukup rumit dan penjelasan dari guru kurang dapat dipahami karena terkadang dilakukan metode
diskusi sehingga penjelasan dari guru cukup singkat. Banar juga menuturkan bahwa metode yang
digunakan guru cukup menarik karena pada beberapa pertemuan guru menerapkan metode diskusi dan
eksperimen seperti pada materi, namun menurutnya terkadang tugas rumah yang diberikan oleh guru
terlalu sulit dibandingkan dengan contoh soal di kelas. Banar berharap lebih banyak kegiatan belajar
melalui eksperimen karena dapat memahami materi dengan lebih jelas. Pada aspek ketiga yaitu
mengenai media pembelajaran, guru menggunakan beberapa alat peraga seperti kit percobaan, ppt,
video dan lembar kerja siswa.

Hasil wawancara untuk peserta didik ketiga yaitu Karolina diperoleh data penggolongan tingkat
kesulitan pada materi fisika SMA kelas XII yaitu materi yang tergolong sulit meliputi induksi
elektromagnetik, teori atom dan mekanika kuantum. Radiasi benda hitam, induksi magnetik, listrik
statis, gelombang bunyi, dan relativitas tergolong sedang. Materi yang tegolong mudah menurutnya
adalah gejala dan ciri-ciri gelombang, gelombang cahaya, dan inti atom dan radioaktivitas. Karolina
mengungkapkan bahwa materi yang menurutnya sulit adalah dikarenkan, rumus atau perhitungan yang
termuat dalam materi tersebut cukup rumit dan contoh permasalahan yang termuat ke dalam soal
lebih kompleks sementara penjelasan dari guru kurang. Karolina berpendapat bahwa metode yang
digunakan guru cukup menarik karena pada beberapa pertemuan guru menerapkan metode diskusi dan
eksperimen seperti gelombang, listrik statis, induksi magnetik, dan induksi elektromagnetik. Ia juga
mengatakan materi gelombang, listrik statis, induksi magnetik, dan induksi elektromagnetik sangat
menarik karena guru menyampaikan materi dengan metode eksperimen. Karolina berharap lebih
banyak kegiatan belajar melalui eksperimen karena dapat memahami materi dengan lebih jelas. Pada
aspek ketiga yaitu mengenai media pembelajaran, diketahui berdasarkan wawancara bahwa guru
menggunakan beberapa alat peraga seperti kit percobaan, ppt, video dan lembar kerja siswa.

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh diketahui bahwa pada umumnya peserta didik mengalami
kesulitan dalam mempelajari materi fisika SMA kelas XII pokok bahasan gelombang bunyi, induksi
elektromagnetik, teori atom dan efek fotolistrik. Faktor yang menyebabkan pokok bahasan gelombang
bunyi dan induksi elektromagnetik tersebut tergolong sulit dipahami oleh siswa dikarenakan pokok
bahasan tersebut memuat persamaan yang cukup kompleks, guru tidak menjelaskan konsep diawal
pembelajaran terlebih dahulu, namun langsung pada proses perhitungan sehingga sebagian besar siswa
akan mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal yang memiliki tipe berbeda dengan contoh yang
diberikan guru karena siswa kurang memahami konsep materi tersebut. Adapun faktor lain yaitu
kurangnya minat belajar siswa dan tingkat kecerdasan yang rendah. Materi teori atom dan efek
fotolistrik digolongkan sulit dikarenakan guru hanya menjelaskan dengan cukup singkat, guru
menganggap siswa sudah mempunyai bekal awal konsep teori atom di pelajaran kimia, sementara
sebagian besar siswa belum terlalu memahami materi tersebut meskipun sudah diperoleh pada
pelajaran lain. Materi ciri-ciri gelombang dan radioaktivitas tergolong materi yang mudah dipahami
dikarenakan pokok bahasan tersebut hanya memuat sedikit persamaan sedangkan umumnya berupa
teori sehingga siswa lebih mudah dalam memahami dan menyelesaikan contoh-contoh permasalahan
karena guru menjelaskan konsep secara lebih mendalam. Media yang digunakan selama proses
pembelajaran mempengaruhi hasil belajar siswa. Beberapa materi yang disajikan dengan media yang
menunjang seperti video, power point, dan alat peraga meningkatkan pemahaman siswa karena siswa
dapat lebih mudah dalam menganalogikan konsep yang dipelajari. Metode belajar yang digunakan
guru juga berpengaruh pada tingkat pemahaman siswa. Guru telah menerapkan metode eksperimen
seperti pada materi gelombang, listrik statis, induksi magnetik, dan induksi elektromagnetik, namun
eksperimen yang dilakukan hanya sebatas eksperimen sederhana sementara mater-materi tersebut
memuat beberapa persamaan yang cukup kompleks sehingga siswa masih mengalami kesulitan saat
menyelesaikan contoh permasalahan yang lebih rumit. Sebaiknya guru tetap menjelaskan lebih dalam
dengan membahas contoh-contoh permasalahan yang lebih walaupun menggunakan metode
eksperimen agar siswa juga dapat memahami konsep secara menyeluruh.

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan dengan siswa SMAN 1 Trimurjo, didapatkan hasil
bahwasanya metode yang digunakan oleh guru saat membelajarkan materi fisika sangat
mempengaruhi pemahaman siswa dalam mempelajari materi fisika SMA kelas XII. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Drs. M. Hidayat ( 2010 ) bahwa miskonsepsi pada pelajaran
Fisika banyak di alami oleh siswa maupun mahasiswa. Miskonsepsi ini didapat oleh siswa dari
pengalaman sehari-hari di lingkungan rumah maupun dari sekolah karena metode pengajaran yang
kurang baik. Selain metode yang digunakan guru, tingkat pemahaman siswa pada materi fisika
tertentu juga dipengaruhi oleh materi yang sudah dipelajari sebelumnya. Ketika siswa tidak
mempelajari topik materi tertentu, materi yang selanjutnya pun akan sulit dipehami oleh siswa. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fakhruddin (2012) bahwa sifat mata pelajaran fisika
salah satunya adalah bersyarat artinya setiap konsep baru ada kalanya menuntut prasyarat pemahaman
atas konsep sebelumnya. Oleh karena itu bila terjadi kesalah pahaman konsep dalam belajar pada
salah satu materi pokok maka akan berdampak pada jenjang pendidikan berikutnya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil wawancara yag dilakukan terhadap guru dan siswa dapat disimpulkan bahwa
kesulitan guru dalam menyampaikan materi Fisika SMA Kelas XII dipengaruhi oleh tingkat
intelejensi siswa dan materi Fisika itu sendiri. Materi Fisika yang tergolong abstrak, membuat guru
kesulitan dalam memberi gambaran materi kepada siswa. Menurut siswa, mata pelajaran Fisika SMA
Kelas XII yang tergolong sulit adalah materi Induksi Elektromagnetik, Gelombang Bunyi, Teori
Atom, dan Efek Fotolistrik. Siswa juga menuturkan materi yang diajarkan dengan menggunakan
metode eksperimen lebih menyenangkan bagi siswa, selain itu adanya media pembelajaran seperti
Video, menurut siswa dapat mempermudah pemahaman siswa dalam mempelajari materi Fisika SMA
Kelas XII. Suasana belajar yang tidak menegangkan juga menjadi faktor yang menentukan saat
mereka mempelajari materi Fisika. Kesulitan yang dialami siswa dalam memahami materi Fisika juga
diakibatkan dari gaya mengajar guru yang kurang menanamkan konsep Fisika secara menyeluruh,
guru hanya fokus kepada pembahasan soal. Sehingga siswa hanya dapat menggunakan rumus yang
sesuai dengan contoh soal yang diberikan guru, belum dapat memahami konsep Fisika pada materi-
materi tertentu.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dalam menyampaikan materi pembelajaran Fisika,
suasana yang diciptakan guru hendaknya bukanlah situasi yang menegangkan. Selain itu, guru harus
lebih banyak melakukan eksperimen. Bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian serupa,
sebaiknya mengambil sampel siswa lebih banyak lagi, hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan data
penelitian yang lebih akurat.
REFERENSI

Fakhruddin, Azizahwati, dan Yeti, R. (2012). Analisis Penyebab Miskonsepsi Siswa pada Pelajaran
Fisika Kelas SMA/MA Kota Duri. Jurnal Pendidikan Fisika, 2 (1), 1-9.

Hidayat, M. (2010). Mengatasi Miskonsepsi pada Pelajaran Fisika. Jurnal Pendidikan Fisika, 2 (1), 2-
11.

Kamaludin, H., dan Fihrin, H. (2010). Analisis Miskonsepsi Induksi Elektromagnetik pada Siswa
SMA Negeri di Kota Palu. Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako, 2 (3), 4-9.

Lusiana, N., Kurniawati, L., dan Mulyanto. (2015). Analisis Miskonsepsi Siswa Pokok Bahasan
Momentum dan Impuls di Kelas XII IPA.4 SMA Negeri 4 Lubuklinggau. Jurnal Pendidikan
Matematika, 2 (1), 3-8.

Salamah, A. (2015). Analisis Miskonsepsi Menggunakan Pendekatan Kognitif pada Materi Optik.
Jurnal Pendidikan Fisika, 2 (1), 5-11.

Anda mungkin juga menyukai